Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 12:52:00 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 169
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 188
Total: 188

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Awal Alam Semesta dan Awal Kehidupan

Dimulai oleh The Houw Liong, Oktober 08, 2009, 06:35:46 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Dhantez

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada Oktober 01, 2012, 07:36:14 PM
bisa dianalogikan dengan sihir.
ada bacaan-bacaan tertentu yang apabila dibaca, maka anda akan terlindungi dari bahaya kasar maupun halus.
di sihir ada, di agama juga ada.

sihir mengakui fenomena orang kesurupan makhluk halus. di agama juga ada.
sihir mempercayai cerita mistik yang tidak sesuai dengan logika. di agama juga ada.

apakah mempercayai hal-hal di atas termasuk memajukan atau memundurkan sains ?

(1)
Apakah yg Anda maksud membaca ayat Alquran tertentu akan membawa hal positif tidak logis?
Jika anda cukup suka membaca buku psikologi populer ada yang dinamakan berpikir positif. Anda tahu salah satu teknik yg bisa dilakukan untuk memupuk kebiasaan berpikir positif...

MEMBACA KALIMAT2 YANG POSITIF.

Entah bagaimana caranya, pikiran manusia merespon pada ucapan-ucapan motivasional baik yg diucapkan orang lain ataupun diri sendiri. Apakah ini sihir juga?

(2)
Ah tidak perlu percaya agama atau sihir untuk percaya (atau berhadapan) dengan orang kesurupan. Cukup keluar dari zona nyaman anda. Bergaullah dg orang2 yg sering berhadapan dg fenomena mistis dan anda tidak akan butuh waktu lama untuk menemukan pengalaman mistis.

Pertanyaannya, siapkah Anda keluar dari zona nyaman Anda?

(3)
Seperti dua jawabanku di atas..

Peristiwa mistis bisa jadi masuk akal atau logika jika anda berpikiran terbuka. Step out from your comfort zone. Evolusi atau Big Bang butuh imajinasi liar untuk bisa dipercayai. Kenapa anda tidak gunakan imajinasi liar itu untuk mencoba memahami peristiwa mistis dalam kisah2 sejarah agama.

Sains bisa menjelaskan agama / spiritualitas.

Dan sebaliknya.
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

Dhantez

Salah satu penyebab kegagalan banyak orang dalam memahami isi kitab suci adalah karena mereka menyangka isi Alquran atau kitab lainnya adalah straight fact. Mereka berharap isi Alquran kurang lebih seperti ini:

Surah 3: The sun

Surah 3:1
The Sun is the star at the center of the Solar System
Surah 3:2
It is almost perfectly spherical and consists of hot plasma interwoven with magnetic fields.
Surah 3:3
It has a diameter of about 1,392,684 km
Surah 3:4
about 109 times that of Earth,
Surah 3:5
and its mass (about 2×1030 kilograms, 330,000 times that of Earth)
Surah 3:6
Chemically, about three quarters of the Sun's mass consists of hydrogen, while the rest is mostly helium.


Sayangnya, bahasa Alquran bukanlah bahasa sains, melainkan bahasa puitik. Bayangkan jika Anda dihadapkan dengan puisi karya Goenawan Mohamad ini:

Dingin tak tercatat
pada termometer
Kota hanya basah
Angin sepanjang sungai
mengusir, tapi kita tetap saja
disana. Seakan akan
gerimis raib
dan cahaya berenang
mempermainkan warna
Tuhan, kenapa kita bisa bahagia?


Setelah membaca, Anda mulai menyerang kalimat2 di atas dengan logika sains..

"Bodoh sekali, mana ada dingin yang tidak bisa diukur dg pengukur suhu??
Mana bisa angin mengusir, angin kan bergerak berdasar perbedaan suhu di dua tempat??
Mana bisa gerimis raib??
Lalu cahaya berenang??
Ah ini mah tidak logis!
Mistik!
"

Apakah itu hal yang pintar untuk dilakukan? Tentu tidak.

Apakah puisi Goenawan Mohamad itu memiliki makna? Jelas Iya.

Nah, padahal itu baru gaya bahasa yang dibikin oleh seorang penulis puisi. Bayangkan jika kitab2 itu benar2 buatan Tuhan atau Dewa.. Tentu Dia atau Mereka bisa membuat perumpamaan2 yang jauh lebih mahakompleks daripada seorang penulis puisi tercerdas sekalipun. Bisakah hal seperti itu dipahami dg mudah? Hanya dg membaca 1 atau 2 ayat, tanpa melihat keterkaitan konteks antara surat satu dg yang lainnya. Tanpa memerhatikan juga gaya bahasa asal atau konteks sejarah yang mengelilingi peristiwa yang sedang dikisahkan.

Be smart but don't forget to be humble.
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

mhyworld

Kutip dari: Dhantez pada Oktober 12, 2012, 02:33:29 AM
Banyak hal yang belum bisa dijelaskan oleh sains di dunia ini.

Beberapa hal mungkin tidak akan pernah bisa.

Ketika sains tidak mampu, maka hal-hal spiritual adalah jalan pintas ke jawaban tersebut. Tentu anda tidak bisa menyarankan semua orang di seluruh dunia untuk menunggu sains menemukan jawaban untuk hal-hal tersebut bukan?

Ketika seseorang terbentur permasalahan kehidupan dan berada pada keadaan kritis, dia bisa menemukan ketenangan dalam doa atau sembahyangnya. Dia bisa menemukan motivasi hidupnya lagi dengan mendengarkan nasihat rohani. Pada masa itu probabilitas matematika, hukum fisika, atau ilmu biologi tidak akan mampu menjawab kegelisahannya.

Kita semua harus sering2 merunduk dan merenung. Hal-hal spiritual seperti peristiwa kesurupan, fenomena mistis, dsb masih dan akan terus terjadi di seluruh penjuru dunia untuk mengingatkan kita.. bahwa ada hal2 gaib di antara kita. Ada superpower yang mengatur alam ini entah bagaimana caranya. Tidak hanya satu atau dua kali sains berhadapan langsung dengan peristiwa seperti itu dan gagal memberi penjelasan dg baik.

Lihat fakta, bahkan di masyarakat se-modern AS, serial TV dengan tema mistis dg rating tinggi terus bermunculan: X-Files, Fringe, The River, Heroes, Walking Dead, dsb - ini menunjukkan bahwa jauh dalam lubuk hati masyarakat modern pun masih menyimpan rasa percaya (atau kerinduan) akan hal-hal yang bersifat spiritual.

Saya yakin, suatu hari nanti pasti akan datang waktu di mana sains dan spiritualisme akan berbenturan. Dan akan saling menjelaskan - bukan meniadakan.
Selama manusia belum punah, selalu ada harapan untuk menjelaskan setiap fenomena menggunakan sains.
Kita harus membedakan antara mengetahui sesuatu dengan merasa mengetahui sesuatu. Meyakinkan diri sendiri bahwa ia telah memperoleh jawaban yang benar tanpa melalui pembuktian yang kuat bisa dianggap sebagai membohongi diri sendiri. Mungkin saja ada efek positif berupa tumbuhnya sikap optimis, meskipun hanya efek placebo. Namun tentunya akan lebih baik jika jawaban yang sebenarnya bisa diketahui dan dibuktikan secara ilmiah, karena hasilnya akan lebih reliable. Saran saya, manusia sebaiknya lebih aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan penelitian sesuai bidangnya masing-masing sehingga dapat memperbesar peluang ditemukannya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada saat ini.
Ketenangan maupun motivasi hidup dapat diperoleh secara independen tanpa afiliasi dengan ajaran agama tertentu.
Probabilitas matematika akan tampak kacau jika kita mengabaikan bias dari beberapa faktor yang mempengaruhi keluarannya, seperti efek placebo. Oleh karena itu penelitian dalam bidang medis selalu menggunakan metode double blind, sehingga bias dari efek placebo bisa diminimalkan.
Beberapa peristiwa mistis yang diteliti secara sungguh-sungguh dengan metode sains menunjukkan bahwa sebenarnya peristiwa itu dapat dijelaskan secara ilmiah. Beberapa faktor yang menyebabkan peristiwa-peristiwa yang tampaknya tidak masuk akal atau bertentangan dengan hukum alam antara lain kesalahan pengamatan, kurangnya pengetahuan akan hukum alam, kesalahpahaman dalam komunikasi, halusinasi, ilusi, atau sulap yang sengaja mengalihkan perhatian pengamat dari kejadian yang sebenarnya. David Hume telah membahas masalah seperti ini dari jauh hari sebelumnya.
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
KutipProblem of miraclesIn his discussion of miracles in An Enquiry concerning Human Understanding (Section 10) Hume defines a miracle as "a transgression of a law of nature by a particular volition of the Deity, or by the interposition of some invisible agent". Given that Hume argues that it is impossible to deduce the existence of a Deity from the existence of the world (for he says that causes cannot be determined from effects), miracles (including prophecy) are the only possible support he would conceivably allow for theistic religions.

Hume discusses everyday belief as often resulted from probability, where we believe an event that has occurred most often as being most likely, but that we also subtract the weighting of the less common event from that of the more common event. In the context of miracles, this means that a miraculous event should be labelled a miracle only where it would be even more unbelievable (by principles of probability) for it not to be. Hume mostly discusses miracles as testimony, of which he writes that when a person reports a miraculous event we [need to] balance our belief in their veracity against our belief that such events do not occur. Following this rule, only where it is considered, as a result of experience, less likely that the testimony is false than that a miracle occur should we believe in miracles.

Although Hume leaves open the possibility for miracles to occur and be reported, he offers various arguments against this ever having happened in history:[84]

People often lie, and they have good reasons to lie about miracles occurring either because they believe they are doing so for the benefit of their religion or because of the fame that results.
People by nature enjoy relating miracles they have heard without caring for their veracity and thus miracles are easily transmitted even where false.
Hume notes that miracles seem to occur mostly in "ignorant" and "barbarous" nations and times, and the reason they don't occur in the "civilized" societies is such societies aren't awed by what they know to be natural events.
The miracles of each religion argue against all other religions and their miracles, and so even if a proportion of all reported miracles across the world fit Hume's requirement for belief, the miracles of each religion make the other less likely.
Despite all this Hume observes that belief in miracles is popular, and that "The gazing populace receive greedily, without examination, whatever soothes superstition and promotes wonder".[85]

Critics have argued that Hume's position assumes the character of miracles and natural laws prior to any specific examination of miracle claims, and thus it amounts to a subtle form of begging the question. They have also noted that it requires an appeal to inductive inference, as none have observed every part of nature or examined every possible miracle claim (e.g., those yet future to the observer), which in Hume's philosophy was especially problematic.

Hume's main argument concerning miracles is the following. Miracles by definition are singular events that differ from the established Laws of Nature. The Laws of Nature are codified as a result of past experiences. Therefore a miracle is a violation of all prior experience. However the probability that something has occurred in contradiction of all past experience should always be judged to be less than the probability that either my senses have deceived me or the person recounting the miraculous occurrence is lying or mistaken, all of which I have past experience of. For Hume, this refusal to grant credence does not guarantee correctness – he offers the example of an Indian Prince, who having grown up in a hot country refuses to believe that water has frozen. By Hume's lights this refusal is not wrong and the Prince is thinking correctly; it is presumably only when he has had extensive experience of the freezing of water that he has warrant to believe that the event could occur. So for Hume, either the miraculous event will become a recurrent event or else it will never be rational to believe it occurred. The connection to religious belief is left inexplicit throughout, save for the close of his discussion wherein Hume notes the reliance of Christianity upon testimony of miraculous occurrences and makes an ironic[86][87] remark that anyone who "is moved by faith to assent" to revealed testimony "is aware of a continued miracle in his own person, which subverts all principles of his understanding, and gives him a determination to believe what is most contrary to custom and experience."


Acara fiksi yang ditampilkan di tv tidak mencerminkan keyakinan publik secara mayoritas. Masyarakat bisa saja terhibur tanpa meyakini kebenaran ceritanya. Bahkan bisa jadi mereka justru terhibur/penasaran karena hal itu aneh/asing bagi kehidupan mereka yang nyata.
once we have eternity, everything else can wait

mhyworld

Kutip dari: Dhantez pada Oktober 12, 2012, 02:59:58 AM
(1)
Apakah yg Anda maksud membaca ayat Alquran tertentu akan membawa hal positif tidak logis?
Jika anda cukup suka membaca buku psikologi populer ada yang dinamakan berpikir positif. Anda tahu salah satu teknik yg bisa dilakukan untuk memupuk kebiasaan berpikir positif...

MEMBACA KALIMAT2 YANG POSITIF.

Entah bagaimana caranya, pikiran manusia merespon pada ucapan-ucapan motivasional baik yg diucapkan orang lain ataupun diri sendiri. Apakah ini sihir juga?

(2)
Ah tidak perlu percaya agama atau sihir untuk percaya (atau berhadapan) dengan orang kesurupan. Cukup keluar dari zona nyaman anda. Bergaullah dg orang2 yg sering berhadapan dg fenomena mistis dan anda tidak akan butuh waktu lama untuk menemukan pengalaman mistis.

Pertanyaannya, siapkah Anda keluar dari zona nyaman Anda?

(3)
Seperti dua jawabanku di atas..

Peristiwa mistis bisa jadi masuk akal atau logika jika anda berpikiran terbuka. Step out from your comfort zone. Evolusi atau Big Bang butuh imajinasi liar untuk bisa dipercayai. Kenapa anda tidak gunakan imajinasi liar itu untuk mencoba memahami peristiwa mistis dalam kisah2 sejarah agama.

Sains bisa menjelaskan agama / spiritualitas.

Dan sebaliknya.

Melanjutkan jawaban saya sebelumnya, peristiwa mistis bisa tetap menjadi misteri jika kita menyerah untuk mencari penjelasan yang sebenarnya atau berhenti menelitinya karena alasan tertentu seperti keterbatasan waktu, dana, pengetahuan, malas berpikir, dsb. Namun sejauh ini belum ada satu pun fenomena mistis yang terbukti kebenarannya secara objektif. Selengkapnya silakan baca
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
once we have eternity, everything else can wait

mhyworld

Kutip dari: Dhantez pada Oktober 12, 2012, 03:29:20 AM
Salah satu penyebab kegagalan banyak orang dalam memahami isi kitab suci adalah karena mereka menyangka isi Alquran atau kitab lainnya adalah straight fact. Mereka berharap isi Alquran kurang lebih seperti ini:

Surah 3: The sun

Surah 3:1
The Sun is the star at the center of the Solar System
Surah 3:2
It is almost perfectly spherical and consists of hot plasma interwoven with magnetic fields.
Surah 3:3
It has a diameter of about 1,392,684 km
Surah 3:4
about 109 times that of Earth,
Surah 3:5
and its mass (about 2×1030 kilograms, 330,000 times that of Earth)
Surah 3:6
Chemically, about three quarters of the Sun's mass consists of hydrogen, while the rest is mostly helium.


Sayangnya, bahasa Alquran bukanlah bahasa sains, melainkan bahasa puitik. Bayangkan jika Anda dihadapkan dengan puisi karya Goenawan Mohamad ini:

Dingin tak tercatat
pada termometer
Kota hanya basah
Angin sepanjang sungai
mengusir, tapi kita tetap saja
disana. Seakan akan
gerimis raib
dan cahaya berenang
mempermainkan warna
Tuhan, kenapa kita bisa bahagia?


Setelah membaca, Anda mulai menyerang kalimat2 di atas dengan logika sains..

"Bodoh sekali, mana ada dingin yang tidak bisa diukur dg pengukur suhu??
Mana bisa angin mengusir, angin kan bergerak berdasar perbedaan suhu di dua tempat??
Mana bisa gerimis raib??
Lalu cahaya berenang??
Ah ini mah tidak logis!
Mistik!
"

Apakah itu hal yang pintar untuk dilakukan? Tentu tidak.

Apakah puisi Goenawan Mohamad itu memiliki makna? Jelas Iya.

Nah, padahal itu baru gaya bahasa yang dibikin oleh seorang penulis puisi. Bayangkan jika kitab2 itu benar2 buatan Tuhan atau Dewa.. Tentu Dia atau Mereka bisa membuat perumpamaan2 yang jauh lebih mahakompleks daripada seorang penulis puisi tercerdas sekalipun. Bisakah hal seperti itu dipahami dg mudah? Hanya dg membaca 1 atau 2 ayat, tanpa melihat keterkaitan konteks antara surat satu dg yang lainnya. Tanpa memerhatikan juga gaya bahasa asal atau konteks sejarah yang mengelilingi peristiwa yang sedang dikisahkan.

Be smart but don't forget to be humble.
Memang bagus kalau semua orang yang religius berpandangan seperti itu. Masalahnya kita jumpai banyak orang yang meyakini kebenaran kitab suci agamanya secara literal, termasuk narasi mengenai alam semesta, sehingga mereka melakukan aksi yang menghalangi perkembangan sains yang memang ditujukan untuk menjelaskan fenomena-fenomena alam.
Mereka bahkan memahami perintah untuk memerangi orang-orang yang berkeyakinan lain secara literal juga, sehingga mereka tidak segan melakukan tindak kekerasan. Parahnya, mereka melakukan hal itu dengan rasa bangga, puas, tanpa menunjukkan perasaan bersalah, karena mereka yakin bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah tindakan terpuji menurut agama/keyakinan mereka, dan mereka yakin akan mendapatkan balasan yang baik dan berlipat-lipat besarnya dari tuhan mereka.
once we have eternity, everything else can wait

Dhantez

Saya sudah membaca banyak hal tentang metafisika termasuk dari kacamata para skeptis seperti James Randi. Saya bukan orang yg cepat percaya mengenai suatu hal. Spt ketika buku Keajaiban air karya Masaru Emoto booming di seluruh dunia, saya adl termasuk yang sangat skeptis akan hal itu.

Di sisi lain, saya sendiri skeptis dengan James Randi. Seberapa banyak paranormal di dunia ini yang mengenal dan (jikapun iya) menganggap serius tantangan itu? Ambil analogi sederhana.. Wushu dari Cina, Taek Won Do dari Korea, dan Karate dari Jepang. Tapi anda tahu bagaimana rekor atlet masing2 negara dalam menjuarai cabang olahraga terkait di tingkat internasional?? Sangat buruk.

Bukan berarti tidak ada ahli yg bisa maju dan menjuarainya. Pasti amat sangat banyak ahli2 di negara masing2. Ahli tersebut pasti sangat paham dg gerakan, filosofi, dan sejarahnya.. Hanya saja, mereka tidak melihat itu sebagai sesuatu yg harus dibuktikan atau dilihat seluruh dunia. Biksu Shaolin, misalnya, lebih memilih hidup tenang di biaranya sembari menempa kemampuan diri mereka. Jika mereka diikutkan kejuaraan, hampir pasti tidak ada yg bisa menandingi.

Begitu juga dg paranormal. Malah2 bisa jadi, orang2 yg maju menantang Randi hanya orang biasa yg mengadu peruntungannya untuk mendapatkan hadiah itu.
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

mhyworld

Dalam bela diri, yang menentukan hasil pertandingan bukan hanya teknik, melainkan juga faktor lain seperti kecepatan dan kekuatan fisik. Menjadi ahli dalam teori bela diri tidak menjamin kesuksesannya menjadi juara. Kalau hanya melihat kemampuan teknik dan pengalaman, juara dunia tahun 90an tentunya lebih berpengalaman daripada juara dunia tahun 2000an, apalagi juara dunia saat ini. Namun nyatanya mereka tidak mampu lagi bersaing dalam kejuaraan dunia karena faktor usia menyebabkan kemampuan fisik mereka menurun jauh dibanding pada masa jayanya.
Kebanyakan orang yang mengaku paranormal memanfaatkan kepercayaan masyarakat akan kemampuan mereka sebagai sumber penghasilan. Penghasilan mereka dalam 10 tahun belum tentu dapat menyamai tawaran dari tantangan Randi yang hanya memakan waktu beberapa jam (bahkan menit) saja. Kalau dipikirkan secara rasional, tidak adanya paranormal yang mampu menjawab tantangan Randi mengarah pada 2 kemungkinan :
1. Paranormal tidak ada dalam dunia nyata, mereka yang mengaku paranormal hanya menggunakan trik untuk mengelabui penonton/kliennya.
2. Semua paranormal asli tidak memerlukan uang, tidak butuh ketenaran. Karena jika ada 1 saja paranormal asli yang butuh uang, mereka tentunya akan menjawab tantangan Randi dan membawa pulang hadiah dalam jumlah besar. Ini berarti bahwa paranormal yang tampil di media masa bukanlah paranormal yang sesungguhnya.
Manakah di antara kedua kemungkinan di atas yang paling masuk akal?
once we have eternity, everything else can wait

topazo

Saya mau mengundang teman2 ke Thread baru saya nih... Tadinya saya mau ngobrolin tentang paranormal dan tenaga dalam di sini, tapi daripada OOT nya jadi lebih jauh lagi, saya buat Thread baru...

Apakah Ini Akhirnya yang Membuktikan Chi?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

mhyworld

Pendukung intelligent design sering berargumen dengan memunculkan contoh mengenai kompleksitas mata, yang menurut mereka tidak mungkin terjadi melalui proses evolusi tanpa seorang desainer. Richard Dawkins menjelaskannya dengan detail dalam video berikut :
http://www.youtube.com/watch?v=Nwew5gHoh3E
once we have eternity, everything else can wait

nʇǝʌ∀

Kutip dari: Dhantez pada Oktober 12, 2012, 02:59:58 AM
(1)
Apakah yg Anda maksud membaca ayat Alquran tertentu akan membawa hal positif tidak logis?
Jika anda cukup suka membaca buku psikologi populer ada yang dinamakan berpikir positif. Anda tahu salah satu teknik yg bisa dilakukan untuk memupuk kebiasaan berpikir positif...

MEMBACA KALIMAT2 YANG POSITIF.

Entah bagaimana caranya, pikiran manusia merespon pada ucapan-ucapan motivasional baik yg diucapkan orang lain ataupun diri sendiri. Apakah ini sihir juga?

(2)
Ah tidak perlu percaya agama atau sihir untuk percaya (atau berhadapan) dengan orang kesurupan. Cukup keluar dari zona nyaman anda. Bergaullah dg orang2 yg sering berhadapan dg fenomena mistis dan anda tidak akan butuh waktu lama untuk menemukan pengalaman mistis.

Pertanyaannya, siapkah Anda keluar dari zona nyaman Anda?

(3)
Seperti dua jawabanku di atas..

Peristiwa mistis bisa jadi masuk akal atau logika jika anda berpikiran terbuka. Step out from your comfort zone. Evolusi atau Big Bang butuh imajinasi liar untuk bisa dipercayai. Kenapa anda tidak gunakan imajinasi liar itu untuk mencoba memahami peristiwa mistis dalam kisah2 sejarah agama.

Sains bisa menjelaskan agama / spiritualitas.

Dan sebaliknya.

pertama-tama, secara eksplisit maupun implisit anda tidak menjawab pertanyaan ytridyrevsielixetuls
kalau anda percaya bahwa ada orang mati bisa hidup kembali, apakah kepercayaan ini termasuk memajukan atau memundurkan sains? itu intinya.

bagaimana dengan fenomena batu Ponari beberapa tahun lalu? kalau batu tsb dicelupkan ke dalam air maka air tsb bisa menjadi air penyembuhan segala penyakit. banyak orang yang percaya dan mereka pun datang ke rumah Ponari sekedar minta ia mencelupkan batunya ke dalam air untuk mereka jadikan obat dengan biaya seikhlasnya.
banyak orang bilang itu adalah pembodohan, tidak masuk akal, nyeleneh, dsb meskipun orang bisa saja mendapatkan sugesti positif dengan fenomena batu Ponari tsb.
namun banyak orang termasuk orang beragama saja pada akhirnya mengkritisi fenomena batu ajaib tsb, dan mereka menggunakan logika.
"Tidak masuk akal bahwa batu bisa menjadikan air biasa menjadi air penyembuhan. siapa tahu batunya malah batu kotor, percuma saja kalau airnya air kotor, dll.... " akhirnya dikritisi juga kepercayaan terhadap hal2 yang sifatnya metafisik.
lantas mengapa tidak boleh mengkritisi juga agama-agama yang ada sekarang?

kalau mencelupkan batu ke dalam air keran bisa membuat air tersebut jadi obat dianggap tidak masuk akal dan bohong belaka... lantas bagaimana dengan manusia hidup kembali setelah mati atau lautan dibelah dengan tongkat?

sama saja kan? sama-sama tidak masuk akal.
lalu kenapa hanya batu Ponari saja yang boleh dikritisi?

                |'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''|
       __/""|"|--------nʇǝʌ∀ inc.------|
> (|__|_|!!|__________________|
      (o)!""""""(o)(o)!"""""""""""(o)(o)!

ytridyrevsielixetuls

@Dhantez

ada beberapa iman yang memang pantas dikritisi, tanpa perduli apakah itu memberikan sugesti positif atau negatif, misalnya percaya bahwa Bumi itu datar atau manusia mati bisa hidup lagi karena sudah jelas bertentangan dengan sains. tentu ada juga beberapa iman yang dirasakan positif bagi sebagian orang namun dirasakan negatif bagi yang lain... dan terjadilah konflik gara-gara iman. lantas bagaimana solusinya?
tentu kita harus menggunakan akal kita untuk memecahkan masalah ini.
apa orang lain harus dipaksa tunduk-manut saja apa kata iman. lantas bagaimana reaksi anda kalau orang lain memaksakan imannya pada anda?

oh ya, lalu mengapa banyak orang, termasuk orang beragama, menganggap bahwa sihir itu tidak masuk akal? bukankah di dalam kepercayaan mereka juga bisa ditemui hal2 yg tidak masuk akal?
dan mengapa dalam mengkritisi agama lain selalu menggunakan akal
tapi ketika agamanya sendiri dikritisi, malah tunduk-manut saja apa kata iman?
tidakkah anda pikir ini standar ganda?

kalau memang pada dasarnya manusia butuh kepercayaan semacam Fairy Tale atau semacamnya dan dianggap wajar bahkan logis lantas buat apa selama ini para tokoh agama lewat berbagai propaganda mereka seperti ceramah dan media massa, menyerang doktrin agama lain dan mengaggap bahwa agama lain tsb tidak masuk akal?
buat apa mengkritisi agama lain dan menuding pengikutnya tersesat kalau anda dan mereka itu sama-sama tidak menggunakan akal?
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

ytridyrevsielixetuls

saya punya pertanyaan baru untuk anda,

bagaimana kalau orang lain mau menghancurkan benda-benda yang anda anggap bernilai spiritual tapi dianggap sesat oleh mereka dengan alasan itu kata iman mereka?

apakah anda akan toleran pada mereka sehingga anda rela benda2 spiritual milik anda dihancurkan oleh mereka, atau anda akan melawan dan menuding mereka bersikap tidak toleran pada anda? apakah anda minta pada mereka agar agama anda dihormati?

lalu bagaimana dengan menghancurkan berhala-berhala milik agama lain dengan alasan itu kata iman anda? haruskah dikecualikan?
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

mhyworld

Argumen yang menyatakan bahwa agama diperlukan karena dapat memberikan sugesti positif pernah dibahas oleh Sam Harris di video berikut
http://www.youtube.com/watch?v=FO9If_23cfU
once we have eternity, everything else can wait

ytridyrevsielixetuls

#1408
jadi apakah wajar dan masuk akal ATAU tidak wajar dan tidak masuk akal kalau orang mendapat sugesti positif dengan BERIMAN bahwa batu Ponari adalah obat penyembuh ?

apakah wajar dan masuk akal ATAU tidak wajar dan tidak masuk akal kalau orang BERIMAN bahwa dengan membaca mantera sihir tertentu maka mereka akan mampu mencapai cita-cita mereka?

lalu... kalau memang wajar dan masuk akal orang membutuhkan iman/agama/kepercayaan (yang sifatnya spiritual/metafisik) supaya mereka mendapatkan sugesti positif.... berarti wajar dan masuk akal juga kalau ada orang menyimpan jimat atau menyembah berhala?

dengan demikian, kalau anda menghancurkan jimat dan berhala mereka, maka anda tidak menghormati agama mereka...
tapi bagaimana kalau justru iman anda sendiri yang menyuruh anda menyingkirkan benda-benda spiritual milik penganut agama lain?
iman siapa yang harus diutamakan ?
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

nʇǝʌ∀

yap. sebagian iman kalau dijalankan sungguh2 bisa berbenturan dengan iman yang lain. pertanyaannya, iman siapa yang harus diutamakan?

yang terbukti benar donk. dan untuk membuktikan kebenaran ya harus pakai AKAL. disamping hati nurani.
sungguh aneh kalau semakin dekat dengan Tuhan malah membuat kita makin tidak berakal.
kita ini mencari Tuhan bro, ytridyrevsielixetuls.
tanpa menggunakan akal, kita bahkan tidak bisa berdiskusi dan bertukar pikiran disini... apalagi bertemu Tuhan.

                |'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''|
       __/""|"|--------nʇǝʌ∀ inc.------|
> (|__|_|!!|__________________|
      (o)!""""""(o)(o)!"""""""""""(o)(o)!