Forum Sains Indonesia

Diskusi Umum => Agama dan Filosofi => Topik dimulai oleh: Jay Ram pada Oktober 17, 2009, 02:50:07 PM

Judul: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Jay Ram pada Oktober 17, 2009, 02:50:07 PM
Khusus temen2 Hindu
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Oktober 17, 2009, 03:40:01 PM
Salah kamar?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Oktober 30, 2009, 09:56:12 AM
Belief in God in the Age of Science

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Oktober 30, 2009, 10:08:21 AM
Sains adalah jawaban untuk masalah sains, agama adalah kontrol moral untuk penerapannya.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Lunaris pada Oktober 30, 2009, 06:41:59 PM
Aku lebi cinta sains lah. Bagiku arah perjalanan umat manusia itu harus kedepan, bukan kebelakang.

EDIT: BTW orang yang ngepost dibawahku punya kebiasaan nge junk apa?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: sith lord pada Oktober 30, 2009, 06:43:46 PM
^
kirain lebih cinta yesi
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Oktober 30, 2009, 09:07:58 PM
hati2 loh bang sith, kalau mulai ngatain si yesi ntar ada yg ngatain si mohhi juga :D :D

Back ke topik, gua lebih suka ke sains sih. Secara pribadi lebih masuk akal buat gua.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: biobio pada November 05, 2009, 03:12:36 PM
Saya heran, kok orang dengan pemikiran cemerlang seperti Lunaris IQ nya sampai minus. Apa anak-anak ForSa tidak mengetahui kecerdasan Lunaris? Saya tambahi 1 IQ buat Lunaris, untuk kecerdasan dan kecemerlangan pikirannya.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 05, 2009, 03:31:02 PM
Gak usah heanlah. Orang yang banyak ngasih sumbangan pemikiran, tapi pandangannya beda dengan yang lain. yang lain gak bisa menang adu debat, ya main serang IQ. Cara rendah yang malu-maluin aja (makanya aku pribadi gak pernah nurunin IQ orang, wako juga gak peduli amat dengan ini)

*Pikir-pikir, baru kepikiran juga. IQku juga berkurang, mungkin ada pihak yang gak senang juga dengan pemikirannya. Satu kebangga inih :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: alf pada November 07, 2009, 07:28:21 PM
Kutip dari: Pi-One pada Oktober 30, 2009, 10:08:21 AM
Sains adalah jawaban untuk masalah sains, agama adalah kontrol moral untuk penerapannya.
saya kira agama tidak hanya sebagai kontrol moral, tapi disanalah sumber ilmu pengetahuan

salah satu contohnya:
"dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al-Anbiyaa':30)

dan seperti yang sudah kita ketahui selama ini, bahwa faktor terpenting bagi kehidupan adalah air.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: alf pada November 07, 2009, 07:36:26 PM
Kutip dari: Lunaris pada Oktober 30, 2009, 06:41:59 PM
Aku lebi cinta sains lah. Bagiku arah perjalanan umat manusia itu harus kedepan, bukan kebelakang.

agama sama sekali tidak mengarahkan manusia untuk berjalan kebelakang. justru sebaliknya. salah satu contoh dalam hal ini adalah terdapat ilmu pengetahuan yang diajarkan dan tlh mjd kwjbn manusia unt mempelajarinya agar dapat menyingkap rahasia yang ada..
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: HyawehHoshikawa pada November 07, 2009, 07:51:05 PM
Kutip"dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al-Anbiyaa':30)
Nah, ini salah satu ayat yang sifatnya ambigu:
Dari perspektif saya bisa diartikan:
1.Kehidupan berasal dari air {macem abiogenesis{air->makhluk hidup}, eh bener ga yah abiogenesis namanya?biologi gw jelek soalnya}
2.Seperti yang anda katakan, bahwa MH itu perlu air... {orang jaman dulu juga ga perlu ilmu yang tinggi-tinggi amat buat tahu hal umum kaya' gini}

btw:
Kalo' sejak awal tidak ada Agama, apa yang akan terjadi hingga saat ini yah? apa hal yang memberikan moral itu hanya agama?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: alf pada November 07, 2009, 08:11:25 PM
lalu bagaimana menurut anda dengan ayat ini:
"dan matahari berjalan di tempat peredarannya. demikinlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS.Yaasin:38)
"tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masin2 beredar menurut garis edarnya." (QS.Yaasin:38)

moral mungkin tidak hanya berasal dari agama. tapi islam mengajarkan tentang moral secara lengkap dan hal2 lain yang diperlukan mns untuk memenuhi tujuan penciptaannya.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: HyawehHoshikawa pada November 07, 2009, 08:34:16 PM
udah sering dibahas ama pi-one dithread lain,
orang berpaham geosentris pun mengatakan bahwa matahari berjalan ditempat peredarannya kan?
malah ga bilang kalo' bumi itu yang bergerak kan?
udah ah,{oot diakhiri disini saja}
kalo' maw bahas kayak ginian, mungkin lebih baek dithread "kenapa kamu menjadi atheis,agnostic..."
kasian yang buat topik cinta,sains ato agama ini.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: adi mulya pada November 07, 2009, 09:44:20 PM
kayaknya kita harus mengkolaborasi kannya deh alnya agama tanpa ilmu ktanya laksana orang buta sedang kan ilmu tanpa agama bisa menghancurkan dunia kan...
??? ??? ::)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 08, 2009, 10:57:03 AM
Kutip dari: adi mulya pada November 07, 2009, 09:44:20 PM
kayaknya kita harus mengkolaborasi kannya deh alnya agama tanpa ilmu ktanya laksana orang buta sedang kan ilmu tanpa agama bisa menghancurkan dunia kan...
??? ??? ::)
Itu bukannya maksudnya agama sebagai panduan moral untuk penerapan sains kan? Bukannya agama merecoki sains.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: alf pada November 08, 2009, 04:50:20 PM
Kutip dari: HyawehHoshikawa pada November 07, 2009, 08:34:16 PM
orang berpaham geosentris pun mengatakan bahwa matahari berjalan ditempat peredarannya kan?
malah ga bilang kalo' bumi itu yang bergerak kan?

klo matahri berjalan di tempatnya dikatakan oleh orang sekarang ini tentu g da yg istimewa. anak2 sd pun tahu hal itu. tapi bayangkan, hal itu sdh di ungkapkan 1400 tahun lebih yang lalu. yang saat itu, iptek sama sekali blm brkembang.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: alf pada November 08, 2009, 04:52:27 PM
Kutip dari: Pi-One pada November 08, 2009, 10:57:03 AM
Itu bukannya maksudnya agama sebagai panduan moral untuk penerapan sains kan? Bukannya agama merecoki sains.

bukannya ilmu tanpa agama jstru akan mengahncrkan ilmu t sndr?? ilmu hny bkln dimanfaatin bwt kpntgn sndr. gak mikir dampaknya bwt org lain.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: HyawehHoshikawa pada November 09, 2009, 12:21:36 AM
Kutip"dan matahari berjalan di tempat peredarannya. demikinlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS.Yaasin:38)
"tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masin2 beredar menurut garis edarnya." (QS.Yaasin:38)
makanya gw bilang ayat ini ambigu:
1. Sang "pembuat" ayat mengatakan kalo' matahari berputar mengelilingi pusat galaxi.
2. Sang "pembuat" ayat mengatakan seperti apa yang dia lihat (matahari berputar mengelilingi bumi).

Kecuali kalo' ada penjelasan bahwa garis edar matahari ialah pada pusat galaxi (mungkin blackhole), dan atau bumi mengelilingi matahari...

sebelum dibahas:
Fakta bahwa bumi itu bulat sudah diprediksikan oleh phytagoras, selain itu, bapak ilmu ukur "Euclidean" juga hidup beberapa ratus tahun sebelum masehi, silakan cari sendiri infonya (udah malem nih, ane mw tidur)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada November 19, 2009, 08:41:45 AM
Pembahasan orang yang cinta agama dan cinta sains secara rasional dapat dilihat dalam buku Tipler: The Physics of Immortality dan sudut pandang Theory of Everything yang dibahas dalam forum Awal Semesta dan Awal Kehidupan.


http://www.forumsains.com/agama-dan-filosofi/awal-alam-semesta-dan-awal-kehidupan/
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pams pada November 19, 2009, 09:23:10 AM
sebenarnya di al-quran cukup banyak disebutkan ilmu2 sains yang memang terbukti di jaman sekarang. bagi saya sebagai umat muslim, saya memang meyakininya.
Mungkin di kitab agama lain pun sama seperti itu.
Menurut pengalaman saya siiii... (maaf) ada bbrp teman saya yg cenderung melihat segala sesuatunya secara sains, & sayangnya kecenderungan seperti itu menghasilkan atheisme.
Jadi, alangkah indahnya jika sains & agama berjalan beriringan ;)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 19, 2009, 09:34:51 AM
Kutip dari: pams pada November 19, 2009, 09:23:10 AM
sebenarnya di al-quran cukup banyak disebutkan ilmu2 sains yang memang terbukti di jaman sekarang.
Masalahnya, ayat yang anda maksud tidak jelas, tidak spesifik, sehingga kita bahkan gak bis apastikan ayat tersebut emmang maknanya ke sana. bahkan cenderung multi tafsir (seperti kasus matahari bergerak)

Kutip dari: pams pada November 19, 2009, 09:23:10 AM
Menurut pengalaman saya siiii... (maaf) ada bbrp teman saya yg cenderung melihat segala sesuatunya secara sains, & sayangnya kecenderungan seperti itu menghasilkan atheisme.
Jadi, alangkah indahnya jika sains & agama berjalan beriringan ;)
Untukmasalah sains, aku lebih memilih jawaban sains. bagiku agama lebih pada kontrol moral ketimbang sumber segala sains...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pams pada November 19, 2009, 11:10:48 AM
Kutip dari: Pi-One pada November 19, 2009, 09:34:51 AM
Masalahnya, ayat yang anda maksud tidak jelas, tidak spesifik, sehingga kita bahkan gak bis apastikan ayat tersebut emmang maknanya ke sana. bahkan cenderung multi tafsir (seperti kasus matahari bergerak)

oke boss...
nti saya lanjut dengan sourcenya yg lbh detail...  in the middle of working hours niii...
:)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pams pada November 19, 2009, 12:14:27 PM
mmm.. pi-one, setelah dipikir-pikir, klo saya ngeluarin ayat2 atau dalil tertentu  cenderung akan menimbulkan reaksi & menurut saya sepertinya kurang baik untuk diangkat di forum ini, klo japri aja gmn?? kamu bs contact saya di [email protected].

ini saya mengutip tulisan seorang penulis yg aktif menulis di dunia cyber & saya rasa cukup netral utk agama manapun.
(punten kang ucup, saya sadur sedikit tulisannya)

mangucup88 <mangucup88@yaho...> wrote:
Jawablah dengan jujur apakah kita masih membutuhkan agama ? Bukankah semua kebutuhan kita sudah bisa terpenuhi di Shopping Malls ataupun di Carefour, disamping itu agama membuat manusia jadi dunguk dan
boboh. Masalahnya agama itu selalu bertentangan dan tidak sejajar dengan ilmu pengetahuan dalam bahasa kerennya ini disebut "Conflict Thesis". Misalnya Galileo Galilie maupun Charles Darwin adalah korban dari konflik ini.

Konflik antara kepercayaan dan ilmu pengetahuan sering sekali terjadi umpamanya dalam bidang biologi yang satu menyatakan bahwa kita ini keturunan dari monyet (Darwin) sedangkan menurut kepercayaan kita ini diciptakan oleh Sang Pencipta. Bahkan sering
sekali saya mendengar kalho kita mau percaya, kita harus berusaha untuk melupakan nalar kita, karena perkataan ,,kepercayaan" itu tidak ada di dalam kamusnya ilmu pengetahuan! Inilah yang dibilang doktrin
comberan ato ,,Kebo duduk" ato dalam bhs Londonya Bull Sit!

Kepercayaan adalah ufuk (=horison) dari semua ilmu pengetahuan atau akarnya dari setiap ilmu pengetahuan, tanpa adanya kepercayaan tidak akan ada ilmu pengetahuan! Ilmu Pengetahuan bukannya timbul secara
kebetulan! Mereka bisa menyelidiki dan menemukan sesuatu, karena diawali dgn adanya kepercayaan pada suatu hipotesis. Untuk meraih ini pada awalnya mereka harus bersedia mengorbankan ,,akal budi" atau
nalar mereka, kalau hanya berdasarkan akal budi saja, manusia tidak akan dapat melakukan perjalanan ke bulan!

Manusia memiliki dua macam kebutuhan dasar kebutuhan alamiah (fitriah) dan non alamiah. Kebutuhan Fitriah adalah kebutuhan ingin mengetahui dan ingin mempelajari sesuatu yang bisa dibuktikan secara ilmiah. Kebutuhan non alamiah misalnya ingin mengetahui: "Kenapa
kita dilahirkan ? Tujuan hidup kita ini apa ? Apa yang terjadi setelah kita mati ?"

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia pada saat ini memiliki
pengetahuan maupun manusia yang terdidik jauh lebih tinggi dan jauh lebih banyak sejak sepanjang sejarah manusia. Hanya sayangnya, akal kita semakin kuat, tetapi hati kita semakin lemah. Lihat saja orang-
orang disekitar kita, berapa banyak orang kesepian, stress, kehilangan rasa kasih sayang, keluarga retak, perselingkuan, korban narkoba, sakit jiwa dsb-nya. Disamping itu dengan bertambahnya
pengetahuan semakin, bertambah pula kejahatan manusia. Dahulu orangmembunuh dengan pedang, sekarang dengan bom atom maupun senjata
biologis.

Baik sains maupun agama (keimanan) memberikan kekuatan kepada kemanusiaan. Sains memberikan kepada kita kekuatan dalam bentuk empiris yang bisa dijamah oleh pancaindera kita, sedangkan keimanan
memberikan kita kekuatan non empiris, atau kekuatan batin. Sumber dari segala kejahatan berpangkal dari kuatnya akal tetapi lemahnya iman.

Sains berarti kemampuan dan keimanan adalah kehendak baik. Sains memicu ketidak puasan, keimanan memberikan kesejukan dan damai. Sains memberikan kita kekuatan dan pencerahan; iman memberikan kita
harapan, kehangatan dan kasih sayang. Sains dapat merubah dan membentuk kembali alam disekitar kita, iman dapat membentuk dan merubah batin manusia. Sains memberikan kita kepastian, keimanan
memberikan kita hiburan, penawar bagi kegelisahan, ketakberdayaan maupun absurdisitas. Sains dapat membuat barang jadi bermutu, iman dapat meningkatkan mutu manusia. Sains menciptakan teknologi, dan
keimanan menciptakan tujuan. Sains memberi kita momentum dan keimanan memberikan arah. Yang diberikan oleh sains kepada manusia adalah kekuatan yang lepas, tetapi keimanan memberikan sesuatu
kekuatan yang kukuh.

Mang Ucup


Klo mau pd komentar langsung ke mang ucup aja yaaa....
(ngeles mode on*). ;)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 19, 2009, 02:08:04 PM
Tidak usah. Aku sudah sering diskusi soal itu dengan rekan-rekan di forum lain, dan tiap kali tetap saja gak pernah sepaham. Tetap saja ayat yang mereka ajukan cenderung bermakna luas dan multi tafsir.

Dan tulisan mang ucup? Melihat tulisan bodoh seperti 'Darwin bilang manusia keturunan monyet' saja sudah bikin ngantuk. Darwin, atau teori evolusi tak pernah menyebut monyet sebagai moyang manusia. bahkan dalam percabangan hominid monyet termasuk yang terjauh, karena mereka bahkan gak masuk keluarga kera besar. Kerabat terdekat manusia adalah simpanse dan bonobo, dan mereka juga gak pernah jadi moyang kita.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: net pada November 19, 2009, 02:46:30 PM
i like sains very much, but without a faith I'm nothing ^^
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pams pada November 19, 2009, 02:52:12 PM
Kutip dari: Pi-One pada November 19, 2009, 02:08:04 PM
Tidak usah. Aku sudah sering diskusi soal itu dengan rekan-rekan di forum lain, dan tiap kali tetap saja gak pernah sepaham. Tetap saja ayat yang mereka ajukan cenderung bermakna luas dan multi tafsir.

sip sip... klo berdiskusi ttg agama memang tdk ada ujungnya...
setiap org memiliki keyakinannya masing2.
that's my point...
cheers...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 19, 2009, 08:15:39 PM
Agama berharga selama tidak melanggar dan melangkahi, bahkan menggurui sains. Itu poinku.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: anakkecil pada November 20, 2009, 01:16:58 PM
kalaw agamanya ga sesuai dengan sains, maka pasti agamanya salah.
@Pi-One: apakah agama yang anda anut selama ini sudah sesuai dengan sains?
:-)
kalaw saya pilih dua2nya aja..
agama untuk beribadah, sains untuk mencari nafkah
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 21, 2009, 08:27:04 AM
Kutip dari: anakkecil pada November 20, 2009, 01:16:58 PM
kalaw agamanya ga sesuai dengan sains, maka pasti agamanya salah.
@Pi-One: apakah agama yang anda anut selama ini sudah sesuai dengan sains?
:-)
kalaw saya pilih dua2nya aja..
agama untuk beribadah, sains untuk mencari nafkah
Dulu sudah ada member yang tanya dan sudah kujawab. Aku belum menemukan bagian dari ajaran yang bertentangan dengan sains.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: anakkecil pada November 23, 2009, 11:33:59 AM
"Dulu sudah ada member yang tanya dan sudah kujawab. Aku belum menemukan bagian dari ajaran yang bertentangan dengan sains. "

contohnya? sains yang mana?
:-)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada November 23, 2009, 03:40:17 PM
Kutip dari: alf pada November 07, 2009, 08:11:25 PM
lalu bagaimana menurut anda dengan ayat ini:
"dan matahari berjalan di tempat peredarannya. demikinlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS.Yaasin:38)
"tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masin2 beredar menurut garis edarnya." (QS.Yaasin:38)

moral mungkin tidak hanya berasal dari agama. tapi islam mengajarkan tentang moral secara lengkap dan hal2 lain yang diperlukan mns untuk memenuhi tujuan penciptaannya.
buat P-ONE sama BIOBIO, ini surat sudah beberapa abad tahun yang lalu lho, dari ucapan Nabi Besar yg tidak bisa baca tulis...yang hanya menyampaikannya dari ALLAH melalui malaikat Jibril. masihkah kalian ga percaya kalo AlQuran sumber ilmu pengetahuan? dan bisakah kamu menjelaskan secara ilmiah kalo AlQuran / ucapan Muhammad cuman hayalan yg ternyata benar nyata? KALIAN KAN ORANG PINTER PASTI BISA JELASIN DONG KE KAMI YANG GOBLOKPOL INI?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada November 23, 2009, 04:07:17 PM
Numpang ketawa aja.... ;D ;D

Mungkin ini kali yah kenapa negara islam menggalami kemunduran di bidang sains. Lah orang2 nya maksa banget acuan nya musti dari 1 sumber yg sudah ratusan tahun lalu.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: anakkecil pada November 23, 2009, 04:13:54 PM
"Mungkin ini kali yah kenapa negara islam menggalami kemunduran di bidang sains. Lah orang2 nya maksa banget acuan nya musti dari 1 sumber yg sudah ratusan tahun lalu."

:-)
harusnya bagaimana, menurut pendapat sdr cronny
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada November 23, 2009, 04:24:34 PM
Mulai belajar lah... ilmu pengetahuan kan berkembang terus.
Kalau mao nya cuma belajar menafsirkan kitab yg sudah ratusan tahun lalu itu, ngak mungkin dong bisa mengejar negara lain nya yg belajar dari ilmu2 yg dikembangkan saat ini.

Teori evolusi telah memungkinkan di bukanya ilmu pengetahuan di bidang lain nya, jangan di tentang habis2an gitu secara membabi buta gara2 agama, tapi di pelajari lah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pams pada November 24, 2009, 12:50:11 PM
Kutip dari: cronny pada November 23, 2009, 04:07:17 PM
Numpang ketawa aja.... ;D ;D

Mungkin ini kali yah kenapa negara islam menggalami kemunduran di bidang sains. Lah orang2 nya maksa banget acuan nya musti dari 1 sumber yg sudah ratusan tahun lalu.

wah, sounds like mengdeskriditkan agama nii...

Saya sebagai muslim jelas tersinggung, tp karena ini forum sains maka saya hanya menghimbau & menjelaskan sedikit saja. Al-quran bukan 100% isinya menuliskan ttg sains, hanya ada beberapa ayat yang memang menerangkan tentang kejadian alam. isi lainnya sama saja dengan semua kitab suci agama yang lain.
Jika anda meragukannya, itu hak anda. Jadi sudah lah, klo kita mengaku intelek, hal semacam ini tdk usah diperpanjang. karena ini masalah kepercayaan saja, mau sampe 1000 pages juga klo sudah berbeda pendapat tdk akan ada titik temunya.

Cheers.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 24, 2009, 09:11:27 PM
Kutip dari: goblokpol pada November 23, 2009, 03:40:17 PM
Kutip dari: alf pada November 07, 2009, 08:11:25 PM
lalu bagaimana menurut anda dengan ayat ini:
"dan matahari berjalan di tempat peredarannya. demikinlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS.Yaasin:38)
"tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masin2 beredar menurut garis edarnya." (QS.Yaasin:38)

moral mungkin tidak hanya berasal dari agama. tapi islam mengajarkan tentang moral secara lengkap dan hal2 lain yang diperlukan mns untuk memenuhi tujuan penciptaannya.
buat P-ONE sama BIOBIO, ini surat sudah beberapa abad tahun yang lalu lho, dari ucapan Nabi Besar yg tidak bisa baca tulis...yang hanya menyampaikannya dari ALLAH melalui malaikat Jibril. masihkah kalian ga percaya kalo AlQuran sumber ilmu pengetahuan? dan bisakah kamu menjelaskan secara ilmiah kalo AlQuran / ucapan Muhammad cuman hayalan yg ternyata benar nyata? KALIAN KAN ORANG PINTER PASTI BISA JELASIN DONG KE KAMI YANG GOBLOKPOL INI?
Ayat itu sendiri maknanya bias dan gak jelas. Andai kita masih percaya teori geosentris, ayat itu pun gak bisa dibilang 'bertentangan' dengan geosentris...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada November 24, 2009, 09:52:12 PM
Kutip dari: pams pada November 24, 2009, 12:50:11 PM
wah, sounds like mengdeskriditkan agama nii...

Saya sebagai muslim jelas tersinggung, tp karena ini forum sains maka saya hanya menghimbau & menjelaskan sedikit saja. Al-quran bukan 100% isinya menuliskan ttg sains, hanya ada beberapa ayat yang memang menerangkan tentang kejadian alam. isi lainnya sama saja dengan semua kitab suci agama yang lain.
Jika anda meragukannya, itu hak anda. Jadi sudah lah, klo kita mengaku intelek, hal semacam ini tdk usah diperpanjang. karena ini masalah kepercayaan saja, mau sampe 1000 pages juga klo sudah berbeda pendapat tdk akan ada titik temunya.

Cheers.
Tapi emang ini yg terjadi kan? yg dulu kebudayaan nya sangat maju di bidang2 ilmu pengetahuan... sekarang malah tampak nya terbelakang. Ini kenapa?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: bone_daddy pada November 25, 2009, 08:11:11 AM
yg di maksud agama di sini apa yah??? di lihat dr kitab sucinya gitu?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 25, 2009, 10:26:16 AM
Kutip dari: anakkecil pada November 23, 2009, 11:33:59 AM
contohnya? sains yang mana?
:-)
Beda dengan 'agama lain', Buddhisme tidak mengaku mencakup semua pengetahuan yang ada. Buddhisme hanya memfokuskan pada ajaran tentang penderitaan dan cara mengatasinya. Jadi andai ada bagian sains, juga gak dibahas mendalam dan lebih diutamakan pada yangberkaitan dengan tujuan.

Misal tentang asal-mula alam semesta dsb, Sang Buddha memilih tidak membahasnya, karena selain tidak berguna dalam tujuan Buddhisme, juga cenderung mengundang debat kusir.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada November 25, 2009, 05:36:20 PM
Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan pasti: Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah perkataan manusia.

Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan dalam Al Qur'an "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82) Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal informasi yang dikandung Al Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari demi hari.

Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab suci yang Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk hidup. Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita:

"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)

Dalam beberapa ayat-Nya yang lain, Allah menegaskan:

"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Al Qur'an, 18:29)

"Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya." (Al Qur'an, 80:11-12)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada November 25, 2009, 05:38:57 PM
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:

"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)

Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam.

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada November 25, 2009, 05:40:09 PM
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:

"...Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)

Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.

Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.

Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.

Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada November 25, 2009, 05:41:46 PM
Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.

Tapi ada perkecualian; Al Qur'an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:

"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 22:47)

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 32:5)

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur'an, 70:4)

Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:

"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)

Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur'an adalah Kitab Suci.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada November 25, 2009, 05:53:04 PM
Al Qur'an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.

"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)

Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.

Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur'an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.

Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.

Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:

Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)

Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak":

"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7)

Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.

Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:

Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)

Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur'an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.

"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada November 25, 2009, 09:37:19 PM
Hm... kalau al qur'an itu berisi seperti hal2 yg loe tulis diatas...
Gua heran kenapa semua negara2 muslim saat ini rada terbelakang di bidang teknologi?
Yg ngak punya pedoman tsb, malah lebih maju.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 26, 2009, 08:13:53 AM
Kutip dari: goblokpol pada November 25, 2009, 05:38:57 PM
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:

"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)

Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam.

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.
Ikutan memutar kaset lama...

Pertama, ayat yang anda ajukan, apakah bertentangan dengan konsep geosentris? Soal matahari dan bulan beredar dalam garis edar, apa itu bertentangan dengan geosentris, paham yang populer di abad ke-5 saat itu?

Dan yang kedua, teratur? Tak bertabrakan? Bulan sendiri teorinya terbentuk saat bumi bertabrakan dengan obyek lain, dan ini sudah disimulasikan dengan program komputer (favenya pak doktor nih :) ). Komet menabrak planet bukan hal baru. Dan lagi astronom sudah tahu bahwa alam semesta ini bukannya tanpa tabrakan, tabrakan antar obyek angkasa adalah hal biasa. Bintang ditelan black hole dari bintang kembarannya pada sistem binari atau lebih adalah hal biasa. Atau galaksi yang saling bertabrakan dan saling memangsa. bahkan galaksi kita dan galaksi andromeda diprediksi akan saling emmangsa di masa depan...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 26, 2009, 08:18:22 AM
Kutip dari: goblokpol pada November 25, 2009, 05:40:09 PM
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:

"...Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)

Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.

Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.

Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.

Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.
Garuk-garuk kepala...

Sejak kapan ledakan bintang (supernova) menghasilkan meteor yang kemudian jatuh ke bumi? Besi adalah unsur terberat yang bisa dihasilkan dari reaksi fusi, sementara ledakan bintang atau supernova menghasilkan unsur yang lebih berat dari besi. Dan bukankah di dalam bumi sendiri terdapat cairan besi cair? Bukankah itu menunjukkan bumi sendiri sejak awal pembentukan sudah mengandung besi?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 26, 2009, 08:21:56 AM
Kutip dari: goblokpol pada November 25, 2009, 05:41:46 PM
Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.

Tapi ada perkecualian; Al Qur'an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:

"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 22:47)

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 32:5)

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur'an, 70:4)

Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:

"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)

Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur'an adalah Kitab Suci.
Bicara tentang relativitas waktu, apalagi yang berkaitan dengan perbedaan waktu 'langit' dan 'bumi', itu bukanlah hal baru. Seperti pernah kusinggung, bahkan di Veda pun pernah disinggung soal kisah seorang raja dan putrinya yang melakukan perjalanan ke alam brahma selama beberapa hari, dan saat kembali sudha berlalu ribuan tahun di bumi. Maka ide relativitas waktu di Alquran bukan hal baru.

bahkan kebudayaan yang tak kenal Veda atau Alquran pun mengenal relativitas waktu. Misal di jepang ada dongeng urashima Taro, yang mengandung konsep relativitas waktu.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 26, 2009, 08:33:06 AM
Kutip dari: goblokpol pada November 25, 2009, 05:53:04 PM
Al Qur'an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.

"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)

Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.

Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur'an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.

Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.

Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:

Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)

Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak":

"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7)

Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.

Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:

Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)

Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur'an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.

"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
Gunung kan adalah hasil reaksi dari tumbukan antar benua. Ibarat dua obyek bertabrakan, akan terbentuk kerutan hasil tumbukan di sisi yang bertabrakan. Dan karena bentuknya memanjang, rasanya gak cocok disamakan dengan pasak.

lagian kadang malah gunung yang membuat guncangan bagi bumi itu sendiri. tahu gempa vulkanik kan?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: sith lord pada November 27, 2009, 01:35:46 PM
Kutip dari: cronny pada Oktober 30, 2009, 09:07:58 PM
hati2 loh bang sith, kalau mulai ngatain si yesi ntar ada yg ngatain si mohhi juga :D :D

Back ke topik, gua lebih suka ke sains sih. Secara pribadi lebih masuk akal buat gua.

ups.nyindir mr.'atheis' doang kok. no sara
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada November 27, 2009, 06:22:50 PM

Bicara tentang relativitas waktu, apalagi yang berkaitan dengan perbedaan waktu 'langit' dan 'bumi', itu bukanlah hal baru. Seperti pernah kusinggung, bahkan di Veda pun pernah disinggung soal kisah seorang raja dan putrinya yang melakukan perjalanan ke alam brahma selama beberapa hari, dan saat kembali sudha berlalu ribuan tahun di bumi. Maka ide relativitas waktu di Alquran bukan hal baru.

bahkan kebudayaan yang tak kenal Veda atau Alquran pun mengenal relativitas waktu. Misal di jepang ada dongeng urashima Taro, yang mengandung konsep relativitas waktu.
[/quote]

dengan kata lain anda percaya dong agama dengan sains saling berhubungan...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada November 27, 2009, 07:01:00 PM
Kutip dari: goblokpol pada November 27, 2009, 06:22:50 PM
dengan kata lain anda percaya dong agama dengan sains saling berhubungan...
Aku tak percaya ada agama yang 'sudah mencakup semua sains'...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: anakkecil pada November 30, 2009, 11:41:42 AM
"Cinta Sains atau Agama?"

kalau saya cinta dua-duanya
:-)
mengapa tidak
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada Desember 01, 2009, 05:41:12 PM
masih ga percaya coba yang ini..menyangkut kesehatan dan pengobatan

Dan Tuhan Penciptamu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia".(68) Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS Annahl : 68 – 69)

* Mengobati sakit pernapasan
Seorang dokter bernama Urich telah mengobati berbagai macam penyakit pernapasan seperti penyakit paru-paru, radang hidung, pilek, maupun radang saluran pernafasan dengan menggunakan lem lebah.

Cara pengobatannya, 60 gram lem lebah dan 40 gram intisari madu diletakkan di sebuah wadah alumunium dengan kapasitas 300 hingga 400 ml. Lalu wadah yang berisi lem lebah dan intisari madu tersebut diletakkan di dalam wadah stainless berisi air mendidih.

ada saat proses inilah, zat-zat aktif fetonsedat dalam lem lebah akan memanas dan menguap bersama air. Uap inilah yang harus dihisap oleh para penderita penyakit saluran pernafasan sebanyak dua kali sehari sampai penderita sembuh dari penyakit yang dideritanya.

* Penyakit mata
Dr Mosahrankof  berhasil mengobati penyakit mata dengan dengan menyuntikkan cairan madu sebanyak 0,3 hingga 1 persen ke dalam kantong konjungtifa (selaput pada pelupuk mata). Setelah itu, pasien yang berpenyakit mata akan mengalami penurunan rasa sakit pada matanya. Selain itu pusing yang diderita penderita penyakit mata juga berkurang hingga sembuh.

* Mengobati sakit pencernaan
Dr Gorpateno melakukan pengobatan terhadap para pasiennya yang mengalami luka di usus. Dia memberikan 50 hingga 60 tetes cairan madu satu setengah jam sebelum pasien tersebut makan sebanyak tiga kali sehari. Masa penyembuhan itu berlangusng dalam jangka waktu tiga hingga empat pekan


yang menyampaikan ayat ini hanyalah orang yang tidak bisa baca tulis (Muhammad S.A.W) logis ngga orang yang tidak bisa baca tulis bisa menyampaikan ilmu pengetahuan kalau tidak dengan bimbingan dari Penciptanya langsung, ALLAH YANG ESA
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: goblokpol pada Desember 01, 2009, 07:30:06 PM
Mumi Firaun Sadarkan Prof. Dr. Maurice Bucaille Dan Membawanya Pada Kebenaran Alquran
21 July 2009

Suatu hari di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir. Setelah mendapat restu dari pemerintah Mesir, mumi Firaun tersebut kemudian digotong ke Prancis. Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Firaun dengan pesta yang sangat meriah.

Mumi itu pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, yang selanjutnya dilakukan penelitian sekaligus mengungkap rahasia di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis. Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof Dr Maurice Bucaille.

Prof Dr Maurice Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L'Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.

Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal yang menjadi pasiennya. Anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, diketahui juga termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya. Namanya mulai terkenal ketika ia menulis buku tentang Bibel, Alquran, dan ilmu pengetahuan modern atau judul aslinya dalam bahasa Prancis yaitu La Bible, le Coran et la Science di tahun 1976.

Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul ketika secara intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama. Karenanya, ketika datang kesempatan kepada Bucaille untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun, ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menguak misteri di balik penyebab kematian sang raja Mesir kuno tersebut.

Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan! Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam kepala sang profesor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?

Prof Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern, dengan judul aslinya, Les momies des Pharaons et la midecine. Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le prix Diane Potier Boes (penghargaan dalam sejarah) dari Academie Frantaise dan Prix General (Penghargaan umum) dari Academie Nationale de Medicine, Prancis.

Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di antara rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata:

"Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini".

Bucaille awalnya mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat. Hingga salah seorang di antara mereka berkata bahwa Alquran yang diyakini umat Islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan kemudian diselamatkannya mayatnya.

Ungkapan itu makin membingungkan Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya. Ia duduk semalaman memandang mayat Firaun dan terus memikirkan hal tersebut. Ucapan rekannya masih terngiang-ngiang dibenaknya, bahwa Alquran kitab suci umat Islam telah membicarakan kisah Firaun yang jasadnya diselamatkan dari kehancuran sejak ribuan tahun lalu.

Sementara itu, dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus memikirkan hal itu.

Ia berkata pada dirinya sendiri.

"Apakah masuk akal mumi di depanku ini adalah Firaun yang akan menangkap Musa? Apakah masuk akal, Muhammad mengetahui hal itu, padahal kejadiannya ada sebelum Alquran diturunkan?".

Prof Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta untuk didatangkan Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan:

"Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka".

Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil juga tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Firaun dan masih tetap utuh. Karena itu, ia semakin bingung.

Berikrar Islam
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Akan tetapi, tidak ada keputusan yang mengembirakannya, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang semenjak ia mendapatkan temuan dan kabar dari rekannya tersebut, yakni kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut. Dia pun memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.

Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya pada Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut. Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka mushaf Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya:

    "Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS Yunus: 92).

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang:

"Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini".

Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, berbeda dengan wajah pada saat dia pergi dulu. Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern dengan Alquran, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang dibicarakan Alquran.

Semua hasil penelitiannya tersebut kemudian ia bukukan dengan judul Bibel, Alquran dan Ilmu Pengetahuan Modern, judul asli dalam bahasa Prancis, La Bible, le Coran et la Science. Buku yang dirilis tahun 1976 ini menjadi best-seller internasional (laris) di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat Muslim di dunia.

Karyanya ini menerangkan bahwa Alquran sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, sedangkan Al-Kitab atau Bibel tidak demikian. Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya diragukan.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 02, 2009, 09:45:53 AM
Kutip dari: anakkecil pada November 30, 2009, 11:41:42 AM
"Cinta Sains atau Agama?"

kalau saya cinta dua-duanya
:-)
mengapa tidak
Dalam hal ini, kurasa 'poligami' gak dilarang :D
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 02, 2009, 03:50:55 PM
Kutip dari: anakkecil pada November 30, 2009, 11:41:42 AM
"Cinta Sains atau Agama?"

kalau saya cinta dua-duanya
:-)
mengapa tidak

Only 10 percent of the eminent evolutionary scientists who answered the poll saw an inevitable conflict between religion and evolution. The great majority see no conflict between religion and evolution, not because they occupy different, noncompeting magisteria, but because they see religion as a natural product of human evolution. Sociologists and cultural anthropologists, in contrast, tend toward the hypothesis that cultural change alone produced religions, minus evolutionary change in humans. The eminent evolutionists who participated in this poll reject the basic tenets of religion, such as gods, life after death, incorporeal spirits or the supernatural. Yet they still hold a compatible view of religion and evolution.

Bibliography
Barrett, P. H, P. J. Gautrey, S. Herbert, D. Kohn and S. Smith, eds. 1987. Charles Darwin's Notebooks, 1836-1844. Ithaca: Cornell University Press.
Dennett, D. C. 1984.Elbow Room. Cambridge: MIT Press.
Dennett, D. C. 2003. Freedom Evolves. New York: Viking.
Dupree, A. H. 1959. Asa Gray. Cambridge: Harvard University Press.
Gould, S. J. 1999. Rocks of Ages: Science and Religion in the Fullness of Life. New York: Ballantine.
Graffin, G. W. 2003. Monism, Atheism, and the Naturalist World View: Perspectives from Evolutionary Biology, dissertation. Ithaca: Cornell University. [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Honderich, T. 1993. How Free are You? Oxford: Oxford University Press.
Kane, R., ed. 2002. The Oxford Handbook of Free Will. Oxford: Oxford University Press.
Larson, E. J., and L. Witham. 1998. Leading scientists still reject God. Nature 394:313.
Larson, E. J., and L. Witham. 1999. Scientists and religion in America. Scientific American, September, pp. 88-93.
Leuba, J. H. 1916. The Belief in God and Immortality: A Psychological, Anthropological and Statistical Study. Boston: Sherman, French and Co.
Leuba, J. H. 1934. Religious beliefs of American scientists. Harper's Magazine, August, pp. 291-300.
Smith, H. W. 1952. Man and His Gods. New York: Little Brown.
Stack, G. J. 2000. Materialism. In Concise Routledge Encyclopedia of Philosophy. London: Routledge.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 02, 2009, 04:07:49 PM
Lha, teori evolusi memang tidak membenarkan atau membantah adanya Tuhan. yang dibantah cuma penciptaan makhluk hidup secara langsung.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 02, 2009, 04:44:43 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 02, 2009, 03:50:55 PM
Only 10 percent of the eminent evolutionary scientists who answered the poll saw an inevitable conflict between religion and evolution. The great majority see no conflict between religion and evolution, not because they occupy different, noncompeting magisteria, but because they see religion as a natural product of human evolution. Sociologists and cultural anthropologists, in contrast, tend toward the hypothesis that cultural change alone produced religions, minus evolutionary change in humans. The eminent evolutionists who participated in this poll reject the basic tenets of religion, such as gods, life after death, incorporeal spirits or the supernatural. Yet they still hold a compatible view of religion and evolution.
Iya gua setuju... agama emang buatan manusia, berserta tuhan2 mereka
Tapi FSM emang bener2 ada, di tulis di gospel nya tuh.  ;D
Behold the holy tentacles.  :D :D :D
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: skuler pada Desember 03, 2009, 01:34:52 AM
eh guys... waktu gw baca mengenai si yesi n mohi, sumpah! gw n temen gw ngakak bareng... ada2 aja kawan2 forsa disini... :D

kabarin gw klo ada lawakan baru, y...

eniwei... masala quransentris ini bukan masalah baru... begitu jg alkitabsentris... gw sudah sdikit baca kdua2nya, dan gw dapet banyak rujukan tentang bagaimana memandang sistem alam dan sosial untuk memecahkan suatu masalah. lalu gw jg tertarik buddhisme, karna gw bosen ama doktrinasi quransentris dan alkitabsentris, dan gw jg cukup puas dengan ajaran buddha tentang hal yang sama...

lalu, apakah gw harus memakai buddhisme, quran, dan alkitab untuk mempelajari bilangan biner dan pemrograman komputer? mekanika klasik dan fisika quantum? bukankah ada buku yg lebih spesifik dan lebih jelas membahas tentang itu smua? ada bukunya giancoli, einstein, ogata dll. mengapa harus membenar2kan isi kitab suci untuk membenar2kan agama? mnurut gw, kitab suci ada saatnya dipakai, begitu pula kitab sains dan kawan2nya... mengapa harus kitab suci-sentris? bagi gw, adalah hal yg aneh apabila seorang mahasiswa menggunakan kitab suci sebagai sumber pustakanya untuk menghitung besar bilangan reynolds suatu fluida yang mengalir pada jalur pipa.

lalu, quran memang benar, alkitab benar. lalu, kisah2 tentang ismail dan ishak, dan isya, dan muhammad adalah gaib dan tdk akan bisa untuk dibuktikan. lalu, sudahlah... sudah cukup orang2 atheis dan agnostis menertawai tulisan2 orang agamasentris yang sok tahu tentang tafsir kitab suci dan sains... jangan seenak perutnya aja mentafsirkan kitab2 suci itu untuk tujuan ksuksesan doktrinasi agamanya... ilmu ktuhanan trlalu tinggi untuk disimpulkan oleh orang2 yg meyakini agama karna faktor orang tua, kemalasan, kecerobohan, atau pun ketakutan.

mengenai postingan TS Jay Ram, blum bisa gw komen, soalnya dkampus gw, forum yg banyak junk dan hoax-nya itu di block sama si admin...

so, lanjut gan...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 03, 2009, 08:43:54 AM
Cinta sains dan agama perlu memahami perkembangan dalam bidang transpersonal psychology :

Contributions to the academic field
Transpersonal Psychology has made several contributions to the academic field, and the studies of human development, consciousness and spirituality. Transpersonal Psychology has also made contributions to the field of psychiatry. One of the demarcations in transpersonal theory is between authors who present a fairly linear and hierarchical model of human development, such as Timothy Leary and Ken Wilber, and authors who present non-linear models of human development, such as Michael Washburn and Stanislav Grof. Timothy Leary, who was originally a professional psychologist and a professor of psychology, made a significant contribution to transpersonal psychology with the formulation of his "Eight Circuit Model of Consciousness", outlined in his 1980 book Info-Psychology, referenced below.

Ken Wilber's primary contribution to the field is the theory of a spectrum of consciousness consisting of three broad categories: the prepersonal or pre-egoic, the personal or egoic, and the transpersonal or trans-egoic (Miller, 1998: 541-542). A more detailed version of this spectrum theory includes nine different levels of human development, in which levels 1-3 are pre-personal levels, levels 4-6 are personal levels and levels 7-9 are transpersonal levels (Cowley & Derezotes, 1994). Later development of the theory also includes a tenth level (Wilber, 1995, 1996). Wilber has portrayed the development of human consciousness as a hierarchical, ladderlike, conceptual model, with consciousness progressing from lower levels to higher levels. That is, a holarchy of matter, body, mind, and spirit. According to this theory different schools of psychology address different levels of the spectrum. Also, each level of organization, or self-development, includes a vulnerability to certain pathologies associated with that particular level (Cowley & Derezotes, 1994; Walsh & Vaughan, 1996:62-74).
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 03, 2009, 09:25:00 AM
Promosi ID atau promosi penyetaraan pseudo sains, pak doktor?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 03, 2009, 03:33:01 PM
Transpersonal psychology adalah sains.

Transpersonal psychology is the future norm in psychology, as yet unrecognized by the mainstream. Transpersonal psychology is largely inclusive of and builds on the psychoanalytic, behavioral/experimental, and humanistic psychologies that preceded it. It provides both an extension of and a different perspective from these previous psychologies. It is in no way a denial of the validity of their theories and techniques. It simply places them in a new context. Transpersonal psychology asserts that religious and mystical experiences and the perspectives that derive from them are valid approaches to reality and can be studied scientifically. It is the beginning attempt of science to understand these most meaningful of human experiences.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 03, 2009, 03:52:17 PM
Please, gak usah cross posting. Jika benar anda doktor, jika benar anda senior, gak usah diingatkan berkali-kali. bosan di tiap thread ketemu postingan yang sama...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 04, 2009, 06:39:14 AM
Orang yang dapat membahas 'Cinta Sains dan Agama' seharusnya berpandangan luas dan paradigma berpikir holistik seperti Wilber .

Wilber's research and 25 books have been focus on identifying the various faces of consciousness. For instance, he identifies the four aspects to each level of consciousness in a four quadrant pattern that must operate efficiently and in balance for the system to operate well (McGill, 2003).

Individual
Interior
Individual
Exterior
Collective
Interior
(Cultural)
Collective
Exterior
(Social)
the inner needs of the individual – their drives, hopes, desires, assuage fears (Upper Left)
the outer needs of the individual – food, clothing, shelter (Upper Right)
the inner needs of the society – shared beliefs and goals and world view (Lower Left)
the outer needs of the society – education, police force, economic structure (Lower Right
If any of these needs are not met chaos will ensue in that society.

According to Wilber, as we evolve and grow along the spectrum of consciousness, any distortion of the balance of the quadrants will affect the system in a way that is consistent with the level of growth at which the distortion occurred.
According to Wilber, as we evolve and grow along the spectrum of consciousness, any distortion of the balance of the quadrants will affect the system in a way that is consistent with the level of growth at which the distortion occurred.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 04, 2009, 06:48:03 AM
Ken Wilber : Paradigma berpikir yang holistik :

If you have been following progress in theoretical physics, you know that a "theory of everything"—from which could be derived "every known particle and force in the cosmos"—has been the physicist's holy grail for some years now.  Unfortunately, although such a theory would shed light on primary physical processes, it would do little to help us understand the complex milieu that developed out of those processes.  In his latest book, A Theory of Everything, Ken Wilber draws on several decades of insightful model building (his own models and those developed by others) to create a much more comprehensive "theory of everything."  Wilber's map of reality embraces the entire mental-physical "Kosmos," not just the particle-physics aspect of it.  Wilber uses this word Kosmos because it meant for the Greeks "the patterned Whole of all existence, including the physical, emotional, mental, and spiritual realms.  Ultimate reality was not merely the cosmos, or the physical dimension, but the Kosmos, or the physical and emotional and mental and spiritual dimensions altogether.  Not just matter, lifeless and insentient, but the living Totality of matter, body, mind, soul, and spirit."
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: superstring39 pada Desember 07, 2009, 08:43:21 AM
Kutip dari: skuler pada Desember 03, 2009, 01:34:52 AM
lalu, apakah gw harus memakai buddhisme, quran, dan alkitab untuk mempelajari bilangan biner dan pemrograman komputer? mekanika klasik dan fisika quantum? bukankah ada buku yg lebih spesifik dan lebih jelas membahas tentang itu smua? ada bukunya giancoli, einstein, ogata dll. mengapa harus membenar2kan isi kitab suci untuk membenar2kan agama? mnurut gw, kitab suci ada saatnya dipakai, begitu pula kitab sains dan kawan2nya... mengapa harus kitab suci-sentris? bagi gw, adalah hal yg aneh apabila seorang mahasiswa menggunakan kitab suci sebagai sumber pustakanya untuk menghitung besar bilangan reynolds suatu fluida yang mengalir pada jalur pipa.
kalo kita mau bangun sebuah rumah atau gedung bertingkat maka kita membutuhkan fondasi dan tiang penyangga yang kuat terlebih dahulu. tanpa fondasi dan tiang maka bangunan kita akan gampang ambuk. setelah itu baru ditambahi dinding, jendela, pintu dll. Bagi kami Al Quran merupakan core dari semua ilmu. Tapi tidak bisa berdiri sendiri harus ada ilmu-ilmu pendukung yang lain agar dapat diterapkan secara praktis. sepertihalnya rumah yang hanya terdiri dari fondasi dan tiang tidak bisa disebut sebagai rumah. tapi rumah tanpa fondasi dan tiang juga hanya indah di luar namun rapuh di dalam.

Bagi gw agama merupakan fondasi dan tiang sebuah bagungan sedangkan sains atau ilmu pengetahuan merupakan jendela dan pintu agar kita bisa melihat lebih luas dan lebih jauh. rumah tanpa jendela dan pintu akan menjadi sangat gelap dan pengap. sedangkan apa gunanya jendela dan pintu yang berseliweran kesana dan kemari tidak jelas.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 07, 2009, 03:52:53 PM
Orang yang cinta sains dan agama harus berpandangan holistik.

The premodern concept of levels and interior hierarchies are not easily accepted by modern and postmodern science even though they have been partly verified by the tradition and the above scientists. According to Smith (1976: 6) and Wilber (2000c: 61) the levels have been rejected because of a scientific materialism that only needs one ontological level: the physical!

Assagioli is also aware of the cultural hostility towards the term "higher." He actively uses and appreciates Maslow's hierarchy of needs  (Assagioli, 2002: 106-122) (This will be demonstrated in detail in Chapter II) and explains that the hostility is caused by a false moral valuation. Higher and lower are according to Assagioli often associated with an erroneous moral devaluation of "low" as something inferior to be repressed, when it simply just denote an earlier or more basic stage of development. Assagioli concurrently claims that a false democratic ideal of equality makes the concept of higher development problematic: "It seems ... almost an insult to admit that there are people of a higher stature, psychologically and spiritually" (Assagioli, cited in Besmer: 1973-74: 219).

It seems that Assagioli and Wilber both defend the hierarchical construct of reality even though it is unpopular, but Assagioli does more than that: he very explicitly refers to levels of consciousness.

Levels of Consciousness in Assagioli's Writings
When reading through all of Assagioli's published writings in English (books, articles and interviews) there can be no doubt that "levels of consciousness" is an important concept in his thinking even though he very seldom specifies the inner worlds.

Assagioli's (1975: 17) definition of the levels is almost always kept on a general level and specified broadly through his Egg Diagram. He presents this diagram in his first book: Psychosynthesis, and in it he discriminates between three vertical levels: the lower, middle and higher unconscious. I present it in detail below, when I compare Firman/Gila's change in the Egg with Assagioli's original conception. But for now, let me demonstrate in the following how he presumably hints at the levels and directly defines them.

It seems that Assagioli (1975: 18, 28, 37, 38, 44, 45, 113, 198. 1993: 28- 29, 32-53), throughout his writings repeatedly refers in general to the Great Chain of Being when he talks about the different psychological "levels", "realms" and "regions of consciousness." In Psycho synthesis he uses poetic language and metaphors to make his point:

"Between the starting points in the lowlands of our ordinary consciousness and the shining peak of Self-realisation there are intermediate phases, plateaus at various altitudes on which a man may rest or even make his abode" (Assagioli, 1975: 24).

It is in his book Transpersonal Development, published after his death, that we find some of his most spiritual articles and a full explanation of his concept of the inner worlds or levels of consciousness:

"The third group of symbols, a frequently occurring one, is that of elevation, ascent or conquest of the 'inner space' in an ascending sense. There are a series of inner worlds, each with its own special characteristics, and within each of them there are higher levels and lower levels. Thus in the first of these, the world of passions and feelings, there is a great distance, a marked disparity of level, between blind passion and the highest feelings. Then there is the world of intelligence, or the mind. Here too are different levels: the level of the concrete analytical mind, and the level of higher, philosophical reason (nous). There is also the world of the imagination, a lower variety and a higher variety, the world of intuition , the world of the will, and higher still, those indescribable worlds which can only be referred to by the term 'worlds of transcendence' (Assagioli, 1993: 92).

Here Assagioli is aligned with Wilber and the perennial philosophy in his cosmological conception of the inner levels of consciousness and The Great Chain of Being.

Jean Hardy (1996: 195) also comes to the conclusion that: "One source of knowledge for Assagioli is certainly what Huxley calls "the perennial philosophy"''. In her book A Psychology With A Soul, which has become a Psychosynthesis classic, she acknowledges the influence on Assagioli from e.g. Gnosticism, Neo-Platonism and Theosophy (Hardy, 1993: 115) and states that they all adhere to levels of consciousness.

Imagination, the picture making faculty in man, is according to Assagioli a synthetic psychological function that can 'operate at several levels concurrently; those of sensation, feeling, thinking and intuition' (1975: 143). In the above quote Assagioli emphasises the higher aspect of imagination and that is presumably why he places it after the mental level. Wilber suggests the same span for imagination (1999a: 130). In Wilber's (2000c: 62) AQAL diagram (see figure 12) the lower and higher aspects of imagination is associated with the stages he calls symbol and vision-logic. There seems to be a close parallel between the two thinkers in this regard.

In order to visualise Assagioli's Great Chain of Being, I have created the summary diagram (Figure 2 - Below), which stresses six important points that Assagioli upholds:

a. Higher levels are higher frequencies of energies that interpenetrate the lower levels (Assagioli, 1975: 199-200)

b. Higher levels transcend but include the lower (Assagioli, 1993: 197)

c. There exists a natural exchange of energies between all levels (Assagioli, 1993: 265, 2002: 62)

d. All levels are reflected on the physical level (e.g. through the brainwaves and behaviour), because matter is the lowest level of the hierarchy.[2]

e. Within each level there exist higher and lower frequencies of energies (Assagioli, 1993: 92, 2002: 98-99)

d. He also suggests that the various levels of reality or energy fields each have their own qualities, powers and laws that need to be mastered by the ascending soul (Assagioli, 1993: 161-62, Undated 2: 9).



Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 07, 2009, 05:34:11 PM
Mao tanya nih ama yg percaya pada proses kreasionis... Kalau dibilang bahwa semua makhluk hidup yg pernah ada di bumi ini 99% telah punah.
Setuju apa ngak?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: superstring39 pada Desember 08, 2009, 06:43:00 AM
Kutip dari: cronny pada Desember 07, 2009, 05:34:11 PM
Mao tanya nih ama yg percaya pada proses kreasionis... Kalau dibilang bahwa semua makhluk hidup yg pernah ada di bumi ini 99% telah punah.
Setuju apa ngak?
dari yang saya tahu, tidak ada data maupun catatan yang menunjukan data eksak seprti itu. opini tersebut anda dapat dari mana?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 08, 2009, 07:32:35 AM
Ini yg gua dapat dari baca2 di web sih dan denger interview2 di youtube dari ahli biologi.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Kalau kamu ngak setuju, boleh minta pendapat, kurang lebih berapa banyak makhluk hidup yang telah punah?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: superstring39 pada Desember 08, 2009, 08:40:15 AM
hmmm... wikipedia ya? sejak saya tau kalo semua orang bisa mengobok-obok en ngacak-ngacak tulisan di situ secara bebas, kridibilitas wikipedia dimata saya sudah jatuh. tadi saya baru mengedit tulisan di halaman yang anda maksud, anda akan bisa menemukan nama saya di bagian definition. coba cari sumber yang lebih reliable.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 08, 2009, 09:46:10 AM
Kutip dari: superstring39 pada Desember 08, 2009, 08:40:15 AM
hmmm... wikipedia ya? sejak saya tau kalo semua orang bisa mengobok-obok en ngacak-ngacak tulisan di situ secara bebas, kridibilitas wikipedia dimata saya sudah jatuh. tadi saya baru mengedit tulisan di halaman yang anda maksud, anda akan bisa menemukan nama saya di bagian definition. coba cari sumber yang lebih reliable.
Apakah saat membaca artikel di wiki, anda gak sekalian mengecek referensi yang mereka gunakan? Biasa ada kan di bagian bawah?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 08, 2009, 05:22:17 PM
Sumber2 lain nya,

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

http://www.youtube.com/watch?v=QHMY_A2Fuhg

Sebenar nya gua mao tanya pendapat nya aja... ttg pernyataan tsb.
Apa angka 99% itu kurang nyaman buat kamu, kalau gitu aku penasaran nyaman nya di angka berapa? 80%? 70%? 60%? atau dibawah 50%, seperti 20-30%?
Kalau dibawah 50%, ada referensi untuk memperkuat argumen nya?
Judul: Biobio
Ditulis oleh: biobio pada Desember 08, 2009, 06:45:31 PM
Para ahli biologi setidaknya setuju bila >95% spesies yang pernah ada telah punah. Dari ratusan jurnal dan buku yang saya baca, tidak ada yang menyajikan angka lain. Emangnya superstring kenapa tuh? Kok terkesan menghindari atau gimana terhadap angka 99% tadi?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: parmin pada Desember 08, 2009, 09:07:14 PM
Kutip dari: Pi-One pada November 21, 2009, 08:27:04 AM
Kutip dari: anakkecil pada November 20, 2009, 01:16:58 PM
kalaw agamanya ga sesuai dengan sains, maka pasti agamanya salah.
@Pi-One: apakah agama yang anda anut selama ini sudah sesuai dengan sains?
:-)
kalaw saya pilih dua2nya aja..
agama untuk beribadah, sains untuk mencari nafkah
Dulu sudah ada member yang tanya dan sudah kujawab. Aku belum menemukan bagian dari ajaran yang bertentangan dengan sains.
agamanya animisme yaa? tp sekarang sains yang dijadiin agama,pasti itu,menyembah berhala paling paling,hik hik hik kacian deh loo,WELCOME TO HELL
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: parmin pada Desember 08, 2009, 09:13:38 PM
Kutip dari: superstring39 pada Desember 08, 2009, 08:40:15 AM
hmmm... wikipedia ya? sejak saya tau kalo semua orang bisa mengobok-obok en ngacak-ngacak tulisan di situ secara bebas, kridibilitas wikipedia dimata saya sudah jatuh. tadi saya baru mengedit tulisan di halaman yang anda maksud, anda akan bisa menemukan nama saya di bagian definition. coba cari sumber yang lebih reliable.
IYA BENAR WIKIPEDIA TIDAK BISA DIJADIKAN BAHAN ACUAN,KURANG KREDIBEL
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: HyawehHoshikawa pada Desember 08, 2009, 09:23:59 PM
@^
aduh...user yang satu ini, ngga usah ngetik pake capslock napa sih...
itu ngapain lagi post-nya dipisah ..-_-.., ngga tau kalo ada fitur edit/ubah po mas?

enw, kan pi-one udah bilang kalo ngga puas dengan wikipedianya, coba baca referensinya. ada tuh dibagian bawahnya.
Animisme?ada apa dengan agama saya yang satu ini(anime-isme)..  ;D

Kutippasti itu,menyembah berhala paling paling,hik hik hik kacian deh loo,WELCOME TO HELL
Pasti?Ini forum sains ya mas, bukan forum junk, dapat darimana anda keyakinan tentang hal ini?
Welcome to Hell? emang anda siapa yah?tuhan?


Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 08, 2009, 10:03:44 PM
Kutip dari: HyawehHoshikawa pada Desember 08, 2009, 09:23:59 PM
Pasti?Ini forum sains ya mas, bukan forum junk, dapat darimana anda keyakinan tentang hal ini?
Welcome to Hell? emang anda siapa yah?tuhan?
'Surga' macam apa yang akan diraih oleh orang dengan pikiran penuh hal-hal kotor (sehingga postingnya pun hanya hal kotor) seperti dia, kurasa tidak perlu dijelaskan bukan? :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: superstring39 pada Desember 09, 2009, 07:17:28 AM
Kutip dari: biobio pada Desember 08, 2009, 06:45:31 PM
Para ahli biologi setidaknya setuju bila >95% spesies yang pernah ada telah punah. Dari ratusan jurnal dan buku yang saya baca, tidak ada yang menyajikan angka lain. Emangnya superstring kenapa tuh? Kok terkesan menghindari atau gimana terhadap angka 99% tadi?
saya tidak menghindar, saya hanya mengatakan bahwa wikipedia tidak bisa dijadikan sumber yang dapat dipercaya. justru ada apa dengan anda yang mempertanyakan orang yang bertanya dengan kritis? masalah angka 99% saya tidak terlalu yakin angka ini diperoleh dai perbandingan spesies yang mana? apakah semua spesies dari semua jenis? dihitung sejak kapan? dan pengambilan sample dari seluruh dunia?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 09, 2009, 09:18:22 AM
Kutip dari: superstring39 pada Desember 09, 2009, 07:17:28 AMsaya tidak menghindar, saya hanya mengatakan bahwa wikipedia tidak bisa dijadikan sumber yang dapat dipercaya. justru ada apa dengan anda yang mempertanyakan orang yang bertanya dengan kritis? masalah angka 99% saya tidak terlalu yakin angka ini diperoleh dai perbandingan spesies yang mana? apakah semua spesies dari semua jenis? dihitung sejak kapan? dan pengambilan sample dari seluruh dunia?
Maka itu, diwiki biasa dicantumkan sumbernya dari mana, jadi pembaca juga bisa melakukan cross check.

Dan jika semua makhluk diciptakan pada saat yang sama, bukankah itu justru gak logis? Bumi ini dari masa ke masa selalu mengalami perubahan kondisi. Apakah gajah masa kini bisa hidup di masa 100 juta tahun silam? Apakah kucing rumahan bisa hidup di masa 10 juta tahun silam? Apakah panda bisa hidup 25juta tahun silam? Dsb.

Aku gak tahu dengan angka 99 persen, tapi bisa dengan mudah dicari bahwa sebagian besar spesies yang pernah ada di bumi sudah punah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 09, 2009, 03:50:57 PM
@ Superstring,

Pertanyaan aku yg kemarin.. kalau kamu merasa 99% itu terlalu berlebihan, menurut kamu itu berapa persentase yg memungkinkan?
Juga apa kamu percaya bahwa di bumi ini telah terjadi setidak nya 5 kali kepunahan massal?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: superstring39 pada Desember 10, 2009, 09:49:03 AM
@cronny

Saya tidak terlalu yakin dan tidak tidak tau secara pasti tentang angka tersebut. yang jelas memang banyak spesies yang sudah punah. kalo 5 kali kepunahan masal saya juga baru tau.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: biobio pada Desember 10, 2009, 10:05:44 AM
Ngomong-ngomong, judul thread ini lucu sekali ya....Bisa disetarakan dengan "cinta anjing atau cinta kucing?"
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: superstring39 pada Desember 10, 2009, 12:55:21 PM
Kutip dari: biobio pada Desember 10, 2009, 10:05:44 AM
Ngomong-ngomong, judul thread ini lucu sekali ya....Bisa disetarakan dengan "cinta anjing atau cinta kucing?"
saya rasa tidak bisa! dan ini sama sekali tidak lucu.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 10, 2009, 04:24:44 PM
ilmu pengetahuan mungkin belum dapat atau mungkin tidak dapat menjawab semua pertanyaan, tapi apa yg bisa membuat mu berpikir, bahwa agama bisa memberikan jawaban2 atas pertanyaan tsb. -Richard Dawkins

Gua setuju banget ama pernyataan nya tsb ^^
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 13, 2009, 06:48:34 AM
Cinta sains dan agama dapat mempunyai arti jika paradigma berpikirnya holistik dan mengakui psikologi sebagai sains juga.

By far the most well-known stage model of spiritual or religious development is that of James W. Fowler, a developmental psychologist at the Candler School of Theology, in his Stages of Faith.[6] He follows Piaget and Kohlberg and has proposed a staged development of faith (or spiritual development) across the lifespan in terms of a holistic orientation, and is concerned with the individual's relatedness to the universal.
The book-length study contains a framework and ideas considered by many to be insightful and which have generated a good deal of response from those interested in religion, so it appears to have at least a reasonable degree of face validity. James Fowler proposes six stages of faith development as follows: 1. Intuitive-projective 2. Symbolic Literal 3. Synthetic Conventional 4. Individuating 5. Paradoxical (conjunctive) 6. Universalising. Although there is evidence that children up to the age of twelve years do tend to be in the first two of these stages, there is evidence that adults over the age of sixty-one do show considerable variation in displays of qualities of Stages 3 and beyond. Fowler's model has generated some empirical studies, and fuller descriptions of this research (and of these six stages) can be found in Wulff (1991). However, this model has been attacked from a standpoint of scientific research due to methodological weaknesses. Of Fowler's six stages, only the first two found empirical support, and these were heavily based upon Piaget's stages of cognitive development. The tables and graphs in the book were presented in such a way that the last four stages appeared to be validated, but the requirements of statistical verification of the stages did not come close to having been met. The study was not published in a journal, so was not peer-reviewed, and never drew much attention from psychologists. Other critics of Fowler have questioned whether his ordering of the stages really reflects his own commitment to a rather liberal Christian Protestant outlook, as if to say that people who adopt a similar viewpoint to Fowler are at higher stages of faith development. Nevertheless, the concepts Fowler introduced seemed to hit home with those in the circles of academic religion, and have been an important starting point for various theories and subsequent studies.
A recent contributor here has put forward a stage model, Vicky Genia (see information in Psychometric Approaches to Religion).
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 13, 2009, 12:04:10 PM
Please pak doktor, jangan bawa pemaksaan psikologi dalam semua thread di sini... -_-
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 13, 2009, 03:47:03 PM
Paradigma holistik (Theory of Everything) yang yang berlandaskan aksioma matematik, hukum fisika fundamental dan logika formal, kemudian diperluas dengan pengembangan transpersonal psychology sehingga dapat menjelaskan segala gejala (fisik dan nonfisik) yang terjadi dalam alam semesta merupakan jawaban bagi orang yang cinta sains dan agama.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 14, 2009, 08:11:57 AM
Bilang aja: maksain pseudo sains sebagai sains...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 14, 2009, 08:17:02 AM
Gejala pengalaman rohani sudah dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Internasional  yaitu Jurnal Transpersonal Psychology.

Silahkan dibaca !!!
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 14, 2009, 08:22:48 AM
Baca apa? Karena dipublikasikan maka pasti ebnar? Masalahnya adalah penerapannya dalam sains itu sendiri. Apa pengalaman rohani adalah seusatu yang bisa diuji secara sains? Jika ada 2 pengalaman spiritual yang bertentangan, yang mau diteirma yang mana?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 14, 2009, 08:40:03 AM
4. Transpersonal psychology is an approach to the whole person. It seeks a balanced development of the intellectual, emotional, spiritual, physical, social, and creative expression aspects of a person's life. Thus, all six areas are addressed scholastically and therapeutically, and integration or balance is sought. This is the ITP educational model.

5. Transpersonal psychology is a psychology that goes through the personal to the transpersonal. Far from just transcending our humanity, it is a process of working through our humanity, in an inclusive way, to reach the recognition of divinity within. Thus, transpersonal psychology emerges out of personal psychology, as a result of the individual's growth and maturation.

6. Transpersonal psychology is the future norm in psychology, as yet unrecognized by the mainstream. Transpersonal psychology is largely inclusive of and builds on the psychoanalytic, behavioral/experimental, and humanistic psychologies that preceded it. It provides both an extension of and a different perspective from these previous psychologies. It is in no way a denial of the validity of their theories and techniques. It simply places them in a new context. Transpersonal psychology asserts that religious and mystical experiences and the perspectives that derive from them are valid approaches to reality and can be studied scientifically. It is the beginning attempt of science to understand these most meaningful of human experiences.

7. Transpersonal psychology recognizes and studies the different states and stations of consciousness. It recognizes that such different states as dreaming, hypnotic trance, and "waking" consciousness all have sub-levels within themselves and possess their own state-specific systems, their own realities. Further, transpersonal psychology recognizes that not only are there different states of consciousness that one may move into and out of during the course of a day but that there are also stages or stations of consciousness that, through development, one can come to live in relatively permanently.

8. Rather than being a recent innovation, transpersonal psychology is largely a return to the perennial philosophy identified by Aldous Huxley. Mystical experience and shamanistic healing practices, which have been central concerns of humankind for millennia, are also a focus of transpersonal psychology.

9. Transpersonal psychology is depth psychology. It is part of the therapeutic stream started by Freud and his successors, Jung, Rank, and Reich. Roberto Assagioli, who posited a superconscious, as well as a subconscious, integrated transpersonal and depth psychology, as did Carl Jung.

10. The simplest definition is that transpersonal psychology is spiritual psychology. It recognizes that humanity has both drives toward sex and aggression and drives toward wholeness, toward connecting with and experiencing the divine.


Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: superstring39 pada Desember 14, 2009, 10:31:27 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 14, 2009, 08:22:48 AM
Baca apa? Karena dipublikasikan maka pasti benar?
saya belum pernah baca sih jurnalnya. Disini saya hanya mau mengomentari pernyataan di atas. saya heran anda menjadi sangat tidak konsisten dengan penrnytaan-pernyataan anda sebelumnya. sesuatu yang sudah dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional berarti sudah mendapat pengakuan dikalangan cendikiawan skala internasional. mau sampean opo toh ndo? baca:"ngeyel"
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 14, 2009, 12:48:22 PM
Kutip dari: superstring39 pada Desember 14, 2009, 10:31:27 AMsaya belum pernah baca sih jurnalnya. Disini saya hanya mau mengomentari pernyataan di atas. saya heran anda menjadi sangat tidak konsisten dengan penrnytaan-pernyataan anda sebelumnya. sesuatu yang sudah dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional berarti sudah mendapat pengakuan dikalangan cendikiawan skala internasional. mau sampean opo toh ndo? baca:"ngeyel"
Bukan cuma dipublikasikan, tapi bagaimana tanggapan ilmuwanlain sendiri terhadap tulisan itu, dan sejauh mana itu bisa diterapkan pada bidang sains lain.

Dan aku tidak melihat hubungan ilmu psikologi ini dengan asal usul alam semesta atau asal mula kehiduapn...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: superstring39 pada Desember 14, 2009, 01:15:53 PM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 14, 2009, 12:48:22 PM
Bukan cuma dipublikasikan, tapi bagaimana tanggapan ilmuwanlain sendiri terhadap tulisan itu, dan sejauh mana itu bisa diterapkan pada bidang sains lain.
wah-wah dari tanggapan anda, terlihat jelas anda tidak mengetahui proses publikasi jurnal ilmiah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 14, 2009, 04:35:03 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 13, 2009, 06:48:34 AM
Cinta sains dan agama dapat mempunyai arti jika paradigma berpikirnya holistik dan mengakui psikologi sebagai sains juga.

By far the most well-known stage model of spiritual or religious development is that of James W. Fowler, a developmental psychologist at the Candler School of Theology, in his Stages of Faith.[6] He follows Piaget and Kohlberg and has proposed a staged development of faith (or spiritual development) across the lifespan in terms of a holistic orientation, and is concerned with the individual's relatedness to the universal.
The book-length study contains a framework and ideas considered by many to be insightful and which have generated a good deal of response from those interested in religion, so it appears to have at least a reasonable degree of face validity. James Fowler proposes six stages of faith development as follows: 1. Intuitive-projective 2. Symbolic Literal 3. Synthetic Conventional 4. Individuating 5. Paradoxical (conjunctive) 6. Universalising. Although there is evidence that children up to the age of twelve years do tend to be in the first two of these stages, there is evidence that adults over the age of sixty-one do show considerable variation in displays of qualities of Stages 3 and beyond. Fowler's model has generated some empirical studies, and fuller descriptions of this research (and of these six stages) can be found in Wulff (1991). However, this model has been attacked from a standpoint of scientific research due to methodological weaknesses. Of Fowler's six stages, only the first two found empirical support, and these were heavily based upon Piaget's stages of cognitive development. The tables and graphs in the book were presented in such a way that the last four stages appeared to be validated, but the requirements of statistical verification of the stages did not come close to having been met. The study was not published in a journal, so was not peer-reviewed, and never drew much attention from psychologists. Other critics of Fowler have questioned whether his ordering of the stages really reflects his own commitment to a rather liberal Christian Protestant outlook, as if to say that people who adopt a similar viewpoint to Fowler are at higher stages of faith development. Nevertheless, the concepts Fowler introduced seemed to hit home with those in the circles of academic religion, and have been an important starting point for various theories and subsequent studies.
A recent contributor here has put forward a stage model, Vicky Genia (see information in Psychometric Approaches to Religion).

Kalau ilmuwan macam steven weinberg dan richard dawkins yg telah mempublish banyak journal2 skala internasional. Mereka agnostik-atheis, dan dari video2 interview mereka di web, gua bisa simpulin pendapat mereka bertentangan ama pendapat THL.

Dari sumber THL yg diatas, malah katanya teori ini ngak di terbitakan di juornal. (gua bold paragraf nya)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 15, 2009, 06:42:14 AM
Professor Tart's Latest Book: The End of Materialism

Introduction | Endorsements | Errata (corrections) | Purchase

Charles T. Tart is internationally known for his more than 50 years of research on the nature of consciousness, altered states of consciousness (ASCs) and parapsychology, and is one of the founders of the field of Transpersonal (spiritual) Psychology. His and other scientists' work convinced him that there is a real and vitally important sense in which we are spiritual beings, but the too dominant, scientistic, materialist philosophy of our times, masquerading as genuine science, dogmatically denies any possible reality to the spiritual. This hurts people, it pressures them to reject vital aspects of their being.



"Prescient! This book represents the next step in the geotransformational processes that are altering modern concepts of borders, social structures, wealth, and governance. The precepts are at once omnipresent and historical, yet often elusive or rejected. Buoyed by a confluence of cataclysmic socioeconomic upheaval, a growing awareness of paradoxes not explained by traditional science, and an innate human longing for understanding, Charles Tart succinctly provides a blueprint for metamorphosis to an evidence-based spiritual awakening for Western cultures."

John B. Alexander, Ph.D., counselor at the Society for Scientific Exploration
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 15, 2009, 07:50:03 AM
Put religion phylosophy in science, and you got no more than pseudo science...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 15, 2009, 03:08:03 PM
Baca Journal Transpersonal Psychology :

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Transpersonal psychology research review topic: Mystical experience.
Lukoff, David; Lu, Francis G.
Journal of Transpersonal Psychology. Vol 20(2),1988, 161-184.
Reviews the methods used in empirical studies of the mystical experience, focusing on significant contributions in terms of research designs and modes of assessing or inducing mystical experiences for study. Definitional problems plaguing quantitative mystical experience research are addressed, and results of database searches of quantitative transpersonal psychology research are noted. Quantitative and qualitative transpersonal research is compared, and select studies and their findings are discussed. (PsycINFO Database Record (c) 2009 APA, all rights reserved)

Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 16, 2009, 08:29:21 AM
baca, baca dan baca. Artikel diulang-ulang melulu, disodoprin melulu.

Entar deh, kalau sains sudah secara resmi memasukkan pengalaman religius atau pandangan filosofis dalam sains, baru aku ikutan -_-
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 16, 2009, 10:00:00 AM
Bagi ilmuwan besar seperti Newton , sains dan agama bukan hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi.


Newton's career in natural philosophy demonstrates that he took the example of the ancient magi
and Chaldean astronomer-priests as prescriptive for his own role. It is thus not surprising that
Newton was a passionate advocate of natural theology and the argument from design. Already in his
undergraduate notebook of the 1660s, Newton was musing about one argument from design: the
bipartite symmetry in the physiological structure of humans and animals. In his 1692-1693 letters
to Bentley, Newton argued that the well-ordered structure of the solar system bespeaks the creative
hand of God. Bentley had sought Newton's assistance when writing up his Boyle lectures for
publication. These lectures constitute not only the first significant English-language popularization
of the physics of the Principia, but also comprise the first public use of Newton's physics to contend
for the existence of an omniscient and omnipotent deity.
In his letters to Bentley, Newton argued that the complicated system of planets, which moved
in the same direction on the same plane, when combined with comets moving in every direction and
at every angle around the sun, implied design rather than chance. "To compare and adjust all these
things together in so great a variety of bodies", Newton writes, "argues that cause to be not blind and
fortuitous, but very well skilled in Mechanics and Geometry". He also argued that the various
planetary systems in the universe would all fall together towards the middle of the universe through
the power of gravity "without a divine power to conserve it", suggesting that the universe is upheld
through the continuous operation of Providence. This conforms to what Gregory wrote after his visit
to Newton in 1694, namely that the latter believed that "a continual miracle is needed to prevent the
Sun and the fixed stars from rushing together through gravity".
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: heriwidanarko_kamandaka pada Desember 16, 2009, 12:56:57 PM
cinta sains 100 % .... :D
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 16, 2009, 02:35:26 PM
The Astronomy Book Club interviews the author of The Mind of God, the book by Professor Paul Davies:

Q: At one point in THE MIND OF GOD you ask, "If we can never get a handle on the laws [of nature] except through their manifestation in physical phenomena, what right have we got to attribute to them an independent [transcendent] existence?" What's the answer?

A: It's clear that at a certain point one has to take a metaphysical position. We're never going to tell from our investigations of the world whether these laws have an independent existence or not.  But if the laws don't have an independent existence, then we can never appeal to them to explain how the Universe came into existence, because it's only if there are transcendent, independent laws capable of bringing the Universe into being and sustaining its existence through time that we can even conceive of an explanation for the origin of the Universe.

It is pretty transparent that Davies' "transcendent, independent laws" are his words for God.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 16, 2009, 03:19:08 PM
Paling tidak, anda gak lagi maksain kalau Einstein adalah theis -_-
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 16, 2009, 04:14:29 PM
The Mind of God is a 1992 non-fiction book by Paul Davies. Subtitled The Scientific Basis for a Rational World, it is a whirlwind tour and explanation of theories, both physical and metaphysical, regarding ultimate causes. Its title comes from a quotation from Stephen Hawking: "If we do discover a theory of everything...it would be the ultimate triumph of human reason—for then we would truly know the mind of God."
In the preface, Davies explains that he has been interested in ultimate causes since childhood, having annoyed his parents with unending "why's" about everything, with each answer demanding another "why," and usually ending with the reply, "Because God made it that way, and that's that!" In the book proper, Davies briefly explores: the nature of reason, belief, and metaphysics; theories of the origin of the universe; the laws of nature; the relationship of mathematics to physics; a few arguments for the existence of God; the possibility that the universe shows evidence of intelligent design; and his opinion of the implications of Gödel's incompleteness theorem, that "the search for a closed logical scheme that provides a complete and self-consistent explanation is doomed to failure."
He concludes with a statement of his belief that, even though we may never attain a theory of everything, "the existence of mind in some organism on some planet in the universe is surely a fact of fundamental significance. Through conscious beings the universe has generated self-awareness. This can be no trivial detail, no minor byproduct of mindless, purposeless forces. We are truly meant to be here."
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 17, 2009, 08:09:14 AM
Sains masa depan.

Mengapa benda yang dijatuhkan dari ketinggian akan jatuh ke bumi dan semakin cepat?
Jawab: Karena Tuhan membuatnya demikian.

::)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: biobio pada Desember 17, 2009, 08:23:45 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 17, 2009, 08:09:14 AM
Sains masa depan.

Mengapa benda yang dijatuhkan dari ketinggian akan jatuh ke bumi dan semakin cepat?
Jawab: Karena Tuhan membuatnya demikian.

::)
Memang ada tendensi ke arah sini sih....
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 17, 2009, 08:26:30 AM
Tuhan mengatur segala kejadian dalam alam semesta melalui Hukum Sebab-Akibat.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 17, 2009, 08:53:32 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 17, 2009, 08:26:30 AM
Tuhan mengatur segala kejadian dalam alam semesta melalui Hukum Sebab-Akibat.
Ini adalah pernyataan dogmatis, bukan sains. Karena belum ada bukti ilmiah atas klaim ini. Termasuk segala bawaan artikel trans psycho dst... -_-
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: ryoma pada Desember 17, 2009, 09:07:46 AM
balance. Tapi mungkin bagi saya akan lebih baik condong mencintai agama. :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 17, 2009, 09:11:31 AM
Kutip dari: ryoma pada Desember 17, 2009, 09:07:46 AM
balance. Tapi mungkin bagi saya akan lebih baik condong mencintai agama. :)
Pisahkanlah dan tempatkan pada posisinya masing-masing. Untuk urusan ilmiah, ya gunakan metode sains. Kalau dalam hidup sehari-hari, ya pakai panduan moral agama...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 17, 2009, 09:25:19 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 17, 2009, 08:53:32 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 17, 2009, 08:26:30 AM
Tuhan mengatur segala kejadian dalam alam semesta melalui Hukum Sebab-Akibat.
Ini adalah pernyataan dogmatis, bukan sains. Karena belum ada bukti ilmiah atas klaim ini. Termasuk segala bawaan artikel trans psycho dst... -_-
Sains meneliti Hukum Sebab-Akibat yang terumuskan dalam hukum alam / hukum fisika fundamental.
Pandangan holistik menyatakan bahwa Tuhan juga mengatur hal rohani dengan Hukum Sebab-Akibat Rohani.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 17, 2009, 09:32:30 AM
Pointnya, sudah bisa dibuktikan kalau hukum sebab akibat itu dibuat oleh Tuhan?

Klaim hukum sebab akibat sebagai buatan Tuhan tidak memiliki masalah dalam pandangan agama, tapi tidak bisa dipertanggungjawabkan jika diajukan dalam sains.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 17, 2009, 09:39:25 AM
Definisi Tuhan ialah Yang Maha Tahu (Alpha dan Omega).

Teilhard himself claimed his work to be phenomenology.

Teilhard studied what he called the rise of spirit, or evolution of consciousness, in the universe. He believed it to be observable and verifiable in a simple law he called the Law of Complexity/Consciousness. This law simply states that there is an inherent compulsion in matter to arrange itself in more complex groupings, exhibiting higher levels of consciousness. The more complex the matter, the more conscious it is. Teilhard proposed that this is a better way to describe the evolution of life on earth, rather than Herbert Spencer's "survival of the fittest." The universe, he argued, strives towards higher consciousness, and does so by arranging itself into more complex structures.

Teilhard identified what he termed to be different stages in the rise of consciousness. These stages are analogous to what are termed the geosphere and the biosphere. The Law of Complexity/Consciousness traces matter's path through these stages, as it 'complexifies' upon itself and rises in consciousness. Teilhard claimed that although it is not evident, consciousness (in an extremely limited degree) exists even in rocks, as the Law of Complexity/Consciousness implies. In plants, matter is complex enough to exhibit a consciousness that is the very life of the plant. In animals, matter is complex enough to an extraordinary degree to where consciousness shows itself in a wide range of reactionary movement to the whole universe.

However, Teilhard here proposed another level of consciousness, to which human beings belong, because of their cognitive ability; i.e. their ability to 'think', and to set things to purpose. Human beings, Teilhard argued, represent the layer of consciousness which has "folded back in upon itself", and has become self-conscious. Julian Huxley, Teilhard's scientific colleague, described it like this: "evolution is nothing but matter become conscious of itself."[citation needed] In Teilhard's own words: "...a Universe in process of psychic concentration is identical with a Universe that is acquiring a personality." [12]

So in addition to the geosphere and the biosphere, Teilhard posited another sphere, which is the realm of human beings, the realm of reflective thought: the noosphere.

In the noosphere Teilhard believed the same Law of Complexity/Consciousness to be at work, although not in a way previously seen. He argued that ever since human-beings first came into existence 200,000 years ago, the Law of Complexity/Conscious began to run on a different (higher) plane. Consciousness in the universe, he argued, now continues to rise in the complex arrangement and unification (Teilhard sometimes called it 'totalization'[13] of mankind on earth. As human beings converge around the earth, he reasoned, unifying themselves in ever more complex forms of arrangement, consciousness will rise.

Finally, the keystone to his phenomenology is that there must exist ahead of the moving universe, and pulling it along, a higher pole of supreme consciousness, which he called Omega Point.

Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 17, 2009, 09:42:24 AM
Gak menjawab pertanyaan.... -_-
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 17, 2009, 03:40:45 PM
Hanya untuk orang yang cinta sains dan agama.

"Theory of Everything based on Feynman-Weinberg Quantum Gravity and the Extended Standard Model", (original title; published title is "The Structure of the World from Pure Numbers), published in Reports on Progress in Physics, volume 68 (2005), pages 897-964.
***The above article outlines the physics on which The Physics of Christianity is based.***

Synopsis: Frank Tipler takes an exciting new approach to the age-old dispute about the relationship between science and religion in The Physics of Christianity. In reviewing centuries of writings and discussions, Tipler realized that in all the debate about science versus religion, there was no serious scientific research into central Christian claims and beliefs. So Tipler embarked on just such a scientific inquiry. The Physics of Christianity present the fascinating results of his pioneering study.

Tipler begins by outlining the basic concepts of physics for the lay reader and brings to light the underlying connections between physics and theology. In a compelling example, he illustrates how the God depicted by the Jews and Christians is completely consistent with the Cosmological Singularity, an entity whose existence is required by physics. His discussion of the scientific possibility of miracles provides an impressive, credible scientific foundation for many of Christianity's most astonishing claims, including the Virgin Birth, the Resurrection, and the Incarnation. He even includes specific outlines for practical experiments that can help prove the validity of the "miracles" at the heart of Christianity.

Tipler's thoroughly rational approach and fully accessible style sets The Physics of Christianity apart from other books dealing with conflicts between science and religion. It will appeal not only to Christian readers but also to anyone interested in an issue that triggers heated and divisive.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 17, 2009, 06:04:01 PM
Pertanyaannya sekarang?
Is THL a Christian?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pk3dot pada Desember 18, 2009, 01:29:49 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 17, 2009, 08:53:32 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 17, 2009, 08:26:30 AM
Tuhan mengatur segala kejadian dalam alam semesta melalui Hukum Sebab-Akibat.
Ini adalah pernyataan dogmatis, bukan sains. Karena belum ada bukti ilmiah atas klaim ini. Termasuk segala bawaan artikel trans psycho dst... -_-

betul tuh.... melalui hukum sebab akibat... kyk hukum newton.... aksi = reaksi
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Jet Li pada Desember 19, 2009, 06:21:28 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 17, 2009, 06:04:01 PM
Pertanyaannya sekarang?
Is THL a Christian?

Jangan diladenin deh, capek dengerin pendeta ceramah? Bisa gila!
Soalnya orang2 kayak gini otaknya sulit disembuhin.

"Kerasukan setan gampang disembuhkan, tapi kerasukan Tuhan sulit dicari obatnya. Orang yang kerasukan setan paling-paling hanya meresahkan tetangga, tapi orang yang kerasukan Tuhan bisa mengganggu ketentraman hidup, meledakkan pesawat, menghancurkan gedung, stasiun kereta api, kafe, dan membunuh ribuan orang tak berdosa". Tulis Luthfi Assyaukanie dalam paragraph terakhir sebuah artikelnya.

Lagipula kalo THL bener2 menyarankan agama lewat kata2 ilmuwan penting, gua lebih milih agama lewat kata2 Einstein:

"The religion of the future will be a cosmic religion. It should transcend a personal God and avoid dogmas and theology, it should be based on a religious sense arising from the experience of all things, natural and spiritual as a meaningful unity. Buddhism answers this description If there is any religion that would cope with modern scientific needs it would be Buddhism."

("Agama masa depan merupakan agama alam semesta. Agama yang menghindari dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah dan batiniah, dan berdasarkan pengertian agama yang muncul karena berbagai pengalaman, baik secara alamiah dan batiniah yang merupakan suatu kesatuan yang sangat berarti, Agama Buddha menjawab tantangan tersebut. Seandainya ada agama yang dapat memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, maka agama itu adalah Agama Buddha.")

Ternyata Einstein lebih memilih agama Buddha. Sorry kalo Einstein mengecewakan anda THL.

Jadi makin kagak percaya kalo tuhan itu ada. (Tuhan + kantor pelayanan masyarakatnya diatas sana)

So, gw yakin lagi2 dia mau bilang "BACA TRANSPERSONAL PSYCHOLOGY"
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: prince arthas pada Desember 19, 2009, 08:25:07 AM
UDA MENDINGAN DI CLOSE AJA TOPIKNYA! CAUSE GA ADA JLN TENGAHNYA KAYANYA... CAPEK GW BACANYA
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 19, 2009, 09:09:09 AM
Seperti dikatakan sebelumnya, sains dan agama adalah dua hal berbeda. Tujuan juga beda. Sains mencoba menjawab fenomena yang ada di dunia fisik, memerlukan sesuatu yang bisa dibuktikan dan diuji secara ilmiiah, menggunakan metode ilmiah. Tidak ada yang salah dengan poligami sains dan agama, selama tidak mencampuradukkan atau memaksakan satu pada yang lain.

@Jet Li:
Meski Einstein mengatakan Buddhisme cocok dengan gambaran agama kosmik yang dia maksud, bukan berarti Einstein seorang Buddhis. Ini perlu ditegaskan, entar ada yang mengira mau mengklaim ini itu lagi :)

*Mod, kurasa thread ini bisa ditutup. Sains dan agama adalah dua hal berbeda, dan gak ada masalah menerima keduanya sekaligus. Beda kalau memaksakan agama dalam sains.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 19, 2009, 11:02:15 AM
Untuk orang yang mau mengatur keadaan kesadarannya, pengetahuan seseorang mengenai dunia rohani didapatkan dari pengalaman rohaninya, sesuai dengan metoda ilmiah dalam transpersonal psychology.

Baca : Transpersonal Psychology.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 19, 2009, 11:09:23 AM
Ada yang sudah pernah hitung, berapa kali THL mempromosikan psikopat tembus pandangnya? :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 19, 2009, 11:21:25 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 19, 2009, 11:09:23 AM
Ada yang sudah pernah hitung, berapa kali THL mempromosikan psikopat tembus pandangnya? :)
Ada yang pernah hitung berapa kali Pie One menggunakan istilah psikopat dan pseudo sains, karena tidak mampu mengevaluasi transpersonal psychology secara nalar ?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Jet Li pada Desember 19, 2009, 03:37:17 PM
HOUW LIONG: Untuk orang yang mau mengatur keadaan kesadarannya, pengetahuan seseorang mengenai dunia rohani didapatkan dari pengalaman rohaninya, sesuai dengan metoda ilmiah dalam transpersonal psychology.

KORBAN1: Udah pak, tapi tetep saya gak dapet hasil apa-apa. Boro2 lihat tuhan, ngerasain kesejukan rohani aja kagak sama sekali.

HOUW LIONG: Coba baca ulang Transpersonal Psychology sekali lagi.

KORBAN2: Ah saya rasa sih gak ada beda dengan sugesti pikiran ala Rommy Rafael. Kalo pikian udah disugest menuju kesana, hal yang gak ada serasa jadi nyata.

HOUW LIONG: Berarti belum paham. Coba baca lagi Transpersonal Psychology.

KORBAN3: Ah Buddhis juga dari dulu ajarannya mengutamakan kesadaran. Tetep aja pengalaman rohaninya gak menyebut2 tuhan personal.

HOUW LIONG: Coba baca bener2 Transpersonal Psychology.

KORBAN4: Ini kan cuma dalil anda saja, memaksakan pseudo sains supaya bisa dibuat tameng membela kerajaan tuhan dari orang2 kritis yang meragukan keberadaannya.

HOUW LIONG: Makanya baca Transpersonal Psychology.

KORBAN5: Halah, kalau benar2 tuhan ada, tidak butuh pemahaman Transpersonal psychology dulu untuk menemukannya. tuhan muncul dulu didepan mata kita2 yang sesat ini, urusan baca Transpersonal Psychology belakangan. Dengan senang hati kok kita2 baca berulang2 kalau memang tuhan ada. Ibarat orangtua dengan anaknya, bukan anak kecil yang harus ngertiin orang tuanya pak, tapi orangtua yang harus ngertiin anak kecil. Ini sih terbalik.

HOUW LIONG: Baca dulu Transpersonal Psychology.

KORBAN6: Untuk agama, manusia kan bisa percaya kalau memang dia mau percaya. Biarpun gak pernah baca Transpersonal Psychology, kalau emang dia mau percaya ya percaya aja. Jadi anda percaya tuhan karena memang anda mau pecaya, bukan karena paham transpersonal psychology. Beda ama sains, sekeras apapun orang mau percaya, kalau belum ada bukti nyata atau bisa masuk akal logika, kita tidak akan pernah bisa percaya.

HOUW LIONG: Baca Transpersonal Psychology.

KORBAN7: ????

HOUW LIONG: Baca Transpersonal Psychology.

KORBAN8: Hah? (sambil garuk2 kepala)

HOUW LIONG: Baca Transpersonal Psychology.

KORBAN9: Pak houw liong, tadi piring bekas makan ditaro dimana ya?

HOUW LIONG: Baca Transpersonal Psychology.

KORBAN10: Papa..papa... mainan mobil-mobilanku kok gak bisa jalan lagi? Rusak ya?

HOUW LIONG: Baca Transpersonal Psychology.

KORBAN TERAKHIR ADALAH ORANG GILA YANG LEWAT DEPAN RUMAHNYA LANGSUNG DITUNJUK MUKANYA AMA BAPAK HOUW LIONG, "Kamu juga biar gak gila, Baca TRANSPERSONAL PSYCHOLOGY"


"Eh..eh..eh.. kamu...
Iya kamu juga... jangan pura-pura gak liat...
Kamu yang lagi baca thread ini... awas ya...
jangan sampe gak Baca Transpersonal Psychology"


Emmm jangan lupa... Transpersonal Psychology
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 19, 2009, 08:21:07 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 19, 2009, 11:21:25 AMAda yang pernah hitung berapa kali Pie One menggunakan istilah psikopat dan pseudo sains, karena tidak mampu mengevaluasi transpersonal psychology secara nalar ?
Sekalian kita hitung, siapa yang setuju pemaksaan psikologi, atau lebih spesifk: pandangan agama kristen dalam menjelaskan asal usul alam semesta dan kehidupan yagn diajukan THL adalah pseudo sains?

Anda bicara psikopat transparan melulu, tapi bahasan anda gak jauh dari: Tuhan umat kristenlah yang merancang dan menciptakan alam semesta dan awal kehidupan.

Apakah 'Tuhan umat kristen yang menciptakan alam semesta' adalah sesuatu yang terbukti oleh psikopat transparansi? Apakah 'Tuhan umat kristen adalah alpha dan omega' yang dicetuskan si triplek adalah sesuatu yang terbukti secara empiris?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: alvin pratama pada Desember 19, 2009, 09:20:20 PM
saya setuju kalau kalau THL telah memaksakan konsep pseudo sains.

tapi sebagai seorang theis,saya Yakin bahwa Konteks Tuhan yang saya percaya adalah Alfa dan omega.
walaupun secara empiris,hal itu tidak terbukti.
saya menilainya hanya dari sisi Iman kekristenan saya.
bukannya mau memaksakan hal ini kedalam sains yang seperti anda inginkan.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 20, 2009, 06:22:08 AM
Kriteria sains adalah diterimanya karya ilmiah di dalam jurnal ilmiah internasional.
TOE dan Transpersonal Psychology diterima dalam jurnal ilmiah internasional.
Ini berarti karya ilmiah tsb sudah dievaluasi oleh ilmuwan bertaraf internasional, bukan oleh orang awam seperti Pie One dan konco-konconya.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 20, 2009, 03:22:30 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 20, 2009, 06:22:08 AM
Kriteria sains adalah diterimanya karya ilmiah di dalam jurnal ilmiah internasional.
TOE dan Transpersonal Psychology diterima dalam jurnal ilmiah internasional.
Ini berarti karya ilmiah tsb sudah dievaluasi oleh ilmuwan bertaraf internasional, bukan oleh orang awam seperti Pie One dan konco-konconya.
TOE yang dianggap masterpiece of pseudo science juga dianggap science? maka kriteria anda adalah lelucon itu sendiri -_-
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: luth pada Desember 20, 2009, 06:04:55 PM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 20, 2009, 03:22:30 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 20, 2009, 06:22:08 AM
Kriteria sains adalah diterimanya karya ilmiah di dalam jurnal ilmiah internasional.
TOE dan Transpersonal Psychology diterima dalam jurnal ilmiah internasional.
Ini berarti karya ilmiah tsb sudah dievaluasi oleh ilmuwan bertaraf internasional, bukan oleh orang awam seperti Pie One dan konco-konconya.
TOE yang dianggap masterpiece of pseudo science juga dianggap science? maka kriteria anda adalah lelucon itu sendiri -_-
apa itu JUGA berarti anda mengatakan bahwa ilmuwan internasional yg ada dalam jurnal ilmiah internasional telah menerima sebuah lelucon sebagai karya ilmiah ?


Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 20, 2009, 08:58:05 PM
However, this model has been attacked from a standpoint of scientific research due to methodological weaknesses. Of Fowler's six stages, only the first two found empirical support, and these were heavily based upon Piaget's stages of cognitive development. The tables and graphs in the book were presented in such a way that the last four stages appeared to be validated, but the requirements of statistical verification of the stages did not come close to having been met. The study was not published in a journal, so was not peer-reviewed, and never drew much attention from psychologists. Other critics of Fowler have questioned whether his ordering of the stages really reflects his own commitment to a rather liberal Christian Protestant outlook, as if to say that people who adopt a similar viewpoint to Fowler are at higher stages of faith development

Kalimat diatas itu dari sumber THL sendiri.... sekarang mana kalimatyg bilang mayoritas ilmuwan menerima pandangan ini?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 06:21:32 AM
Kutip dari: cronny pada Desember 20, 2009, 08:58:05 PM
However, this model has been attacked from a standpoint of scientific research due to methodological weaknesses. Of Fowler's six stages, only the first two found empirical support, and these were heavily based upon Piaget's stages of cognitive development. The tables and graphs in the book were presented in such a way that the last four stages appeared to be validated, but the requirements of statistical verification of the stages did not come close to having been met. The study was not published in a journal, so was not peer-reviewed, and never drew much attention from psychologists. Other critics of Fowler have questioned whether his ordering of the stages really reflects his own commitment to a rather liberal Christian Protestant outlook, as if to say that people who adopt a similar viewpoint to Fowler are at higher stages of faith development

Kalimat diatas itu dari sumber THL sendiri.... sekarang mana kalimatyg bilang mayoritas ilmuwan menerima pandangan ini?

Silahkan tanyakan kepada pakarnya.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 06:35:12 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 20, 2009, 03:22:30 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 20, 2009, 06:22:08 AM
Kriteria sains adalah diterimanya karya ilmiah di dalam jurnal ilmiah internasional.
TOE dan Transpersonal Psychology diterima dalam jurnal ilmiah internasional.
Ini berarti karya ilmiah tsb sudah dievaluasi oleh ilmuwan bertaraf internasional, bukan oleh orang awam seperti Pie One dan konco-konconya.
TOE yang dianggap masterpiece of pseudo science juga dianggap science? maka kriteria anda adalah lelucon itu sendiri -_-
Silahkan tanyakan kepada pakarnya, jangan tanyakan kepada orang awam dalam bidang itu.

John D. Barrow, Theories of Everything: The Quest for Ultimate Explanation (OUP, Oxford, 1990) ISBN 0-099-98380-X
Stephen Hawking 'The Theory of Everything: The Origin and Fate of the Universe' is an unauthorized 2002 book taken from recorded lectures (ISBN 1-893224-79-1)
Stanley Jaki OSB, 2005. The Drama of Quantities. Real View Books (ISBN 1-892548-47-X)
Abraham Pais Subtle is the Lord...: The Science and the Life of Albert Einstein (OUP, Oxford, 1982). ISBN 0-19-853907-X
John Thompson "Nature's Watchmaker: The Undiscovered Miracle of Time". (Blackhall Publishing Ltd. Ireland, 2009) ISBN 1842181742 book website
Steven Weinberg Dreams of a Final Theory: The Search for the Fundamental Laws of Nature (Hutchinson Radius, London, 1993) ISBN 0-09-1773954
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 06:39:10 AM
Mau memahami TOE. Silahkan baca :

^ Ellis, John (2002). "Physics gets physical (correspondence)". Nature 415: 957.
^ Ellis, John (1986). "The Superstring: Theory of Everything, or of Nothing?". Nature 323: 595–598. doi:10.1038/323595a0.
^ Shapin, Steven (1996). The Scientific Revolution. University of Chicago Press. ISBN 0226750213.
^ Dirac, P.A.M. (1929). "Quantum mechanics of many-electron systems". Proceedings of the Royal Society of London A 123: 714. doi:10.1098/rspa.1929.0094.
^ Faraday, M. (1850). "Experimental Researches in Electricity. Twenty-Fourth Series. On the Possible Relation of Gravity to Electricity". Abstracts of the Papers Communicated to the Royal Society of London 5: 994–995. doi:10.1098/rspl.1843.0267.
^ Pais (1982), Ch. 17.
^ Weinberg (1993), Ch. 5
^ There is one GUT not linked to super symmetry that has not been eliminated by experiment. That is the four universe theory of George Ryazanov. It has been tested once in a lab at Hebrew University informally. The results were reported to be positive. But the test has not been repeated elsewhere. See [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]. However Ryazanov's theory does involve Lorentz violation. If the Fermi Glast project does not find Lorentz violation, this will be a blow to the Ryazanov Theory.
^ Potter, Franklin (15 February 2005). "Leptons And Quarks In A Discrete Spacetime". Frank Potter's Science Gems. Retrieved 2009-12-01.
^ Jaki, S.L. (1966). The Relevance of Physics. Chicago Press.
^ Schmidhuber, Jürgen (1997). A Computer Scientist's View of Life, the Universe, and Everything. Lecture Notes in Computer Science. Springer. pp. 201–208.
^ Schmidhuber, Jürgen (2000). "Algorithmic Theories of Everything". arΧiv:quant-ph/0011122 [quant-ph].
^ Schmidhuber, Jürgen (2002). "Hierarchies of generalized Kolmogorov complexities and nonenumerable universal measures computable in the limit". International Journal of Foundations of Computer Science 13 (4): 587–612. doi:10.1142/S0129054102001291.
^ Feferman, Solomon (17 November 2006). "The nature and significance of Gödel's incompleteness theorems". Institute for Advanced Study. Retrieved 2009-01-12.
^ Robertson, Douglas S. (2007). "Goedel's Theorem, the Theory of Everything, and the Future of Science and Mathematics". Complexity 5: 22–27. doi:10.1002/1099-0526(200005/06)5:5<22::AID-CPLX4>3.0.CO;2-0.
^ Hawking, Stephen (20 July 2002). "Gödel and the end of physics". Retrieved 2009-12-01.
^ Cahill, Reginald (2003). "Process Physics". Process Studies Supplement. Center for Process Studies. p. 1-131. Retrieved 2009-07-14.
^ Einstein, letter to Felix Klein, 1917. (On determinism and approximations.) Quoted in Pais (1982), Ch. 17.
^ Weinberg (1993), Ch 2.
^ Equation 20 in Einstein, Albert (1916), "Die Grunlage der allgemeinen Relativätstheorie", Annalen der Physik 49: 769
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 21, 2009, 08:09:32 AM
Kutip dari: luth pada Desember 20, 2009, 06:04:55 PM
apa itu JUGA berarti anda mengatakan bahwa ilmuwan internasional yg ada dalam jurnal ilmiah internasional telah menerima sebuah lelucon sebagai karya ilmiah ?
Jika mereka mengakui pseudo sains sebagai sebuah karya ilmiah, jawabannya ya :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 08:26:04 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 21, 2009, 08:09:32 AM
Kutip dari: luth pada Desember 20, 2009, 06:04:55 PM
apa itu JUGA berarti anda mengatakan bahwa ilmuwan internasional yg ada dalam jurnal ilmiah internasional telah menerima sebuah lelucon sebagai karya ilmiah ?
Jika mereka mengakui pseudo sains sebagai sebuah karya ilmiah, jawabannya ya :)
Pseudo sains tidak akan diterima dalam jurnal ilmiah internasional.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 21, 2009, 08:48:45 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 08:26:04 AMPseudo sains tidak akan diterima dalam jurnal ilmiah internasional.
Yah, dan Omega Pointnya triplek adalah pseudo sains... Aku belum pernah nemu kalau kalangan sains sepaklat itu adalah sains ilmiah dan terbukti.

Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 11:32:01 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 21, 2009, 08:48:45 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 08:26:04 AMPseudo sains tidak akan diterima dalam jurnal ilmiah internasional.
Yah, dan Omega Pointnya triplek adalah pseudo sains... Aku belum pernah nemu kalau kalangan sains sepaklat itu adalah sains ilmiah dan terbukti.



"Theory of Everything based on Feynman-Weinberg Quantum Gravity and the Extended Standard Model", (original title; published title is "The Structure of the World from Pure Numbers), published in Reports on Progress in Physics, volume 68 (2005), pages 897-964.
***The above article outlines the physics on which The Physics of Christianity is based.***
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 21, 2009, 01:11:19 PM
Jadi ingat juga ada ahli matematika yang tulisannya dimuat tentang bagaimana hukum ii termodinamika meruntuhkan teori evolusi, (dan ditanggapi dengan ditunjukkan kelemahan tulisannya yang mengabaikan bahwa kehidupan di bumi tidak merupakan sistem tertutup).

Sekali lagi, ada tulisan, dimuat, bukan berarti sudah diakui. Tanggapan ilmuwan, dan sejauh mana bagian yang didukung harus dilihat. Hingga hari ini aku gak nemu adanya dunia sains emngakui Tuhan umat kristen berperan dalam hukum alam atau fenomena di alam. kalau benar, mungkin hampir seluruh dunia sudha beralih jadi Kristen...

Nampaknya anda mau mempromosikan agama kristen dengan berkedok sains. maka jawabnya: no, thanks...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 03:58:17 PM
Dalam forum ini judulnya adalah agama dan filosofi, setiap peserta bebas mengemukakan pandangan filosofi agamanya, tidak ada pemaksaan.

Paradigma berpikir holistik dapat mencakup sains dan agama secara konsisten dan saling melengkapi.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 22, 2009, 08:32:51 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 03:58:17 PMParadigma berpikir holistik dapat mencakup sains dan agama secara konsisten dan saling melengkapi.
menggantikan sains dengan pandangan filosofis=pseudo sains.

meski ini forum agama dan filosofi, kenyataan di atas tak akan berubah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 22, 2009, 03:10:38 PM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 22, 2009, 08:32:51 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 21, 2009, 03:58:17 PMParadigma berpikir holistik dapat mencakup sains dan agama secara konsisten dan saling melengkapi.
menggantikan sains dengan pandangan filosofis=pseudo sains.

meski ini forum agama dan filosofi, kenyataan di atas tak akan berubah.

Induk sains adalah natural philosophy dan induk sains modern adalah perluasan dari natural philosopy yang dirintis oleh TOE dan transpersonal psychology.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 22, 2009, 08:58:44 PM
Yeah, in creationist's dream ::)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 23, 2009, 06:22:52 AM
R.Penrose has stated that he does not hold to any religious doctrine.[10] In the film A Brief History of Time he stated: "There is a certain sense in which I would say the universe has a purpose. It's not there just somehow by chance. Some people take the view that the universe is simply there and it runs along–it's a bit as though it just sort of computes, and we happen by accident to find ourselves in this thing. I don't think that's a very fruitful or helpful way of looking at the universe, I think that there is something much deeper about it, about its existence, which we have very little inkling of at the moment."[11]
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 23, 2009, 04:49:45 PM
No proof no trust
THIS IS SPARTA...!!!!

Ops, I mean, this is science...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 24, 2009, 06:25:22 AM
Sains jaman sekarang sudah dapat membahas dunia nonfisik. Baca karya fisikawan pemenang hadiah Nobel.

Josephson became a fellow of Trinity College, Cambridge in 1962[1] before moving to the United States to take a position as Research Assistant Professor at the University of Illinois.[1] He returned to Cambridge University in 1967 as an Assistant Director of Research at the Cavendish Laboratory and then a professor of physics in 1974,[1] a position he retained until his retirement in 2007.
Since 1983 Josephson has been appointed a Visiting Professor at various institutions including the Wayne State University in 1983,[1] the Indian Institute of Science in 1984[1] and the University of Missouri-Rolla in 1987.[1]
Josephson was a member of the Theory of Condensed Matter (TCM) Group, a theoretical physics group at the Cavendish Laboratory, for much of his research career.[5] While working at TCM group he was jointly awarded the Nobel Prize in Physics in 1973 while still only a Reader in Physics. He shared the award with Japanese physicist Leo Esaki and American physicist Ivar Giaever, who each received 1/4 of the prize, with 1/2 going to Josephson.[6] Unusually, along with Josesphson, neither Esaki nor Giaever held professorships at the time of the award. It is rare that academics ranked below professors win the prestigious prize.[7]
Josephson also directed the Mind–Matter Unification Project in the TCM Group.[8] He currently sits on the Advisory and Editorial Board of NeuroQuantology: An Interdisciplinary Journal of Neuroscience and Quantum Physics[9]

Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 24, 2009, 10:47:54 AM
O yeah, dan di masa depan seorang Hy akan dianggap ilmuwan menggantikan Dawkins atau sosok lainnya ::)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Desember 24, 2009, 04:26:14 PM
Gile aja bandingin Richard Dawkins ama Harun yahya.
Beda banget level nya... ;D ;D
Judul: Biobio
Ditulis oleh: biobio pada Desember 24, 2009, 10:52:08 PM
Iyalah... Harun Yahya itu tidak layak disebut ilmuwan.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 25, 2009, 09:16:44 AM
Kutip dari: biobio pada Desember 24, 2009, 10:52:08 PM
Iyalah... Harun Yahya itu tidak layak disebut ilmuwan.
Kalau menurut definisi 'neo science' versi THL, bisa jadi HY akan dimasukkan sebagai ilmuwan ::)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 26, 2009, 11:34:17 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 25, 2009, 09:16:44 AM
Kutip dari: biobio pada Desember 24, 2009, 10:52:08 PM
Iyalah... Harun Yahya itu tidak layak disebut ilmuwan.
Kalau menurut definisi 'neo science' versi THL, bisa jadi HY akan dimasukkan sebagai ilmuwan ::)
Pie One keliru lagi !!!
HY hanya mengemukakan pandangan dari sudut agama yang dianutnya, berbeda dengan pandangan ilmuwan yang mencetuskan TOE dan Transpersonal Psychology.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 27, 2009, 05:57:58 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 26, 2009, 11:34:17 AMPie One keliru lagi !!!
HY hanya mengemukakan pandangan dari sudut agama yang dianutnya, berbeda dengan pandangan ilmuwan yang mencetuskan TOE dan Transpersonal Psychology.
Tahu beda HY dengan Dawkins? HY memasukkan apa yang anda minta, 'pandangan holistik'. Beda dengan Dawkins. Jadi menurut definisi 'sains masa depan' anda, HY lebih ilmuwan ketimbagn Dawkins kan? :P
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 27, 2009, 06:23:50 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 27, 2009, 05:57:58 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 26, 2009, 11:34:17 AMPie One keliru lagi !!!
HY hanya mengemukakan pandangan dari sudut agama yang dianutnya, berbeda dengan pandangan ilmuwan yang mencetuskan TOE dan Transpersonal Psychology.
Tahu beda HY dengan Dawkins? HY memasukkan apa yang anda minta, 'pandangan holistik'. Beda dengan Dawkins. Jadi menurut definisi 'sains masa depan' anda, HY lebih ilmuwan ketimbagn Dawkins kan? :P
Saya tidak mempersoalkan perbedaan H.Yahya dengan Dawkins.
Orang yang cinta sains dan agama memakai paradigma holistik dari TOE dan Transpersonal Psychology, sehingga sains dan agama saling melengkapi dan secara logis konsisten.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 27, 2009, 06:28:57 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 27, 2009, 06:23:50 AMSaya tidak mempersoalkan perbedaan H.Yahya dengan Dawkins.
Orang yang cinta sains dan agama memakai paradigma holistik dari TOE dan Transpersonal Psychology, sehingga sains dan agama saling melengkapi dan secara logis konsisten.
Yang kutahu sains membedakan penerapan fisosofis saat bekerja dngan hidup sehari-hari. Pandangan naturalis saat bekerja dan pandangan filosofis dalam hidup sehari-hari. Aku gak kenal pandangan sains harus menerapkan pandangan agama dalam sains.

Lagian, kalau mau masukin agama, mau masukin agama yang mana? Agama anda?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 27, 2009, 06:31:53 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 27, 2009, 06:28:57 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 27, 2009, 06:23:50 AMSaya tidak mempersoalkan perbedaan H.Yahya dengan Dawkins.
Orang yang cinta sains dan agama memakai paradigma holistik dari TOE dan Transpersonal Psychology, sehingga sains dan agama saling melengkapi dan secara logis konsisten.
Yang kutahu sains membedakan penerapan fisosofis saat bekerja dngan hidup sehari-hari. Pandangan naturalis saat bekerja dan pandangan filosofis dalam hidup sehari-hari. Aku gak kenal pandangan sains harus menerapkan pandangan agama dalam sains.

Lagian, kalau mau masukin agama, mau masukin agama yang mana? Agama anda?

Saya bersandar pada hasil penelitian pada TOE dan Transpersonal Psychology, tidak pernah memasukkan pandangan subjektif.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 27, 2009, 06:44:36 AM
Yah yah, entar lain kali anda akan bawa-bawa gaia resonance atau apapun yang bisa anda 'pakai'...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 27, 2009, 06:49:03 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 27, 2009, 06:44:36 AM
Yah yah, entar lain kali anda akan bawa-bawa gaia resonance atau apapun yang bisa anda 'pakai'...
Tidak perlu berprasangka yang bukan bukan.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 27, 2009, 08:03:21 AM
Kalau tak salah tempo hari anda bawa-bawa parapsikologi *yang membahas soal telepati, telekinetis dll), dan yang aku temukan parapsikologi dianggap sebgai pseudo sains.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 27, 2009, 07:46:06 PM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 27, 2009, 08:03:21 AM
Kalau tak salah tempo hari anda bawa-bawa parapsikologi *yang membahas soal telepati, telekinetis dll), dan yang aku temukan parapsikologi dianggap sebgai pseudo sains.

Parapsikologi adalah cabang psikologi yang mencakup studi tentang extra sensory perception, psikokinesis, dan sebagainya [1][2][3]. Bagi para pendukungnya, parapsikologi dilihat sebagai bagian dari psikologi positif dan psikologi transpersonal[1][4][3]. Penelitian parapsikologi pada umumnya dilakukan di laboratorium sehingga parapsikolog menganggap penelitian tersebut ilmiah.[1][3]. Kritisisme terhadap parapsikologi [5] dan dukungan terhadap parapsikologi dari American Association for the Advancement of Science terhadap affiliasinya yaitu Parapsychological Association [6]

Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 28, 2009, 08:06:10 AM
Parapsikolog menganggap itu ilmiah, tapi yang lain masih menganggap itu pseudo sains.

Kenapa pandangan kalangan sendiri doang yang diakui? Ini gak beda dengan Hy mengaku dia ilmuwan dan 'teori'nya ilmiah, toh sama-sama pandangan sendiri dan diakui 'pengikut' mereka...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 28, 2009, 08:50:12 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 28, 2009, 08:06:10 AM
Parapsikolog menganggap itu ilmiah, tapi yang lain masih menganggap itu pseudo sains.

Kenapa pandangan kalangan sendiri doang yang diakui? Ini gak beda dengan Hy mengaku dia ilmuwan dan 'teori'nya ilmiah, toh sama-sama pandangan sendiri dan diakui 'pengikut' mereka...
Tentu kebenarannya akan terbukti dengan argumentasi ilmiah dalam jurnal ilmiah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 28, 2009, 09:36:40 AM
B. Josephson :
The new science, as science with both consciousness and conscience, will concern itself
with the consequences of science to the individual, society, and the whole world:it is a science for the
integrity of both people and planet that should be translatable into action. The potential value to
life of the discipline as a whole should not be compromised by the pursuit of more limited goals. At a
personal level, the new science should help people be able to comprehend themselves and their place... Lihat Selengkapnya
in nature, facilitate the development of empathic processes which aid mutual understanding, and
enhance the meaning of life for individuals and for society.
These points call for a considerable change in the ideology and methodology of
contemporary science. They presume a significant shift in consciousness within both the community of
scientists and society.
Fertile areas for future inquiry include the nature of reality and how best to understand it,
the nature of consciousness and relationship between mind and brain. Some participants argued that
consciousness emerged from brain processes, others that consciousness was intrinsically non-physical
and interacted with the body. Human identity was defined by some in terms of physical and
biological substrates interacting with our sociocultural background and conditioning; others preferred
to see our intrinsic identity as metaphysical, even if physically based and conditioned.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 28, 2009, 09:50:06 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 28, 2009, 08:50:12 AMTentu kebenarannya akan terbukti dengan argumentasi ilmiah dalam jurnal ilmiah.
Pembuktian dalam sains gak cukup sekedar dengan argumen.

*Entah kalau di 'sains versi THL*
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 28, 2009, 02:02:20 PM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 28, 2009, 09:50:06 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 28, 2009, 08:50:12 AMTentu kebenarannya akan terbukti dengan argumentasi ilmiah dalam jurnal ilmiah.
Pembuktian dalam sains gak cukup sekedar dengan argumen.

*Entah kalau di 'sains versi THL*
Argumen di sini berdasarkan logika formal dan bukti empiris yang bisa diterima dalam jurnal ilmiah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pk3dot pada Desember 28, 2009, 03:56:55 PM
hmmm... pd ngomongin paan seh??

sebenarnya ilmiah atau bukan itu relatif... bukan harga mutlak...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 29, 2009, 08:29:32 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 28, 2009, 02:02:20 PMArgumen di sini berdasarkan logika formal dan bukti empiris yang bisa diterima dalam jurnal ilmiah.
Harus dibuktikan dulu berdasr metode ilmiah, baru bisa diakui sebagai sesuatu yang ilmiah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 31, 2009, 08:30:24 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 29, 2009, 08:29:32 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Desember 28, 2009, 02:02:20 PMArgumen di sini berdasarkan logika formal dan bukti empiris yang bisa diterima dalam jurnal ilmiah.
Harus dibuktikan dulu berdasr metode ilmiah, baru bisa diakui sebagai sesuatu yang ilmiah.
Tentu saja,  metoda ilmiah ialah logico-empiricism, secara teori dibuktikan dari aksioma matematik, hukum fisika fundamental dengan memakai logika formal seperti yang dilakukan dalam TOE dan secara empiris melalui observasi/eksperimen seperti yang dilakukan dalam Fisika eksperimtal , Astronomi, Kimia, .... dan Transpersonal Psychology.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 31, 2009, 09:28:08 AM
Dan bagaimana pengujian metode ilmiah untuk ilmu psikologi dalam pembuktian awal alam semesta? Cabang ilmu yang benar-benar berbeda begini mau dipaksakan agar yang satu bisa menjelaskan hal di luar bidangnya?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Desember 31, 2009, 09:52:58 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 31, 2009, 09:28:08 AM
Dan bagaimana pengujian metode ilmiah untuk ilmu psikologi dalam pembuktian awal alam semesta? Cabang ilmu yang benar-benar berbeda begini mau dipaksakan agar yang satu bisa menjelaskan hal di luar bidangnya?
Itulah sebabnya harus belajar paradigma baru untuk mengerti perkembangan sains.

Chronologically, Kuhn distinguishes between three phases. The first phase, which exists only once, is the pre-paradigm phase, in which there is no consensus on any particular theory, though the research being carried out can be considered scientific in nature. This phase is characterized by several incompatible and incomplete theories. If the actors in the pre-paradigm community eventually gravitate to one of these conceptual frameworks and ultimately to a widespread consensus on the appropriate choice of methods, terminology and on the kinds of experiment that are likely to contribute to increased insights, then the second phase, normal science, begins, in which puzzles are solved within the context of the dominant paradigm. As long as there is general consensus within the discipline, normal science continues. Over time, progress in normal science may reveal anomalies, facts which are difficult to explain within the context of the existing paradigm. While usually these anomalies are resolved, in some cases they may accumulate to the point where normal science becomes difficult and where weaknesses in the old paradigm are revealed. Kuhn refers to this as a crisis, and they are often resolved within the context of normal science. However, after significant efforts of normal science within a paradigm fail, science may enter the third phase, that of revolutionary science, in which the underlying assumptions of the field are reexamined and a new paradigm is established. After the new paradigm's dominance is established, scientists return to normal science, solving puzzles within the new paradigm. A science may go through these cycles repeatedly, though Kuhn notes that it is a good thing for science that such shifts do not occur often or easily.

Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pr@m pada Desember 31, 2009, 10:04:31 AM
yak ampyunnn...ketauan banget lu oonnya mas....
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Desember 31, 2009, 10:21:26 AM
Paradigma baru apaan? Anda maunya harus satu kepercayaan dengan anda mungkin...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: luth pada Januari 03, 2010, 03:10:38 AM
Kutip dari: pr@m pada Desember 31, 2009, 10:04:31 AM
yak ampyunnn...ketauan banget lu oonnya mas....
Perusak forsa.
berkata2 kasar disini bukan tempatnya
udah mendingan ga usah ngepos deh klo kayak gitu model postnya.
sono berguru ama karno aja.
kacau dah klo tipe2 user seperti anda, karno berkembang biak disini...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 03, 2010, 06:22:51 AM
Kutip dari: Pi-One pada Desember 31, 2009, 10:21:26 AM
Paradigma baru apaan? Anda maunya harus satu kepercayaan dengan anda mungkin...
Terdapat hukum alam dan hukum rohani yang universal yang mengatur alam semesta ini.
Hukum Sebab-Akibat yang berlaku bagi dunia fisik dan nonfisik/rohani serta hukum Kasih menjadi dasar yang fundamental bagi orang yang cinta sains dan agama. Hukum ini menjadi dasar untuk teknologi yang ramah lingkungan dan hidup bermasyarakat yang menghormati HAM serta anti kejahatan.  Hukum Kasih diamalkan untuk memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama manusia.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 03, 2010, 07:43:26 AM
Malah lari ke man-mana. 'Paradgma baru' yang anda sebut tak bisa menjelaskan ketidaksesuaian kisah penciptaan alam smesta dan kehidupan di bumi versi agama anda dengan apa yang dikemukakan sains. yang anda anda hanya berusaha mencocok-cocokkan, maksa pula. Dan 'hukum rohani universal'yang anda kemukakan pun tidak jelas. Soal satu perbuatan mendatangkan akibat, itu secara umum diakui semua agama dan kepercayaan. Tapi pada prakteknya, soalhukum pembalasan ini amat berbeda pada agama yang berbeda, terutama antara agama samawi dan non samawi, sehingga amat lucu jika disebut 'hukum rohani universal'...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 04, 2010, 06:21:11 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 03, 2010, 07:43:26 AM
Malah lari ke man-mana. 'Paradgma baru' yang anda sebut tak bisa menjelaskan ketidaksesuaian kisah penciptaan alam smesta dan kehidupan di bumi versi agama anda dengan apa yang dikemukakan sains. yang anda anda hanya berusaha mencocok-cocokkan, maksa pula. Dan 'hukum rohani universal'yang anda kemukakan pun tidak jelas. Soal satu perbuatan mendatangkan akibat, itu secara umum diakui semua agama dan kepercayaan. Tapi pada prakteknya, soalhukum pembalasan ini amat berbeda pada agama yang berbeda, terutama antara agama samawi dan non samawi, sehingga amat lucu jika disebut 'hukum rohani universal'...
Itulah perbedaan paradigma baru dan paradigma kuno.
Paradigma baru melihat hukum yang universal yang menjadi titik tolak untuk menjelaskan segala yang terjadi dalam alam semesta. Keadilan bukan hanya yang terlihat dalam alam fisik, melainkan harus dilihat secara keseluruhan dalam alam fisik dan alam rohani.
Paradigma baru memahami bahasa sastra, bahasa awam dan bahasa ilmiah mempunyai peran yang berbeda dalam mengungkapkan kebenaran.
Paradigma baru memahami adanya tingkat kesadaran yang berbeda dalam pemahamannya mengenai alam semesta.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 04, 2010, 08:35:54 AM
Maksud anda paradigma baru mencocok-cocokkan apa yang ada sehingga apa yang ada di agama/kitab suci seolah sesuai dengan sains. Setidaknya itu yang tertanggap dari postingan anda.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 04, 2010, 01:54:26 PM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 04, 2010, 08:35:54 AM
Maksud anda paradigma baru mencocok-cocokkan apa yang ada sehingga apa yang ada di agama/kitab suci seolah sesuai dengan sains. Setidaknya itu yang tertanggap dari postingan anda.

Paradigma baru mulai dengan aksioma/postulat yang dinyatakan dalam hukum yang universal dan memandangnya secara holistik pada tingkat fundamental.

Paradigma kuno mencari-cari perbedaan semu pada tingkat sampah/nosie.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 05, 2010, 08:23:13 AM
Anda bahkan gak bisa menunjukkan hukum yang benar-benar universal.

Satu-satunya hal yang pasti di dunia adalah ketidakpastian itu sendiri, cuma ini yang universal.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pr@m pada Januari 05, 2010, 01:55:41 PM
Kutip dari: luth pada Januari 03, 2010, 03:10:38 AM
Perusak forsa.
berkata2 kasar disini bukan tempatnya
udah mendingan ga usah ngepos deh klo kayak gitu model postnya.
sono berguru ama karno aja.
kacau dah klo tipe2 user seperti anda, karno berkembang biak disini...

oh ya..terlalu kasar yak, maaf deh kalo gitu
maaf buat mas Liong, maaf buat mas Luth
sekalian boleh minta tolong gak?
belajar lagi ya...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 05, 2010, 06:16:01 PM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 05, 2010, 08:23:13 AM
Anda bahkan gak bisa menunjukkan hukum yang benar-benar universal.

Satu-satunya hal yang pasti di dunia adalah ketidakpastian itu sendiri, cuma ini yang universal.
Hukum Sebab-Akibat adalah hukum yang universal yang telah diteliti oleh ilmuwan dan hasilnya sudah dipakai untuk merancang teknologi.
Hukum Sebab-Akibat rohani adalah hukum universal yang merupakan sumber tata nilai dari umat manusia.
Ketidakpastian adalah keterbatasan kemampuan manusia untuk mengetahui hukum yang mutlak.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Januari 05, 2010, 06:27:01 PM
Yg ini
"Hukum Sebab-Akibat adalah hukum yang universal yang telah diteliti oleh ilmuwan dan hasilnya sudah dipakai untuk merancang teknologi."
tidak ada hubungan dgn yg ini,
"Hukum Sebab-Akibat rohani adalah hukum universal yang merupakan sumber tata nilai dari umat manusia.".
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 06:19:52 AM
Kutip dari: cronny pada Januari 05, 2010, 06:27:01 PM
Yg ini
"Hukum Sebab-Akibat adalah hukum yang universal yang telah diteliti oleh ilmuwan dan hasilnya sudah dipakai untuk merancang teknologi."
tidak ada hubungan dgn yg ini,
"Hukum Sebab-Akibat rohani adalah hukum universal yang merupakan sumber tata nilai dari umat manusia.".


Secara filsafat hubungan itu sangat erat, karena itu statusnya adalah aksioma/postulat untuk membahas alam semesta secara holistik, baik gejala fisik maupun nonfisik.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 06, 2010, 09:04:16 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 06:19:52 AMSecara filsafat hubungan itu sangat erat, karena itu statusnya adalah aksioma/postulat untuk membahas alam semesta secara holistik, baik gejala fisik maupun nonfisik.
Masalahnya, mana hukum sebab akibat rohani yang universal itu? Jika anda lihat hukum karma (Hindu) dan hukum kamma (Buddhis) saja anda akan temukan perbedaan mendasar. Belum lagi anda bandingkan ekduanya dengan agama samawi. dan anda bisa bilang hukum sebab akibat universal?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 10:09:08 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 06, 2010, 09:04:16 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 06:19:52 AMSecara filsafat hubungan itu sangat erat, karena itu statusnya adalah aksioma/postulat untuk membahas alam semesta secara holistik, baik gejala fisik maupun nonfisik.
Masalahnya, mana hukum sebab akibat rohani yang universal itu? Jika anda lihat hukum karma (Hindu) dan hukum kamma (Buddhis) saja anda akan temukan perbedaan mendasar. Belum lagi anda bandingkan ekduanya dengan agama samawi. dan anda bisa bilang hukum sebab akibat universal?
Pola pikirnya berbeda, anda selalu mengorek perbedaan pada tingkat noise.
Dalam paradigma baru yang diangkat ialah kesamaannya dahulu sehingga hukum Sebab-Akibat Rohani bisa menjadi postulat, artinya pada tingkat fundamental segala perbuatan manusia selalu ada akibatnya yang harus diterima/dipertanggung jawabkan.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 06, 2010, 10:31:30 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 10:09:08 AMPola pikirnya berbeda, anda selalu mengorek perbedaan pada tingkat noise.
Dalam paradigma baru yang diangkat ialah kesamaannya dahulu sehingga hukum Sebab-Akibat Rohani bisa menjadi postulat, artinya pada tingkat fundamental segala perbuatan manusia selalu ada akibatnya yang harus diterima/dipertanggung jawabkan.
Dan aku gak meilihat hubungan hal ini dengan segala 'paradigma baru' yang anda koar-koarkan ke mana-mana. Tidak ke Omega Point, tidak ke ToE, tidak ke mana-mana. bahkan untuk menyebutnya 'hukum sebab-akibat rohani noiversal' pun tidak...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 10:32:45 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 06, 2010, 10:31:30 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 10:09:08 AMPola pikirnya berbeda, anda selalu mengorek perbedaan pada tingkat noise.
Dalam paradigma baru yang diangkat ialah kesamaannya dahulu sehingga hukum Sebab-Akibat Rohani bisa menjadi postulat, artinya pada tingkat fundamental segala perbuatan manusia selalu ada akibatnya yang harus diterima/dipertanggung jawabkan.
Dan aku gak menilihat hubungan hal ini dengan segala 'paradigma baru' yang anda koar-koarkan ke mana-mana. Tidak ke Omega Point, tidak ke ToE, tidak ke mana-mana...
Orang buta rohani tentu tidak bisa melihat hal rohani.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 06, 2010, 10:35:30 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 10:32:45 AMOrang buta rohani tentu tidak bisa melihat hal rohani.
Dan definisi orang buta rohani? yang tak percaya Tuhan (personal), seperti agnostik dianggap buta rohani? Atau malah mesti penganut agama samawi, atau lebih spesifik harus aku sebut agama anda?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 10:57:32 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 06, 2010, 10:35:30 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 06, 2010, 10:32:45 AMOrang buta rohani tentu tidak bisa melihat hal rohani.
Dan definisi orang buta rohani? yang tak percaya Tuhan (personal), seperti agnostik dianggap buta rohani? Atau malah mesti penganut agama samawi, atau lebih spesifik harus aku sebut agama anda?
Jelas atheis dan agnostik adalah orang yang buta rohani, tidak bisa mengalami pengalaman rohani.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Januari 06, 2010, 04:12:14 PM
Iya... gua lebih percaya ama richard dawkins dan steven weinberg.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 06, 2010, 08:01:29 PM
Memang pengalaman rohani apa yang diharap? kehadiran roh kudus? Kaum Yahudi dan Muslim juga gak mengalaminya. Atau seperti Lia Eden?
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 07, 2010, 06:04:25 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 06, 2010, 08:01:29 PM
Memang pengalaman rohani apa yang diharap? kehadiran roh kudus? Kaum Yahudi dan Muslim juga gak mengalaminya. Atau seperti Lia Eden?
Nabi yang mendapat wahyu Tuhan tentu melalui pengalaman rohani.
Pengalaman rohani yang benar dan yang palsu dapat diteliti dengan metoda yang dikembangkan dalam Transpersonal Psychology.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 07, 2010, 08:54:20 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 07, 2010, 06:04:25 AMNabi yang mendapat wahyu Tuhan tentu melalui pengalaman rohani.
Pengalaman rohani yang benar dan yang palsu dapat diteliti dengan metoda yang dikembangkan dalam Transpersonal Psychology.
Lalu bagaimana menelitinya di zaman sekarang? Siapa nabi yang ada, yang bisa dijadikan subyek penelitian? Lia Eden? Eh, dia bukan Nabi, dia malaikat ::)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 07, 2010, 09:28:42 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 07, 2010, 08:54:20 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 07, 2010, 06:04:25 AMNabi yang mendapat wahyu Tuhan tentu melalui pengalaman rohani.
Pengalaman rohani yang benar dan yang palsu dapat diteliti dengan metoda yang dikembangkan dalam Transpersonal Psychology.
Lalu bagaimana menelitinya di zaman sekarang? Siapa nabi yang ada, yang bisa dijadikan subyek penelitian? Lia Eden? Eh, dia bukan Nabi, dia malaikat ::)
Setiap orang yang mengalami pengalaman rohani dapat pergi ke psikolog dan diperiksa keadaan kesadarannya dengan metoda Transpersonal Psychology.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 07, 2010, 09:55:40 AM
Dan kalau ternyata mereka mengaku mengalami kelahiran kembali dan pengakuannya terbukti benar oleh ilmu psikologi tadi? ::)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 07, 2010, 12:13:33 PM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 07, 2010, 09:55:40 AM
Dan kalau ternyata mereka mengaku mengalami kelahiran kembali dan pengakuannya terbukti benar oleh ilmu psikologi tadi? ::)
Tentu bisa dibedakan pengakuan yang berdasarkan iman dan pertobatan dan pengakuan yang sekedar lip service saja dari perbuatan , ucapan dan tindakannya dan secara ilmiah jika mengalami pengalaman rohani bisa diperiksa kebenarannya berdasarkan tingkat kesadarannya.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 07, 2010, 12:28:47 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 07, 2010, 12:13:33 PMTentu bisa dibedakan pengakuan yang berdasarkan iman dan pertobatan dan pengakuan yang sekedar lip service saja dari perbuatan , ucapan dan tindakannya dan secara ilmiah jika mengalami pengalaman rohani bisa diperiksa kebenarannya berdasarkan tingkat kesadarannya.
Seberapa akurat tingkat pengujian dalam hal ini? termasuk memastikan si penguji sendiri tidak melibatkan subyektifitas mereka dalam pengujian, terutama jika subyek memiliki pandangan filosofis yang sama dengan mereka...

*Dan kurasa tak perlu gelar doktor khusus dalam bidang tertentu, untuk mengetahui betapa dogmatisnya anda :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 07, 2010, 03:18:33 PM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 07, 2010, 12:28:47 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 07, 2010, 12:13:33 PMTentu bisa dibedakan pengakuan yang berdasarkan iman dan pertobatan dan pengakuan yang sekedar lip service saja dari perbuatan , ucapan dan tindakannya dan secara ilmiah jika mengalami pengalaman rohani bisa diperiksa kebenarannya berdasarkan tingkat kesadarannya.
Seberapa akurat tingkat pengujian dalam hal ini? termasuk memastikan si penguji sendiri tidak melibatkan subyektifitas mereka dalam pengujian, terutama jika subyek memiliki pandangan filosofis yang sama dengan mereka...

*Dan kurasa tak perlu gelar doktor khusus dalam bidang tertentu, untuk mengetahui betapa dogmatisnya anda :)

Pandangan saya berdasarkan hasil metoda transpersonal psychology, bukan berdasarkan dogma.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 08, 2010, 07:55:16 AM
Anda menerima psikopat transparan itu karena bisa disesuaikan dengan dogma anda. :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 08, 2010, 08:02:27 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 08, 2010, 07:55:16 AM
Anda menerima psikopat transparan itu karena bisa disesuaikan dengan dogma anda. :)
Itulah dogma Pie One yang tidak bisa membedakan hasil penelitian dan dogma.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 08, 2010, 08:23:19 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 08, 2010, 08:02:27 AMItulah dogma Pie One yang tidak bisa membedakan hasil penelitian dan dogma.
Kontradiktif, aku gak bisa menerima dogma, tapi nuduh aku punya dogma?

Anda hanya benar dalam 1 hal, aku gak menerima dogma. namun sains sendiri skeptis, tidak semua hasil penelitian bisa diterima. Dan penerimaan hasil penelitian bukan disesuaikan dengan pandangan pribadi... :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Ilmukalam pada Januari 08, 2010, 09:30:37 AM
Kutip
Cinta Sains atau Agama?
Dua-duany... Barang siapa mencintai Agamanya tentu tidak akan melupakan Sains sbg SUNNATULLAH pada alam semesta ini!!!....
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 08, 2010, 09:34:54 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 08, 2010, 08:23:19 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 08, 2010, 08:02:27 AMItulah dogma Pie One yang tidak bisa membedakan hasil penelitian dan dogma.
Kontradiktif, aku gak bisa menerima dogma, tapi nuduh aku punya dogma?

Anda hanya benar dalam 1 hal, aku gak menerima dogma. namun sains sendiri skeptis, tidak semua hasil penelitian bisa diterima. Dan penerimaan hasil penelitian bukan disesuaikan dengan pandangan pribadi... :)
Tentu saja boleh skeptis terhadap hasil penelitian ilmuwan, tetapi harus bersandar pada penelitian juga.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 08, 2010, 01:32:47 PM
Masalahnya adalah seobyektif apa hasil penelitian, dan metode apa yang digunakan dalam penelitian. Anda terus ngotot itu benar, itu gak mungkin salah dst, sementara aku saat mencari tahu tentang itu menemukan sejumlah kritik terkait penelitian dan pperkembangannya sendiri.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 11, 2010, 08:19:37 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 08, 2010, 01:32:47 PM
Masalahnya adalah seobyektif apa hasil penelitian, dan metode apa yang digunakan dalam penelitian. Anda terus ngotot itu benar, itu gak mungkin salah dst, sementara aku saat mencari tahu tentang itu menemukan sejumlah kritik terkait penelitian dan pperkembangannya sendiri.
Saya tidak pernah bersikap seperti itu. Jika berdiskusi sains ya tentu yang berbicara adalah hasil penelitian.
Silahkan baca:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 11, 2010, 09:11:23 AM
Yang namanya hasil penelitian pun bisa dibantah, apalagi jika metode atau hasilnya dianggap gak valid. Misal The Hidden Message in Water dari Masaru Emoto, penelitiannya dianggap gak valid, meski dia mengadakan 'penelitian'.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 12, 2010, 06:08:01 AM
Percobaan M.Emoto diskripsinya kurang terinci sehingga ketika peneliti lain mencobanya hasilnya berbeda. Ada kemungkinan percobaannya termasuk consciuosness dependent yang keadaan kesadaran penelitinya harus dipantau (keadaan gelombang otaknya harus dipantau) supaya hasilnya bisa sama.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 12, 2010, 07:49:55 AM
lebih spesifik lagi, percobaannya memang tidak memenuhi metode sains yang diharapkan. Dan kita bisa lihat bagaimana oknum-oknum agama memanfaatkan penelitiannya yang tanggung tadi untuk menyampaikan misi mereka sendiri. kasus yang sama rasanya juga terjadi pada transpersonal psychology...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 13, 2010, 08:45:08 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 12, 2010, 07:49:55 AM
lebih spesifik lagi, percobaannya memang tidak memenuhi metode sains yang diharapkan. Dan kita bisa lihat bagaimana oknum-oknum agama memanfaatkan penelitiannya yang tanggung tadi untuk menyampaikan misi mereka sendiri. kasus yang sama rasanya juga terjadi pada transpersonal psychology...
Paradigma baru : Transpersonal Psychology memenuhi metoda sains.
Percobaan M.Emoto merupakan fakta , namun hasilnya bergantung pada tingkat keadaan consciousness orang yang berinteraksi dengan air, sehingga orang tsb harus dimonitor aktivitas/gelombang otaknya yang akan mempengaruhi interaksinya dengan air.
Tentu percobaan seperti ini masih tingkat awal yang masih harus dibuktikan validitasnya dengan orang lain yang tingkat cosciousnessnya dimonitor juga.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 13, 2010, 11:52:21 AM
Dan percobaan tingkat awal ini mau dikatakan terbukti?

Dan paradigma baru melulu. Entar orang dogmatis juga bisa nyomot elemen transpersonal psikologi untuk menyebarluaskan pandangan filosofis mereka, makai kedok sains. Seperti yang sudah terjadi sekarang.

termasuk anda yang mau mengaku pseudo sains sebagai sains...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 14, 2010, 07:14:56 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 13, 2010, 11:52:21 AM
Dan percobaan tingkat awal ini mau dikatakan terbukti?

Dan paradigma baru melulu. Entar orang dogmatis juga bisa nyomot elemen transpersonal psikologi untuk menyebarluaskan pandangan filosofis mereka, makai kedok sains. Seperti yang sudah terjadi sekarang.

termasuk anda yang mau mengaku pseudo sains sebagai sains...
Bahas substansinya dahulu.
Kreteria sains adalah makalahnya sudah diterima dalam jurnal ilmiah. Tidak perlu menuduh orang lain. Lakukan sendiri, apakah karya anda dapat diterima dalam jurnal ilmiah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 14, 2010, 08:25:46 AM
Sudah dibilang, sejak kapan kriteria ilmiah itu makalahnya diterima dalam jurnal ilmiah? jangan paksakan definisi anda sendiri. Dan untuk apa aku bikin jurnal ilmiah? Anda seperti menyruh orang yang mengkritik satu buku jelek untuk membuat buku sendiri...

Dan silakan bicara lagi soal 'paradigma baru', paling aku akan tanggapi dengan boring story number one ::)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 14, 2010, 08:59:37 AM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 14, 2010, 08:25:46 AM
Sudah dibilang, sejak kapan kriteria ilmiah itu makalahnya diterima dalam jurnal ilmiah? jangan paksakan definisi anda sendiri. Dan untuk apa aku bikin jurnal ilmiah? Anda seperti menyruh orang yang mengkritik satu buku jelek untuk membuat buku sendiri...

Dan silakan bicara lagi soal 'paradigma baru', paling aku akan tanggapi dengan boring story number one ::)
Berlaku hanya untuk Pie One.
Untuk orang yang mau berkembang, tentu memahami perkembangan timbul karena paradigma baru.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pr@m pada Januari 14, 2010, 10:39:05 AM
dan saya sangat yakin, anda sangat dengan mudah menerima apa yg anda sebut sebagai 'paradigma baru' itu karena sesuai atau mendukung apa yang anda yakini/imani.

bagaimana dengan paradigma sains yang lain yang tidak sesuai/bertentangan dengan keyakinan anda?apakah anda mau menerimanya?dengan fakta bahwa hal tersebut juga memenuhi segala kriteria ilmiah anda??
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 14, 2010, 11:47:42 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Januari 14, 2010, 08:59:37 AMBerlaku hanya untuk Pie One.
Untuk orang yang mau berkembang, tentu memahami perkembangan timbul karena paradigma baru.
Apa yang anda sebut paradigma baru bisa aku wakilkan dalam satu kata: bullshit.

*Dan kurasa bukan cuma aku yang berpandangan begini :)
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 15, 2010, 11:08:11 AM
Kutip dari: pr@m pada Januari 14, 2010, 10:39:05 AM
dan saya sangat yakin, anda sangat dengan mudah menerima apa yg anda sebut sebagai 'paradigma baru' itu karena sesuai atau mendukung apa yang anda yakini/imani.

bagaimana dengan paradigma sains yang lain yang tidak sesuai/bertentangan dengan keyakinan anda?apakah anda mau menerimanya?dengan fakta bahwa hal tersebut juga memenuhi segala kriteria ilmiah anda??
Paqradigma lain silahkan dikembangkan, pada akirnya yang menentukan ialah diterimanya hasil penelitiannya oleh ilmuwan yang dibuktikan dengan diterbitkannya dalam jurnal ilmiah yang sudah dievaluasi/refree oleh ilmuwan yang aktif dalam bidang penelitian.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 15, 2010, 11:52:51 AM
Dan sudah dibilang, sekedar diterima di jurnal ilmiah bukan bukti sesuatu itu benar. lain halnya jika sudah diakui secara umum oleh ilmuwan di sana
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 15, 2010, 07:13:43 PM
Kutip dari: Pi-One pada Januari 15, 2010, 11:52:51 AM
Dan sudah dibilang, sekedar diterima di jurnal ilmiah bukan bukti sesuatu itu benar. lain halnya jika sudah diakui secara umum oleh ilmuwan di sana
Diterima pada jurnal ilmiah internasional berarti sudah dinilai oleh ilmuwan terkemuka dalam bidangnya bahwa penelitian itu memenuhi kriteria penelitian ilmiah.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Lunaris pada Januari 16, 2010, 02:23:43 AM
WADUH SEBELUM PINDAHAN MASIH PAGE 1 PAS PINDAHANYA SELESAI PAGE 15!

anyway video bagus buat dilihat, relevant sama diskusi disini

http://www.youtube.com/watch?v=uephBmkupvQ


http://www.youtube.com/watch?v=iPuKoEYCs2o&feature=channel


http://www.youtube.com/watch?v=agTHok-W_PI
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: pr@m pada Januari 16, 2010, 08:57:42 AM
sekali lagi bravoo Lunaris...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 16, 2010, 11:03:22 AM
Simak juga:

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 16, 2010, 12:09:13 PM
Sequel boring story numbr one -_-
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: ipong pada Januari 16, 2010, 01:10:40 PM
numpang lewat..
bukankah sebuah penelitian yang sudah masuk jurnal ilmiah, artinya hasil penelitian, ataupun data-data yang ditampilkan disana sudah bisa dijadikan rujukan ilmiah (udah sah masuk daftar pustaka).
agak aneh ketika seseorang berbicara atas dasar sains n sok ilmiah sekali, namun tidak mengakui aturan maennya sendiri...
maaf....ini seperti C vs E tapi dalam keadaan kebalik..
ini pendapat saya sebagai penonton..monggo dilajut..
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 21, 2010, 09:29:43 AM
Iseng ah... &nbsp;:P
KutipPARANORMAL GOES TO THE ACADEMY

Scientists have demonstrated that parapsychology is pseudoscience.

Pseudoscience has grown since 1976, when some universities of England and United States tried to incorporate courses on paranormal phenomena in their academic curricula.

Some "academics", as Randi, Taylor, Balanovsky and others, tried to convince to the university authorities and the public that their experiments proved "convincingly" the existence of paranormal phenomena.

However, when the university scientists repeated the same experiments under controlled conditions, each one of the assertions on the existence of paranormal events were rejected until showing that such phenomena were a blatant fraud.

The scientists of the 70s demonstrated that the individuals that presumed of possessing paranormal powers were swindling; as well as the "children of the spoons" -those children that were trained for cheating on bending metals through "mind's energy".

Do you remember Uri Geller, that Israeli bender of spoons? Geller's fraud was so astounding and so broadly unfolded by the Media by the whole world that a prestigious scientific magazine as the New Scientist fell over the fraud and published an article backing up the "psychic feats" of Geller (magazine of October of 1974).

But when scientists substantiated the dishonesty of Geller and many other "psychics" from those times, the Paranormal fell into a crushing discredit, so that the researchers of the paranormal had to abandon their aspirations to convert their "inquiries" into science.

But the paranormal fanatics would not remain in quiet forever. In our misinformed-on-science world, they have reloaded and have obtained the addition of programs of extrasensory perception, telekinesis, divination, and other paranormal ruses in prestigious universities, for example in the Edinburgh University in England.

And what do you think about Nature magazine? In 1979, the editors of Nature published a series of articles on "psychic energy" where their authors disdained science when saying that the paranormal phenomena seemed not to exist because they were undetectable through the scientific devices of that epoch.

From those articles and letters, it was born the modern idea that the paranormal phenomena obey to the effects of "energies not observable, detectable or measurable through the standard scientific mechanisms".

The last assertion is a sophism because if those "energies" are not observable, detectable or measurable, then how do psychics know about them?


But the worst has still not happened. The formerly scientific famous channel, the Discovery Channel, now dedicates extensive spaces to tales about ghosts, religious pseudoscience (on biblical issues, of course), alienologists, telepathists and psychics, etc., (such as, Archeological News, A Haunting, Sensing Murder, etc.).

But I mean that not only the Discovery Channel has changed because the best part of TV channels and Radio stations dedicate extensive spaces to pseudoscience, while the scientific reports are reduced to small notes exposed very, very quickly.

Now that more scientists work in the discovery of new species, and that those scientists have been revealing the existence of hundreds of modern species, the lovers of lie hold their beliefs on a fallacy when suggesting that like we ignore the existence of many species, we scientists do not know now about the existence of paranormal phenomena. Yea, I know about the existence of their forgeries as forgeries they are, but not as real observable facts.
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 21, 2010, 10:24:46 AM
Yang dahulu dituduh pseudo science, sekarang terbukti pakar transpersonal psychology sudah menjadi profesi yang terhormat dan karyanya sudah diterima dalam jurnal ilmiah internasional.

C. Tart seorang profesor dalam bidang tersebut.
But my scientific work, as well as that of many colleagues, has shown me that, properly applied, essential science has actually provided a great deal of support for the reality of some kind of spiritual nature for us, so the suffering that comes from denial and suppression is unnecessary and useless. The main thrust of The End of Materialism is to give readers the kind of data that allowed me to reach a personal resolution where I can be both devoted to science and trying to develop and practice my spiritual side. If two living people, for example, can occasionally demonstrate telepathic communication under tightly controlled laboratory conditions, something we have considerable evidence for, is the idea of prayer, an inherently telepathic kind of communication with someone/something beyond us inherently nonsensical? I don't think so!

Of course there are nonsensical elements mixed in with religion and spirituality: that's true for all areas of human life. But to totally deny our spiritual nature, as science apparently does, harms and inhibits people. Indeed, a deeper look shows that it's not science that denies our spirituality, it's scientism, a rigid philosophy of materialism, masquerading as science.

Baca jurnal transpersonal psychology :

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 21, 2010, 10:26:37 AM
Tetap aja PR lama belum dikerjakan...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Januari 21, 2010, 07:31:06 PM
Bentar lagi astrology dan alchemy bakal dimasukin deh.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 21, 2010, 10:58:06 PM
Pantas saja THL begitugetol mengkampanyekan 'paradigma baru', dengan 'paradigma baru' dia gak perlu pembuktian untuk parapsychology atau pseudo sains lain, sehingga yang tadinya pseudo science bisa naik pangkat karena syarat sebagai sains sudah diperlunak...
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Januari 22, 2010, 06:20:58 AM
Ilmuwan yang cinta sains dan agama :

Francis Collins is the Director of the US National Human Genome Research Institute, which co-mapped the three billion biochemical letters of our genetic blueprint. He is now a forthright Christian, who converted from atheism at age 27.

'When you make a breakthrough,' he said, 'it is a moment of scientific exhilaration because you have been on this search and seem to have found it. But it is also a moment when I at least feel a closeness to the Creator in the sense of having now perceived something that no human knew before but which God knew all along. When you have for the first time in front of you this 3.1 billion letter instruction book that conveys all kinds of information and all kinds of mystery about humankind, you cannot survey that book going through page after page without a sense of awe. I cannot help but look at these pages and have a vague sense that this is giving me a glimpse of the mind of God.'

Prof Arthur Shawlow, the 1981 Nobel Prize winner for the development of laser spectroscopy, rationalised his belief thus:

'By being outside of nature, God is also outside of space and time. Hence, at the moment of the creation of the universe, God could also have activated evolution with full knowledge of how it would turn out. Evolution is not incompatible with God having designed it. Once life arose, the process of evolution and natural selection permitted the development of a biological diversity and complexity over very long periods of time. But while evolution may explain some features of the moral law, it cannot explain why it should have any real significance. If it is solely an evolutionary convenience, there is really no such thing as good or evil. But for me, it is much more that that. The moral law is a reason to think of God as plausible - not just a God who sets the universe in motion but a God who cares about human beings.'

And so, when Prof Ragnar Granit of the University of Helsinki, the 1967 winner of the Nobel Prize for the discovery of the visual processes in the eye, was asked: 'How should science and the scientists approach origin questions, specifically the origin of the universe and the origin of life?' He replied briefly and to the point: 'Humbly'
But the statement which I enjoyed most was from Prof Vladimir Prelog, the 1975 Nobel Prize winner for his research on organic molecules. He said: 'Winners of Nobel prizes are not more competent about God, religion and life after death than other people; some of them like myself are agnostics. They just don't know. Indeed, my agnosticism goes so far that I am not even certain whether I am an agnostic! I often cite Max Planck, who said: 'God is at the beginning of every religion and at the end of the natural sciences.' I am also in agreement with the clever rabbi, who during a heated symposium on the existence of God, said in exasperation, 'Look, God is so great that He does not even need to exist!''
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: Pi-One pada Januari 22, 2010, 11:05:56 AM
Celoteh yang gak menjelaskan apapun... Kepercayaan pribadi seseorang dan penjelasan ilmiah adalah dua hal berbeda.
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: cronny pada Januari 23, 2010, 09:34:29 PM
http://www.youtube.com/watch?v=0vrpPPV_yPY&feature=related

Salah satu quote dari video ini yg menarik perhatian gua,
"when you start basking in the majesty of gods, and then your discoveries stop. It's just stop"
Judul: Re: Cinta Sains atau Agama?
Ditulis oleh: reborn pada Januari 27, 2011, 07:38:52 PM
Dari awal kurang jelas maunya TS bahas apa. Hanya nulis "Khusus temen2 Hindu" + link ke diskusi di forum lain (yang sudah saya hapus). Lain kali buka topik jangan hanya kasih link, tapi dengan sedikit intro biar ada gambaran jelas mau bahas apa.
Topik dikunci.