Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 19, 2024, 08:05:30 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 53
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 38
Total: 38

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Filosofi Barat dan Filosofi Timur

Dimulai oleh reborn, Januari 18, 2011, 01:46:17 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

semut-ireng

Masih bicara soal filosofi Barat.    Bahwa pola pikir yang berdimensi materi mengandung resiko dapat menggerus dan melemparkan manusia pada keterasingan.   Barangkali perlu dibedah lebih dalam,  bahwa  pemikiran Barat yang berusaha menguasai alam itu dapat mengantarkan mereka pada hasil-hasil apa saja,  dan bagaimana cara memperoleh hasil-hasil itu  ?

Kembali kita tengok lagi,  bahwa mereka dihadapkan pada alam lingkungan geografinya yang  memberikan tantangan kehidupan  lebih keras dibandingkan dengan dunia Timur,  antara lain adanya empat musim / musim dingin,   tanah pertanian kurang subur,  dan hasil tambang yang relatif kurang.   Tantangan alam yang demikian itu memaksa mereka untuk berpikir keras bagaimana cara mengatasinya.   Sekedar contoh,  pada abad 15 - 16  beberapa negara Eropa menempuh jarak ribuan mil untuk sampai ke Nusantara mencari rempah-rempah.   Tidak jarang,  selama perjalanan diantara bangsa Eropa itu saling berkelahi sendiri dan menjadikan mereka saling bermusuhan sendiri.

Hal-hal semacam itu menempa mereka untuk selalu bekerja dan berpikir keras,   selalu aktif dan tidak pernah merasa puas,  dinamis dan kreatif.   Sehingga bisa menghantarkan mereka pada pencapaian  :   menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,  memperoleh kekayaan dan kekuasaan,  serta kehormatan .....................

sementara itu yang bisa saya tambahkan,  monggo dilanjut ........................

Ayaz

Persis, Bung Semut benar.

Bahwa tantangan dan letak geografis wilayah barat sedikit banyak telah memberikan sebuah nuansa dan corak berfikir yang berbeda dengan saudara-saudara mereka di bumi sebelah timur sini. Bahkan mungkin abstraksi mental yang tumbuh juga berpengaruh terhadap tata fisik dan diri mereka.

Namun demikian ada satu hal yang senantiasa sama pada setiap species manusia yang tak mengenal batasan geografis asal-usul warna kulit dan segenap perbedaan lainnya. Inilah yang kemudian menjadikan wacana diskusi kita bersambut, bahwa pemicu dari lahirnya serangkaian pemikiran cenderung berbeda dan beraneka hal tersebut tidak secara otomatis membenarkan sejumlah praanggapan bahwa sebuah 'nilai' diseberang sana secara dzati memang berbeda dengan sebuah norma yang ada dibelahan lainnya.

Cara Pandang barat yang terwakilkan secara 'terpaksa' oleh sistem berfikir materialisme cenderung memenangkan dominasinya ditengah-tengah pergulatan budaya disono,  suara Ilmuan mereka yang menolak metodologi Empirisme sebagai basis buta terhadap segala bentuk Nilai didalamnya hanya lirih terdengar.

Mesin Liberalisme dan dominasi kekuatan-kekuatan pemodal agaknya lebih nyaman memelihara pemikiran filosofi materialisme ketimbang yang bernuansa Humanism. Kekuatan politik dan ambisi berkuasa atas pusat-pusat kekayaan dunia lagi-lagi juga menjadikan paham ini sebagai bantalan dan dasar filosofis yang cenderung masih.

Mungkin inilah faktor determinan yang sedikit membelenggu 'kebebasa' ilmiah yang pada hakikatnya benar-benar terjadi ditanah eropa sana. Pemikiran yang menyadap filosofi timur yang cenderung Humanis agaknya tergerus oleh praktek-praktek tidak sehat yang dikontrol oleh kekuatan-kekuatan uang untuk memainkan peranan hegemonis yang tinggi diseluruh belahan dunia timur.

Nah!! Rasanya hanya dengan dialog dan saling memahami adalah jalan keluar untuk memastikan bahwa manusia telah meninggalkan masa kekanak-kanakannya menuju jenjang usia yang lebih tua. Kita hanya bisa berharap bahwa dialog peradaban dan nilai antara timur dan barat bisa terwujud diluar bayang-bayang kekuatan politik yang kelam, diluar mainstream kepentingan dominasi leberalisme ekonomi semata, alangkah indahnya jika dunia dipimpin oleh seorang filosof ketuhanan dan pemimpin yang humanis.

Ayaz

Maaf ada beberapa kalimat yang salah penulisan bahkan berganti huruf didalamnya, yang membuat anda kurang nyaman membacanya. Ini semata-mata karena saya menulis tanpa kembali mengoreksi setiap kaliamat dan paragraf didalmnya. sekali lagi mohon maaf atas ketidak nyamanan anda.

##Contoh kesalahan adalah dalam kalimat"....Cenderung mansih" yang benar adalah cenderung "masif". ada beberapa lagi yang keliru, mohon maaf.

semut-ireng

Ndak apa2 bung ada salah ketik sedikit itu biasa.   Yang penting substansinya bisa dipahami.  Dan apa yang anda sampaikan sangat menarik,  bisa membuka wawasan lebih luas untuk memahami dunia Barat dan dunia Timur.

Dan tepat sekali apa yang anda sampaikan,  rasanya hanya dengan dialog dan saling memahami adalah jalan keluar untuk memastikan bahwa manusia telah meninggalkan masa kekanak-kanakannya menuju jenjang usia yang lebih tua.  Juga,  suara Ilmuan mereka yang menolak metodologi Empirisme sebagai basis buta terhadap segala bentuk Nilai didalamnya hanya lirih terdengar.

Memang,  di abad-20 dan mungkin juga masih terjadi sampai di awal abad-21 ini,  antara dunia Barat dan dunia Timur seolah-olah dipisahkan oleh bangunan tembok yang kokoh,   sehingga kedua belah pihak selalu ada prasangka,  ketidaktahuan,  dan salah mengerti.   Hal itu disebabkan pula karena orang sering terjebak dalam generalisasi yang dangkal.

Bagi kebanyakan orang Barat,  dunia Timur sering dipersepsikan sebagai dunianya keterbelakangan,  kelambanan,  bencana alam,  kelebihan penduduk,  kemiskinan dan kelaparan.   Sebaliknya bagi kebanyakan orang Timur,  dunia Barat diartikan sebagai dunianya kemajuan teknologi,  kemapanan,  kebebasan / terpenuhinya hak asasi manusia,  dan dunianya kapitalisme.  Persepsi tersebut tidak salah,  namun mungkin tidak seluruhnya benar.   Dan akibat dari generalisasi yang dangkal tersebut,  selama ini pertemuan antara Barat dan Timur lebih banyak berbentuk persaingan,  deception - konflik dan perang,  dari pada saling mengerti,  saling memahami,  dan saling menghargai  .......................


Ayaz

Ya Benar sekali bahwa pertalian dua kutub Timur dan Barat sering menyisakan sak-wasangka. Dunia bipolar ini udah saatnya memperpanjang masa dialognya untuk mencari sebuah solusi bersama yang lebih bernilai, bebas dan didasari oleh sikap saling menhargai.

Namun sering kali semangat ini pudar ditangan para spekulan politik dan pimpinan dari masing-masing Negara yang cenderung mengelola 'persamaan' ini dalam ruang yang murni bias, dan mencekoki warganya dengan sederat asumsi yang cenderung keliru.

Dialog besar dan berperadaban hanya bisa terjalin pada masyarakat akademisi yang bertanggung jawab. Seminari-seminari Non Goverment agaknya bisa menjadi wadah untuk mencari solusi kebuntuan didalam membangun rantai persaudaraan yang kokoh.

Ada kecenderungan umum di eropa maupun As misalnya, bahwa kebijakan masif yang bisa memicu pertikaian antar bangsa dan menimbulkan peperangan yang sia-sia senantiasa ditolak oleh rakyatnya sendiri. Ini adalah fakta riel betapa hati Nurani antar Rakyat  adalah jendela utama didalam membangun kesadaran kesepahaman.

Saya sering berbicara dengan teman-teman dari banyak Negara sepertinya benar bahwa pemikiran yang Humanis, sederajat dan dilandasi semangat saling pengertian adalah milik dan harapan semua Bangsa. Namun sayang kepentingan para Penguasa sebuah Negara lebih sering berbicara berbeda dengan semangat Bangsa dan Rakyatnya.

semut-ireng

Pas, persis, tepat  :   Ini adalah fakta riel betapa hati Nurani antar Rakyat  adalah jendela utama didalam membangun kesadaran kesepahaman.

Makanya saya pakai semut-ireng,  bukan semut-hitamnya godbless.   Asalnya dari kidung  :   Semut Ireng anak-anak sapi  .....dstnya, .....  Keong Gondang crak sungute .............. ::)

Sambil nunggu TS dan teman-teman lainnya,  silakan dilanjut filosofi Timur ................ ;)

Ayaz

Yupzz. Bung Reborn dan yang lain mana ya, hehehe...kog pada ilang.

Ayaz

Saya sedikit ingin berbicara filosofi timur dari dua cacah yang agak berbeda.
Fillosofi adalah sebuah kebijaksanaan sebuah kecintaan terhadap kebijaksanaan yang lahir terhadap sikap sekelompok masa yang cendrung apatis dikota-kota tua di negeri Yunani lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Benar kata generik ini bukanlah penjelasan murni dari filsafat sekalipun itulah akar kata dari kata sifat ini.

Ya, Filosofi Timur setidaknya berbasis pada dua prototype keyakinan yang biasa disebut dengan Agama Bumi dan Agama langit ( ini hanya sebuah pendekatan, yang sejatinya saya juga meragukan devinisi seperti ini ). Agama Bumi mempersembahkan sebuah simbol hidup yang lahir dari interkasinya dengan alam tempat manusia berlabuh. Agama Bumi dicirikan dengan kepercayaan paganism yang berwujud pada sesembahan-sesembahan yang hidup dan berjalin kelindan dengan kehidupan manusia.

Prakterk semacam ini menjadikan seiisi alam adalah aneka dari penampakan yang berbicara. Keyakinan Agama bumi adalah hidup, dan yang diidentifikasi sebagai 'mati' sejatinya adalah hidup. dan tentunya masih banyak lagi penanda yang bisa dikukuhkan terhadap keyakinan ini.

Dalam pandangan Sejumlah Ilmuan dan Intelektual Islam dewasa ini. Membuat kita seolah hidup kembali, pada saat mereka menyajikan sejumlah laporannya bahwa mereka telah berhasil menemukan kembali  sebuah alur utama sebuah benang merah yang melintas yang menghubungkan setiap Agama Bumi dengan sebuah Agama Langit,  Bahwa Agama Bumi sejatinya adalah sebuah Kepercayaan langit yang telah mengalami deviasi peluruhan dan "keterpurukan".

Sehingga saat ini jika anda melakukan penelitian terhadapa khasanah kekayaan Islam  akan segera anda  dapati kesesuain agama ini dengan keyakinan bumi didalamnya walaupun tentunya minusnya Ketauhidan menjadi keduanya tidaklah kongruen dan serupa.

Agama Islam, Kristen dan yahudi yang bermuara pada Ibrahim yang satu memang telah terbelah menjadi tiga yang berbilang. Dan masing-masing memiliki cara pandang yang sedikit banyak memang berbeda, khusunya Agama Islam dan Yahudi. Walaupun pada akhirnya ketiganya tetap saja menyisakan kesamaan dan harmoni didalamnya.

Ijinkan saya menelusuri islam terlebih dahulu sebagai sebuah Idiologi falsafi yang melahirkan sebuah cara pandang khas didalmnya. Ironis memang jika kita melihat Islam yang terbayang sejurus kemudian adalah tanah Arabia yang berdiri tegak seolah perwaris tunggal khasanah besar dari warisan Islam. Posisi episentrum Makka dan Madinah yang dikuasai oleh sebuah kedaulatan Kerajaan menjadikan mereka seolah adalah lokus utama dari 'sebuah Islam' yang sesungguhnya. Artinya adalah melihat Islam adalah melihat Arabia mengingat merekalah 'Pewaris" Haramain.

Namun pandangan ini tentunya tidak berlaku pada wilayah Intelektual dan cendekiawan Muslim dewasa ini.
Islam adalah Casablangka di Maroko yang menyimpan artestik budaya, Islam adalah Niger di nigeria yang kaya dengan Seni, Islam adalah jebouti di afrika sana, Isalam juga adalah Allepo tempat pusara Mulia Maulawi yang menulis lebih dari 60.000 diwan didalamnya sebuah peninggalan agung tak ternilai, Islam adalah Bagdad yang kini berkubang angkara, Islam juga berarti Damas yang jasad suci Maulana Ibn Arabi disemayamkan didalamnya, seorang yang telah mencapai nirwana dan menuliskannya dalam sebuah kitab filsafat Irfani yang memiliki kedalaman yang luar biasa, Islam juga berarati Isfaha di negeri Persia yang melahirkan seorang Filosof sejati yang mampu mendulang tiga raksasa ilmu menjadi satu wadah yang disebut sebagai theosofi yang sangat berwibawa, Islam juga termsuk Syiraz yang melahirkan seorang asketik seumpama Syihabuddin Syuhrawardi yang agung, Islam juga termasuk Bukhara dan samrkan yang melahirkan Tradisi sufism Naqabandi yang jumawa dan tentunya al Kwarizmi sang filosof yang ahli dunia Matematik, Islam sudah barang tentu adalah Hamedan tempat sang Maestro Ibnu Sina di semayamkan. Dan saya ingin tambahkan bahwa Islam adalah Hidustan  yang melahirkan sufi-sufi agung didalamnya dan tentu saja Islam adalah Jawa, Sumatra dan tanah asia lainnya.

Nah!! Inilah mereka yang kemudian membangun sebuah jaringan Ilmu yang tiada habis-habisnya untuk digali. Filosofi islam dibangun diatas tiga pilah utama, Yurisprodensi berupa syariat, Etika berbasis moral dan Aqidah yang bermuara pada ketauhidan. Sekalipun patut disesalkan sering kali "ahli-ahli" agama yang bertaut pada mainstream Jurisprodensi yang memenangkan 'pertarungan' dalam perjalanan sejarahnya. Sehingga terkuburlah sebuah kekayaan khasanah yang tak ternilai harganya, terkubur bersama dengan Al-hallaj, AL Ma'tul Syuhrawardi dan seabrek Ulama Filosof dan Arif didalamnya.

Tidak ada yang salah dari Domain Syariat dan Juresprodensi yang keliru adalah disaat melakukan klaim sepihak terhadap sebuah 'pelangi' didalam jantung Islam itu sendiri. Tak ayal jika para filosof, Ahli ma'rifat dan sejumlah Arif terbuang dari lingkaran Islam yang telah memberikan segalanya dalam hidupnya.

Benar, bahwa tidak disemua tempat, Filsafat Islam, tasawuf dan Irfan tergerus dalam roda dunia, Karena pada wilayah luas tertentu nyala ini masih memendarkan kehangatannya, Mungkin sebagaian tanah Negeri Turki wilayah sebagian Irak, tanah Persia, Hampir semua wilayah pecahan Sovyet utamanya Samarkan, Bukhara, dan Harrat di afganistan adalah dunia damai yang mengalir kesucian sebuah Ilmu dan intelektual didalamnya, tapi tidak adil rasanya jika tak menyebutkan sebagian wilayah Pakistan dan Bumi India di kaki himalaya itu. Sekalipun mereka sebagian hidup dalam bayang-bayang kejahatan dan kekerasan Islam ala Thaliban yang distruktif dan militan namun tetap saja mereka mampu menyumbangkan Islam yang sejuk dan bermaratabat

(( Yup Bersambung ))

 

semut-ireng

Menarik,  alur utama yang menghubungkan agama Bumi  dengan  agama Langit telah ditemukan,  dan mungkin semakin lama akan menjadi semakin jelas bahwa semuanya itu bersumber dari satu mata air yang sama.   Dengan demikian kita tidak perlu lagi menoleh ke pandangan paganism yang telah membuat suatu jurang perbedaan yang dalam.

Lalu bagaimana interaksi kepercayaan Langit dengan lingkungan alam sekitar dunia Timur,   hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan mungkin mengandung konsekuensi  yang mau tak mau mesti ditanggungnya ...............................................

Ayaz

Ya persis sekali, bahwa jalan panjang hampir semua kerpercayaan timur bersumber dari mata air yang sama sekalipun pada rentang yang panjang masing-masing mengambil pola dan jalan yang berbeda.

"Lalu bagaimana interaksi kepercayaan langit dan lingkungan alam sekitar dunia timur"? Ya Kepercayaan Langit-dalam hal ini Islam- adalah sebuah Kitab besar yang bernama Tauhid sebuah prinsip dan kredo utama yang menjadi sebuah landasan fundamental sebuah keyakinan.

Ketauhidan tidaklah 'sekering' seperti yang kita saksikan hari ini. Prinsip dasar ketauhidan adalah sebuah cara pandang kita terhadap alam, diri dan lingkungan kita. Prinsip Tauhid juga bermakna sebuah pandangan yang menyadari akan adanya wujud dan adanya kekutan adi alami. Kepercayaan ini juga meniscayakan akan adanya kepercayaan yang abadi azail dan yang terbatas. Ini juga melambari sebuah keyakinan akan adanya yang meliputi dan yang terlingkupi.

Kepercayaan langit memberikan sebuah penanda akan alam semesta yang tak terbatas (alam Kabier-Makrokkosmos) dan alam syaghir (manusia) microkosmos yang merupakan replika dari sebuah yang tek berhingga. Ratusan hadis Nabi dan Ayat dari al-Quran memberikan penegasan seumpama diatas.

Sudah barang tentu bahwa hubungan simbiosis yang begitu dalam antara kedudukan Manusia yang merupakan khalifah dan 'delegasi ketuhanan' dengan alam semesta tempat bumi diinjak, mestilah dibangaun diatas sebuah landasan hidup dan kepercayaan yang berkelindan, hidup dan slaing melengkapi.

Dalam tradisi sufism Islam, alam adalah sebuah penampakan dari sang Wujud. alam adalah miniatur dari sebuah cahaya. Keberadaan diri tak lain adalah bayangan dari cahaya diatas cahaya. dimana Alam Wujud diawali dari sebuah wujud yang satu dan menjuntai hingga dibawahnya sebuah rantai panjang yang berujung dan manusia adalah entitas yang menduduki posisi terhormat dari sebuah piramida penciptaan.

Kedudukan paling puncak adalah apa yang disebut sebagai Insan Kamil dalam literatur Tasawuf dan Irfan. Manusia diumpakan sebagai sebuah sebab kreatif yang membuncal, dan sekail lagi manusia dengan segenap potensinya adalan lokus yang paling terang menangkap 'cahaya Ilahi' didalamnya.

Sementara para filosof Islam memandang bahwa akal manusia adalah replika dari sebuah alam yang tak berhingga, Al-farabi (Mu'alim tsani, guru kedua setelah Aristoteles) mengumpamakan prosess kejadian adalah undakan alam malakut yang ada dalam etape alam fikiran kita.

Sementara Filosof besar lainnya memberikan sebuah poostulat maha karya dengan memberikan sebuah ulasan besar betapa alam wujud adalah sebuah gradasi sistim penciptaan, Adalah As-Syirazie seorang asketik dan filosof besar yang berhasil meneguhkan sebuah konsep Wujud dan gradasi didalamnya.

Dikatakan; Bahwa yang ada adalah wujud, adalah sebuah ke-adaan, sebuah akstensi. Beliau memberikan sebuah nalaran yang benar antara sebuah eksistensi dan esensi atau mahiyah dan dicerap oleh akal manusia. Beliau melanjutkan bahwa eksistensi adalah wujud gradasi yang membentang dari 'atas' hingga paling bawah yang merupakan sebuah sitetem kontinyuitas didalamnya. dan hubungan didalmnya adalah hubungan dzatiah. Sehingga wujud kontingen senantiasa membutuhkan keberadanNya untuk tetap mewujud.

Ditempat yang lain dan ini merupakan sebuah maha karya dan capaian intelektual yang mengagumkan adalah apa yang dijelaskan olehnya sebagai Gerak Substansial, sebuah gerak inheran yang melingkupi semua maujud apapun itu. Konsep tentang gerak bukanlah baru semenjak achimides di Yunan dan filosuf semacam Ibn Sina telah menulis ratusan jilid untuk menjelaskan kredo besar ini. Namun apa yang dicapai oleh AsSyirazi adalah benar-benar sebuah formulasi baru yang mampu menjawab sebuah kemusykilan dan sekaligus ratifikasi dari capaian Tasawuf sufism dan theology didalamnya.

Gerak yang dimaksudkan oleh Fisosuf besar ini adalah sebuah perubahan asasi terus menerus pada dirinya, sebuah gerak yang merupakan wujud asli dari setiap maujud setiap eksistensi, sebuah gerak kedepan bukan sebuah arah singularitas tapi merupakan momen Kharukah al-Jauhariah. artinya tidak ada Diam yang dikenal tak ada yang stagnan dan tak ada satu wujudpun yang berdiri dan menempati titik stasioner.

Ini bersifat permanen suka maupun tak suka, Namun demikian manusia bisa mencapai kematangan intelektual bersamaan dengan diraihnya kecermelangan hati yang disebut dengan Perjalanan Spiritual ( Pembahasan ini cukup panjang dan saya pikir ini memerlukan judul baru ).

Nah!! Jika kita cermati ini hampir serupa dengan pandangan Budhism tentang perjalanan menuju nirwana. Namun demikian terdapat banyak sekali perbedaan didalamnya utamanya tentang al-Hulul yang ditolak oleh Islam sebagai sebuah kemustahilan wujud. Dan penolakan ini bukanlah 'ujug-ujug' dan tanpa dasar yang kuat, Para filosuf telah dengan sangat gemilang memberikan jawaban mendasar akan kemustahilan sistem reenkarnasi dan sejenisnya.

Benar bahwa sistem alam dan bahkan lintasan-lintsan sub atomik memberikan sebuah penegasan Ilmiah didalmnya bahwa tak satupun dari zarah dialam ini yang berdiam dalam posisi stasioner diam dan berada dalam medium stagnasi. karena pada hakekatnya Semua atom dan elektron yang mengelilinginya senantiasa dalam kesibukan senantiasa dalam gerak yang diilustrasikan oleh Fritjof capra sebagai Tarian Syiwa.

Singkatnya Timur meletakkan Alam, Manusia dan Keberadaan Wujud prima sebagai sebuah kesatuan yang tak pernah akan berpisah, senantiasa dalam 'nyanyian' dalam 'tari' dan senantiasa membutuhkan sebuah Cahaya yang cahayanya menerangi semua jagad raya.

Tak ayal jika Kepercayaan Timur adalah kepercayaan yang 'ningsih' kepercayaan yang hidup, kepercayaan yang melihat bukan semata batu namun batu yang hidup bukan pula hanya seonggok kayu namun ia adalah tajalli dan penampakan dariNya yang mengharuskan kita untuk bisa bergaul dan hidup dengan benar didalamnya.

Timur adalah keyakinan bahwa manusia adalah sama satu dan sederajat, yang membedakan diantara mereka adalah seberapa jauh tugas dan tanggung jawabnya ditunaikan didepan altar kemanusiaan. dan seberapa besar kemauan mereka meretas mala dan tindakan tak terpuji jauh dari hidupnya. Ini juga bermakna bahwa timur adalah kesahajaan, kedermawanan, toleransi, dan ketinggian akhlaq dan akal budi.

Jay Ram

Wah, saya adalah penggemar filsafat. Bahkan saya sangat ingin menulis buku tentang Filsafat di usia saya yang masih belasan ini. Tetapi, karena beberapa faktor, itu sulit terwujud.

Secara teori, mungkin filsafat dikenal berasal dari Yunani. Tetapi, jauh sebelum itu, filsafat sudah berkembang di daratan India.

Filsafat, memang berasal dari bahasa Yunani, Philosopy, Philo (kebijaksanaan) dan Sophia (cinta). Jadi filsafat adalah langkah mencintai kebijaksanaan dengan memikirkan sesuatu secara radikal (bukan keras, tapi berpikir sampai ke akar-akarnya).

Perbedaan Filsafat Barat dan Filsafat Timur dapat dilihat dari tujuannya. Filsafat Barat condong untung mencari tujuan hidup secara fisikis (kesejahteraan fisik), sedang Filsafat Timur condong ke tujuan hidup secara psikis (rohani / kesejahteraan batin). Di India, ada 9 cabang Filsafat yang berkembang. Ke-9 cabang ini tidak keseluruhannya memuat tentang kerohanian/ketuhanan, tetapi juga tentang sains dan metafisik.

6 Cabang Filsafat India mendukung Veda, 3 cabang filsafat India yang lain menolak otoritas Veda/tidak mengakui atau memuat tentang Ketuhanan (di antaranya: Buddha, Jain, Carvaka). Oleh karena itu, agama-agama Timur seperti agama Hindu, Buddha, Jain (serta agama-agama asli Cina) dikenal sebagai "Agama Filsafat". Karena dalam agama Timur, sangat diperkenankan untuk berpikir kritis.

Cabang-cabang filsafat Barat, memuat tentang bagaimana memuaskan hasrat fisik manusia seperti yang sudah dibahas di atas.

Agama-agama Timur Tengah, bukanlah agama yang mendukung Filsafat. Penganut agama Timur Tengah diwajibkan tunduk pada dogma yang berlaku tanpa boleh mengkritisinya.

Tetapi, beberapa abad kemudian sejak kelahiran agamanya, seorang Kristen menjelaskan agama Kristen secara filsafat dan begitu juga seorang muslim menjelaskan Islam dengan filsafat.

Tetapi tetap, agama-agama Timur Tengah tidak tergolong agama Filsafat.

Ada pepatah India, "Arda Kukuta Nyaya" artinya "Filsafat Setengah Ayam".

Maksudnya adalah, ada orang yang memakai suatu filsafat yang sesuai dengan tujuannya dan membuang konsep filsafat lain yang tidak sesuai dengan tujuan hidupnya.

Misalnya berfilsafat tentang vegetarian (tidak makan daging), boleh atau tidak? Hampir seluruh Filsafat Timur (terutama Hindu dan Buddha) mengatakan manusia tidak pantas makan daging, melainkan harus mengasihi seluruh makhluk hidup. Sedangkan filsafat Barat, menikmati kelezatan daging hewan adalah bagian dari tujuan hidup.

Nah, jika seorang memilih filsafat Barat tanpa mau mempelajari atau mencari nilai kebenaran filsafat Timur yang mengutamakan belas kasih terhadap seluruh makhluk hidup karena dia suka makan daging, inilah orang yang "Arda Kukuta Nyaya" atau berfilsafat setengah ayam.

Kepala ayam dan bokong ayam adalah dua bagian bertentangan, tetapi jika kita hanya memelihara sebagian saja (misal kepala atau bokong saja) maka kita tidak dapat telur sebagai hasilnya. Tetapi, jika kita memelihara dua bagian secara utuh, maka baru kita dapat hasil yaitu telurnya.

Oleh karena itu, dalam mempelajari filsafat, jangan hanya memakai konsep yang mendukung saja dengan menolak konsep lain yang bertentangan dengan tujuan. Tetapi, pelajarilah kedua konsep yang bertentangan itu secara obyektif. Dengan begitulah kita akan mendapat hasil yang sesungguhnya.

Inilah cara berfilsafat.

Ayaz

Saya  senang  bisa membaca tulisan Bapak Jay yang  masih berumur belasan ini, mungkin sebuah kehormatan buat kita diperkenankan satu zaman dengan beliau. Hehehe.....saya juga belum terlalu tua kog, tapi yaa gak belasan lah.
Ada urain Bung Jay yang bikin saya sedikit mesam-mesem alias sedikit geli. Mau tahu??

- filsafat adalah langkah mencintai kebijaksanaan dengan memikirkan sesuatu secara radikal (bukan keras, tapi berpikir sampai ke akar-akarnya

Oleh karena itu, agama-agama Timur seperti agama Hindu, Buddha, Jain (serta agama-agama asli Cina) dikenal sebagai "Agama Filsafat". Karena dalam agama Timur, sangat diperkenankan untuk berpikir kritis.

- Agama-agama Timur Tengah, bukanlah agama yang mendukung Filsafat. Penganut agama Timur Tengah diwajibkan tunduk pada dogma yang berlaku tanpa boleh mengkritisinya.

- Tetapi tetap, agama-agama Timur Tengah tidak tergolong agama Filsafat.

Ayo...saya berharap teman-teman ikut memberi komentarnya , Untuk pejelasan tentang ya- "Arda Kukuta Nyaya" atau berfilsafat setengah ayam- kalau dianggap menarik silakan juga ditanggapi

semut-ireng

Ah,  Bung Ayaz ada-ada saja pake sedikit mesam-mesem segala.  Bukankah apa-apa yang disampaikan Bung Jay  benar adanya merepresentasikan pola pikir orang Timur ?    Analogi yang disampaikan itu,  kepala ayam dan bokong ayam,  pas banget ............

Tentu tidak sama dibandingkan misalnya dengan Epicurus,  orang Yunani kuno itu.   Dibalik kehidupannya  yang sangat sederhana,  mengambil segala apa yang dibutuhkan seperlunya saja,  dia menyampaikan ajaran hedonisme.   Menurut Epicurus  (  ngga jelas apakah profile tubuhnya juga kurus,  karena banyak puasa ),  perbuatan yang baik itu ialah perbuatan yang menimbulkan hedone,  kenikmatan atau kelezatan.

Orang awam memahami hedonisme sebatas meraih kenikmatan dan kelezatan dunia,  dan mungkin tidak banyak yang mendalami kategori hedone yang disampaikan Epicurus  .........................................


Ayaz

Hehehe.....iya-iya. Kadang-kadang suasana riang dan geli itu datangnya spontanitas, Entah sebelumnya mengendap dalam bentuk banyolan yang masih rigid atau memang benar-benar tak disadari dan muncul begitu saja. Kadang juga orang geli atau sedikit senyum lahir dari suasana 'kurang biasa' yang muncul didepan kita.

Sayang apa yang saya copy-paste kan dengan bentuk miring tak anda tanggapi dengan serius padahal itu pintu kita untuk meneruskan 'gunijingan' ini. Dan jika dicermati dengan lapang dada dan sikap berbaik sangka ada banyak poin dari keberatan Pak Jay yang pada postingan-postingan sebelumnya telah saya ulas dan setidaknya pada prinsip dasarnya telah terjawab.

Saya secara pribadi sangat menghormati dan menghargai khasanah budaya Budha dan Hindu yang setidaknya juga saya pelajari sebagai kurikulum wajib yang saya ambil. Tilikan Jay gimanapun juga lumayanlah sesuai dengan usianya yang masih relatif muda. Sehinggap empat lima tahun lagi ketika telah menyelesaikan pendidikan tingginya lagi akan lebih moncer dan suasana diskusi juga lebih bermanfaat.

##Bukankah apa-apa yang disampaikan Bung Jay  benar adanya merepresentasikan pola pikir orang Timur ?##

Saya tidak mengatakan bahwa Jay sedang merepresentasikan sebagai orang Bule.... Dan pastinya pola pikir orang timur bukan cuma milik penganut agama Hindu ajakan, rasanya terlalu gegabah jika hanya Agama ini saja yang tiba-tiba didaulat menjadi wakil tunggal Budaya Timur. Biarkan Islam, Kristen dan Yahudi juga menjadi bagian dari timur yang luas. Masalah keyakinan tersebut banar atau salah adanya itu diluar domain wilayah dan Isyu yang sedang kita bahas.

###Analogi yang disampaikan itu,  kepala ayam dan bokong ayam,  pas banget ............###
Analogi apa ya....?? Sering kali sebuah bahasan ilmiah terpelanting jauh karena dan kehilangan aroma yang ingin kita hirup, semata-mata karena munculnya sebuah bentuk idiom dan pemisalan yang justru menjaukan kita dari tradisi ilmiah yang sedang kita satroni.

Sebuah penelitian dan kajian ilmih akan menjadi berwibawa dan benar adanya jika anda memulai terlebih dahulu dengan memberikan sebuah bingakai dasar sebuah obyek atau kita sebut saja sebuah devinisi.

Devinisi memegang peranan yang paling utama dan terutama sebelum kita mendedah sebuah obyek yang hendak kita bincangkan. Analogi bukanlah sebuah 'maksud' ia hanyalah sebuah cara mudah yang disodorkan untuk membawa kepada sebuah maksud yang dianggap masih kabur. dengan kata lain Analogi adalah sebuah pendekatan.

Namun sering kali Analogi justru meruntuhkan makna asli yang ingin diujarkan, pada posisi seperti apa?? ketika analogi tersebut membutuhkan anology yang lain dan analogi ini juga memerlukan dukiungan analogi yang lainya lagi dan seterusnya hingga makna dan pengertian yang ingin difahamkan justru diajak hanyut oleh sebuah analogi yang tidak tepat.

Analogy ''kepala ayam dan bokong ayam'' adalah sebuah perumpamaan yang masih perlu dijlentrehkan, bagi saya pendekatan ini justru mereduksi sebuah penjelasan yang pada bagaian postingan sebelumnya mulai nampak titik terangnya.

Namun demikian jika kita sekali lagi melihat tulisan Jay yang dimaksudkan dengan analogi kepala dan bokong ayam adalah seperti ini ##"""Maksudnya adalah, ada orang yang memakai suatu filsafat yang sesuai dengan tujuannya dan membuang konsep filsafat lain yang tidak sesuai dengan tujuan hidupnya."""

Saya ingin katakan bahwa inilah gate awal dari Jay yang paling keliru disaat memahami tentang sudut ilmu dari Filsafat. Setidaknya buat saya ini adalah prisip utama dari Sejarah dan Ilmu Filsafat yang tidak difahami oleh Jay. Apa yang disangkakan dalam postingan Jay sejatinya adalah kekeliruan yang serius.

Bung semut::
Tentu tidak sama dibandingkan misalnya dengan Epicurus,  orang Yunani kuno itu.   Dibalik kehidupannya  yang sangat sederhana,  mengambil segala apa yang dibutuhkan seperlunya saja,  dia menyampaikan ajaran hedonisme.   Menurut Epicurus  (  ngga jelas apakah profile tubuhnya juga kurus,  karena banyak puasa ),  perbuatan yang baik itu ialah perbuatan yang menimbulkan hedone,  kenikmatan atau kelezatan.

Orang awam memahami hedonisme sebatas meraih kenikmatan dan kelezatan dunia,  dan mungkin tidak banyak yang mendalami kategori hedone yang disampaikan Epicurus  .........................................

Jujur saja saya belum memahami dengan baik apa yang anda utarakan, terkait dengan penjelasan Jay sebelumnya, mungkin sebuah kehormatan buat saya jika anda tak keberatan melanjutkan uraian anda yang menarik ini. baru nanti kita lanjutkan bersama diskusi kita ini. Saya rasanya pengen menanggapi agak lebih menukik atas postingan Bung Jay secara lebih khusus, Tapi agaknya saya sedang diuber-uber dengan tesis yang harus kelar dalam waktu dekat ini.



semut-ireng

Filsafat setengah ayam,   sesuai yang dimaksud Bung Yay  adalah, ada orang yang memakai suatu filsafat yang sesuai dengan tujuannya dan membuang konsep filsafat lain yang tidak sesuai dengan tujuan hidupnya.   Saya katakan pas banget  ........,  maksud saya adalah kebalikan dari itu.   Jelasnya,  sangat wajar orang2 memilih filsafat yang sesuai dengan tujuan hidupnya dan membuang konsep filsafat yang tidak sesuai.   Analogi yang disampaikan Bung Jay mungkin kurang tepat.   Namun saya menghargai  dan berterimakasih kepada Bung Jay,  karena analogi setengah ayam yang dilontarkan itu mengingatkan saya kepada penerapan filsafat di lapangan,  yang sering kali salahkaprah.   Jelasnya,  lain teori lain prakteknya,  karena memang tidak mudah menangkap esensi dari sebuah pemikiran filsafat.   

Teori ibarat satu ekor ayam utuh,  yang dipraktekkan hanya separonya,  separo lainnya dibuang entah kemana.    Dan hal itu yang saya sampaikan berkaitan dengan filsafatnya Epicurus.     Banyak orang  memahami hedonisme sebatas meraih kenikmatan dan kelezatan dunia.   Dan dikaitkan pula dengan paradoks yang dibuat oleh Epicurus,  lengkaplah Epicurus  dipertentangkan dengan theis agama.

Esensi kelezatan yang disampaikan Epicurus bukanlah kenikmatan dan kelezatan dunia,  - kelezatan sepintas lalu  -   melainkan adalah kelezatan sesungguhnya.   Kelezatan sepintas lalu menimbulkan akibat yang bertentangan dengan kelezatan,  alias menimbulkan  penderitaan.   Sedangkan Epicurus mengajarkan kepada murid2nya agar mencari kelezatan sesungguhnya,  yaitu kelezatan yang tidak menimbulkan penderitaan.   Uraian tentang hal ini bisa panjang,  saya cukupkan dulu dengan menyampaikan esensi ajaran Epicurus,   bahwa manusia sebaiknya mencari kelezatan jiwa yang bisa memberikan keseimbangan lahir dan bathin ...............