Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 06:24:06 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 87
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 103
Total: 103

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

BUNUH DIRI dan EUTHANASIA (all religion)

Dimulai oleh monokorobo, Juli 22, 2009, 10:08:29 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

monokorobo

Hidup n mati adalah di tngn Tuhan yg Ia ciptkan tuk mnguji iman, amalan,n ketaatan manusia t'hdap Tuhan, Penciptanya. trz apakah di p'bolehkan bunuh diri mnurut agama?n pa yg t'jadi dgn ruh yg bnuh diri, krna qt tw bnuh diri tu blm wktunya meninggl. n bgmn dgn Euthanasia mnurut smw agma?p di p'bolehkan?

Karna ni tuk smw agma, sy hrp tuk sharing ja, jgn sling memojokkan :)

Waktu diibaratkan pedang yang akan bunuh diri kita, waktu tak akan bisa berputar kembali,janganlah sia-siakan waktumu, taukah kamu setiap detik dan menit mengandung manfaat bagi orang yang menggunakan

Karno Giyantono

bunuh diri adalah termasuk dosa besar n dilarang
"Orang Pintar adalah Orang yang Berusaha Membangun Rumah atau Kehidupan yang Bagus di dunia dan Istana Di Surga"

[move]caranya Belajar dan Bekerja serta Beramal dan Beribadah

cronny

Mao bunuh diri mah boleh2 aja... selama ngak ngajak2 yg lain nya buat nemenin dia. Nyawa yah punya sendiri, yah urus lah baik2 sendiri nya.
God made me an atheist. Who are you to question his wisdom?

sisca, chemistry

euthanasia apa gag sama ama bnuh diri???

klo mnrut kekristenan bunuh diri itu gag bole..
soalnya, Tuhan uda menciptakan kita sedemikian rupa, koq malah disia2kan..
lagian masalah bukanlah yg menentukan kita harus mati ato gak...
masak gara2 1 masalah, kita harus kehilangan nyawa kita yg jg cuma 1 kali????

di sudut dunia ini masi ada hal2 baru yg belum kita ketahui...
carilah, selagi masi ada kesempatan... jgn sia2kan hidup kita ini...
tpi buatlah pengaruh, supya kita bisa diingat,,, dan tak akan lekang oleh berjalannya waktu...
;D
[move]
~ You are what you eat ~
[/move]

Pi-One

Bunuh diri itu termasuk pembunuhan berencana...

Nabih

Kutip dari: Pi-One pada Juli 23, 2009, 09:26:54 AM
Bunuh diri itu termasuk pembunuhan berencana...
setuju, meskipun tersangka dan korbanya sama

Saya kutipkan kebih banyak info dari [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.] (mungkin sudah pada tau)

Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya.

Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi.

Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya.

Ada empat metode euthanasia:

* Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan kematian.

* Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).

* Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.

* Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai 'bunuh diri atas pertolongan dokter'. Di Amerika Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.

Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:

* Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini adalah memberikan suntik mati. Hal ini ilegal di Britania Raya dan Indonesia.

* Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh penghentian tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian pemberian nutrisi, air, dan ventilator.

Ada kasus ketika meningkatkan dosis pengurang rasa sakit, seperti pemberian Morfin, dapat memperpendek umur pasien. Namun pemberian morfin tidak dimaksukan untuk menimbulkan kematian, sehingga dipandang secara moral berbeda. Kasus ini juga dapat dilihat dari perspektif falsafah 'efek ganda'. Prinsip ini berasal dari filsafat moral Immanuel Kant, yang juga dipopulerkan oleh Gereja Katholik. Falsafah 'efek ganda' menekankan bahwa suatu efek tindakan tidak akan bisa diterima secara moral ketika ia terjadi secara sengaja, namun tindakan itu akan diterima jika tidak disengaja.

Argumen Pro Euthanasia

Kelompok pro euthanasia, yang termasuk juga beberapa orang cacad, berkonsentrasi untuk mempopulerkan euthanasia dan bantuan bunuh diri. Mereka menekankan bahwa pengambilan keputusan untuk euthanasia adalah otonomi individu. Jika seseorang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau berada dalam kesakitan yang tak tertahankan, mereka harus diberikan kehormatan untuk memilih cara dan waktu kematian mereka dengan bantuan yang diperlukan. Mereka mengklaim bahwa perbaikan teknologi kedokteran merupakan cara untuk meningkatkan jumlah pasien yang sekarat tetap hidup. Dalam beberapa kasus, perpanjangan umur ini melawan kehendak mereka.

Mereka yang mengadvokasikan euthanasia non sukarela, seperti Peter Singer, berargumentasi bahwa peradaban manusia berada dalam periode ketika ide tradisional seperti kesucian hidup telah dijungkir balikkan oleh praktek kedokteran baru yang dapat menjaga pasien tetap hidup dengan bantuan instrumen. Dia berargumen bahwa dalam kasus kerusakan otak permanen, ada kehilangan sifat kemanusian pada pasien tersebut, seperti kesadaran, komunikasi, menikmati hidup, dan seterusnya. Mempertahankan hidup pasien dianggap tidak berguna, karena kehidupan seperti ini adalah kehidupan tanpa kualitas atau status moral.

Falsafah Utilitarian Singer menekankan bahwa tidak ada perbedaan moral antara membunuh dan mengizinkan kematian terjadi. Jika konsekuensinya adalah kematian, maka tidak menjadi masalah jika itu dibantu dokter, bahkan lebih disukai jika kematian terjadi dengan cepat dan bebas rasa sakit.

Oposisi terhadap Euthanasia

Banyak argumen anti euthanasia bermula dari proposisi, baik secara religius atau sekuler, bahwa setiap kehidupan manusia memiliki nilai intrinsik dan mengambil hidup seseorang dalam kondisi normal adalah suatu kesalahan. Advokator hak-hak orang cacad menekankan bahwa jika euthanasia dilegalisasi, maka hal ini akan memaksa beberapa orang cacad untuk menggunakannya karena ketiadaan dukungan sosial, kemiskinan, kurangnya perawatan kesehatan, diskriminasi sosial, dan depresi. Orang cacad sering lebih mudah dihasut dengan provokasi euthanasia, dan informed consent akan menjadi formalitas belaka dalam kasus ini. Beberapa orang akan merasa bahwa mereka adalah beban yang harus dihadapi dengan solusi yang jelas. Secara umum, argumen anti euthanasia adalah kita harus mendukung orang untuk hidup, bukan menciptakan struktur yang mengizinkan mereka untuk mati.

Disadur dari:

Wellcome Trust. 2004. Disability & Bioethics Resource Pack. Euthanasia. V1.0

Referensi tambahan:

* Shannon, Thomas (Diterjemahkan K.Bertens). 1995. Pengantar Bioetika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
* Karo-Karo, Andre. 1987. Etika Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta.
* Situs web Riset Euthanasia. [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
* Situs web Peter Singer. [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Kalau saya fikir, penyakit itu kan menebus dosa, daripada di balas di akhirat

Irdint

Setahu saya namanya bentuk pembunuhan dalam bentuk apapun sama sekali tidak di perkenankan atau benar..

Dalam islam karena saya seorang muslim, sama sekali tidak ada yang namanya mati secara tidak menyakitkan. Walau ketika seseorang meningggal raut wajah mereka menunjukkan raut yang tidak tersakiti sekalipun, kita tidak akan pernah tahu bagaimana kondisi roh yang sedang sakaratul maut. Dan sebenarnya sakaratul maut (proses pencabutan arwah dari tubuh seseorang) sakitnya sama sengan 100 ekor kambing yang sedang dikuliti hidup-hidup. Ada yang juga mengatakan (saya lupa hadisnya nanti tak cari lagi) sakitnya sakaratul maut itu seperti ranting penuh duri yang dimasukkan kedalam daging kita kemudian dicabut dengan sekeras-kerasnnya sehingga keluar apa yang tersangkut di duri-duri itu dan meninggalkan apa yang tak sempat tercabut (kira-kira seperti ini).

Mati dengan bunuh diri apa lagi.. "Allah tidak akan memberi suatu cobaan melebihi kemampuan hambanya" dan bunuh diri sama sekali bukan jalan melarikan diri dari masalah. Segala sesuatu akan kita perbuat di dunia ini akan kita pertanggung jawabkan setelah mati.

Lebih baik dalam hidup ini kita pikirkan "bagaimana caranya" daripada memikirkan "bagaimana akhirnya"

maaf kalau ada kata-kata yang tidak berkenan ^^

queenofmarduk

katanya Tuhan dlm agama tertentu sudah menakdirkan jalan hidup manusia. Jika manusia mati bunuh diri berarti memang itulah takdir yg ditentukan Tuhan. Berarti bukan salah manusia itu donk. Kan udah takdirnya.
Sama seperti iblis yg diusir kan Tuhan yg menciptakan iblis sudah menakdirkan bahwa dia akan diusir dan menjadi perusak umat manusia.
Semua ini panggung sandiwara. Sudah ada skenarionya..

HyawehHoshikawa

dalam filosofi "agama" saya, mau dia bunuh diri apa ngga, waktu matinya tetep aja sama, cuman caranya aja yang beda.
umur itu udah ada ditangan tuhan.
Rationality alone isn't enough, the world is Complex.

Illust

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keaadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

manusia sekali-kali di suruh untuk berpikir... kemana manusia itu melangkahkan kaki mereka hanya mereka sendiri yang menentukan.. terlalu gampang untuk mengatakan takdir..

matilah dengan keadaan yang baik.. karena mati adalah suatu perkara yang sangat besar.. karena itulah Islam mengajarkan "berbanyaklah mengingat mati.. ingatlah di hari kita akan bertemu dengan pencipta kita". jadi jangan pernah menganggap remeh tentang mati..

Garuda

bunuh diri sih gampang ,tapi efek sosiologi dan psikoligisnya sama orang yang ditinggalkan harus di perhitungkan, jadi wajar kalo bunuh diri itu dosa ....

kiliplik

apapun alasannya..mencabut nyawa sendiri atau pun orang lain adalah salah..
Nyawa kita hanya milik Tuhan saja..siapakah kita yang dapat mengambilnya seenaknya saja dari Dia.. :)


Illust

emang yakinkah kalian kalo mati bakal masuk surga? kalo orang mati masuk surga sedunia bakal lebih milih bunuh diri ketimbang harus kerja keras dalam hidup.. enak mati aja dan tinggal bersenang-senang...

dari dulu kita tidak akan mendapatkan sesuatu yang instan.. dan kalo mau jadi hantu... tetep aja sama-sama surem..

nate river

bentar...saya mau numpang tanya sekalian topiknya sama-sama "bunuh diri"...
kalau bunuh dirinya untuk melindungi orang lain,bagaimana seluruh agama memandangnya ya?

misalnya seorang anak keluarga kaya raya mengira kalau Ayahnya pengidap kanker berat dan usianya tak lama lagi. Si Anak menginginkan harta warisan ayahnya untuk kepentingan tertentu. Rupanya penerima warisan sah sebenarnya adalah ibunya. Si Anak lantas membunuh ibunya dengan membuatnya seolah kecelakaan tapi si Ayah memergokinya. Si Anak akhirnya jujur ke Ayahnya kalau motif pembunuhannya karena menginginkan warisan Ayahnya,toh Si Ayah kena kanker berat dan tak bisa bertahan lebih lama lagi. Tapi rupanya Si Ayah telat ngasih tahu kalau sebenarnya penyakitnya bisa diobati lewat jalan operasi, dan sebenarnya ia masih bisa sembuh. Si Anak salah mengira hal tsb. karena merasa bersalah dan tak tahu harus bagaimana,si Anak lari kabur. Lalu, Si Ayah memanipulasi kondisi TKP agar barang bukti mengarah padanya utk melindungi Si Anak, dan setelah itu si Ayah bunuh diri agar si anak memperoleh warisan yang sangat dibutuhkan anaknya itu.

emang sih itu kejadian di cerita fiksi,tapi kalau kita mengandaikan itu tjd dalam kehidupan nyata, bagaimana agama menyikapinya? bukankah bunuh diri dilarang oleh semua agama? bukankah dalam kasus itu faktanya bahwa ia mengakhiri hidupnya dengan kehendaknya sendiri?
hidup itu seperti asimtot...
meski mustahil mencapai titik kesempurnaan, tapi kita akan selalu berusaha mendekati kesempurnaan....