Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 10:43:51 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 135
Total: 135

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

2 macam Agama

Dimulai oleh sayang, April 15, 2010, 12:20:03 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

sayang

Kutip dari: soedibjo pada April 26, 2010, 01:12:06 PM
@ sayang,, maaf saya berkendala bahasa dengan anda, trus terang saya tidak begitu pintar berbahasa melayu.. jadi kalo ada salah perkiraan mohon dikoreksi..

ok lets begin
Kutip
saya simpulkan tak ada di sini karena , ulamak2 di daerah saya selalu berdebat tentan Tuhan ,
1.ada yang mengatakan Tuhan itu ada tapi tidak bertepat , di hukum kufur oleh ualamak lain .
2.ada yang mengatakan Tuhan itu ada bertepat di langit atas arasya . di hukum kufur oleh ulamak lain .
lalu saya simpukan Tuhan tidak ada ..
saya sendiri kurang setuju dengan penghakiman yang disebut diatas,.. bagi saya, keyakinan adalah hak setiap pribadi, asalkan keyakinan tersebut tidak bersilang pendapat dan diatasnamakan dengan keyakinan tertentu, jika ditemukan perbedaan, hendakny dimusyawarahkan, dan dibuktikan melalui dalil2.

tapi saya tak menemukan alasan, bagaimana anda menyimpulkan Tuhan tidak ada, ketika dua pendapat yang diperdebatkan tidak satupun yang menyatakan ketiadaan Tuhan,, yang dipermasalahkan oleh keduanya adalah dimana itu Tuhan ?, banyak sekali dalil yang menyatakan dimana Tuhan berada, hal ini berpotensi menimbulkan perdebatan yang tak kunjung usai jika tidak dipertemukan dan diselesaikan secara benar,
yang saya simpulkan bagitu , karena kedua2nya di hukum kafir .
Kutip dari: soedibjo pada April 26, 2010, 01:12:06 PM
Kutiptentan sifat wujud , baga dan lainnya saya juga belajar , di sini sebut lmu sifat 20 ... saya terima .kesemuanya itu pada mula2nya saya belajar , tapi di saat ini saya ragu tentang sifat wujudnya itu . karena setelah berlaku perselisihan ulamak2 di sini tentang adanya tuhan itu  bertepat , dan tidak bertepat itu antara kedua2 ulamak2 itu , saya pun mulai ragu2 tentang adanya Tuhan karena perselisihan itu belum lagi selesai .

Wujud berarti ada, titik.. mengenai dimana adanya, itu tidak diterangkan dalam sifat wujud. [menurut saya] karena keberadaanNya sungguh tidak bisa ditempatkan dalam satuan, Dia maha besar dan Maha meliputi. jika ada yang mengatakan Dia ada di atas langit, saat ini. sungguh sangat kecil sekali pemahaman keberadaan Tuhan itu.. Tuhan tidak terikat ruang dan waktu, seperti makhlukNya, karena Tuhan tidak sama dengan makhluk. Mukhalafatullilhawadisi..


buat saya, adalah bodoh jika saya meyakini sesuatu tanpa saya tahu apa sesuatu itu, dan sampai saat ini, saya masih mencari Tuhan, bukan keberadaanNya, tetapi bagaimana mungkin orang bisa tidak mempercayai Tuhan... maka saya mencari Tuhan.. disinilah saya pergunakan akal

maksud dari
Kutipseringkali manusia sombong dengan pemahaman yang bisa dia capai, dia merasa semua bisa dijangkau dengan akal,.
adalah, seringkali kita merasa cukup pembuktian dengan menggunakan 1 parameter saja, hal ini akan sangat subjektif, tergantung darimana anda berangkat, ketidak percayaankah ? kepercayaankah ? atau keingintahuankah ? semua itu akan mempengaruhi metode pencarian anda (menurut saya.. maaf jika tidak berkenan)

terima kasih
ya ..memang betul masing2 tidak mengatakan Tuhan tidak ada .. yang jadi masalahnya apakah tuhan bertepat , bertubuh atau tidak bertepat dan tidak bertubuh ..

tetapi saya paham dari hujah2 dari kedua2 ulamak ini , bahwa tuhan itu bertepat dan bertubuh , yang bedanya , ulamak kaum Tua percaya tuhan itu ada tapi tidak tahu di mana adanya , dan mareka tidak mengaku bahwa tuhan itu bertubuh , pada hal mareka berkata bahwa zat/diri Tuhan itu ada satu , yaitu , wujud/ada dan wahdaniah/satu . dan apabila di katakan ada mastinya ada dirinya atau zatnya atau tubuhnya . bagimana mungkin ada sifat , qidam , baga , dll kalau dirinya atau zatnya atau tubuhnya tidak ada ..

di sinilah juga saya simpulkan bahwa tuhan itu tidak ada karena dirinya atau tubuhnya tidak ada sebagaimana ulamak2 kaum tua itu paham .. 

sayang

Kutip dari: soedibjo pada April 26, 2010, 01:17:50 PM
dikutip oleh sayang
KutipPi-One berkata :
Jika tidak ada cara untuk membuktikannya, tidak ada alasan pula mewajibkan untuk percaya. Tentunya anda harus bisa membedakan tidak wajib percaya dengan wajib tidak percaya ..

Pi-One berkata lagi :
(menyembut nama Tuhan hanya untuk ) Mencari rasa aman dan perlindungan dari rasa takut.
sebab saya setuju kata2 Pi-One , karena dia tidak memaksa untuk percaya atau tidak ..

Kutip dari: soedibjo pada April 26, 2010, 01:17:50 PM
sungguh saya sangat terkesan dengan pernyataan ini.
wajib atau tidaknya suatu hal akan berlaku jika anda sudah memasuki lingkup hal tersebut. anda islam ? maka anda wajib meyakini Allah SWT, jika anda kristiani, anda akan berhadapan dengan doktrin Trinitas

demikian..
tentang hal ini saya setuju  kata2 alvin pratama :
Tuhan adalah pribadi yang sifatnya "GAIB"
maksudnya dia tidak berwujud dan tidak berbentuk.
dan saya rasa kawan2 muslim disini paham betul tentang masalah ini.

sekarang kembali lagi kepada masalah keberadaan Tuhan,saya punya jawaban baik bagi anda semua disini.
anda boleh percaya atau tidak,tapi inilah pendapat saya sesuai dengan apa yang saya rasakan.
Bahwa Tuhan itu ada dalam setiap hati orang2 yang mau taat dan percaya kepadaNya.
Tuhan bisa ada dimanapun tanpa kita mengetahui keberadaanNya.
tapi inilah pendapat saya,boleh anda terima atau tidak.

cronny

Kutip dari: sayang pada April 26, 2010, 09:09:45 AM
Pi-One berkata :
Jika tidak ada cara untuk membuktikannya, tidak ada alasan pula mewajibkan untuk percaya. Tentunya anda harus bisa membedakan tidak wajib percaya dengan wajib tidak percaya ..

Pi-One berkata lagi :
(menyembut nama Tuhan hanya untuk ) Mencari rasa aman dan perlindungan dari rasa takut.

Wkwkwkwk....  :D
Lebih bagus lagi kalau di tulis nya Pi-one bersabda  :P
God made me an atheist. Who are you to question his wisdom?

Pi-One

Kutip dari: cronny pada April 26, 2010, 05:32:31 PM
Wkwkwkwk....  :D
Lebih bagus lagi kalau di tulis nya Pi-one bersabda  :P
Walah, sampai disindir 'bersabda'... :D

ichan84

Kutip dari: sayang pada April 26, 2010, 04:06:08 PM

ya ..memang betul masing2 tidak mengatakan Tuhan tidak ada .. yang jadi masalahnya apakah tuhan bertepat , bertubuh atau tidak bertepat dan tidak bertubuh ..

tetapi saya paham dari hujah2 dari kedua2 ulamak ini , bahwa tuhan itu bertepat dan bertubuh , yang bedanya , ulamak kaum Tua percaya tuhan itu ada tapi tidak tahu di mana adanya , dan mareka tidak mengaku bahwa tuhan itu bertubuh , pada hal mareka berkata bahwa zat/diri Tuhan itu ada satu , yaitu , wujud/ada dan wahdaniah/satu . dan apabila di katakan ada mastinya ada dirinya atau zatnya atau tubuhnya . bagimana mungkin ada sifat , qidam , baga , dll kalau dirinya atau zatnya atau tubuhnya tidak ada ..

di sinilah juga saya simpulkan bahwa tuhan itu tidak ada karena dirinya atau tubuhnya tidak ada sebagaimana ulamak2 kaum tua itu paham .. 

Silahkan Rekan Sayang mencoba membaca buku karangan Agus Mustafa yang berjudul "Bersatu Dengan Allah". Di situ dijelaskan bahwa sesungguhnya Dzat Allah itu tidak "di mana-mana". Karena kalau kita merujuk pada kalimat "di Mana?" berarti Allah menjadi "tidak" Maha Besar lagi karena Dia memerlukan tempat atau ruang sementara "ruang" itu sendiri adalah ciptaanNya. Allah dengan segala KeMahaBesaranNya jauh lebih besar dari apa yang dapat manusia bayangkan. Kalo kita berpatokan pada Bumi dan Alam Semesta yang hingga saat ini manusiapun belum mampu melintasinya (diameternya diperkirakan mencapai 30 miliar tahun cahaya) maka Allah jauh berkali-kali lipat besarnya dari itu. Bahkan Dzat Allah meliputi seluruh 7 lapis langit (dimana Bumi dan Alam Semesta berada di langit 1 dan hanya merupakan bagian terkecil dari langit-langit di atasnya) beserta isinya (mahluk-mahluk materi seperti manusia, binatang, tumbuhan, bebatuan,dsb serta mahluk energi seperti jin, malaikat, arwah, dsb.). Dia tidak memerlukan ataupun terpengaruh oleh Ruang dan Waktu karena 2 hal tersebut hanya sebagian dari eksistensiNya. Allah SWT merangkum dan meliputi eksistensiNya melalui seluruh materi, energi, ruang dan waktu yang diciptakanNYa.

"Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi, & Allah meliputi segala sesuatu"
— QS 4 An-Nisa 126
   
Hanya milikNya lah segala sesuatu (baik yang diketahui maupun tidak diketahui oleh manusia) termasuk segala bentuk/wujud lahir maupun bathin. Begitu juga segala bentuk kebaikan (Sifat Pemaaf, Pemurah, Rendah Hati, dsb.) dan keburukan (Kesombongan, Hawa nafsu yang berlebihan seperti Nafsu Syahwat, Nafsu Perut, Nafsu Amarah) semuanya berasal dari Allah. Nilai kebaikan dan keburukan itu tidak berlaku bagi Allah dan hanya berlaku bagi mahluknya yaitu manusia dan jin. Dia Maha Berkehendak menciptakan Surga dan Neraka karena itu adalah konsekuensi dari diturunkannya sifat Iradat (berkehendak) pada manusia dan jin tapi dalam kapasitas yang terbatas. Manusia dan Jin boleh memilih ikut jalan yang telah digariskan oleh Allah menuju kebaikan atau kah mengikuti jalan Iblis yang membawa ke arah keburukan. Segala sesuatu yang berasal dari Allah SWT suatu ketika akan kembali kepadaNya. Hal ini juga diisyaratkan oleh Allah SWT dalam Al Qur'an bahwa apabila ada seseorang yang menanyakan tentang diriNya maka jawabannya adalah Dia sangat dekat bahkan jauh lebih dekat dari urat nadi manusia. Sesungguhnya seluruh diri kita diliputi olehNya baik jasad (menyangkut kelangsungan metabolisme tubuh), jiwa (menyangkut bathin seseorang) dan Ruh (Hati Nurani yang dianugerahi sebagian kecil Sifat-Sifat Allah). pada akhirnya ruh lah yang akan mengendalikan Badan dan Jiwa seseorang. Allah tidak pernah jauh dari kita tapi kita lah yang merasa jauh dari Allah. Hal ini disebabkan oleh hati / bathin kita yang masih terpengaruh oleh keegoan individualistik kita (seperti sombong, dengki, iri hati, dsb.)dan juga mencintai materi secara berlebihan. Hanya manusia yang memiliki kejernihan dan kesucian bathin lah yang mampu merasakan kehadiran Allah SWT dan senantiasa merasa dekat denganNya.

Tentang perbedaan antara Kaum Wahabi dan Kaum Tua, saya melihatnya sebagai perbedaan yang lebih disebabkan pada tingkatan kemampuan pengetahuan pemahaman mereka dalam menafsirkan Ayat-Ayat Allah. Kaum Wahabi lebih berpedoman pada konsep tekstual sehingga apa yang tertulis di Al Qur'an (Allah berada di langit, Allah duduk di atas Arsy/Singgasana) adalah begitu adanya sehingga mereka sangat tegas dan menyatakan sesat kepada muslim yang tidak mengakui hal tersebut sementara Kaum Tua lebih berpedoman pada hakikat dari Ayat Al Qur'an tersebut sperti Allah Maha Melihat bukan berarti Dia punya mata seperti manusia, Allah Maha Mendengar bukan berarti Allah punya telinga seperti kita. Allah SWT adalah Dzat yang tidak akan pernah terbayangkan wujudNya oleh 5 Milyar manusia yang hanya merupakan sebagian kecil dari ciptaanNya dan Allah tidak akan pernah sama dengan mahlukNya.
Kalau boleh diibaratkan seperti susunan lantai pada gedung bertingakat dengan Allah berada pada lantai puncaknya maka Kaum Wahabi terletak pada bagian paling bawah gedung sedangkan Kaum Tua berada di lantai-lantai di atasnya. Maka diutuslah Utusan Allah (Nabi Muhammad SAW) untuk menyampaikan berita atau informasi dari Allah SWT. Kaum Wahabi hanya menerima perintah Allah sesuai dengan apa yang mereka dengar. Sedangkan Kaum Tua karena sebagian dari mereka dekat dengan Allah SWT maka mereka mengetahui sekaligus "memahami" hakikat atau esensi / maksud sebenarnya dari informasi tsb. Perbedaan dalam Islam ini sebenarnya mengandung hikmah agar seluruh Kaum Muslimin hendaklah semaksimal mungkin memberdayakan seluruh Akal dan Bathinnya yang merupakan anugerah Allah untuk mencerna maksud dan esensi dari setiap Firman-Firman Allah SWT. Bukan untuk saling bermusuhan dan saling menuduh sesat satu sama lain.

Perlu diketahui Rekan Sayang, bahwa saya  termasuk mantan Wahabi/Salafi. Dulunya saya sangat terpengaruh oleh pemikiran mereka yang menyatakan bahwa semua itu harus berdasarkan dalil yang sifatnya tekstual. Lama-kelamaan saya merasa pikiran saya semakin sempit karena ya itu tadi terbatas dan tidak boleh membantah dalil lebih jauh karena dikhawatirkan akan terpengaruh paham sufi (yang sangat mereka benci). Akhirnya saya keluar dan lebih memilih Islam Ahlusunnah Wal Jama'ah secara umum yang lebih bersifat moderat dan tidak kaku juga mengekang pemikiran-pemikiran saya sebagai seorang muslim. :)

cronny

ckckck.... bisa sampe detail gitu.
Bukan katanya akal manusia ngak bisa menjelaskan nya? :p
God made me an atheist. Who are you to question his wisdom?

ichan84

#21
Allah SWT menganugerahkan akal/logika kepada manusia agar dapat mempergunakan dengan sebaik-baiknya anugerahnya tersebut. Bahkan Allah pun mempersilahkan manusia untuk menjelajahi seluruh alam semesta ini dengan segala kemampuan yang telah diberikan Allah kepada manusia tersebut dalam bentuk teknologi (tentu saja dengan mempergunakan akal). Tetapi tentu saja, Akal ini memiliki keterbatasan. Selain Akal, Allah SWT juga menganugerahkan kepada manusia hal-hal yang bersifat bathiniah (di luar akal) seperti jiwa (pusat emosionalitas) dan ruh (pusat spiritualitas).Tidak semua hal (terutama yang bersifat bathiniah) mampu dicerna oleh akal termasuk bagaimana menentukan wujud Allah SWT. Sebagian dari kami Kaum Muslimin hanya menggunakan akal sebatas membaca Ayat-Ayat sebagai media penjelas dari Allah SWT tentang kehadiranNYa yang tersirat dalam Firman-FirmanNya yang terdapat di dalam Al Qur'an. Sedangkan sebagian Kaum Muslimin yang lain (terutama yang telah terasah jiwa dan bathinnya) ada yang mampu merasakan kehadiran Allah SWT tersebut dalam "Wujud" yang sesungguhnya. Dan syarat dari semua itu adalah dengan menghilangkan kegoan individu kita (seperti sifat sombong, pamer, dusta, iri hati, dsb.) yang didorong oleh hawa nafsu yang tidak terkontrol dan menggantinya dengan sifat-sifat Ilahiah (seperti jujur, ikhlas, rendah hati, pema'af, dsb.). Allah SWT itu hanya Ghaib bagi orang yang tidak merasakan kehadiranNya (karena hatinya yang tertutup oleh hawa nafsu duniawi yang berlebihan) dan belum sampai pada taraf dimana ia memang pantas untuk "melihat" Allah SWT. :)