Forum Sains Indonesia

Diskusi Umum => Agama dan Filosofi => Topik dimulai oleh: semut-ireng pada Maret 05, 2010, 12:25:57 PM

Judul: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Maret 05, 2010, 12:25:57 PM
Apa dan bagaimana hubungan yang tepat antara Agama dengan Sains ?

Kutipan  :

  " Science without Religion is Lame,  Religion without Science is Blind  "  (  Einstein ).


  "  Gravity explains the motions of the planets,  but it cannot explain who set the  planets in motion.   God governs all things and knows all that is or can be done. "  (  Newton  ).
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 05, 2010, 03:49:10 PM
Kutip dari: semut-ireng pada Maret 05, 2010, 12:25:57 PM
Apa dan bagaimana hubungan yang tepat antara Agama dengan Sains ?

Kutipan  :

  " Science without Religion is Lame,  Religion without Science is Blind  "  (  Einstein ).
Lagi-lagi....

Einstein itu agnostik, lantas apa makna religi yang dimaksud Einstein? bahkan Einstein menyebut religinya adalah religi baru yagn amat berbeda dengan religi yang ada selama ini. Lantas kenapa theis suka sekali mengutip tulisan Einstein, seakan Einstein membenarkan Tuhan dan agama mereka?

KutipMy feeling is religious insofar as I am imbued with tile consciousness of the insufficiency of the human mind to understand more deeply the harmony of the Universe which we try to formulate as "laws of nature."

    — Letter to Beatrice Frohlich, December 17, 1952; Einstein Archive 59-797


My position concerning God is that of an agnostic. I am convinced that a vivid consciousness of the primary importance of moral principles for the betterment and ennoblement of life does not need the idea of a law-giver, especially a law-giver who works on the basis of reward and punishment.

    — Letter to M. Berkowitz, October 25, 1950; Einstein Archive 59-215


I am a deeply religious nonbeliever.... This is a somewhat new kind of religion.

    — Letter to Hans Muehsam March 30, 1954; Einstein Archive 38-434


My religion consists of a humble admiration of the illimitable superior spirit who reveals himself in the slight details we are able to perceive With our frail and feeble minds. That deeply emotional conviction of the presence of a superior reasoning power, which is revealed in the incomprehensible Universe, forms my idea of God.

    — Quoted in the New York Times obituary April 19, 1955

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: cronny pada Maret 05, 2010, 04:38:28 PM
Kalau mao pake contoh yah si Francis Collins aja. Dia seorang theist dan ilmuwan yg dihormati di bidang nya.
Kalau make einstein sebagai contoh untuk menguatkan pendapat theisme, kaya nya janggal banget.. Einstein bilang, theisme itu cuma dongeng aja.. Bahkan bukan dongeng yg baik.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 05, 2010, 04:47:24 PM
Hubungan antara agama dan sains :

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: cronny pada Maret 05, 2010, 05:57:31 PM
^
Hahahaha....
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 05, 2010, 07:15:16 PM
Wah... THL mau bawa paradigma baunya ke semua thread nih...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 06, 2010, 07:06:27 AM
Hubungan sains dan agama menurut ilmuwan yang terkenal dari segi sains informasi.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 06, 2010, 09:13:47 AM
Another creationist? Membaca profil... Jago Marketing... Googling... Penuh link adword dan MLM...baca salah satu artikel 'ilmiah' dia tentang evolusi... useless... Baca soal alam semestra... mesti gabung (dan bayar)... ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: parmin pada Maret 06, 2010, 09:24:32 AM
^
^
EMANG GA PERNAH BERUBAH YAH PENGANUT TEORY ACAK DAN KEBETULAN
ORANGNYA JUGA ACAK ACAKAN PERSIS KAYA TEORINYA HIKZZ
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 06, 2010, 11:25:30 AM
Kutip dari: parmin pada Maret 06, 2010, 09:24:32 AM
^
^
EMANG GA PERNAH BERUBAH YAH PENGANUT TEORY ACAK DAN KEBETULAN
ORANGNYA JUGA ACAK ACAKAN PERSIS KAYA TEORINYA HIKZZ
Orang yang asbun seperti anda, pernah berubah? Gak tahu beda random dan kebetulan?

Terbentuknya badai itu random, tapi tidak kebetulan. Itu saja anada ngerti?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 07, 2010, 06:29:17 AM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 06, 2010, 11:25:30 AM
Kutip dari: parmin pada Maret 06, 2010, 09:24:32 AM
^
^
EMANG GA PERNAH BERUBAH YAH PENGANUT TEORY ACAK DAN KEBETULAN
ORANGNYA JUGA ACAK ACAKAN PERSIS KAYA TEORINYA HIKZZ
Orang yang asbun seperti anda, pernah berubah? Gak tahu beda random dan kebetulan?

Terbentuknya badai itu  adalah random, tapi tidak kebetulan. Itu saja anada ngerti?

Namun, terbentuknya DNA tidak bisa dijelaskan dengan memasukkan unsur random.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 07, 2010, 11:44:48 AM
Tidak bisa? Bukankah yang pertama kali terbentuk bukan DNA? Bukankah hipotesanya DNA berkembang dari RNA? bahkan dalam abiogenesis modern sekalipun, makhluk pertama yang terbentuk tidak memiliki DNA...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 07, 2010, 05:29:55 PM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 07, 2010, 11:44:48 AM
Tidak bisa? Bukankah yang pertama kali terbentuk bukan DNA? Bukankah hipotesanya DNA berkembang dari RNA? bahkan dalam abiogenesis modern sekalipun, makhluk pertama yang terbentuk tidak memiliki DNA...
Hipotesa itu belum terbukti.
Abiogenesis yang anda anut belum memenuhi logico-empiricism.
Belum terbukti baik secara teori/komputasi, maupun secara empiris.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 06:30:54 AM
Furthermore, the authors found that, given the minimal time perceived to be necessary for evolution to occur, cytosine is unstable even at temperatures as cold as 0º C.  Without cytosine neither DNA or RNA can exist.  One of the main problems with Miller's theory is that his experimental methodology has not been able to produce much more than a few amino acids which actually lend little or no insight into possible mechanisms of abiogenesis.

Even the simpler molecules are produced only in small amounts in realistic experiments simulating possible primitive earth conditions.  What is worse, these molecules are generally minor constituents of tars:  It remains problematical how they could have been separated and purified through geochemical processes whose normal effects are to make organic mixtures more and more of a jumble.  With somewhat more complex molecules these difficulties rapidly increase.  In particular a purely geochemical origin of nucleotides (the subunits of DNA and RNA) presents great difficulties.  In any case, nucleotides have not yet been produced in realistic experiments of the kind Miller did. (Cairns-Smith, 1985, p. 90).
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 06:37:45 AM
Articles appearing regularly in scientific journals claim to have generated self-replicating peptides or RNA strands, but they fail to provide a natural source for their compounds or an explanation for what fuels them... this top-down approach... [is like] a caveman coming across a modern car and trying to figure out how to make it.  "It would be like taking the engine out of the car, starting it up, and trying to see how that engine works" (Simpson, 1999, p.26).
Some bacteria, specifically phototrophs and lithotrophs, contain all the metabolic machinery necessary to construct most of their growth factors (amino acids, vitamins, purines and pyrimidines) from raw materials (usually O2, light, a carbon source, nitrogen, phosphorus, sulfur and a dozen or so trace minerals).  They can live in an environment with few needs but first must possess the complex functional metabolic machinery necessary to produce the compounds needed to live from a few types of raw materials.  This requires more metabolic machinery in order to manufacture the many needed organic compounds necessary for life.  Evolution was much more plausible when life was believed to be a relatively simple material similar to, in Haeckel's words, the "transparent viscous albumin that surrounds the yolk in the hen's egg" which evolved into all life today.  Haeckel taught the process occurred as follows:

By far the greater part of the plasm that comes under investigation as active living matter in organisms is metaplasm, or secondary plasm, the originally homogeneous substance of which has acquired definite structures by phyletic differentiations in the course of millions of years (1905, p.126).
Abiogenesis is only one area of research which illustrates that the naturalistic origin of life hypothesis has become less and less probable as molecular biology has progressed, and is now at the point that its plausibility appears outside the realm of probability.  Numerous origin-of-life researchers, have lamented the fact that molecular biology during the past half-a-century has not been very kind to any naturalistic origin-of-life theory.  Perhaps this explains why researchers now are speculating that other events such as panspermia or an undiscovered "life law" are more probable than all existing terrestrial abiogenesis theories, and can better deal with the many seemingly insurmountable problems of abiogenesis.

Acknowledgements:  I want to thank Bert Thompson, Ph.D., Wayne Frair, Ph.D., and John Woodmorappe, M.A., for their comments on an earlier draft of this article.

Jerry Bergman has seven degrees, including in biology, psychology, and evaluation and research, from Wayne State University, in Detroit, Bowling Green State University in Ohio, and Medical College of Ohio in Toledo.  He has taught at Bowling Green State University, the University of Toledo, Medical College of Ohio and at other colleges and universities.  He currently teaches biology, microbiology, biochemistry, and human anatomy at the college level and is a research associate involved in research in the area of cancer genetics.  He has published widely in both popular and scientific journals.  

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 08, 2010, 09:10:33 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 07, 2010, 05:29:55 PMHipotesa itu belum terbukti.
Abiogenesis yang anda anut belum memenuhi logico-empiricism.
Belum terbukti baik secara teori/komputasi, maupun secara empiris.
Dan jika hipotesa abiogenesis adalah DNA berkembangk dari RNA, apa arti bantahan bahwa DNA terbentuk langsung itu mustahil? Apa yang mau dibantah?

Dan rekonstruksi abiogenesis saat ini sedang dilakukan. Salah satu masalah, yakni bagaimana pembentukan asam nukelid sudah menyelesaikan setengah perjalanan, karena sebagian sudah diketahui pembentukannya.

Lagipula, bukankah proses biokimia di alam sejatinya bisa dibilang random?

Lagipula sejak kapan ada kewajiban suatu hipotesa harus diuji secara komputasi? ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 03:39:47 PM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 08, 2010, 09:10:33 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 07, 2010, 05:29:55 PMHipotesa itu belum terbukti.
Abiogenesis yang anda anut belum memenuhi logico-empiricism.
Belum terbukti baik secara teori/komputasi, maupun secara empiris.
Dan jika hipotesa abiogenesis adalah DNA berkembangk dari RNA, apa arti bantahan bahwa DNA terbentuk langsung itu mustahil? Apa yang mau dibantah?

Dan rekonstruksi abiogenesis saat ini sedang dilakukan. Salah satu masalah, yakni bagaimana pembentukan asam nukelid sudah menyelesaikan setengah perjalanan, karena sebagian sudah diketahui pembentukannya.

Lagipula, bukankah proses biokimia di alam sejatinya bisa dibilang random?

Lagipula sejak kapan ada kewajiban suatu hipotesa harus diuji secara komputasi? ::)
Suatu hipotesis yang baik tidak hanya diskriptif saja , tetapi harus bisa secara kuantitatif diuji oleh simulasi komputer dan observasi/eksperimen. Jadi pada jaman sekarang uji hipotesis harus dapat  dapat dilakukan secara komputasi.

Ternyata (Algoritma genetik + hukum biokimia +random + seleksi alam + waktu/umur alam semesta) tidak bisa menghasilkan organisme hidup.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 08, 2010, 03:48:36 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 03:39:47 PMSuatu hipotesis yang baik tidak hanya diskriptif saja , tetapi harus bisa secara kuantitatif diuji oleh observasi/eksperimen. jaman sekarang uji teori dapat dilakukan secara komputasi.

(Algoritma genetik + hukum biokimia +random + seleksi alam + waktu/umur alam semesta) tidak bisa menghasilkan organisme hidup.
Memangnya sejauh mana data yang sudah diketahui, sehingga bisa dikomputasi? Ingat bahwa ada batasan dalam ramdomisasi di alam, bahwa seusatu terjadi pada kondisi yang memenuhi.

Kurasa tidak perlu jadi super jenius untuk tahu bahwa tidak segala hal bisa dikomputasi, apalagi dengan faktor-faktor yang belum diketahui.

Dan makhluk hidup apa yang anda harapkan? Amuba? Makhluk bersel satu? Sementara yang dihasilkan abiogenesis adalah replicator sederhana?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 04:04:09 PM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 08, 2010, 03:48:36 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 03:39:47 PMSuatu hipotesis yang baik tidak hanya diskriptif saja , tetapi harus bisa secara kuantitatif diuji oleh observasi/eksperimen. jaman sekarang uji teori dapat dilakukan secara komputasi.

(Algoritma genetik + hukum biokimia +random + seleksi alam + waktu/umur alam semesta) tidak bisa menghasilkan organisme hidup.
Memangnya sejauh mana data yang sudah diketahui, sehingga bisa dikomputasi? Ingat bahwa ada batasan dalam ramdomisasi di alam, bahwa seusatu terjadi pada kondisi yang memenuhi.

Kurasa tidak perlu jadi super jenius untuk tahu bahwa tidak segala hal bisa dikomputasi, apalagi dengan faktor-faktor yang belum diketahui.

Dan makhluk hidup apa yang anda harapkan? Amuba? Makhluk bersel satu? Sementara yang dihasilkan abiogenesis adalah replicator sederhana?
Replikator sederhana masih sangat jauh dari terjadinya organisme hidup.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 08, 2010, 06:49:00 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 03:39:47 PM
Suatu hipotesis yang baik tidak hanya diskriptif saja , tetapi harus bisa secara kuantitatif diuji oleh simulasi komputer dan observasi/eksperimen. Jadi pada jaman sekarang uji hipotesis harus dapat  dapat dilakukan secara komputasi.

Ternyata (Algoritma genetik + hukum biokimia +random + seleksi alam + waktu/umur alam semesta) tidak bisa menghasilkan organisme hidup.

Lhah...? kenapa anda tidak coba memasukkan tuhan anda pada komputasi tersebut?? siapa tahu kan dengan menambahkan tuhan akan tercipta organisma hidup...(dan bukannya ini yg anda percayai??)
Saya yakin pasti tuhan omega point anda pasti tidak hanya deskriptif saja bukan??
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 08, 2010, 08:48:01 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 04:04:09 PMReplikator sederhana masih sangat jauh dari terjadinya organisme hidup.
Benar, dan dari replicator sederhana ini masih terjadi proses perkembangan lagi sebelum menjadi makhluk hidup.

Atau anda kira proses biokimia di alam langsung membentuk sel hidup? Jika demikian, anda tidak sedang bicara soal abiogenesis, tapi bicara kisah penciptaan gaib :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 09, 2010, 06:22:48 AM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 08, 2010, 08:48:01 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 08, 2010, 04:04:09 PMReplikator sederhana masih sangat jauh dari terjadinya organisme hidup.
Benar, dan dari replicator sederhana ini masih terjadi proses perkembangan lagi sebelum menjadi makhluk hidup.

Atau anda kira proses biokimia di alam langsung membentuk sel hidup? Jika demikian, anda tidak sedang bicara soal abiogenesis, tapi bicara kisah penciptaan gaib :)
Itu berarti hipotesis yang anda kemukakan tidak terbukti. Diperlukan paradigma sains yang baru.
Dalam paradigma TOE unsur inteligent dapat dimasukkan (ingat perkembangan ilmu Artificial Intelligent) dalam hipotesis terbentuknya organisme hidup.
Hipotesisnya menjadi (Intelligence + hukum alam + kaidah seleksi alam) yang hasilnya sudah banyak publikasi ilmiah yang dikenal sebagai artificial life lebih bisa mendekati kebenaran terjadinya organisme hidup.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 09, 2010, 06:29:50 AM
12th International Conference on the Synthesis and Simulation of Living Systems

It is a great pleasure for the Center for Fundamental Living Technology (FLinT) at University of Southern Denmark (SDU) to host the 12th International Conference on Artificial Life, August 19-23, 2010.  Please reserve the dates!

Theme: Critical Properties of Living Systems

The conference will be organized around the theme of identifying and synthesizing the critical properties of living and life-like systems (e.g., self-replication, self-assembly, self-organization, metabolism, adaptation, evolution). The meeting will reflect all of the main areas of artificial life research, including "wet" systems based on carbon chemistry, "soft" systems realized in software, and "hard" systems consisting of autonomous robotic agents, integration of the above areas, as well as a variety of social and technical systems that embody the critical properties of living systems. The conference will have broad interdisciplinary interest, because "living" processes are found virtually everywhere.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 09, 2010, 08:25:52 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 09, 2010, 06:22:48 AMItu berarti hipotesis yang anda kemukakan tidak terbukti. Diperlukan paradigma sains yang baru.
Dalam paradigma TOE unsur inteligent dapat dimasukkan (ingat perkembangan ilmu Artificial Intelligent) dalam hipotesis terbentuknya organisme hidup.
Hipotesisnya menjadi (Intelligence + hukum alam + kaidah seleksi alam) yang hasilnya sudah banyak publikasi ilmiah yang dikenal sebagai artificial life lebih bisa mendekati kebenaran terjadinya organisme hidup.
Berhentilah mempromosikan paradigma bau anda.... jangan memaksakan paradigma bau sekedar agar ID bisa diterima sebagai sains. Pseudo sains tetap pseudo sains, meski semanis apapun anda mengemasnya. lagipula apa anda bisa membuktikan secara ilmiah adanya ID yang terlibat? Nol besar...

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 09, 2010, 12:28:17 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 09, 2010, 06:22:48 AM
Itu berarti hipotesis yang anda kemukakan tidak terbukti. Diperlukan paradigma sains yang baru.
Dalam paradigma TOE unsur inteligent dapat dimasukkan (ingat perkembangan ilmu Artificial Intelligent) dalam hipotesis terbentuknya organisme hidup.
Hipotesisnya menjadi (Intelligence + hukum alam + kaidah seleksi alam) yang hasilnya sudah banyak publikasi ilmiah yang dikenal sebagai artificial life lebih bisa mendekati kebenaran terjadinya organisme hidup.

Bagi saya replicator sederhana sampai pada organisme jauh lebih dekat dan masuk akal, daripada artificial life sampai pada organisme. Saya kira artificial intelegent untuk melompat menjadi satu organisme hidup, yang paling sederhana sekalipun, masih pada tahapan science-fiction, tidak lebih.

Bila anda berbeda pendapat dengan saya, tolong kasih saya bukti yang kuat selain dari teori yg dimuat pada jurnal ilmiah, yg lebih dari sekedar kumpulan dokumen dan artikel.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: cronny pada Maret 09, 2010, 09:22:32 PM
Masalah nya dgn journal2 yg diberikan THL itu, banyak yg tidak diterima oleh kalangan ilmuwan.
Juga dia suka banget ngait2kan TOE dgn omega point, dan hal2 yg berhubungan dgn kepercayaan nya itu.
TOE nya mah emang masih dikembangkan, tapi yg dia kaitkan ama TOE itu kaya omega point itu adalah pseudoscience.
Apa dia mao nyebarluaskan intelligent design?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 09, 2010, 10:31:44 PM
Kutip dari: cronny pada Maret 09, 2010, 09:22:32 PM
Masalah nya dgn journal2 yg diberikan THL itu, banyak yg tidak diterima oleh kalangan ilmuwan.
Juga dia suka banget ngait2kan TOE dgn omega point, dan hal2 yg berhubungan dgn kepercayaan nya itu.
TOE nya mah emang masih dikembangkan, tapi yg dia kaitkan ama TOE itu kaya omega point itu adalah pseudoscience.
Apa dia mao nyebarluaskan intelligent design?
Nyebarin ID (yang merupakan pseudo sains). Dengan paradigma bau dia, apa yang tadinya pseudo sains bisa disulap jadi sains. Makanya dia ngotot banget mempropagandakan paradigma bau dia.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 10, 2010, 09:11:52 AM
Chance and necessity do not explain the origin of life

J.T. Trevorsa, Corresponding Author Contact Information, E-mail The Corresponding Author and D.L. Abelb

a Laboratory of Microbial Technology, Department of Environmental Biology, Room 3220, Bovey Building, University of Guelph, Guelph, Ontario, Canada, N1G 2W1

bThe Gene Emergence Project, The Origin-of-Life Foundation Inc., 113 Hedgewood Dr., Greenbelt, MD 20770-1610, USA
Received 8 April 2004;
revised 19 May 2004;
accepted 24 June 2004.
Available online 17 November 2004.

Abstract

Where and how did the complex genetic instruction set programmed into DNA come into existence? The genetic set may have arisen elsewhere and was transported to the Earth. If not, it arose on the Earth, and became the genetic code in a previous lifeless, physical–chemical world. Even if RNA or DNA were inserted into a lifeless world, they would not contain any genetic instructions unless each nucleotide selection in the sequence was programmed for function. Even then, a predetermined communication system would have had to be in place for any message to be understood at the destination. Transcription and translation would not necessarily have been needed in an RNA world. Ribozymes could have accomplished some of the simpler functions of current protein enzymes. Templating of single RNA strands followed by retemplating back to a sense strand could have occurred. But this process does not explain the derivation of "sense" in any strand. "Sense" means algorithmic function achieved through sequences of certain decision-node switch-settings. These particular primary structures determine secondary and tertiary structures. Each sequence determines minimum-free-energy folding propensities, binding site specificity, and function. Minimal metabolism would be needed for cells to be capable of growth and division. All known metabolism is cybernetic – that is, it is programmatically and algorithmically organized and controlled.

Keywords: Cellular communication; Chance; Necessity; Genetic control; DNA; RNA; Evolution; Information theory; Life origin; Astrobiology; Panspermia
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 10, 2010, 10:39:14 AM
And ID didn't explain anything, since its not scientific at all...

Praktis ya, nuduh ini tidak mungkin, maka sim salabim, tambahkan variabel serba bisa... ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 11, 2010, 07:07:40 AM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 10, 2010, 10:39:14 AM
And ID didn't explain anything, since its not scientific at all...

Praktis ya, nuduh ini tidak mungkin, maka sim salabim, tambahkan variabel serba bisa... ::)
Bukan paradigma sim salabim.
Pengembangan paradigma yang benar ialah :
(Intelligence + hukum alam), baru bisa menjelaskan teori awal kehidupan seperti terbukti secara komputasi.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 11, 2010, 08:48:45 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 11, 2010, 07:07:40 AMBukan paradigma sim salabim.
Pengembangan paradigma yang benar ialah :
(Intelligence + hukum alam), baru bisa menjelaskan teori awal kehidupan seperti terbukti secara komputasi.
Terbukti apanya? Tidak ada alasan logis kenapa harus melibatkan faktor intelligent dalam mekanisme pembentukan kehidupan awal. Lagipula komputasi apanya, jika tidak bisa memasukkan input secara tepat atas setiap faktor yang ada secara akurat, komputasi menjadi kehilangan makna.

Getol amat sih emmaksakan ID?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 11, 2010, 09:23:08 AM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 11, 2010, 08:48:45 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 11, 2010, 07:07:40 AMBukan paradigma sim salabim.
Pengembangan paradigma yang benar ialah :
(Intelligence + hukum alam), baru bisa menjelaskan teori awal kehidupan seperti terbukti secara komputasi.
Terbukti apanya? Tidak ada alasan logis kenapa harus melibatkan faktor intelligent dalam mekanisme pembentukan kehidupan awal. Lagipula komputasi apanya, jika tidak bisa memasukkan input secara tepat atas setiap faktor yang ada secara akurat, komputasi menjadi kehilangan makna.

Getol amat sih emmaksakan ID?
Ilmuwan tentu harus bisa mendapatkan paradigma sains yang dapat menghasilkan karya ilmiah yang dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Bukan masalah paksaan. Baca publikasinya , tentu yang diterima sebagai karya ilmiah merupakan komputasi yang bermakna.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 11, 2010, 04:21:38 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 11, 2010, 09:23:08 AMIlmuwan tentu harus bisa mendapatkan paradigma sains yang dapat menghasilkan karya ilmiah yang dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Bukan masalah paksaan. Baca publikasinya , tentu yang diterima sebagai karya ilmiah merupakan komputasi yang bermakna.
Udah dibilang, bisa dikomputasi bukan syarat mutlak untuk sains, apalagi jika tidak bisa memasukkan faktor yang sesuai. dan lagi, seperti kataku, tidak ada alasan logis untuk memasukkan faktor intelegensia dalam proses pembentukan. Kecuali anda bisa buktikan secara ilmiah bahwa memang ada faktor intelegensia, dan anda bisa uji argumen adanya intelegensia tersebut.

Atau mau maksain paradigma bau anda untuk membuktikan adanya intelegensia?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 12, 2010, 09:19:45 AM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 11, 2010, 04:21:38 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 11, 2010, 09:23:08 AMIlmuwan tentu harus bisa mendapatkan paradigma sains yang dapat menghasilkan karya ilmiah yang dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Bukan masalah paksaan. Baca publikasinya , tentu yang diterima sebagai karya ilmiah merupakan komputasi yang bermakna.
Udah dibilang, bisa dikomputasi bukan syarat mutlak untuk sains, apalagi jika tidak bisa memasukkan faktor yang sesuai. dan lagi, seperti kataku, tidak ada alasan logis untuk memasukkan faktor intelegensia dalam proses pembentukan. Kecuali anda bisa buktikan secara ilmiah bahwa memang ada faktor intelegensia, dan anda bisa uji argumen adanya intelegensia tersebut.

Atau mau maksain paradigma bau anda untuk membuktikan adanya intelegensia?
Terbukti yang sekarang lebih produktif mengembangkan teori abiogenesis ialah paradigma (Inteligensi + Hukum Alam). Paradigma proses random tanpa inteligen sudah mandeg.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 12, 2010, 10:39:44 AM
klaim...klaim...dan selalu klaim...
taruhlah intelegensi ini betul sebagai fakta sains, itupun masih sangat jauh untuk membuktikan intelegensi itu sebagai tuhan sesuai agama anda, atau bisakah anda?? kayanya pertanyaan ini yg selalu anda hindari...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 12, 2010, 11:03:20 AM
Kutip dari: pr@m pada Maret 12, 2010, 10:39:44 AM
klaim...klaim...dan selalu klaim...
taruhlah intelegensi ini betul sebagai fakta sains, itupun masih sangat jauh untuk membuktikan intelegensi itu sebagai tuhan sesuai agama anda, atau bisakah anda?? kayanya pertanyaan ini yg selalu anda hindari...
Alam Semesta, hukum alam, awal alam semesta, awal kehidupan, hanya ada jika ada Super Intelligence Spirit.
Ini adalah pengakuan ilmuwan  seperti Newton, Maxwell, Einstein, dll.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: rafy pada Maret 12, 2010, 11:09:46 AM
untuk hubungan antara agama dan sains, aku punya pertanyaan penting.

jawaban hubungan itu ada di kedua bola mata kita.

apa mungkin dunia ini dapat masuk kedalam bola? *pertanyaan dari para ilmuwan zaman dahulu yang percaya agama*
jawaban Agama adalah DAPAT.
jawaban Sains adalah TIDAK.

fakta yang ada sekarang?
dunia dapat masuk kedalam bola mata..

Siapa pencipta bola mata? *agama menjawab*
Apa kandungan mata? *sains menjawab*
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 12, 2010, 11:42:47 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 12, 2010, 11:03:20 AMAlam Semesta, hukum alam, awal alam semesta, awal kehidupan, hanya ada jika ada Super Intelligence Spirit.
Ini adalah pengakuan ilmuwan  seperti Newton, Maxwell, Einstein, dll.
Lelucon? Einstein menolak ID, dan anda malah catut-catut nmanya?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 12, 2010, 11:44:13 AM
Kutip dari: rafy pada Maret 12, 2010, 11:09:46 AM
untuk hubungan antara agama dan sains, aku punya pertanyaan penting.

jawaban hubungan itu ada di kedua bola mata kita.

apa mungkin dunia ini dapat masuk kedalam bola? *pertanyaan dari para ilmuwan zaman dahulu yang percaya agama*
jawaban Agama adalah DAPAT.
jawaban Sains adalah TIDAK.

fakta yang ada sekarang?
dunia dapat masuk kedalam bola mata..

Siapa pencipta bola mata? *agama menjawab*
Apa kandungan mata? *sains menjawab*
itu adalah permainan kata. Dan siapa pencipta permainan kata? manusia sendiri :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 12, 2010, 02:45:24 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 12, 2010, 11:03:20 AM
Alam Semesta, hukum alam, awal alam semesta, awal kehidupan, hanya ada jika ada Super Intelligence Spirit.
Ini adalah pengakuan ilmuwan  seperti Newton, Maxwell, Einstein, dll.

hahahaha...kayanya anda perlu pelajari lagi pemikiran filosofis mereka yg anda sebut tadi biar gak salah paham ;D  ;D

dan bahkan mereka yg anda sebutkan di atas, tidak memaksakan pandangan filsafat mereka pada teori saintifiknya  ;D  ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 12, 2010, 03:24:26 PM
Kutip dari: pr@m pada Maret 12, 2010, 02:45:24 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 12, 2010, 11:03:20 AM
Alam Semesta, hukum alam, awal alam semesta, awal kehidupan, hanya ada jika ada Super Intelligence Spirit.
Ini adalah pengakuan ilmuwan  seperti Newton, Maxwell, Einstein, dll.

hahahaha...kayanya anda perlu pelajari lagi pemikiran filosofis mereka yg anda sebut tadi biar gak salah paham ;D  ;D

dan bahkan mereka yg anda sebutkan di atas, tidak memaksakan pandangan filsafat mereka pada teori saintifiknya  ;D  ;D

Saya tidak salah paham sedikitpun.

Masing masing ilmuwan berpegan pada paradigma sains yang diyakininya untuk bisa berkembang. Hasil karya ilmiah tentu saja dimuat dalam forum ilmiah.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 12, 2010, 05:52:20 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 12, 2010, 03:24:26 PMSaya tidak salah paham sedikitpun.

Masing masing ilmuwan berpegan pada paradigma sains yang diyakininya untuk bisa berkembang. Hasil karya ilmiah tentu saja dimuat dalam forum ilmiah.
Dan apa mereka membuktikan pandangan filosofis mereka secara ilmiah? Atau itu adalah pandangan pribadi mereka? Lagipula, apa hak anda mengubah=ngubah pandangan filosofis mereka? Kenapa anda mempost seakan Einstein yang agnostik mengakui ID?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 13, 2010, 06:33:45 AM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 12, 2010, 05:52:20 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 12, 2010, 03:24:26 PMSaya tidak salah paham sedikitpun.

Masing masing ilmuwan berpegang pada paradigma sains yang diyakininya untuk bisa berkembang. Hasil karya ilmiah tentu saja dimuat dalam forum ilmiah.
Dan apa mereka membuktikan pandangan filosofis mereka secara ilmiah? Atau itu adalah pandangan pribadi mereka? Lagipula, apa hak anda mengubah=ngubah pandangan filosofis mereka? Kenapa anda mempost seakan Einstein yang agnostik mengakui ID?
Bagi saya cukup pernyataan Einstein yang menyatakan keberadaan Super Intelligent Spirit.
Tidak perlu mengubah pandangan filosofisnya.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 13, 2010, 08:46:11 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 13, 2010, 06:33:45 AMBagi saya cukup pernyataan Einstein yang menyatakan keberadaan Super Intelligent Spirit.
Tidak perlu mengubah pandangan filosofisnya.
Super Intelligent? mana ada? Sejak kapan Einstein emngakui inteligen yang merancang alam semesta? Itu namanya merekayasa pandangan filosofis seseorang! :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 13, 2010, 05:40:25 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 13, 2010, 06:33:45 AM
Bagi saya cukup pernyataan Einstein yang menyatakan keberadaan Super Intelligent Spirit.
Tidak perlu mengubah pandangan filosofisnya.

Yahh..saya kira ini yg menjadi kesukaan anda: mencomot pernyataan seorang ilmuwan yg anda anggap sesuai dengan keyakinan anda, tanpa memahami pemikirannya secara keseluruhan, hanya untuk menjustifikasi keyakinan anda  ;D

Coba saya tebak, pernyataan Einstein inikah:
- Tuhan tidak sedang bermain dadu; atau ini:
- Sains tanpa agama lumpuh, agama tanpa sains buta?? (seperti yg dikutip TS..)

well...i won't say nothing... ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 13, 2010, 09:59:46 PM
Kutipan dari Einstein's Faith
Kutip"Science without religion is lame, religion without science is blind." So Einstein once wrote to explain his personal creed: "A religious person is devout in the sense that he has no doubt of the significance of those super-personal objects and goals which neither require nor are capable of rational foundation." Einstein Smoking a Pipe

His was not a life of prayer and worship. Yet he lived by a deep faith — a faith not capabIe of rational foundation — that there are laws of Nature to be discovered. His lifelong pursuit was to discover them.

His realism and his optimism are illuminated by his remark: "Subtle is the Lord, but malicious He is not"("Raffiniert ist der Herrgott aber boshaft ist er nicht."). When asked by a colleague what he meant by that, he replied: "Nature hides her secret because of her essential loftiness, but not by means of ruse." ("Die Natur verbirgt ihr Geheimnis durch die Erhabenheit ihres Wesens, aber nicht durch List.")
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Garuda pada Maret 13, 2010, 10:08:13 PM
sains dan agama sama-sama alat, untuk membuat hidup manusia lebih baik ...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 14, 2010, 08:32:22 AM
Kutip dari: Garuda pada Maret 13, 2010, 10:08:13 PM
sains dan agama sama-sama alat, untuk membuat hidup manusia lebih baik ...

sains as just a tool...its okay, tp agama kayanya ga bakalan terima bila hanya dianggap sebagai alat...bukan begitu para theis??  ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 15, 2010, 08:09:20 AM
Kutip dari: pr@m pada Maret 14, 2010, 08:32:22 AM
Kutip dari: Garuda pada Maret 13, 2010, 10:08:13 PM
sains dan agama sama-sama alat, untuk membuat hidup manusia lebih baik ...

sains as just a tool...its okay, tp agama kayanya ga bakalan terima bila hanya dianggap sebagai alat...bukan begitu para theis??  ;D
Sains meneliti Hukum Alam yang mengatur alam semesta, agama menyatakan Hukum Rohani yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan PenciptaNya.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 15, 2010, 08:25:27 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 15, 2010, 08:09:20 AMSains meneliti Hukum Alam yang mengatur alam semesta, agama menyatakan Hukum Rohani yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan PenciptaNya.
Singkat kata, sains dan agama itu berbeda, paralel. Tidak bisa dicampuradukkan, karena sains tidak membahas pandangan filosofis.

Tapi memang agama mesti membahas soal pencipta?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 15, 2010, 10:04:30 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 15, 2010, 08:09:20 AM
Sains meneliti Hukum Alam yang mengatur alam semesta, agama menyatakan Hukum Rohani yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan PenciptaNya.

Itulah kenapa agama selalu menjadi dogma!! sains=meneliti sedangkan agama=menyatakan, dan bingungnya kadang Hukum Rohani by agama sering diartikan sebagai 'Hukum Segalanya' bagi para pemeluk agama itu.

Dari pernyataan THL pula, saya setuju dengan Pi-One, sains dan agama adalah paralel, dan bila agama dipaksakan untuk masuk pada ranah sains, hanya untuk membuktikan bahwa agama bisa 'dinalar', maka yg tercipta adalah pseudosains yg nonsense!!

Jadi terimalah para theis, bahwa agama yg hanya berbasis pada kepercayaan itu selamanya tidak akan bisa di-'nalar'-kan..  ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Lunaris pada Maret 24, 2010, 11:49:32 PM
Kutip dari: Garuda pada Maret 13, 2010, 10:08:13 PM
sains dan agama sama-sama alat, untuk membuat hidup manusia lebih baik ...
[
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 15, 2010, 08:09:20 AM
Sains meneliti Hukum Alam yang mengatur alam semesta, agama menyatakan Hukum Rohani yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan PenciptaNya.

Kurang yakin dengan yang satu ini. Nontheis dari berbagai jenis jumlah totalnya itu 14% dari penduduk dunia. Tetapi penghuni penjara yang nontheis itu rata-rata totalnya dibawah 5%. Kalau mau lebih spesifik lagi, penghuni penjara yang atheis itu justru malah 0,1%.

Kalau memang berbanding lurus dengan angka statistiknya, jumlah penghuni penjara yang nontheis rata-rata harusnya juga 14% sama seperti jumlah nontheis di dunia ini.

Ada video yang menarik:
http://www.youtube.com/watch?v=A-eYp2o9f7k

Datanya dari sini

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Videonya ditonton, tabelnya diamati. Dan kemudian renungkanlah.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 25, 2010, 06:52:13 AM
Kesimpulan dalam link tsb, faktor ekonomi/kemakmuran merupakan faktor dominan.

Many of the processes of peace are selfreinforcing.
Business cannot really develop
until conflict stops but once started
productive employment can have a selfreinforcing
effect. People become motivated
by the improved standard of their lives, rather
than seeking retribution for past wrongs.
This creates the optimum environment for
business to thrive. This is known as a virtuous
cycle. Similarly, when economic development
contracts, violence will almost certainly
increase, leading to a further deterioration of
the business environment.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 28, 2010, 06:57:36 AM

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Amusing, and yet serious is Tart's suggestion of a Western scientific (materialistic) creed, which begins "I believe in the material universe" and asserts that all values and meaning are determined by conditioning and biology, free will is an illusion, life has no purpose, and the mind is just the brain. This is not a belief system that most people live by, and Tart brings scientific data to challenge such limiting beliefs.

-- Arthur Hastings, Ph.D., Professor, Director of the William James Institute for Consciousness Studies, Institute of Transpersonal Psychology, and author of With the Tongues of Men and Angels, A Study of Channeling
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 28, 2010, 05:18:07 PM
Boring story number one+three...

ZZZZzzzzz.......
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 29, 2010, 09:53:14 AM
Bukan untuk Pi-One yang tidur melulu.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

You have said that DNA is "God's language." Do you mean that in a literal, or more metaphorical, sense?

A little of both. I believe that the universe was created by God with the specific intention of giving rise to intelligent life. Given that we observe DNA to be the information molecule of all living things, one can regard therefore it as the "Logos" that God has used to speak life into being. Don't misunderstand me, it is clear that the process of evolution by natural selection over hundreds of millions of years is the "how" that explains the marvelous diversity of life. But that doesn't provide the answer to "why." I think God provides that answer.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Maret 29, 2010, 10:14:42 AM
Ilmu pengetahuan tidak menjawab pertanyaan mengapa. Why adalah jawaban filosofis, dan filosofis macam itu ada di luar sains. Ilmuwan boeh percaya apa saja, tapi dia tidak mencampuradukkan kepercayaannya tadi dengan sains.

Bukankah tulisannya menunjukkan apa yang dia percaya? dan dia memisahkannya dengan apa yang dia ketahui secara ilmiah. Hal yang tak bisa anda lakukan.

ZZZZZZzzzzzz......
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 29, 2010, 01:06:25 PM
http://www.forumsains.com/agama-dan-filosofi/hubungan-antara-agama-dengan-sains/45/#quickreply
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 25, 2010, 06:52:13 AM
Kesimpulan dalam link tsb, faktor ekonomi/kemakmuran merupakan faktor dominan.

Many of the processes of peace are selfreinforcing.
Business cannot really develop
until conflict stops but once started
productive employment can have a selfreinforcing
effect. People become motivated
by the improved standard of their lives, rather
than seeking retribution for past wrongs.
This creates the optimum environment for
business to thrive. This is known as a virtuous
cycle. Similarly, when economic development
contracts, violence will almost certainly
increase, leading to a further deterioration of
the business environment.

Jadi menurut anda tuhan menciptakan faktor ekonomi/kemakmuran lebih dominan dalam menentukan kedamaian di dunia ini daripada faktor agama yg notabene diklaim sebagai aturan perilaku manusia langsung dari tuhan??

betapa naifnya tuhan yg menurut anda maha segalanya itu...atau ada alasan lain menurut anda??
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Lunaris pada Maret 30, 2010, 03:36:00 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 25, 2010, 06:52:13 AM
Kesimpulan dalam link tsb, faktor ekonomi/kemakmuran merupakan faktor dominan.

Many of the processes of peace are selfreinforcing.
Business cannot really develop
until conflict stops but once started
productive employment can have a selfreinforcing
effect. People become motivated
by the improved standard of their lives, rather
than seeking retribution for past wrongs.
This creates the optimum environment for
business to thrive. This is known as a virtuous
cycle. Similarly, when economic development
contracts, violence will almost certainly
increase, leading to a further deterioration of
the business environment.

Videonya lupa diliat.

Perlu diingat kalo nomor 1-6 itu masuk 20 besar negri kaya saja tidak.

Belum lagi indonesia berada di 67 sedangkan Amerika di nomor 83. Dari dua negara ini makmur yang mana?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Lunaris pada Maret 30, 2010, 03:38:37 AM
Kutip dari: Pi-One pada Maret 29, 2010, 10:14:42 AM
Ilmu pengetahuan tidak menjawab pertanyaan mengapa. Why adalah jawaban filosofis, dan filosofis macam itu ada di luar sains. Ilmuwan boeh percaya apa saja, tapi dia tidak mencampuradukkan kepercayaannya tadi dengan sains.

Bukankah tulisannya menunjukkan apa yang dia percaya? dan dia memisahkannya dengan apa yang dia ketahui secara ilmiah. Hal yang tak bisa anda lakukan.

ZZZZZZzzzzzz......

Quotenya siapa ini?

"The Why Question is a Silly Question"

Lupa aku. Seingatku pemenag noble.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 30, 2010, 06:35:06 AM
Kutip dari: pr@m pada Maret 29, 2010, 01:06:25 PM
http://www.forumsains.com/agama-dan-filosofi/hubungan-antara-agama-dengan-sains/45/#quickreply
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 25, 2010, 06:52:13 AM
Kesimpulan dalam link tsb, faktor ekonomi/kemakmuran merupakan faktor dominan.

Many of the processes of peace are selfreinforcing.
Business cannot really develop
until conflict stops but once started
productive employment can have a selfreinforcing
effect. People become motivated
by the improved standard of their lives, rather
than seeking retribution for past wrongs.
This creates the optimum environment for
business to thrive. This is known as a virtuous
cycle. Similarly, when economic development
contracts, violence will almost certainly
increase, leading to a further deterioration of
the business environment.

Jadi menurut anda tuhan menciptakan faktor ekonomi/kemakmuran lebih dominan dalam menentukan kedamaian di dunia ini daripada faktor agama yg notabene diklaim sebagai aturan perilaku manusia langsung dari tuhan??

betapa naifnya tuhan yg menurut anda maha segalanya itu...atau ada alasan lain menurut anda??
Kesimpulannya tidak senaif itu.
0.Orang dipenjara belum tentu karena faktor kejahatan.
1.Banyak faktor dominan lain yang menentukan seseorang melakukan kejahatan.
2.Rencana Tuhan bukan untuk menciptakan kedamaian dalam dunia, melainkan kedamaian dalam kerajaan surga.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: cronny pada Maret 30, 2010, 06:54:42 AM
Kutip dari: Lunaris pada Maret 30, 2010, 03:38:37 AM

Quotenya siapa ini?

"The Why Question is a Silly Question"

Lupa aku. Seingatku pemenag noble.
Kayanya si richard dawkins deh.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 30, 2010, 07:31:03 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 30, 2010, 06:35:06 AM
Kesimpulannya tidak senaif itu.
0.Orang dipenjara belum tentu karena faktor kejahatan.

Orang dipenjara pasti terbukti ada peraturan yg dilanggar, terlepas dari niat si orang itu, dan terlepas dari baik/bobroknya pengadilan, karena itulah prinsip penegakan hukum.

Ada sebagian kalangan theis yg meyakini tuhan sebagai sumber hukum melalui kitab suci dan para nabinya. Kalao secara fakta ini gak berpengaruh pada perilaku penganutnya, lalu apa gunanya?? kecuali omong kosong...

Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 30, 2010, 06:35:06 AM
1.Banyak faktor dominan lain yang menentukan seseorang melakukan kejahatan.

Seperti apa yg saya katakan, semua faktor itu menurut para theis bukannya semua bersumber dari tuhan, karena dia pencipta segalanya bukan??bagaimana ia membuat satu faktor lebih dominan dari yg lain, sementara agama jelas2 banyak mengatur ttg perilaku manusia menurutnya...sekali lagi bukankah agama menjadi omong kosong belaka??

Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 30, 2010, 06:35:06 AM
2.Rencana Tuhan bukan untuk menciptakan kedamaian dalam dunia, melainkan kedamaian dalam kerajaan surga.

Kalau kedamaian hanya utopia di dunia, lalu buat apa ada agama??toh manusia telah dilengkapi dengan pikiran dan bisa mengatur dirinya sendiri, bahkan jauh sebelum theisme lahir manusia telah belajar menuju keadaan yg lebih baik...

Kalau kedamaian hanya ada di surga, lalu apa fungsi dunia semesta ini??ujian??saya bisa milih ga ikut ujian donk ;D ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 31, 2010, 08:56:44 AM
Kutip dari: pr@m pada Maret 30, 2010, 07:31:03 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 30, 2010, 06:35:06 AM
Kesimpulannya tidak senaif itu.
0.Orang dipenjara belum tentu karena faktor kejahatan.

Orang dipenjara pasti terbukti ada peraturan yg dilanggar, terlepas dari niat si orang itu, dan terlepas dari baik/bobroknya pengadilan, karena itulah prinsip penegakan hukum.

Ada sebagian kalangan theis yg meyakini tuhan sebagai sumber hukum melalui kitab suci dan para nabinya. Kalao secara fakta ini gak berpengaruh pada perilaku penganutnya, lalu apa gunanya?? kecuali omong kosong...

Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 30, 2010, 06:35:06 AM
1.Banyak faktor dominan lain yang menentukan seseorang melakukan kejahatan.

Seperti apa yg saya katakan, semua faktor itu menurut para theis bukannya semua bersumber dari tuhan, karena dia pencipta segalanya bukan??bagaimana ia membuat satu faktor lebih dominan dari yg lain, sementara agama jelas2 banyak mengatur ttg perilaku manusia menurutnya...sekali lagi bukankah agama menjadi omong kosong belaka??

Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 30, 2010, 06:35:06 AM
2.Rencana Tuhan bukan untuk menciptakan kedamaian dalam dunia, melainkan kedamaian dalam kerajaan surga.

Kalau kedamaian hanya utopia di dunia, lalu buat apa ada agama??toh manusia telah dilengkapi dengan pikiran dan bisa mengatur dirinya sendiri, bahkan jauh sebelum theisme lahir manusia telah belajar menuju keadaan yg lebih baik...

Kalau kedamaian hanya ada di surga, lalu apa fungsi dunia semesta ini??ujian??saya bisa milih ga ikut ujian donk ;D ;D

Silahkan pilih, Tuhan memberi kebebasan dan Hukum Sebab Akibat (baik secara fisik maupun rohani).
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 31, 2010, 09:07:45 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 31, 2010, 08:56:44 AM
Silahkan pilih, Tuhan memberi kebebasan dan Hukum Sebab Akibat (baik secara fisik maupun rohani).

Bagaimana mungkin tuhan memberikan hukuman atas kebebasan yg ia sendiri berikan??betapa paradoksnya konsep kaya gini...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 31, 2010, 09:13:38 AM
Kutip dari: pr@m pada Maret 31, 2010, 09:07:45 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 31, 2010, 08:56:44 AM
Silahkan pilih, Tuhan memberi kebebasan dan Hukum Sebab Akibat (baik secara fisik maupun rohani).

Bagaimana mungkin tuhan memberikan hukuman atas kebebasan yg ia sendiri berikan??betapa paradoksnya konsep kaya gini...
Pilihan yang dilakukan atas kebebasan yang diberikan tentu akan ada akibatnya sesuai dengan Hukum Sebab-Akibat.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 31, 2010, 09:37:21 AM
hukum sebab akibat mana yg anda maksud?? bahkan determinisme meragukan adanya kebebasan itu sendiri...

bagaimana dengan konsep surga-neraka??itu masuk dalam hukum sebab akibat juga??
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada Maret 31, 2010, 12:27:06 PM
Kutip dari: pr@m pada Maret 31, 2010, 09:37:21 AM
hukum sebab akibat mana yg anda maksud?? bahkan determinisme meragukan adanya kebebasan itu sendiri...

bagaimana dengan konsep surga-neraka??itu masuk dalam hukum sebab akibat juga??
Hukum Sebab Akibat yang Universal berlaku.
Tidak peduli keraguan determinisme atau konsep surga-neraka apa yang dianut pr@m
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: pr@m pada Maret 31, 2010, 01:59:18 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 31, 2010, 12:27:06 PM
Hukum Sebab Akibat yang Universal berlaku.
Tidak peduli keraguan determinisme atau konsep surga-neraka apa yang dianut pr@m

kenapa ga anda sebut aja hukum sebab akibat menurut dogma agama??gitu aja kok repot, pake istilah sebab akibat yg berlaku universal segala.... ;D

huahahhaha...
setelah bercuap2 ngalor ngidul gak karuan ttg omega point lah...computer simulation lah...tetek bengek lah....ujung2nya hanya kembali ke dogma agama...!!!

;D  ;D guling-guling..........
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada April 01, 2010, 08:02:26 AM
Kutip dari: pr@m pada Maret 31, 2010, 01:59:18 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada Maret 31, 2010, 12:27:06 PM
Hukum Sebab Akibat yang Universal berlaku.
Tidak peduli keraguan determinisme atau konsep surga-neraka apa yang dianut pr@m

kenapa ga anda sebut aja hukum sebab akibat menurut dogma agama??gitu aja kok repot, pake istilah sebab akibat yg berlaku universal segala.... ;D

huahahhaha...
setelah bercuap2 ngalor ngidul gak karuan ttg omega point lah...computer simulation lah...tetek bengek lah....ujung2nya hanya kembali ke dogma agama...!!!

;D  ;D guling-guling..........
Hukum Alam adalah Hukum Sebab Akibat. Semua teori yang logis yang berdasarkan hukum sebab-akibat dapat dibuat algoritmanya dan disimulasikan dengan komputer sehingga hasilnya dapat diverifikasi secara observasi/eksperimen.
Semua agama mengakui hukum sebab-akibat rohani.
Apkah anda mengatakan bahwa itu yang dimaksud dogma agama ?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 01, 2010, 01:46:46 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada April 01, 2010, 08:02:26 AM
Hukum Alam adalah Hukum Sebab Akibat. Semua teori yang logis yang berdasarkan hukum sebab-akibat dapat dibuat algoritmanya dan disimulasikan dengan komputer sehingga hasilnya dapat diverifikasi secara observasi/eksperimen.
Semua agama mengakui hukum sebab-akibat rohani.
Apkah anda mengatakan bahwa itu yang dimaksud dogma agama ?
Hukum sebab akibat, dan hukum sebab akibat rohani bisa dipandang dua hukum berbeda. Apalagi menyangkut apa yang anda sebut 'hukum sebab akibat rohani' ini bisa beda antara satu agama dan agama lain, jangan memngklaim itu universal. Jika anda ngotot mengklaim, artinya anda memang dogmatis.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada April 01, 2010, 02:29:40 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 01, 2010, 01:46:46 PM
Kutip dari: The Houw Liong pada April 01, 2010, 08:02:26 AM
Hukum Alam adalah Hukum Sebab Akibat. Semua teori yang logis yang berdasarkan hukum sebab-akibat dapat dibuat algoritmanya dan disimulasikan dengan komputer sehingga hasilnya dapat diverifikasi secara observasi/eksperimen.
Semua agama mengakui hukum sebab-akibat rohani.
Apkah anda mengatakan bahwa itu yang dimaksud dogma agama ?
Hukum sebab akibat, dan hukum sebab akibat rohani bisa dipandang dua hukum berbeda. Apalagi menyangkut apa yang anda sebut 'hukum sebab akibat rohani' ini bisa beda antara satu agama dan agama lain, jangan memngklaim itu universal. Jika anda ngotot mengklaim, artinya anda memang dogmatis.

Hukum Sebab-Akibat Rohani Universal melihat kesamaannya bahwa setiap sebab akan ada akibatnya.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 01, 2010, 07:18:10 PM
Dan bagaimana hukum itu melihat siapa yang memberi akibat? Apakah satu sosok yang memberi hukuman dan hadiah - konsep yang ditolak Einstein? Ataukah mekanisme itu berjalan otomatis?

Bicara tentang Eintein, bagaimana kalau kita simak tulisan Einstein tentang Science-Religion?
KutipReligion and Science: Irreconcilable?

Does there truly exist an insuperable contradiction between religion and science? Can religion be superseded by science? The answers to these questions have, for centuries, given rise to considerable dispute and, indeed, bitter fighting. Yet, in my own mind there can be no doubt that in both cases a dispassionate consideration can only lead to a negative answer. What complicates the solution, however, is the fact that while most people readily agree on what is meant by "science," they are likely to differ on the meaning of "religion."

As to science, we may well define it for our purpose as "methodical thinking directed toward finding regulative connections between our sensual experiences." Science, in the immediate, produces knowledge and, indirectly, means of action. It leads to methodical action if definite goals are set up in advance. For the function of setting up goals and passing statements of value transcends its domain. While it is true that science, to the extent of its grasp of causative connections, may reach important conclusions as to the compatibility and incompatibility of goals and evaluations, the independent and fundamental definitions regarding goals and values remain beyond science's reach.

As regards religion, on the other hand, one is generally agreed that it deals with goals andevaluations and, in general, with the emotional foundation of human thinking and acting, as far as these are not predetermined by the inalterable hereditary disposition of the human species. Religion is concerned with man's attitude toward nature at large, with the establishing of ideals for the individual and communal life, and with mutual human relationship. These ideals religion attempts to attain by exerting an educational influence on tradition and through the development and promulgation of certain easily accessible thoughts and narratives (epics and myths) which are apt to influence evaluation and action along the lines of the accepted ideals.

It is this mythical, or rather this symbolic, content of the religious traditions which is likely to come into conflict with science. This occurs whenever this religious stock of ideas contains dogmatically fixed statements on subjects which belong in the domain of science. Thus, it is of vital importance for the preservation of true religion that such conflicts be avoided when they arise from subjects which, in fact, are not really essential for the pursuance of the religious aims.

When we consider the various existing religions as to their essential substance, that is, divested of their myths, they do not seem to me to differ as basically from each other as the proponents of the "relativistic" or conventional theory wish us to believe. And this is by no means surprising. For the moral attitudes of a people that is supported by religion need always aim at preserving and promoting the sanity and vitality of the community and its individuals, since otherwise this community is bound to perish. A people that were to honor falsehood, defamation, fraud, and murder would be unable, indeed, to subsist for very long.

When confronted with a specific case, however, it is no easy task to determine clearly what is desirable and what should be eschewed, just as we find it difficult to decide what exactly it is that makes good painting or good music. It is something that may be felt intuitively more easily than rationally comprehended. Likewise, the great moral teachers of humanity were, in a way, artistic geniuses in the art of living. In addition to the most elementary precepts directly motivated by the preservation of life and the sparing of unnecessary suffering, there are others to which, although they are apparently not quite commensurable to the basic precepts, we nevertheless attach considerable importance. Should truth, for instance, be sought unconditionally even where its attainment and its accessibility to all would entail heavy sacrifices in toil and happiness? There are many such questions which, from a rational vantage point, cannot easily be answered or cannot be answered at all. Yet, I do not think that the so-called "relativistic" viewpoint is correct, not even when dealing with the more subtle moral decisions.

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 01, 2010, 07:18:42 PM
Lanjutannya
KutipWhen considering the actual living conditions of presentday civilized humanity from the standpoint of even the most elementary religious commands, one is bound to experience a feeling of deep and painful disappointment at what one sees. For while religion prescribes brotherly love in the relations among the individuals and groups, the actual spectacle more resembles a battlefield than an orchestra. Everywhere, in economic as well as in political life, the guiding principle is one of ruthless striving for success at the expense of one's fellow. men. This competitive spirit prevails even in school and, destroying all feelings of human fraternity and cooperation, conceives of achievement not as derived from the love for productive and thoughtful work, but as springing from personal ambition and fear of rejection.

There are pessimists who hold that such a state of affairs is necessarily inherent in human nature; it is those who propound such views that are the enemies of true religion, for they imply thereby that religious teachings are utopian ideals and unsuited to afford guidance in human affairs. The study of the social patterns in certain so-called primitive cultures, however, seems to have made it sufficiently evident that such a defeatist view is wholly unwarranted. Whoever is concerned with this problem, a crucial one in the study of religion as such, is advised to read the description of the Pueblo Indians in Ruth Benedict's book, Patterns of Culture. Under the hardest living conditions, this tribe has apparently accomplished the difficult task of delivering its people from the scourge of competitive spirit and of fostering in it a temperate, cooperative conduct of life, free of external pressure and without any curtailment of happiness.

The interpretation of religion, as here advanced, implies a dependence of science on the religious attitude, a relation which, in our predominantly materialistic age, is only too easily overlooked. While it is true that scientific results are entirely independent from religious or moral considerations, those individuals to whom we owe the great creative achievements of science were all of them imbuedwith the truly religious conviction that this universe of ours is something perfect and susceptible to the rational striving for knowledge. If this conviction had not been a strongly emotional one and if those searching for knowledge had not been inspired by Spinoza's Amor Dei Intellectualis, they wouid hardly have been capable of that untiring devotion which alone enables man to attain his greatest achievements.

Albert Einstein - Ideas and Opinions pp. 49 - 52.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: MonDay pada April 02, 2010, 09:48:36 PM

sy pnah diskusi dgn seorang teman
kami percaya bahwa sains akan menjelaskan fenomena yg ada
saat itu km berdiskudi utk apa kita beragama
jawaban dia sangat membuat sy kagum

untuk kebaikan
entah agama itu wahyu Tuhan atau karangan manusia
yang pasti ilmu yang diwariskan adalah untuk kebaikan
leluhur kita pasti juga mengalami fenomena2 sepanjang hidupnya
pengalaman mereka dituangkan dalam aturan
agar kita menjadi baik dan menjauhi yang buruk

mengapa kita harus baik
karena manusia pada dasarnya inginkan kebahagiaan
lalu bagaimana kalau kita berbuat buruk
tidak masalah tapi berdampak pada penderitaan

jadi warisan ilmu yang dilabeli agama
penting dipelajari agar kita tak terpeleset ke jurang yang sama
jadi sampai saat ini saya tetap beragama
dan mempelajari agama yang bisa dijelaskan secara sains
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 03, 2010, 08:30:44 AM
Tidak ada yang melarang untuk beragama sekaligus menerima sains. Hanya saja, jangan mencampuradukkan keduanya. Seorang ilmuwan dalam bekerja menerapkan pandangan naturalisme, dan dalam kehidupan sehari-hari menerapkan pandangan filosofis mereka.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: MonDay pada April 03, 2010, 08:38:03 AM
saya tidak mencampurkanadukkan koq
saya hanya menelaah pandangan2 agama jika dilihat dr sudut pandang sains
ilmu yang diwariskan yang dilabeli agama itu bisa menjadi salah satu sumber referensi
memang bahasa agama tidak ilmiah, karena isinya kebanyakan syair dan puisi
yang harus diikaji lbh dalam
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada April 05, 2010, 06:39:32 AM
Of course there are nonsensical elements mixed in with religion and spirituality: that's true for all areas of human life. But to totally deny our spiritual nature, as science apparently does, harms and inhibits people. Indeed, a deeper look shows that it's not science that denies our spirituality, it's scientism, a rigid philosophy of materialism, masquerading as science.

I think the New Harbinger folks ended up liking me at the end, and they got the point. The End of Materialism is aimed at reducing useless human suffering by showing people that it's rational and sensible to be both scientifically and spiritually oriented. And of course it's a good read about what parapsychology has discovered in the last hundred years of research.

C.Tart
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 05, 2010, 10:31:35 AM
I don't trust pseuco science...

jadi percuma bawa-bawa tulisan tentang pseudo sains, pak tua...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada April 06, 2010, 06:25:55 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 05, 2010, 10:31:35 AM
I don't trust pseuco science...

jadi percuma bawa-bawa tulisan tentang pseudo sains, pak tua...

But to totally deny our spiritual nature, as science apparently does, harms and inhibits people. Indeed, a deeper look shows that it's not science that denies our spirituality, it's scientism, a rigid philosophy of materialism, masquerading as science.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 06, 2010, 09:32:38 AM
Science is about naturalism, not materialism
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada April 07, 2010, 09:03:21 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 06, 2010, 09:32:38 AM
Science is about naturalism, not materialism
But to totally deny our spiritual nature, as science apparently does, harms and inhibits people. Indeed, a deeper look shows that it's not science that denies our spirituality, it's scientism, a rigid philosophy of materialism, masquerading as science.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 07, 2010, 11:14:02 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada April 07, 2010, 09:03:21 AMBut to totally deny our spiritual nature, as science apparently does, harms and inhibits people. Indeed, a deeper look shows that it's not science that denies our spirituality, it's scientism, a rigid philosophy of materialism, masquerading as science.
Apa artinya apndangan pfilosofis seseorang? Mau mengubah sains cuam modal omongan itu? Atau mau propaganda pseudo sains lagi? Lupakan aja, pak tua :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada April 08, 2010, 06:26:37 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 07, 2010, 11:14:02 AM
Kutip dari: The Houw Liong pada April 07, 2010, 09:03:21 AMBut to totally deny our spiritual nature, as science apparently does, harms and inhibits people. Indeed, a deeper look shows that it's not science that denies our spirituality, it's scientism, a rigid philosophy of materialism, masquerading as science.
Apa artinya apndangan pfilosofis seseorang? Mau mengubah sains cuam modal omongan itu? Atau mau propaganda pseudo sains lagi? Lupakan aja, pak tua :)
Pi-One propaganda scientism.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada April 08, 2010, 06:43:54 AM
"Amid the flurry in science about genes, neurons, and neurotransmitters, another quiet revolution has been building for several decades. It involves a view of consciousness in which the mind is not confined to specific points in space or time, such as the brain, body, and the present. In The End of Materialism, legendary psychologist and psi researcher Charles Tart assembles the pieces of this new picture. He is eminently qualified to do so, as he helped invent the new image of consciousness through five decades of meticulous research. Tart's inspiring, majestic image of consciousness will prevail because of two compelling reasons: it is built on good science and it more fully accounts for who we humans are and how we behave."

-- Larry Dossey, MD, author of The Power of Premonitions and Healing Words
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 08, 2010, 08:52:50 AM
Bla Bla Bla...... ::)

Masih ada berapa kaset lagi nih yang harus diputar? Banyak juga koleksi 'The Boring Stories' koleksi anda ::)

Mending aku baca 'Cara membuat kue tart' ketimbang baca tulisan C. Tart ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: The Houw Liong pada April 08, 2010, 09:11:20 AM


[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 08, 2010, 11:45:27 AM
Boring story number two....again...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: cibo pada April 08, 2010, 01:35:58 PM
Kutip dari: MonDay pada April 02, 2010, 09:48:36 PM

sy pnah diskusi dgn seorang teman
kami percaya bahwa sains akan menjelaskan fenomena yg ada
saat itu km berdiskudi utk apa kita beragama
jawaban dia sangat membuat sy kagum

untuk kebaikan
entah agama itu wahyu Tuhan atau karangan manusia
yang pasti ilmu yang diwariskan adalah untuk kebaikan
leluhur kita pasti juga mengalami fenomena2 sepanjang hidupnya
pengalaman mereka dituangkan dalam aturan
agar kita menjadi baik dan menjauhi yang buruk

mengapa kita harus baik
karena manusia pada dasarnya inginkan kebahagiaan
lalu bagaimana kalau kita berbuat buruk
tidak masalah tapi berdampak pada penderitaan

jadi warisan ilmu yang dilabeli agama
penting dipelajari agar kita tak terpeleset ke jurang yang sama
jadi sampai saat ini saya tetap beragama
dan mempelajari agama yang bisa dijelaskan secara sains

Benar... sy setuju dgn anda!!! Hanya perlu ditambahkan, beragama atau tidak itu adalah pilihan...
Toh akhirnya menjadi tak ada artinya bila kita merasa beragama tp samasekali tdk bisa (atau tdk mau) membedakan apa itu benar-salah atau hitam-putih (walau akhirnya ini jg debateble)...  ;)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 08, 2010, 02:22:27 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 03, 2010, 08:30:44 AM
Tidak ada yang melarang untuk beragama sekaligus menerima sains. Hanya saja, jangan mencampuradukkan keduanya. Seorang ilmuwan dalam bekerja menerapkan pandangan naturalisme, dan dalam kehidupan sehari-hari menerapkan pandangan filosofis mereka.

Saya melihat ada hubungan bersifat Hierarki antara filosofi dan sains,  urutan dari atas ke bawah :  Filosofi  -  Ilmu -  Teori - Konsep.   Contohnya Teori Relativitas dalam Ilmu Fisika dengan Konsep2nya berupa hipotesis2nya berkaitan dengan  cahaya.  Bila diurut ke atas maka kita akan dapatkan dasar filosofinya berupa Hukum Kosmis yang ditemukan oleh Einstein tentang Ruang dan Waktu,  yaitu Kesinambungan Ruang-Waktu.

Dalam contoh di atas,  hierarki dari atas ke bawah :

-  Dasar Filosofi  :  Kesinambungan Ruang-Waktu.
-  Ilmu              :  Ilmu Fisika.
-  Teori             :  Teori Relativitas.
-  Konsep2         :  Antara lain berkaitan dengan:  Cahaya,  Energi,  Massa.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 08, 2010, 05:15:07 PM
Sudah anda masukkan pengujian dan pembuktian hipotesa? Sains mengenal metode ilmiah, dimana hipotesa diuji berulang kali untuk mendapat hasil yang bisa diterima///
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 10, 2010, 11:33:38 AM
Hipotesa tingkatannya lebih tinggi dari Konsep.   Hipotesa sudah bisa dipandang sebagai teori,  sedangkan Konsep belum.   Konsep adalah suatu ide,  gagasan tentang "  keapaan " atau "  whatness  ".  Oleh sebab itu bila kita bicara Konsep tentang "  sesuatu " : sesuatu tersebut adalah obyek material yang menjadi pusat perhatian.   Sedangkan obyek material tersebut memiliki banyak sekali sudut pandang  ( obyek formal ).
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 11, 2010, 08:33:11 AM
Hipotesa belum bisa dipandang sebagai teori, hipotesa lebih merupakan cikal bakal teori.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 12, 2010, 11:37:49 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 11, 2010, 08:33:11 AM
Hipotesa belum bisa dipandang sebagai teori, hipotesa lebih merupakan cikal bakal teori.

Boleh juga berpendapat begitu.  Yang jelas, hipotesa tingkatannya lebih tinggi dari Konsep.  Anda berpendapat hipotesa lebih merupakan cikal bakal teori.  Itu tidak salah.   Tetapi Konsep adalah cikal bakal dari Hipotesa.   Konsep yang mendahului lahirnya hipotesa,  dan hipotesa yang mendahului lahirnya teori.   Konsep adalah suatu ide atau gagasan tentang keapaan atau whatness.   Teori tentang gravitasi timbul dari suatu Konsep tentang benda selalu jatuh ke bawah.  Sebelum diketahui bahwa benda memiliki massa,  maka timbul hipotesa bahwa benda yang memiliki berat lebih besar akan jatuh lebih cepat dibandingkan dengan benda yang lebih ringan.  Terbukti hipotesa itu tidak benar.  Benda yang memiliki berat lebih besar ternyata jatuh bersamaan / memiliki kecepatan jatuhnya sama dengan benda yang beratnya lebih kecil,  karena masing2 benda tersebut memiliki massa.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 12, 2010, 04:33:56 PM
Makanya, buktikan hipotesa lewat pengujian berulang, agar bisa diterima...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 13, 2010, 03:51:20 AM
Suatu konsep masih merupakan gagasan awal.   Contohnya konsep tentang  "  Langit  ".   Obyek materialnya :  Langit.  Obyek  Formalnya adalah berbagai Sudut Pandang tentang Langit.   Dan obyek formal ini tergantung dari masing2 orang,  ada yang memandang langit sebagai atmosfer,  dirgantara,  antariksa,  ruang angkasa tempat benda-benda angkasa beredar ....dsb.  Dan ketika bicara tentang 7 lapis langit,  maka mungkin saja ada yang berpikir lapisan2 atmosfer,  galaksi Bimasakti,  galaksi luar,  galaksi terluar ......dsb.   Atau ada yang memandang 7 lapis langit itu sebagai dimensi-dimensi.   

Singkatnya,  ada banyak sudut pandang terhadap suatu Konsep,  karena Konsep adalah suatu ide atau gagasan tentang Keapaan,  sesuatu yang masih belum jelas dan perlu kejelasan.   Kejelasan akan didapat setelah dari Konsep tersebut bisa dirumuskan menjadi Hipotesa,  dan Hipotesa tersebut harus dibuktikan lewat pengujian berulang kali ........

Orang yang belum paham apa yang dimaksud dengan Konsep sering mengatakan  :   ..... fleksibel dan bermakna luas ...... ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 13, 2010, 08:35:33 AM
Konsep yang tanpa penjelasan memadai, lalu orang bisa dan sering kali menafsirkannya secara berbeda dan disesuaikan dengan kondisi, bisa disebut 'fleksibel dan bermakna luas' :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 13, 2010, 12:13:42 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 13, 2010, 08:35:33 AM
Konsep yang tanpa penjelasan memadai, lalu orang bisa dan sering kali menafsirkannya secara berbeda dan disesuaikan dengan kondisi, bisa disebut 'fleksibel dan bermakna luas' :)

Ha ha ha.  Khusus untuk anda boleh-boleh saja. :D    Sama ketika anda menafsirkan "  Pembuat Rumah "  adalah Tanha.   Orang awam tahunya Tanha itu bahan-bahan untuk membuat rumah, dan bukan Pembuat Rumah.  :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 13, 2010, 09:00:17 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 13, 2010, 12:13:42 PMHa ha ha.  Khusus untuk anda boleh-boleh saja. :D    Sama ketika anda menafsirkan "  Pembuat Rumah "  adalah Tanha.   Orang awam tahunya Tanha itu bahan-bahan untuk membuat rumah, dan bukan Pembuat Rumah.  :D
Dan Buddhis tahunya pembuat rumah adalah tanha, bukan sosok supranatural causa prima yang disembah-sembah. Sedangkan bahan untuk membuat rumah adalah 5 kelompok kehidupan :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 14, 2010, 04:27:54 AM
Kembali ke soal  "  fleksibel dan bermakna luas  ".  Saya sebenarnya senang dengan istilah yang anda kemukakan  itu.   Apa yang anda maksudkan dengan fleksibel dan bermakna luas itu dalam sains dikenal sebagai Obyek Formal atau Sudut Pandang terhadap Obyek Material.  Dan Obyek Formal inilah Pendorong berkembangnya sains / terjadinya spesialisasi dalam sains.   Dengan kata lain,  ayat-ayat dalam Kitab Suci,  atau Agama mendorong makin berkembangnya sains ! ;D



5 kelompok kehidupan bukannya bermacam-macam tanha ?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 14, 2010, 08:48:15 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 14, 2010, 04:27:54 AM
Kembali ke soal  "  fleksibel dan bermakna luas  ".  Saya sebenarnya senang dengan istilah yang anda kemukakan  itu.   Apa yang anda maksudkan dengan fleksibel dan bermakna luas itu dalam sains dikenal sebagai Obyek Formal atau Sudut Pandang terhadap Obyek Material.  Dan Obyek Formal inilah Pendorong berkembangnya sains / terjadinya spesialisasi dalam sains.   Dengan kata lain,  ayat-ayat dalam Kitab Suci,  atau Agama mendorong makin berkembangnya sains ! ;D
Haha, anda menanggapi terlalu positif ya? Fleksibel dan bermakna luas bagiku lebih ke seperti ramalan mama lauren atau nostradamus...

Kutip dari: semut-ireng pada April 14, 2010, 04:27:54 AM5 kelompok kehidupan bukannya bermacam-macam tanha ?
Bukan. 5 kelompok kehidupan dan tanha (nafsu keinginan) adalah dua hal berbeda :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 14, 2010, 10:00:34 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 14, 2010, 08:48:15 AM
Haha, anda menanggapi terlalu positif ya? Fleksibel dan bermakna luas bagiku lebih ke seperti ramalan mama lauren atau nostradamus...

Dan sayangnya anda menanggapi terlalu negatif. ;D


Kutip dari: Pi-One pada April 14, 2010, 08:48:15 AM
Bukan. 5 kelompok kehidupan dan tanha (nafsu keinginan) adalah dua hal berbeda :)

Dan inilah akibatnya bila terlalu negatif,  masih bisa membedakan istilah yang pada dasarnya memiliki pengertian yang sama :

Tanha,  adalah nafsu keinginan yang melekat.  Melekat,  artinya jika tidak mendapatkan akan menderita  (  Dukkha ).

5 Kelompok kehidupan  (  Pancakkhandha  ) yang dipengaruhi kemelekatan adalah penderitaan  (  Dukkha  ).
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 15, 2010, 09:46:08 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 14, 2010, 10:00:34 PMDan sayangnya anda menanggapi terlalu negatif. ;D
Lebih pada bersikap kritis :)

Kutip dari: semut-ireng pada April 14, 2010, 10:00:34 PMDan inilah akibatnya bila terlalu negatif,  masih bisa membedakan istilah yang pada dasarnya memiliki pengertian yang sama :

Tanha,  adalah nafsu keinginan yang melekat.  Melekat,  artinya jika tidak mendapatkan akan menderita  (  Dukkha ).

5 Kelompok kehidupan  (  Pancakkhandha  ) yang dipengaruhi kemelekatan adalah penderitaan  (  Dukkha  ).
Pengertian sama? Tanha adalah akar dari penderitaan. 5 kelompok kehidupan adalah apa yang membentuk makhluk hidup, khususnya di sini manusia.

Bagaimana jika anda jabarkan apa saja tanha itu (ada 3 tanha yang disebut 'pembuat rumah') dan 5 kelompok kehidupan (bahan pembentuk rumah)? Dengan demikian, anda bisa buktikan anda memahami materinya :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 15, 2010, 11:26:35 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 15, 2010, 09:46:08 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 14, 2010, 10:00:34 PMDan sayangnya anda menanggapi terlalu negatif. ;D
Lebih pada bersikap kritis :)

Kutip dari: semut-ireng pada April 14, 2010, 10:00:34 PMDan inilah akibatnya bila terlalu negatif,  masih bisa membedakan istilah yang pada dasarnya memiliki pengertian yang sama :

Tanha,  adalah nafsu keinginan yang melekat.  Melekat,  artinya jika tidak mendapatkan akan menderita  (  Dukkha ).

5 Kelompok kehidupan  (  Pancakkhandha  ) yang dipengaruhi kemelekatan adalah penderitaan  (  Dukkha  ).
Pengertian sama? Tanha adalah akar dari penderitaan. 5 kelompok kehidupan adalah apa yang membentuk makhluk hidup, khususnya di sini manusia.

Bagaimana jika anda jabarkan apa saja tanha itu (ada 3 tanha yang disebut 'pembuat rumah') dan 5 kelompok kehidupan (bahan pembentuk rumah)? Dengan demikian, anda bisa buktikan anda memahami materinya :)

Bukan bersikap kritis,  tetapi bersikap mbulet,  sorry ya bung.

Ayat atau baitnya sudah jelas,  sebenarnya tidak perlu ditafsirkan lagi.  Oleh karena itu saya bisa memahami bila kata pendahuluan dalam sambutan / pidato yang biasa diucapkan oleh penganut agama Budha adalah :   Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Sang Tiratana atas Karunia dan Karma baik  ..... :D

Saya tidak tahu bagaimana cara anda menyampaikan Puji Syukur.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 15, 2010, 01:32:14 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 15, 2010, 11:26:35 AMBukan bersikap kritis,  tetapi bersikap mbulet,  sorry ya bung.
Tak masalah, anda mau nilai aku apa itu suka-suka anda kan? memang aku bakal jadi apa meski anda bialng dan pandang aku apa? :)

Kutip dari: semut-ireng pada April 15, 2010, 11:26:35 AMAyat atau baitnya sudah jelas,  sebenarnya tidak perlu ditafsirkan lagi.  Oleh karena itu saya bisa memahami bila kata pendahuluan dalam sambutan / pidato yang biasa diucapkan oleh penganut agama Budha adalah :   Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Sang Tiratana atas Karunia dan Karma baik  ..... :D

Saya tidak tahu bagaimana cara anda menyampaikan Puji Syukur.
Nah, anda terus menafsirkan agama lain sesuai pandangan agama anda sendiri. Sekali lagi, anda bisa jabarkan soal tanha dan 5 kelompok kehidupan tadi? Atau anda mau emngaku anda hanya menafsurkan suka-suka anda?

Aku lihat anda terus mencari-cari celah untuk menemukan 'sosok pencipta' dalam Buddhisme.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 16, 2010, 07:01:34 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 15, 2010, 01:32:14 PM

Nah, anda terus menafsirkan agama lain sesuai pandangan agama anda sendiri. Sekali lagi, anda bisa jabarkan soal tanha dan 5 kelompok kehidupan tadi? Atau anda mau emngaku anda hanya menafsurkan suka-suka anda?

Aku lihat anda terus mencari-cari celah untuk menemukan 'sosok pencipta' dalam Buddhisme.

Ha ha ha.  Menafsirkan secara suka-suka dan mencari celah untuk menemukan sosok pencipta ?  Saya yakin anda pasti tidak paham bila saya katakan,  bahwa Sang Buddha juga menyampaikan satu tanda berupa suatu simbol,  bukan rangkaian kata-kata / bukan kalimat ,  simbol itu tidak untuk dijelaskan dan diterangkan,  menunjukkan bahwa beliau mengenal Tuhan Yang Maha Esa,  Maha Sempurna,  Sang Pencipta.   Simbol itu juga digunakan di agama lain,  Islam,  Kristen,  dan Hindu,  di kalangan tertentu yang telah mengetahuinya.  Simbol itu bahkan dipakai oleh salah satu majelis agama Buddha yang ada di Indonesia.

Dan di WALUBI sendiri ada sekitar 9 Majelis Agama Buddha :  Majabumi,  Majubuthi / Theravada,  Madha Tantri,  Mapanbumi ....dst.    Anda pernah mengaku penganut Theravada,  jika beliau-beliau yang bernaung di WALUBI menyebut Tuhan Yang Maha Esa,  Tuhan Yang Maha Pengasih,  atau mengajak umat untuk memperkuat keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih,  apakah anda akan mengatakan beliau-beliau itu menafsirkan secara suka-suka ? ???
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 16, 2010, 11:01:58 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 16, 2010, 07:01:34 AMHa ha ha.  Menafsirkan secara suka-suka dan mencari celah untuk menemukan sosok pencipta ?  Saya yakin anda pasti tidak paham bila saya katakan,  bahwa Sang Buddha juga menyampaikan satu tanda berupa suatu simbol,  bukan rangkaian kata-kata / bukan kalimat ,  simbol itu tidak untuk dijelaskan dan diterangkan,  menunjukkan bahwa beliau mengenal Tuhan Yang Maha Esa,  Maha Sempurna,  Sang Pencipta.   Simbol itu juga digunakan di agama lain,  Islam,  Kristen,  dan Hindu,  di kalangan tertentu yang telah mengetahuinya.  Simbol itu bahkan dipakai oleh salah satu majelis agama Buddha yang ada di Indonesia.
benar. Jika anda bilang Buddha mengenal Tuhan yang sama dengan agama lain, Tuhan pencipta, pengatur takdir manusia, sosok yang disembah dan dimintai permohonan, jelas aku tidak paham. Sebab selama sekian lama mempelajari dan memppraktekkan Buddhisme, aku gak pernah nemu konsep macam itu :)

Kutip dari: semut-ireng pada April 16, 2010, 07:01:34 AMDan di WALUBI sendiri ada sekitar 9 Majelis Agama Buddha :  Majabumi,  Majubuthi / Theravada,  Madha Tantri,  Mapanbumi ....dst.    Anda pernah mengaku penganut Theravada,  jika beliau-beliau yang bernaung di WALUBI menyebut Tuhan Yang Maha Esa,  Tuhan Yang Maha Pengasih,  atau mengajak umat untuk memperkuat keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih,  apakah anda akan mengatakan beliau-beliau itu menafsirkan secara suka-suka ? ???
Dan apakah tafsiran atas Tuhan yang maha Esa? Anda pernah baca posting dari ceramah Bhikkhu Utomo soal 'Tuhan yang maha Esa dalam Buddhisme' yang aku kasih tempo hari?

*Dan anda gak pernah ngasih penejlasan tentang amcam-macam Tanha atau soal 5 kelompok kehidupan. Kurasa anda bahkan tak pernah baca 'Sutta tentang Ular-Ular Berbisa' yang membahas soal itu :)

Dan kurasa link satu ini bisa memberi sedikit penjelasan tentang 'Tuhan yang Maha Esa' dalam Buddhisme
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Anda bisa lihat bagaimana intervensi dan politisasi terjadi bahkan dalam organisasi yang bernama WALUBI...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 16, 2010, 03:10:43 PM
@Pi-One.  Semakin jelas,  semua agama tujuannya sama,  cara pengajaran dan aturan peribadatannya berbeda .  Dari link yang anda berikan ada perbedaan dalam cara memandang tentang  "  Tuhan Yang Maha Esa  ",  dan hal itu karena cara pengajaran yang berbeda.  :)  
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 16, 2010, 08:24:20 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 16, 2010, 03:10:43 PM
@Pi-One.  Semakin jelas,  semua agama tujuannya sama,  cara pengajaran dan aturan peribadatannya berbeda .  Dari link yang anda berikan ada perbedaan dalam cara memandang tentang  "  Tuhan Yang Maha Esa  ",  dan hal itu karena cara pengajaran yang berbeda.  :) 
Apakah anda bahkan membaca bagian yang mengatakan 'Buddhisme sejatinya bukan agama theis'? :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 16, 2010, 10:49:11 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 16, 2010, 08:24:20 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 16, 2010, 03:10:43 PM
@Pi-One.  Semakin jelas,  semua agama tujuannya sama,  cara pengajaran dan aturan peribadatannya berbeda .  Dari link yang anda berikan ada perbedaan dalam cara memandang tentang  "  Tuhan Yang Maha Esa  ",  dan hal itu karena cara pengajaran yang berbeda.  :) 
Apakah anda bahkan membaca bagian yang mengatakan 'Buddhisme sejatinya bukan agama theis'? :)

Saya baca bagian itu dan saya tidak sependapat dengan pernyataan itu.  Saya juga tidak sependapat dengan pengolongan agama samawi dan agama bukan samawi.  Al-Quran tidak mengajarkan penggolongan agama seperti itu.  Menurut pendapat saya,  Siddhattha Gotama adalah Nabi / Utusan Allah.

Al-Quran mengajarkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah, percaya hari kemudian dan banyak berbuat kebaikan,  termasuk orang-orang Shabiin,  yaitu orang-orang yang mengikuti  syariat Nabi-nabi zaman dahulu,  amal kebaikannya diterima oleh Allah. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 17, 2010, 09:22:49 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 16, 2010, 10:49:11 PMSaya baca bagian itu dan saya tidak sependapat dengan pernyataan itu.  Saya juga tidak sependapat dengan pengolongan agama samawi dan agama bukan samawi.  Al-Quran tidak mengajarkan penggolongan agama seperti itu.  Menurut pendapat saya,  Siddhattha Gotama adalah Nabi / Utusan Allah.

Al-Quran mengajarkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah, percaya hari kemudian dan banyak berbuat kebaikan,  termasuk orang-orang Shabiin,  yaitu orang-orang yang mengikuti  syariat Nabi-nabi zaman dahulu,  amal kebaikannya diterima oleh Allah. :)
Anda boleh saja tidak setuju, tapi jangan lupa bahwa anda sedang membicarakan agama lain, bukan agama yang anda anut. Anda tidak bisa sembarang menafsirkan agama orang lain dengan logika dan pola pikir agama anda semata.

Anda bilang Sidharta adalah nabi, dan aku bilang bukan. Mengapa? Karena beliau tidak mengatakan bahwa beliau diutus oleh Tuhan, dewa, atau sosok apapun, atau beliau diberi wahyu. Dan beliau tidak mengajarkan untuk menyembah Tuhan/Dewa untuk mendapat pembebasan dari penderitaan. Itu harus dilakukan oleh diri sendiri. Penderitaan berasal dari diri sendiri karenanya hanya diri sendiri yang bisa mengatasinya.

Buddhisme sejatinya agama yang membahas dua hal: penderitaan dan cara mengatasinya. Dan menyembah sosok luar tidak termasuk cara untuk mengatasi penderitaan. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 17, 2010, 10:28:07 AM
Begini,  jika Cara Pengajaran agama-agama yang ada itu boleh saya ibaratkan sebagai cara memilih kendaraan  menuju ke Tujuan yang sama,  misalnya berangkat dari Banyuwangi menuju Jakarta,  maka cara Islam ibarat naik perahu / kapal laut,  cara Kristen ibarat naik kereta api,  cara Hindu ibarat naik bis,  dan cara Buddha ibarat naik mobil pribadi yang disupiri sendiri.   Jika masing2 ditanya,  siapa yang menjamin anda sampai ke tempat tujuan dengan selamat ?  Yang naik kapal menjawab :  Nakhoda kapal.  Yang naik kereta api menjawab : Masinis kereta api.  Yang naik bis menjawab :  Supir bis.  Dan yang naik mobil pribadi menjawab : Diri sendiri.

Apakah ada larangan bagi penganut Kristen,  misalnya,  untuk mempelajari Al-Quran,  Veda,  dan Tripitaka  ?   Dan apabila orang tersebut menyampaikan pandangannya tentang apa yang dipahaminya tentang Al-Quran misalnya,  pendapatnya itu bisa saja berbeda dengan uztad / kyai.  Uztad / kyai boleh mengingatkan,  tetapi tidak boleh memaksa orang tersebut untuk mengikuti pendapatnya.

Lagi pula,  waktu masih TK saya diajari nyanyian :

-  Nenek moyangku orang pelaut,  .....dst.

Juga diajari nyanyian :

-  Nenek moyangku Buddha dan Hindu,..... ;D ;D

Wajar jika saya ingin tahu bagaimana pemahaman nenek moyangku itu terhadap Tuhan YME,  sehingga di masa lalu berhasil membangun kejayaan Nusantara........ :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 17, 2010, 08:39:09 PM
Dan apakah tujuan masing-masing agama benar-benar sama? Agama samawi mungkin tujuannya adalah surga, sementara Buddhisme tidak menjadikan surga sebagai tujuan akhir.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 17, 2010, 10:35:33 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 17, 2010, 08:39:09 PM
Dan apakah tujuan masing-masing agama benar-benar sama? Agama samawi mungkin tujuannya adalah surga, sementara Buddhisme tidak menjadikan surga sebagai tujuan akhir.

Ajaran yang diberikan oleh para Ustad / Kyai mengajarkan surga sebagai tujuan,  itu benar.   Itulah cara pengajaran Islam,  dan itu cara pengajaran untuk umum,  dalam arti pengajaran untuk berbagai tingkatan pemahaman,  seperti misalnya sering kita dengar dalam ceramah2 agama / pengajian.    Cara itu adalah sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW.   Dengan cara itu diharapkan seorang muslim akan menjalankan syariat agama dengan benar,  lurus,  dan dari waktu ke waktu imannya semakin meningkat,  tabah dalam menghadapi cobaan hidup,  kokoh kuat dalam mempertahankan iman dan ketaqwaannya kepada Allah.   Katakanlah, seandainya  seorang muslim tadi lulus dalam semua cobaan terhadap keimanannya,  maka dia akan melihat /  memahami sendiri / baru menyadari bahwa ternyata ada " sesuatu pengetahuan ",  di Islam sering disebut sebagai rahasia Ilahi,  yang tidak diajarkan oleh Ustad / Kyai.  Mungkin juga Ustad / Kyai yang mengajarkan tadi juga belum sampai ke pemahaman rahasia Ilahi itu.   Sampai disini mungkin anda sudah bisa memahami apa yang saya maksud dengan " sesuatu pengetahuan " diatas,  yaitu termasuk pengetahuan hakikat. 

Di Al-Quran sendiri ada ayat yang intinya mengatakan  : "  ... suatu pengajaran yang di masa lalu diajarkan secara terang2an,  dan sekarang tidak diajarkan. "  Dari ayat ini terlihat adanya kesinambungan ajaran dalam Kitab-kitab suci,  dan menegaskan adanya perbedaan cara pengajaran.   Dari ayat ini,  dan berbagai ayat lainnya,  saya mengatakan bahwa Siddhatta Gotama adalah Nabi / Utusan Allah.

Di Al-Quran ada ayat  :  "  Tahukah engkau yang disebut dengan jalan pendakian  ?  Jalan pendakian itu,  pertama ialah menghapuskan perbudakan,   ...........  ".   Secara lahiriah ayat ini merupakan larangan terhadap perbudakan manusia oleh manusia lainnya.   Secara batiniah / hakikat,  yang dimaksud dengan menghapuskan perbudakan adalah :  menghapuskan perbudakan manusia oleh rasa aku / egonya sendiri.   Perang untuk mengalahkan ego,  di Buddhisme disebut perang melawan Mara ..... Dalam kontek ini saya melihat para Bikku itu adalah orang-orang yang sedang menempuh  "  jalan pendakian  " sesuai yang dimaksud dalam Islam.  Di Islam,  mereka yang menempuh jalan pendakian itu disebut para Sufi.

Intinya,  tujuan semua agama itu sama,  yaitu untuk kebaikan umat manusia.

Salah kaprah dalam cara pandang agama samawi dan agama bukan samawi perlu dihilangkan.   Sepengetahuan saya tidak ada Kitab-Kitab suci yang dalam ajarannya  menggolongkan agama seperti itu.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 18, 2010, 05:15:44 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 17, 2010, 10:35:33 PM
Di Al-Quran sendiri ada ayat yang intinya mengatakan  : "  ... suatu pengajaran yang di masa lalu diajarkan secara terang2an,  dan sekarang tidak diajarkan. "  Dari ayat ini terlihat adanya kesinambungan ajaran dalam Kitab-kitab suci,  dan menegaskan adanya perbedaan cara pengajaran.   Dari ayat ini,  dan berbagai ayat lainnya,  saya mengatakan bahwa Siddhatta Gotama adalah Nabi / Utusan Allah.
Lalu? Hingga saat ini Buddhisme masih diajarkan. Anda mau bilang, Buddhisme sekarang sudah 'menyimpang' dari Buddhisme di masa lalu? :)

*Atau mau memaksakan mengaitkan nubuat metteya dengan Muhammad lagi?

Kutip dari: semut-ireng pada April 17, 2010, 10:35:33 PMDi Al-Quran ada ayat  :  "  Tahukah engkau yang disebut dengan jalan pendakian  ?  Jalan pendakian itu,  pertama ialah menghapuskan perbudakan,   ...........  ".   Secara lahiriah ayat ini merupakan larangan terhadap perbudakan manusia oleh manusia lainnya.   Secara batiniah / hakikat,  yang dimaksud dengan menghapuskan perbudakan adalah :  menghapuskan perbudakan manusia oleh rasa aku / egonya sendiri.   Perang untuk mengalahkan ego,  di Buddhisme disebut perang melawan Mara ..... Dalam kontek ini saya melihat para Bikku itu adalah orang-orang yang sedang menempuh  "  jalan pendakian  " sesuai yang dimaksud dalam Islam.  Di Islam,  mereka yang menempuh jalan pendakian itu disebut para Sufi.
Sekali lagi, berusaha menyamakan? Bhikkhu adalah mereka yang meninggalkan keduniawian, apakah para sufi melakukannya? Apakah para sufi melakukan hidup selibat? Tidak berharta? Berlatih memadamkan hawa nafsu?

Jika sekedar mencari kesamaan, bahkan Yesus pun kadang digambarkan mempraktekkan cara hidup yang mirip (tidak berharta, hidup selibat)

Kutip dari: semut-ireng pada April 17, 2010, 10:35:33 PMSalah kaprah dalam cara pandang agama samawi dan agama bukan samawi perlu dihilangkan.   Sepengetahuan saya tidak ada Kitab-Kitab suci yang dalam ajarannya  menggolongkan agama seperti itu.
Penggolongan itu memang buatan, tapi ada perbedaan mendasar dari kedua golongan tersebut. Buddhisme bukan agama samawi, karena bukan ajaran yan diaku berasal dari Tuhan atau dewa, bukan ajaran dari orang yang mengaku diutus Tuhan atau dewa, dan tidak mengajarkan menyembah Tuhan atau dewa.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 18, 2010, 06:05:18 AM
@ Pi-One.  Anda sudah melihat kesinambungan ajaran di Al-Quran dengan Buddhisme,  tapi  anda berprasangka buruk lagi.   "  sekarang tidak diajarkan ",  maksudnya tidak digunakan sebagai Cara pengajaran dalam Islam, dan bukan seperti prasangka anda.

Cara yang diajarkan Siddhatta, meninggalkan keduniaan dengan hidup selibat,  tidak kawin,  itu syarat utama untuk menjadi Bikku,  karena Siddhatta melihat ikatan perkawinan  merupakan ikatan keduniaan yang kuat,  sangat sulit memutuskannya.
Cara yang diajarkan Muhammad SAW,  dianjurkan kawin bila syarat2 untuk kawin telah terpenuhi,  dan Sufi juga orang yang tidak hidup selibat,  mereka memiliki anak istri.  Hidup selibat, tidak kawin,  bukan cara yang diajarkan Islam,  karena justru dalam perkawinan itulah ada cobaan yang harus dikalahkan,  hatinya semata-mata mengingat Allah,  mendahulukan cinta dan pengabdiannya kepada Allah.   Soal kaitannya dengan harta,  ikatan duniawi itu juga merupakan cobaan yang harus dikalahkan,  bahwa semua harta pada dasarnya milik Allah,  manusia menggunakan seperlunya saja.   Sufi tidak selalu miskin,  ada sufi yang kaya raya,  dan kekayaannya itu tidak mengganggu cintanya yang semata-mata untuk Allah.  Nabi juga ada yang kaya raya dan berkuasa / menjadi raja, contohnya Nabi Sulaeman AS.

Yesus kadang digambarkan mempraktekkan hidup selibat dan tidak berharta,  tetapi beliau tidak mengajarkan manusia untuk tidak kawin.

Bayangkan jika semua manusia hidup selibat, apa jadinya dunia dan apa kata dunia ? :D ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 18, 2010, 04:11:40 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 18, 2010, 05:15:44 AM
Penggolongan itu memang buatan, tapi ada perbedaan mendasar dari kedua golongan tersebut. Buddhisme bukan agama samawi, karena bukan ajaran yan diaku berasal dari Tuhan atau dewa, bukan ajaran dari orang yang mengaku diutus Tuhan atau dewa, dan tidak mengajarkan menyembah Tuhan atau dewa.

Ada perbedaan tapi bukan perbedaan mendasar.   Perbedaan hanya soal cara pengajaran,  tujuannya sama.

Siddhattha Gotama mengaku Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna.
Muhammad SAW mengaku Hamba Allah.
Yesus mengaku Anak Bapa yang di surga.

Masyarakat dunia modern sekarang ini mengenal nama Einstein sebagai ikon  Kecerdasan yang dimiliki dunia,  dan mengenal nama Sang Buddha sebagai ikon Kebijaksanaan yang dimiliki dunia :  Cerdas seperti Einstein,  bijaksana seperti Sang Buddha.

Bila ada pertanyaan :  Siapa yang kebijaksanaannya bersinar menerangi dunia yang gelap ?   Jawabnya  :  Sang Buddha,  atau Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna.
Dan jawabnya jelas bukan :  Bikku ......( nama bikku )  Siswa Sang Buddha.

Untuk mendapatkan pembebasan dari penderitaan,  selain harus dilakukan oleh diri sendiri,  masih perlu bantuan dari luar,  yaitu dengan  menjadikan Buddha,  Dhamma,  dan Sangha sebagai Perlindungan Utama.   :) :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 18, 2010, 09:07:20 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 18, 2010, 06:05:18 AM
@ Pi-One.  Anda sudah melihat kesinambungan ajaran di Al-Quran dengan Buddhisme,  tapi  anda berprasangka buruk lagi.   "  sekarang tidak diajarkan ",  maksudnya tidak digunakan sebagai Cara pengajaran dalam Islam, dan bukan seperti prasangka anda.

Cara yang diajarkan Siddhatta, meninggalkan keduniaan dengan hidup selibat,  tidak kawin,  itu syarat utama untuk menjadi Bikku,  karena Siddhatta melihat ikatan perkawinan  merupakan ikatan keduniaan yang kuat,  sangat sulit memutuskannya.
Cara yang diajarkan Muhammad SAW,  dianjurkan kawin bila syarat2 untuk kawin telah terpenuhi,  dan Sufi juga orang yang tidak hidup selibat,  mereka memiliki anak istri.  Hidup selibat, tidak kawin,  bukan cara yang diajarkan Islam,  karena justru dalam perkawinan itulah ada cobaan yang harus dikalahkan,  hatinya semata-mata mengingat Allah,  mendahulukan cinta dan pengabdiannya kepada Allah.   Soal kaitannya dengan harta,  ikatan duniawi itu juga merupakan cobaan yang harus dikalahkan,  bahwa semua harta pada dasarnya milik Allah,  manusia menggunakan seperlunya saja.   Sufi tidak selalu miskin,  ada sufi yang kaya raya,  dan kekayaannya itu tidak mengganggu cintanya yang semata-mata untuk Allah.  Nabi juga ada yang kaya raya dan berkuasa / menjadi raja, contohnya Nabi Sulaeman AS.

Yesus kadang digambarkan mempraktekkan hidup selibat dan tidak berharta,  tetapi beliau tidak mengajarkan manusia untuk tidak kawin.

Bayangkan jika semua manusia hidup selibat, apa jadinya dunia dan apa kata dunia ? :D ;D
Nah, anda sendiri menunjukkan perbedaan ajaran, dan anda masih ngotot ajarannya sama? Kapan Buddha mengajarkan untuk semata-mata mengingat Allah? Dan apa tujuan terakhir kedua agama? Nibbana bukan surga.

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 18, 2010, 09:11:19 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 18, 2010, 04:11:40 PM
Ada perbedaan tapi bukan perbedaan mendasar.   Perbedaan hanya soal cara pengajaran,  tujuannya sama.

Siddhattha Gotama mengaku Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna.
Muhammad SAW mengaku Hamba Allah.
Yesus mengaku Anak Bapa yang di surga.
Lagi-lagi maksa. Buddha tidak mengaku siswa atau murid siapapun! Anda menafsirkan suta sesuka anda, mau saingan dengan Lia Eden? :)

Kutip dari: semut-ireng pada April 18, 2010, 04:11:40 PMMasyarakat dunia modern sekarang ini mengenal nama Einstein sebagai ikon  Kecerdasan yang dimiliki dunia,  dan mengenal nama Sang Buddha sebagai ikon Kebijaksanaan yang dimiliki dunia :  Cerdas seperti Einstein,  bijaksana seperti Sang Buddha.

Bila ada pertanyaan :  Siapa yang kebijaksanaannya bersinar menerangi dunia yang gelap ?   Jawabnya  :  Sang Buddha,  atau Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna.
Dan jawabnya jelas bukan :  Bikku ......( nama bikku )  Siswa Sang Buddha.
Anda gak bisa ngerti ya? 'Siswa yang Buddha yang maha sempurna' itu adalah sebutan untuk para siswa sang Buddha. Arahat adalah pencapaian murid, pencerahan yang didapat dengan ajaran dari seorang guru. Sedang Sang Buddha mencapai pencerahan dengan usaha sendiri, bukan dengan ajaran seorang guru atau sosok supranatural

Kutip dari: semut-ireng pada April 18, 2010, 04:11:40 PMUntuk mendapatkan pembebasan dari penderitaan,  selain harus dilakukan oleh diri sendiri,  masih perlu bantuan dari luar,  yaitu dengan  menjadikan Buddha,  Dhamma,  dan Sangha sebagai Perlindungan Utama.   :) :)
Dan anda paham maksud perlindungan dari Buddha, Dhamma, Sangha? Apa anda kira maksudnya berdoa mohon agar Buddha, Dhamma dan Sangha memberi berkah, perlindungan, kekutan mental dsb? :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 19, 2010, 12:06:13 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 18, 2010, 09:07:20 PM

Kutip dari: semut-ireng pada April 18, 2010, 04:11:40 PMMasyarakat dunia modern sekarang ini mengenal nama Einstein sebagai ikon  Kecerdasan yang dimiliki dunia,  dan mengenal nama Sang Buddha sebagai ikon Kebijaksanaan yang dimiliki dunia :  Cerdas seperti Einstein,  bijaksana seperti Sang Buddha.

Bila ada pertanyaan :  Siapa yang kebijaksanaannya bersinar menerangi dunia yang gelap ?   Jawabnya  :  Sang Buddha,  atau Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna.
Dan jawabnya jelas bukan :  Bikku ......( nama bikku )  Siswa Sang Buddha.
Anda gak bisa ngerti ya? 'Siswa yang Buddha yang maha sempurna' itu adalah sebutan untuk para siswa sang Buddha.

Kalau begitu, anda mau mengatakan :    Para Siswa Sang Buddha kebijaksanaannya  bersinar menerangi dunia yang gelap.

Dan anda mau mengatakan  :  Cerdas seperti Einstein,  bijaksana seperti para siswa Sang Buddha ?? ???
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 19, 2010, 10:17:09 AM
Kebijaksanaan (panna) bukan hanya milik Sang Buddha, siapapun yang mencapai 8 jalan utama akan memiliki kebijaksanaan tersebut.

Aneh sekali, anda mengatakan seakan Buddha adalah seorang murid. Mungkin itu ibarat mengatakan Muhammad adalah pendahulu sebelum nabi terakhir yang sebenarnya datang.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 19, 2010, 10:56:47 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 19, 2010, 10:17:09 AM
Kebijaksanaan (panna) bukan hanya milik Sang Buddha, siapapun yang mencapai 8 jalan utama akan memiliki kebijaksanaan tersebut.

Dan siapapun para siswa Sang Buddha,  yang telah memiliki kebijaksanaan,  bukanlah Sang Buddha / Siddhattha Gotama. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 19, 2010, 07:26:00 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 19, 2010, 10:56:47 AM
Dan siapapun para siswa Sang Buddha,  yang telah memiliki kebijaksanaan,  bukanlah Sang Buddha / Siddhattha Gotama. :)
Buddha Gautama adalah Sang Buddha, dan kamu sebut 'Buddha yang maha sempurna' pun mengacu pada Buddha Gautama. Jika Buddha gautama mencapai pencerahan dengan menjadi murid, ia adalah seorang Savaka Buddha, bukan seorang Samma Sambuddha.

Referensi tambahan:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 19, 2010, 09:27:50 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 19, 2010, 07:26:00 PM
Buddha Gautama adalah Sang Buddha, dan kamu sebut 'Buddha yang maha sempurna' pun mengacu pada Buddha Gautama. Jika Buddha gautama mencapai pencerahan dengan menjadi murid, ia adalah seorang Savaka Buddha, bukan seorang Samma Sambuddha.

Yang menyebut  "  Sang Buddha yang Maha Sempurna " mengacu kepada Sang Buddha bukan saya,  tetapi anda.    Jangan dibalik.  ???  Yang saya sebut mengacu kepada Sang Buddha ( Siddhattha Gotama ) adalah  "  Siswa Sang Buddha yang Maha Sempurna ",  karena dalam pemahaman saya yang dimaksud dengan  "  Sang Buddha yang Maha Sempurna " adalah Tuhan Yang Maha Sempurna,  dan Siddhattha Gotama mengaku sebagai  "  SiswaNya  ",  identik dengan Muhammad SAW mengaku sebagai  " HambaNya ".

Dan anda justru mengartikan lagi yang dimaksud  "  Siswa Sang Buddha yang Maha Sempurna " itu adalah "  Para Siswa Sang Buddha  ",  pada postingan anda di bawah ini :

Kutip dari: Pi-One pada April 18, 2010, 09:07:20 PM
Anda gak bisa ngerti ya? 'Siswa yang Buddha yang maha sempurna' itu adalah sebutan untuk para siswa sang Buddha.

Dan sekarang apa anda bermaksud meralat "  Para siswa Sang Buddha "  itu dengan  "  Seorang Savaka Buddha "  ? ;D

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 20, 2010, 08:01:37 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 19, 2010, 09:27:50 PM
Yang menyebut  "  Sang Buddha yang Maha Sempurna " mengacu kepada Sang Buddha bukan saya,  tetapi anda.    Jangan dibalik.  ???  Yang saya sebut mengacu kepada Sang Buddha ( Siddhattha Gotama ) adalah  "  Siswa Sang Buddha yang Maha Sempurna ",  karena dalam pemahaman saya yang dimaksud dengan  "  Sang Buddha yang Maha Sempurna " adalah Tuhan Yang Maha Sempurna,  dan Siddhattha Gotama mengaku sebagai  "  SiswaNya  ",  identik dengan Muhammad SAW mengaku sebagai  " HambaNya ".

Dan anda justru mengartikan lagi yang dimaksud  "  Siswa Sang Buddha yang Maha Sempurna " itu adalah "  Para Siswa Sang Buddha  ",  pada postingan anda di bawah ini :

Kutip dari: Pi-One pada April 18, 2010, 09:07:20 PM
Anda gak bisa ngerti ya? 'Siswa yang Buddha yang maha sempurna' itu adalah sebutan untuk para siswa sang Buddha.

Dan sekarang apa anda bermaksud meralat "  Para siswa Sang Buddha "  itu dengan  "  Seorang Savaka Buddha "  ? ;D


Jangan salah, aku bilang tentang kamu menyebut 'Buddha yang maha sempurna'. Dan aku bilang sebutan itu mengacu pada sang Buddha sendiri. Dan sekali lagi, tidak ada konsep Buddha sebagai siswa dari Tuhan. menyebut Buddha sebagai siswa dari Tuhan yang maha sempurna adalah pandangan antah berantah, bukan pandangan Buddhisme :)

Dan siswa sang Buddha memang mengacu pada arahat, atau Savaka Buddha. Bahkan jika menyebut 'Siswa Sang Buddha yang maha Sempurna', itu tetap mengacu pada mereka, bukan emngacu pada Buddha Gautama. Karena Buddha bukan siswa Tuhan, bukan hamba Tuhan, bukan utusan Tuhan.

Kecuali anda mau bikin aliran baru sendiri, saingan lia eden? :)

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 21, 2010, 10:45:59 AM
 Berbeda pendapat sah-sah saja,  dan di bawah ini pendapat saya tentang Siddhattha Gotama /  Sang Buddha Gautama,  terserah mau dibilang pandangan antah berantah :


1.   Dalam Ajarannya,  Sang Buddha Gautama menyebut dirinya sebagai Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna :

     "   Begitu juga diantara orang duniawi,  Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya  ".  (  Dhammapada  ).

Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna  =  Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna  =  Sang Buddha Gautama.

Dalam bahasa awam bait di atas saya pahami  :  "  Begitu juga diantara orang duniawi,  Sang Buddha Gautama bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya.  "


  2.   Sang Buddha mengibaratkan badan jasmani dan rohani manusia sebagai Rumah,  dan mengibaratkan Tuhan Sang Pencipta sebagai Pembuat Rumah.  Dalam salah satu Ajarannya,  Sang Buddha mengatakan :   " .........Terus mencari,  namun tak kutemukan Pembuat Rumah."  ( Dhammapada ).

Setelah menemukan yang dicari,  Buddha mengatakan  :  "  O Pembuat Rumah,  Engkau telah kulihat.   ................( Dhammapada ).
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 21, 2010, 02:36:44 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 10:45:59 AM
Berbeda pendapat sah-sah saja,  dan di bawah ini pendapat saya tentang Siddhattha Gotama /  Sang Buddha Gautama,  terserah mau dibilang pandangan antah berantah :


1.   Dalam Ajarannya,  Sang Buddha Gautama menyebut dirinya sebagai Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna :

    "   Begitu juga diantara orang duniawi,  Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya  ".  (  Dhammapada  ).

Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna  =  Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna  =  Sang Buddha Gautama.

Dalam bahasa awam bait di atas saya pahami  :  "  Begitu juga diantara orang duniawi,  Sang Buddha Gautama bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya.  "


 2.   Sang Buddha mengibaratkan badan jasmani dan rohani manusia sebagai Rumah,  dan mengibaratkan Tuhan Sang Pencipta sebagai Pembuat Rumah.  Dalam salah satu Ajarannya,  Sang Buddha mengatakan :   " .........Terus mencari,  namun tak kutemukan Pembuat Rumah."  ( Dhammapada ).

Setelah menemukan yang dicari,  Buddha mengatakan  :  "  O Pembuat Rumah,  Engkau telah kulihat.   ................( Dhammapada ).
Beda pendapat mungkin sah. tapi kalau gak ada dasarnya, ya jadinya ngawur banget :)

Sekali lagi, Buddhisme gak kenal konsep Tuhan YME sebagai satu sosok, satu personal, satu pribadi, atau apapun yang bisa dikatakan guru. Dan sutta di atas coba dibaca secara utuh. Sutta itu bicara tentang para siswa sang Buddha, yang setelah mencapai pencerahan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya. Kenapa anda cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain?

Aneh, anda terus memaksa kalau Buddha yang maha sempurna=Tuhan YME, tapi anda gak akan menemukan sosok macam itu dalam Buddhisme. Gimana Buddha belajar ke dia? Dia ngasih wahyu? Bisa kasih sutta dimana Buddha belajar pada Tuhan? ::)

Seperti dari tumpukan sampah yang dibuang di tepi jalan,
tumbuh bunga teratai yang berbau harum dan menyenangkan hati.

Begitu juga di antara orang duniawi,
siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna,
bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya.


Apa anda tahu kapan dan pada kondisi apa beliau membabarkan sutta tadi? Sutta tersebut dibabarkan dalam menyikapi mereka yang tidak tahu dan tidak mengenal kualitas yang unik dari Sang Buddha, Dhamma, Sangha. Dan bukan dalam menyebut diri sebagai siswa seseorang atau sesuatu.


Dan sekali lagi, si pembuat rumah bukan sosok luar seperti Tuhan, tapi tanha. Sutta tersebut diucapkan setelah Sang Buddha mencapai penerangan sempurna dan menjadi seorang Buddha.

Dengan melalui banyak kelahiran aku telah mengembara dalam samsara (siklus kehidupan).
Terus mencari, namun tidak kutemukan pembuat rumah ini.
Sungguh menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang ini.

O, pembuat rumah, engkau telah ku lihat,
engkau tak dapat membangun rumah lagi.
Seluruh atapmu telah runtuh dan tiangmu belandarmu telah patah.
Sekarang batinku telah mencapai "Keadaan Tak Berkondisi" (Nibbana).
Pencapaian ini merupakan akhir daripada nafsu keinginan


Jadi Buddha sudah mengalahkan Tuhan, sehingga Tuhan gak bisa bangun rumah lagi? :)

jadi lucu kan kalau definisinya pakai versi anda? :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 21, 2010, 03:00:06 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 10:45:59 AM
Berbeda pendapat sah-sah saja,  dan di bawah ini pendapat saya tentang Siddhattha Gotama /  Sang Buddha Gautama,  terserah mau dibilang pandangan antah berantah :


1.   Dalam Ajarannya,  Sang Buddha Gautama menyebut dirinya sebagai Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna :

    "   Begitu juga diantara orang duniawi,  Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya  ".  (  Dhammapada  ).

Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna  =  Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna  =  Sang Buddha Gautama.

Dalam bahasa awam bait di atas saya pahami  :  "  Begitu juga diantara orang duniawi,  Sang Buddha Gautama bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya.  "


 2.   Sang Buddha mengibaratkan badan jasmani dan rohani manusia sebagai Rumah,  dan mengibaratkan Tuhan Sang Pencipta sebagai Pembuat Rumah.  Dalam salah satu Ajarannya,  Sang Buddha mengatakan :   " .........Terus mencari,  namun tak kutemukan Pembuat Rumah."  ( Dhammapada ).

Setelah menemukan yang dicari,  Buddha mengatakan  :  "  O Pembuat Rumah,  Engkau telah kulihat.   ................( Dhammapada ).

Ini pandangan salah masyarakat umum terhadap Buddhism (bahkan sebagian umat Buddha sendiri masih memiliki pandangan yang salah ini), misalnya:
Buddha = Tuhan
Nibbana (Nirvana)= Surga

Padahal, Buddha bukanlah Tuhan. Dalam Buddhism tidak mengenal sosok Tuhan sebagai personal/sosok eksternal yang bertindak sebagai pencipta atau yg mengendalikan hidup manusia dan alam ini. Nibbana sendiri bukan surga (as in surga dan neraka dalam agama Samawi).
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 21, 2010, 03:03:43 PM
Kutip dari: eirdnehl pada April 21, 2010, 03:00:06 PM
Ini pandangan salah masyarakat umum non-Buddhist terhadap Buddhism, misalnya:
Buddha = Tuhan
Nibbana (Nirvana)= Surga

Padahal, Buddha bukanlah Tuhan. Dalam Buddhism tidak mengenal sosok Tuhan sebagai personal/sosok eksternal yang bertindak sebagai pencipta atau yg mengendalikan hidup manusia dan alam ini. Nibbana sendiri bukan surga (as in surga dan neraka dalam agama Samawi).
Bukannya semut-ireng bisa dibilang lebih parah?

Buddha=siswa Tuhan? Istilah baru tuh. Yang lain pada mengaku nabi atau utusan, atau anak Tuhan, atau avatar/perwujudan Tuhan, sekarang dia malah bilang Buddha adalah siswa Tuhan? ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 21, 2010, 03:31:00 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 21, 2010, 03:03:43 PM
Kutip dari: eirdnehl pada April 21, 2010, 03:00:06 PM
Ini pandangan salah masyarakat umum non-Buddhist terhadap Buddhism, misalnya:
Buddha = Tuhan
Nibbana (Nirvana)= Surga

Padahal, Buddha bukanlah Tuhan. Dalam Buddhism tidak mengenal sosok Tuhan sebagai personal/sosok eksternal yang bertindak sebagai pencipta atau yg mengendalikan hidup manusia dan alam ini. Nibbana sendiri bukan surga (as in surga dan neraka dalam agama Samawi).
Bukannya semut-ireng bisa dibilang lebih parah?

Buddha=siswa Tuhan? Istilah baru tuh. Yang lain pada mengaku nabi atau utusan, atau anak Tuhan, atau avatar/perwujudan Tuhan, sekarang dia malah bilang Buddha adalah siswa Tuhan? ::)

Rasanya wajar2 aja ;)
Salah satu sifat alami manusia adalah untuk mengisi ketidaktahuan dengan asumsi (comot sana sini utk membentuk suatu konsep yang dirasa benar).
Misal: menciptakan suatu sosok Tuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.

semut-ireng pun juga manusia (kecuali klo emang beneran semut), jadi wajar2 aja klo semut-ireng membuat suatu konsep dengan pengetahuannya saat ini.

Yang jadi masalah itu kalau konsep-konsep yang diciptakan ini diterima dan dipercaya seratus persen tanpa menguji dan mencari tahu jawaban yang sebenarnya. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 21, 2010, 03:39:51 PM
Yah, memang biasa. Sejak diskusi di berbgai forum, sudah biasa nemu kasus sejenis. Hindu dianggap ajaran yang sama dengan yang lain. Yesus/Isa dianggap nabi agama lain. Muhammad dianggap Buddha Metteya yang dinubuatkan. Dan sekarang mau menjadikan Buddha sebagai nabi juga... :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 21, 2010, 04:00:37 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 21, 2010, 03:39:51 PM
Yah, memang biasa. Sejak diskusi di berbgai forum, sudah biasa nemu kasus sejenis. Hindu dianggap ajaran yang sama dengan yang lain. Yesus/Isa dianggap nabi agama lain. Muhammad dianggap Buddha Metteya yang dinubuatkan. Dan sekarang mau menjadikan Buddha sebagai nabi juga... :)

Hehehe....
Mungkin ada baiknya juga...
Hindu sama dengan ajaran2 lain, Yesus/Isa nabi semua agama, Muhammad juga termasuk Buddha, Buddha juga termasuk nabi....
Jadi ga usah repot2 mikirin nabi2, ga usah ribut2 yang mana yang paling bener, ga usah bingung dengan sistem reward (surga) and punishment (neraka), ga perlu pake ancaman buat yg menyimpang...

Ah...mimpi yang indah...kapan ya bisa terwujud? :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 21, 2010, 05:42:15 PM
Kutip dari: eirdnehl pada April 21, 2010, 03:00:06 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 10:45:59 AM
Berbeda pendapat sah-sah saja,  dan di bawah ini pendapat saya tentang Siddhattha Gotama /  Sang Buddha Gautama,  terserah mau dibilang pandangan antah berantah :


1.   Dalam Ajarannya,  Sang Buddha Gautama menyebut dirinya sebagai Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna :

     "   Begitu juga diantara orang duniawi,  Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya  ".  (  Dhammapada  ).

Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna  =  Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna  =  Sang Buddha Gautama.

Dalam bahasa awam bait di atas saya pahami  :  "  Begitu juga diantara orang duniawi,  Sang Buddha Gautama bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya.  "


  2.   Sang Buddha mengibaratkan badan jasmani dan rohani manusia sebagai Rumah,  dan mengibaratkan Tuhan Sang Pencipta sebagai Pembuat Rumah.  Dalam salah satu Ajarannya,  Sang Buddha mengatakan :   " .........Terus mencari,  namun tak kutemukan Pembuat Rumah."  ( Dhammapada ).

Setelah menemukan yang dicari,  Buddha mengatakan  :  "  O Pembuat Rumah,  Engkau telah kulihat.   ................( Dhammapada ).

Ini pandangan salah masyarakat umum terhadap Buddhism (bahkan sebagian umat Buddha sendiri masih memiliki pandangan yang salah ini), misalnya:
Buddha = Tuhan
Nibbana (Nirvana)= Surga

Padahal, Buddha bukanlah Tuhan. Dalam Buddhism tidak mengenal sosok Tuhan sebagai personal/sosok eksternal yang bertindak sebagai pencipta atau yg mengendalikan hidup manusia dan alam ini. Nibbana sendiri bukan surga (as in surga dan neraka dalam agama Samawi).

Bagaimana pendapat anda bila ada Sangha yang berpendapat bahwa Buddha,  Dhamma,  dan Sangha adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa ?  ???

Bagaimana pendapat anda bila ada Bikku yang berpendapat bahwa Nibbana adalah Tuhan Yang Maha Esa,  tujuan akhir yang dimaksud dalam Dhamma ? ;D

Penggolongan agama samawi dan agama bukan samawi apakah diajarkan oleh Sang Buddha Gautama ? ???

@Pi-One.  Bukan Buddha sudah mengalahkan Tuhan.   Kalimat  :  Seluruh atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah,    berarti Bahan-bahan untuk membuat rumah sudah berhasil dikalahkan oleh Buddha.   Atap dan tiang belandar jelas tidak bisa diartikan sama dengan Pembuat Rumah.  Pembuat Rumah membuat rumah dengan Alat dan Bahan2.  Bait di atas menunjukkan bahan-bahan rumah yang berhasil dikalahkan oleh Buddha.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 21, 2010, 08:35:57 PM
Kutip dari: eirdnehl pada April 21, 2010, 03:31:00 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 21, 2010, 03:03:43 PM
Kutip dari: eirdnehl pada April 21, 2010, 03:00:06 PM
Ini pandangan salah masyarakat umum non-Buddhist terhadap Buddhism, misalnya:
Buddha = Tuhan
Nibbana (Nirvana)= Surga

Padahal, Buddha bukanlah Tuhan. Dalam Buddhism tidak mengenal sosok Tuhan sebagai personal/sosok eksternal yang bertindak sebagai pencipta atau yg mengendalikan hidup manusia dan alam ini. Nibbana sendiri bukan surga (as in surga dan neraka dalam agama Samawi).
Bukannya semut-ireng bisa dibilang lebih parah?

Buddha=siswa Tuhan? Istilah baru tuh. Yang lain pada mengaku nabi atau utusan, atau anak Tuhan, atau avatar/perwujudan Tuhan, sekarang dia malah bilang Buddha adalah siswa Tuhan? ::)

Rasanya wajar2 aja ;)
Salah satu sifat alami manusia adalah untuk mengisi ketidaktahuan dengan asumsi (comot sana sini utk membentuk suatu konsep yang dirasa benar).
Misal: menciptakan suatu sosok Tuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.

semut-ireng pun juga manusia (kecuali klo emang beneran semut), jadi wajar2 aja klo semut-ireng membuat suatu konsep dengan pengetahuannya saat ini.

Yang jadi masalah itu kalau konsep-konsep yang diciptakan ini diterima dan dipercaya seratus persen tanpa menguji dan mencari tahu jawaban yang sebenarnya. :)

Comot sana sini untuk membentuk konsep yang dirasa benar ??  ???  Tolong anda baca kembali Kitab Suci Dhammapada,  khususnya bait 190 dan 191,  disitu diajarkan bahwa Buddha,  Dhamma dan Sangha adalah Perlindungan yang Utama.  Dengan perlindungan itu,  orang akan bebas dari segala penderitaan.  Saya mungkin masih bisa memahami untuk menjadikan Ajaran Benar dan Pesamuan Bikku sebagai perlindungan,  tetapi dengan menyebut Buddha sebagai perlindungan  apa maksudnya ?

1.  Apakah berlindung kepada Buddha,  yaitu Siddhartha Gotama yang sudah wafat ribuan tahun yl  ? :D

2.  Apakah berlindung kepada Patung Sang Buddha Gautama  ? ;D

3.  Apakah berlindung kepada Buddha-Buddha yang datang setelah Siddharttha Gotama  ? ;)

4.  Dan apakah berlindung kepada Buddha,  yang dianggap sebagai Tuhan ? :)

Saya mengibaratkan pandangan seseorang terhadap agama-agama dengan " kaca mata " penggolongan agama samawi dan agama bukan agama samawi,  mohon maaf,  sama dengan memakai " kaca mata kuda ".   
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 22, 2010, 08:00:51 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 05:42:15 PMBagaimana pendapat anda bila ada Sangha yang berpendapat bahwa Buddha,  Dhamma,  dan Sangha adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa ?  ???

Bagaimana pendapat anda bila ada Bikku yang berpendapat bahwa Nibbana adalah Tuhan Yang Maha Esa,  tujuan akhir yang dimaksud dalam Dhamma ? ;D
Tergantung bagaimana dia menjelaskannya. Termasuk apa definisi dari 'Tuhan YME' yang dia maksud. Menyebut Nibbana sebgai Tuhan YME? Bisa saja, tergantung konteksnya. Tapi jika Nibbana ini mau disamakan dengan konsep Allah, atau bapa, atau Tuhan lain, jelas tidak bisa. Karena Buddhisme itu non theis, tidak kenal konsep Tuhan personal atau Tuhan sebagai sosok, zat, atau apapun yang sejenisnya.

Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 05:42:15 PMPenggolongan agama samawi dan agama bukan samawi apakah diajarkan oleh Sang Buddha Gautama ? ???
Aku sudah bilang bukan? Agama samawi atau non samawi adalah istilah kita untuk membedakan agama abrahamic (Yahudi-Kristen-Islam) yang emngaku berasal dari Tuhan dan diajarkan oleh Nabi yang katanya utusan Tuhan, dengan ajaran lain yang tidak menyebut ajrannya bersumber dari Tuhan atau diajarkan Nabi.

Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 05:42:15 PM@Pi-One.  Bukan Buddha sudah mengalahkan Tuhan.   Kalimat  :  Seluruh atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah,    berarti Bahan-bahan untuk membuat rumah sudah berhasil dikalahkan oleh Buddha.   Atap dan tiang belandar jelas tidak bisa diartikan sama dengan Pembuat Rumah.  Pembuat Rumah membuat rumah dengan Alat dan Bahan2.  Bait di atas menunjukkan bahan-bahan rumah yang berhasil dikalahkan oleh Buddha.
Hahaha. Bahan pembuat rumah kok dikalahkan? Kok tambah aneh aja nih?

Anda mau bilang Buddha menentang dan oposan terhadap si pembuat rumah? Si pembuat rumah membuat rumah, Buddha menghancurkannya? Artinya Buddha dan 'si pembuat rumah' aka Tuhan ada di pihak berlawanan? ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 22, 2010, 08:09:17 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 21, 2010, 02:36:44 PM
Beda pendapat mungkin sah. tapi kalau gak ada dasarnya, ya jadinya ngawur banget :)

Sekali lagi, Buddhisme gak kenal konsep Tuhan YME sebagai satu sosok, satu personal, satu pribadi, atau apapun yang bisa dikatakan guru. Dan sutta di atas coba dibaca secara utuh. Sutta itu bicara tentang para siswa sang Buddha, yang setelah mencapai pencerahan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya. Kenapa anda cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain?


Coba buktikan kalau saya cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain. ???  Bukankah bila sutta / bait itu dibaca secara utuh,  tidak bicara tentang para siswa sang Buddha, yang setelah mencapai pencerahan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya ??  Hal itu cuma tafsiran anda saja.   Bahkan mungkin anda tidak membaca secara utuh Puppha Vagga yang terdiri dari 16 bait,  bait yang saya kemukakan adalah bait yang ke-16.   Dan 15 bait sebelumnya tidak ada satupun sutta / bait yang menyebut para siswa sang Buddha,  dan tidak satupun bait yang bicara tentang para siswa sang Buddha,  yang setelah mencapai pencerahan menerangi  dunia dengan kebijaksanaannya ?  Bukankah anda yang ngawur banget ?  Dan pengawuran anda itu anda teruskan pada thread ini dengan mengutip postingan dari @eirdnehl dengan tidak sesuai aslinya / sudah anda ganti  :  dari masyarakat umum terhadap Buddhism,  menjadi masyarakat umum non-Buddhist terhadap Buddhism ?? ??? ???
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 22, 2010, 08:17:19 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 08:35:57 PMComot sana sini untuk membentuk konsep yang dirasa benar ??  ???  Tolong anda baca kembali Kitab Suci Dhammapada,  khususnya bait 190 dan 191,  disitu diajarkan bahwa Buddha,  Dhamma dan Sangha adalah Perlindungan yang Utama.  Dengan perlindungan itu,  orang akan bebas dari segala penderitaan.  Saya mungkin masih bisa memahami untuk menjadikan Ajaran Benar dan Pesamuan Bikku sebagai perlindungan,  tetapi dengan menyebut Buddha sebagai perlindungan  apa maksudnya ?

1.  Apakah berlindung kepada Buddha,  yaitu Siddhartha Gotama yang sudah wafat ribuan tahun yl  ? :D

2.  Apakah berlindung kepada Patung Sang Buddha Gautama  ? ;D

3.  Apakah berlindung kepada Buddha-Buddha yang datang setelah Siddharttha Gotama  ? ;)

4.  Dan apakah berlindung kepada Buddha,  yang dianggap sebagai Tuhan ? :)

Saya mengibaratkan pandangan seseorang terhadap agama-agama dengan " kaca mata " penggolongan agama samawi dan agama bukan agama samawi,  mohon maaf,  sama dengan memakai " kaca mata kuda ".  
Dan anda yang memandang dan menilai agama lain dengan kata mata agama anda semata, itu mau dikatakan apa?

Sejak awal Buddha sudah mengajarkan:
Usaha harus dilakukan olehmu,
Para Tathagatha hanyalah guru.

Berlindung di sini bukanlah minta perlindungan seperti minta perlindungna pada polisi, satpam, atau bodiguard. berlindung di sini lebih pada menjadikan Buddha sebagai guru dan sosok yang dihormati, dan ingin disamai. Mempercayai beliau sebagai guru yang menunjukkan dan mengajarkan kebenaran, penunjuk jalan ke Nibbana. Dan lebih lagi, berlindung pada benih kebuddhaan dalam diri kita.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 22, 2010, 08:20:55 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 08:09:17 AMCoba buktikan kalau saya cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain. ???  Bukankah bila sutta / bait itu dibaca secara utuh,  tidak bicara tentang para siswa sang Buddha, yang setelah mencapai pencerahan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya ??  Hal itu cuma tafsiran anda saja.   Bahkan mungkin anda tidak membaca secara utuh Puppha Vagga yang terdiri dari 16 bait,  bait yang saya kemukakan adalah bait yang ke-16.   Dan 15 bait sebelumnya tidak ada satupun sutta / bait yang menyebut para siswa sang Buddha,  dan tidak satupun bait yang bicara tentang para siswa sang Buddha,  yang setelah mencapai pencerahan menerangi  dunia dengan kebijaksanaannya ?  Bukankah anda yang ngawur banget ?  Dan pengawuran anda itu anda teruskan pada thread ini dengan mengutip postingan dari @eirdnehl dengan tidak sesuai aslinya / sudah anda ganti  :  dari masyarakat umum terhadap Buddhism,  menjadi masyarakat umum non-Buddhist terhadap Buddhism ?? ??? ???
Siapa bilang tidak bicara tentang siswa Sang Buddha? Anda bicara tentang Sutta bunga-bunga bukan? :)

Dan apakah anda tahu, bait-bait dalam Puppha Vagga itu diucapkan Sang Buddha dalam berbagai kesempatan berbeda? Masing-masing bait dalam Sutta memiliki latar sendiri kapan dan mengapa beliau mengucapkannya. Pertanyaanku, apakah anda tahu latar dari pengucapan dua bait terakhir dalam Puppha Vagga? :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 22, 2010, 09:46:09 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 22, 2010, 08:20:55 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 08:09:17 AMCoba buktikan kalau saya cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain. ???  Bukankah bila sutta / bait itu dibaca secara utuh,  tidak bicara tentang para siswa sang Buddha, yang setelah mencapai pencerahan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya ??  Hal itu cuma tafsiran anda saja.   Bahkan mungkin anda tidak membaca secara utuh Puppha Vagga yang terdiri dari 16 bait,  bait yang saya kemukakan adalah bait yang ke-16.   Dan 15 bait sebelumnya tidak ada satupun sutta / bait yang menyebut para siswa sang Buddha,  dan tidak satupun bait yang bicara tentang para siswa sang Buddha,  yang setelah mencapai pencerahan menerangi  dunia dengan kebijaksanaannya ?  Bukankah anda yang ngawur banget ?  Dan pengawuran anda itu anda teruskan pada thread ini dengan mengutip postingan dari @eirdnehl dengan tidak sesuai aslinya / sudah anda ganti  :  dari masyarakat umum terhadap Buddhism,  menjadi masyarakat umum non-Buddhist terhadap Buddhism ?? ??? ???
Siapa bilang tidak bicara tentang siswa Sang Buddha? Anda bicara tentang Sutta bunga-bunga bukan? :)

Dan apakah anda tahu, bait-bait dalam Puppha Vagga itu diucapkan Sang Buddha dalam berbagai kesempatan berbeda? Masing-masing bait dalam Sutta memiliki latar sendiri kapan dan mengapa beliau mengucapkannya. Pertanyaanku, apakah anda tahu latar dari pengucapan dua bait terakhir dalam Puppha Vagga? :)


Iya,  Puppha Vagga yang terdiri dari 16 sutta / bait.  Sekali lagi,  buktikan kalau saya cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain.   Jangan asal menuduh tanpa alasan yang benar.   Sampaikan di thread ini jika dari 16 sutta itu ada yang mendukung kebenaran tafsiran anda.   Sampaikan di thread ini juga jika ada sutta atau apapun namanya yang anda katakan masing-masing bait dalam Sutta memiliki latar sendiri kapan dan mengapa beliau mengucapkannya.

Kasihan @eirdnehl terlanjur menghakimi orang dengan mengatakan comot sana sini untuk membentuk suatu konsep yang dirasa benar,  mungkin hanya karena membaca postingan anda tanpa membaca sendiri Puppha Vagga.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 22, 2010, 12:35:58 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 05:42:15 PM
Bagaimana pendapat anda bila ada Sangha yang berpendapat bahwa Buddha,  Dhamma,  dan Sangha adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa ?  ???
Tuhan YME atau Ketuhanan YME, soalnya saya tidak pernah sekalipun mendengar Buddha, Dhamma, dan Sangha adalah manifestasi Tuhan YME. Yang saya pernah dengar adalah konsep Ketuhanan YME dalam Buddhism.
Karena sekali lagi, Buddhism tidak mengenal sosok Tuhan yang personal.

Kutip
Bagaimana pendapat anda bila ada Bikku yang berpendapat bahwa Nibbana adalah Tuhan Yang Maha Esa,  tujuan akhir yang dimaksud dalam Dhamma ? ;D
Sekali lagi, Tuhan atau Ketuhanan?

KutipPenggolongan agama samawi dan agama bukan samawi apakah diajarkan oleh Sang Buddha Gautama ? ???
Tidak. Kan penggolongan ini cuma untuk memudahkan pembahasan. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 22, 2010, 12:40:30 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 08:35:57 PM
Comot sana sini untuk membentuk konsep yang dirasa benar ??  ???  Tolong anda baca kembali Kitab Suci Dhammapada,  khususnya bait 190 dan 191,  disitu diajarkan bahwa Buddha,  Dhamma dan Sangha adalah Perlindungan yang Utama.  Dengan perlindungan itu,  orang akan bebas dari segala penderitaan.  Saya mungkin masih bisa memahami untuk menjadikan Ajaran Benar dan Pesamuan Bikku sebagai perlindungan,  tetapi dengan menyebut Buddha sebagai perlindungan  apa maksudnya ?

1.  Apakah berlindung kepada Buddha,  yaitu Siddhartha Gotama yang sudah wafat ribuan tahun yl  ? :D

2.  Apakah berlindung kepada Patung Sang Buddha Gautama  ? ;D

3.  Apakah berlindung kepada Buddha-Buddha yang datang setelah Siddharttha Gotama  ? ;)

4.  Dan apakah berlindung kepada Buddha,  yang dianggap sebagai Tuhan ? :)

Saya mengibaratkan pandangan seseorang terhadap agama-agama dengan " kaca mata " penggolongan agama samawi dan agama bukan agama samawi,  mohon maaf,  sama dengan memakai " kaca mata kuda ".   
Apa definisi anda dengan berlindung?

Karena menurut pemahaman saya mengenai Buddhism, 'berlindung' disini dapat dianalogikan dengan payung. Sehingga dengan ber'payung' dari ketiganya (panutan dari Sang Buddha, dengan melaksanakan Dhamma, dan dengan panduan dari Sangha), manusia bisa terbebas dari penderitaan.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 22, 2010, 12:43:36 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 08:09:17 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 21, 2010, 02:36:44 PM
Beda pendapat mungkin sah. tapi kalau gak ada dasarnya, ya jadinya ngawur banget :)

Sekali lagi, Buddhisme gak kenal konsep Tuhan YME sebagai satu sosok, satu personal, satu pribadi, atau apapun yang bisa dikatakan guru. Dan sutta di atas coba dibaca secara utuh. Sutta itu bicara tentang para siswa sang Buddha, yang setelah mencapai pencerahan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya. Kenapa anda cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain?


Coba buktikan kalau saya cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain. ???  Bukankah bila sutta / bait itu dibaca secara utuh,  tidak bicara tentang para siswa sang Buddha, yang setelah mencapai pencerahan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya ??  Hal itu cuma tafsiran anda saja.   Bahkan mungkin anda tidak membaca secara utuh Puppha Vagga yang terdiri dari 16 bait,  bait yang saya kemukakan adalah bait yang ke-16.   Dan 15 bait sebelumnya tidak ada satupun sutta / bait yang menyebut para siswa sang Buddha,  dan tidak satupun bait yang bicara tentang para siswa sang Buddha,  yang setelah mencapai pencerahan menerangi  dunia dengan kebijaksanaannya ?  Bukankah anda yang ngawur banget ?  Dan pengawuran anda itu anda teruskan pada thread ini dengan mengutip postingan dari @eirdnehl dengan tidak sesuai aslinya / sudah anda ganti  :  dari masyarakat umum terhadap Buddhism,  menjadi masyarakat umum non-Buddhist terhadap Buddhism ?? ??? ???
Sorry, tulisan: 'dari masyarakat umum terhadap Buddhism' dari postingan saya itu saya edit dari tulisan saya sebelumnya 'masyarakat non-Buddhist terhadap Buddhism'. Karena saya sendiri menyadari klo umat Buddha sendiri sebagian masih memiliki pandangan yg salah terhadap Buddhism. Jadi saya ganti karena lebih sesuai. Pi-One mengutip posting saya sebelum saya edit.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 22, 2010, 12:54:42 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 09:46:09 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 22, 2010, 08:20:55 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 08:09:17 AMCoba buktikan kalau saya cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain. ???  Bukankah bila sutta / bait itu dibaca secara utuh,  tidak bicara tentang para siswa sang Buddha, yang setelah mencapai pencerahan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya ??  Hal itu cuma tafsiran anda saja.   Bahkan mungkin anda tidak membaca secara utuh Puppha Vagga yang terdiri dari 16 bait,  bait yang saya kemukakan adalah bait yang ke-16.   Dan 15 bait sebelumnya tidak ada satupun sutta / bait yang menyebut para siswa sang Buddha,  dan tidak satupun bait yang bicara tentang para siswa sang Buddha,  yang setelah mencapai pencerahan menerangi  dunia dengan kebijaksanaannya ?  Bukankah anda yang ngawur banget ?  Dan pengawuran anda itu anda teruskan pada thread ini dengan mengutip postingan dari @eirdnehl dengan tidak sesuai aslinya / sudah anda ganti  :  dari masyarakat umum terhadap Buddhism,  menjadi masyarakat umum non-Buddhist terhadap Buddhism ?? ??? ???
Siapa bilang tidak bicara tentang siswa Sang Buddha? Anda bicara tentang Sutta bunga-bunga bukan? :)

Dan apakah anda tahu, bait-bait dalam Puppha Vagga itu diucapkan Sang Buddha dalam berbagai kesempatan berbeda? Masing-masing bait dalam Sutta memiliki latar sendiri kapan dan mengapa beliau mengucapkannya. Pertanyaanku, apakah anda tahu latar dari pengucapan dua bait terakhir dalam Puppha Vagga? :)


Iya,  Puppha Vagga yang terdiri dari 16 sutta / bait.  Sekali lagi,  buktikan kalau saya cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain.   Jangan asal menuduh tanpa alasan yang benar.   Sampaikan di thread ini jika dari 16 sutta itu ada yang mendukung kebenaran tafsiran anda.   Sampaikan di thread ini juga jika ada sutta atau apapun namanya yang anda katakan masing-masing bait dalam Sutta memiliki latar sendiri kapan dan mengapa beliau mengucapkannya.

Kasihan @eirdnehl terlanjur menghakimi orang dengan mengatakan comot sana sini untuk membentuk suatu konsep yang dirasa benar,  mungkin hanya karena membaca postingan anda tanpa membaca sendiri Puppha Vagga.

Jangan jadikan saya sebagai tameng donk...

Sorry but you are not allowed to view spoiler contents.


Bait 2 menyebut siswa yang masih berlatih, bait-bait selanjutnya mengenai jalan kebajikan, bait 15 dan 16 menyimpulkan...
Tidak ada satu bait pun ttg Tuhan....

Dua bait terakhir diucapkan dalam Kisah Garahadinna. Google sendiri ya, soalnya mau copas tapi terlalu panjang.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 22, 2010, 01:07:49 PM
o
Kutip dari: Pi-One pada April 22, 2010, 08:00:51 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 05:42:15 PMBagaimana pendapat anda bila ada Sangha yang berpendapat bahwa Buddha,  Dhamma,  dan Sangha adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa ?  ???

Bagaimana pendapat anda bila ada Bikku yang berpendapat bahwa Nibbana adalah Tuhan Yang Maha Esa,  tujuan akhir yang dimaksud dalam Dhamma ? ;D
Tergantung bagaimana dia menjelaskannya. Termasuk apa definisi dari 'Tuhan YME' yang dia maksud. Menyebut Nibbana sebgai Tuhan YME? Bisa saja, tergantung konteksnya. Tapi jika Nibbana ini mau disamakan dengan konsep Allah, atau bapa, atau Tuhan lain, jelas tidak bisa. Karena Buddhisme itu non theis, tidak kenal konsep Tuhan personal atau Tuhan sebagai sosok, zat, atau apapun yang sejenisnya.

Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 05:42:15 PMPenggolongan agama samawi dan agama bukan samawi apakah diajarkan oleh Sang Buddha Gautama ? ???
Aku sudah bilang bukan? Agama samawi atau non samawi adalah istilah kita untuk membedakan agama abrahamic (Yahudi-Kristen-Islam) yang emngaku berasal dari Tuhan dan diajarkan oleh Nabi yang katanya utusan Tuhan, dengan ajaran lain yang tidak menyebut ajrannya bersumber dari Tuhan atau diajarkan Nabi.

Kutip dari: semut-ireng pada April 21, 2010, 05:42:15 PM@Pi-One.  Bukan Buddha sudah mengalahkan Tuhan.   Kalimat  :  Seluruh atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah,    berarti Bahan-bahan untuk membuat rumah sudah berhasil dikalahkan oleh Buddha.   Atap dan tiang belandar jelas tidak bisa diartikan sama dengan Pembuat Rumah.  Pembuat Rumah membuat rumah dengan Alat dan Bahan2.  Bait di atas menunjukkan bahan-bahan rumah yang berhasil dikalahkan oleh Buddha.
Hahaha. Bahan pembuat rumah kok dikalahkan? Kok tambah aneh aja nih?

Anda mau bilang Buddha menentang dan oposan terhadap si pembuat rumah? Si pembuat rumah membuat rumah, Buddha menghancurkannya? Artinya Buddha dan 'si pembuat rumah' aka Tuhan ada di pihak berlawanan? ::)

Bahan pembuat rumah yang dimaksud adalah nafsu duniawi yang melekat.  Dikatakan oleh Sang Buddha  :  atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah.  Atapmu dan tiang belandarmu berarti atap dan tiang belandar milik pembuat rumah.  Atap dan tiang belandar merupakan ibarat dari bahan-bahan untuk membuat rumah.   Dan bahan-bahan tersebut sejatinya adalah nafsu keinginan yang melekat pada diri seorang manusia.   Apa istilah yang tepat untuk menyatakan bahwa nafsu keinginan tersebut sudah berhasil diruntuhkan dan dipatahkan,  jika bukan mengalahkannya ?  Jadi,  pertanyaan anda,  bahan pembuat rumah kok dikalahkan,  justru pertanyaan yang aneh.   Keanehan anda timbul karena kekeliruan pendapat anda yang pernah anda sampaikan pada postingan terdahulu,  yang menyatakan bahwa Pembuat Rumah adalah Nafsu Keinginan yang melekat / bahan pembuat rumah.  Anda lupa logika yang sederhana,  ada rumah berarti ada yang membuat rumah,  dan pembuat rumah menggunakan bahan2 serta alat untuk membuat rumah.

Kata-kata Buddha : atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah,  bukan berarti Buddha menentang / oposan terhadap Pembuat Rumah,  hal itu termasuk cara pengajaran yang dilakukan oleh Buddha guna lebih menegaskan pentingnya usaha untuk mengalahkan nafsu keinginan yang melekat,  agar mencapai tujuan akhir.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 22, 2010, 02:01:49 PM
Untuk @eirdnehl.   Terima kasih atas penjelasannya.   Yang jelas dalam Puppha Vagga juga tidak ada satu baitpun yang bicara tentang : para siswa Sang Buddha,  yang ada satu bait tentang siswa yang masih berlatih.   Berkaitan dengan pendapat Sangha dan Bikku tentang Tuhan Yang Maha Esa,  sudah ada postingan saya di Forsa ini,  bisa ditelusuri.   Juga ada postingan saya tentang publikasi WALUBI berdasarkan Konsensus Nasional Umat Buddha Indonesia,  antara lain berisi seruannya untuk memperkuat keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sorry,  saya tidak berniat menjadikan anda sebagai tameng.  Ini diskusi bebas,  berbeda pendapat sah2 saja,  yang penting argumentasinya bisa dipertanggung-jawabkan.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 22, 2010, 02:36:35 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 02:01:49 PM
Untuk @eirdnehl.   Terima kasih atas penjelasannya.   Yang jelas dalam Puppha Vagga juga tidak ada satu baitpun yang bicara tentang : para siswa Sang Buddha,  yang ada satu bait tentang siswa yang masih berlatih.   Berkaitan dengan pendapat Sangha dan Bikku tentang Tuhan Yang Maha Esa,  sudah ada postingan saya di Forsa ini,  bisa ditelusuri.   Juga ada postingan saya tentang publikasi WALUBI berdasarkan Konsensus Nasional Umat Buddha Indonesia,  antara lain berisi seruannya untuk memperkuat keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sorry,  saya tidak berniat menjadikan anda sebagai tameng.  Ini diskusi bebas,  berbeda pendapat sah2 saja,  yang penting argumentasinya bisa dipertanggung-jawabkan.

OK...
Btw, siswa yang masih berlatih pada bait 2 itu jelas2 merujuk sebagai siswa Sang Buddha yang masih berlatih (belum mencapai pencerahan), kemudian dengan jalan kebajikan yang dijelaskan pada bait-bait seterusnya, dan pada bait 16 disebutkan bahwa siswa Sang Buddha yang telah mencapai pencerahan akan menerangi dunia dengan kebijaksanaannya...

Mengenai (Ke)-Tuhan-(an) YME, ini cuma anda akan temui di Indonesia. Karena apa? Karena sila pertama dari Pancasila kita yang jelas2 berlandaskan dari "Ketuhanan Yang Maha Esa" (perhatikan: bukan 'Tuhan Yang Maha Esa'), dan agama Buddha di Indonesia menyesuaikan dengan landasan negara kita.
Dalam ajaran Buddhism sendiri tidak ada ajaran mengenai Tuhan YME, yang bersifat personal dan eksternal yang mempengaruhi hidup manusia.

Berbeda pendapat sah2 saja. Dalam Buddhism sendiri tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan. Contohnya: ajaran Buddha Maitreya tetap ok2 saja pake nama 'Buddha', padahal klo diliat-liat ajarannya lebih cocok/mirip dengan agama Kristen. Atau Buddha Bar yang masih tetap beroperasi sampai sekarang.

Memiliki pandangan yang salah pun sebenarnya tidak apa2. Ibaratnya punya mobil yang rusak (remnya blong) tidak masalah.
Yang jadi masalah itu:
1. Tidak menyadari memiliki pandangan yang salah/tidak menguji pandangan yang salah ini (tidak melakukan pengecekan terhadap mobil anda secara berkala sehingga tidak tahu klo rem-nya blong)
2. Tahu klo punya pandangan yang salah tapi tidak berusaha mencari tau yang benarnya seperti apa (tau klo rem mobilnya blong, tapi tidak mau memperbaiki)
3. Atau yang paling parah, mempengaruhi orang lain dengan pandangan yang salah ini. (Mengajak orang lain utk naik mobil yang remnya blong, akhirnya kecelakaan dan bawa2 orang lain, entah karena tidak tau remnya blong (point 1) atau karena ignorant (point 2). Masih mending kalau orang yang diajak ini mau ngecek terlebih dahulu.) :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 22, 2010, 02:49:30 PM
Ha ha ha.  Boleh-boleh juga mengibaratkan punya mobil rusak yang remnya blong.  Tinggal pilih saja,  itu ibarat untuk orang beriman kepada Tuhan YME atau untuk orang tidak beriman.  Eh,  apa anda ngga salah menyebut bait-16  ?  Yang anda sebutkan itu penafsiran anda kan ? ??? ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 22, 2010, 03:02:45 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 02:49:30 PM
Ha ha ha.  Boleh-boleh juga mengibaratkan punya mobil rusak yang remnya blong.  Tinggal pilih saja,  itu ibarat untuk orang beriman kepada Tuhan YME atau untuk orang tidak beriman.  Eh,  apa anda ngga salah menyebut bait-16  ?  Yang anda sebutkan itu penafsiran anda kan ? ??? ::)

Hahaha, analogi itu untuk semuanya...
Yang penting kan kalimat terakhir yg saya tuliskan: "yg penting ngecek terlebih dahulu". Kalau sudah yakin rem-nya OK, dan nantinya mobilnya ok atau tetap masuk jurang kan sudah ga ada penyesalan, hehehe :D

Mengenai bait ke-16 itu kan udah jelas kalau dibaca dari bait 1 sampai bait 16? Ditambah dengan asal usul kedua bait terakhir dalam Kisah Garahadinna.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 22, 2010, 03:15:40 PM
Ha ha ha.  Ngga bisa begitu bung.  Itu namanya mempengaruhi orang lain dengan pandangan yang belum tentu benar.   Sampaikan saja bait-16 seutuhnya dan selengkapnya,  jangan ditambahi dan jangan dikurangi.  Dan jangan anda menguraikan bait 1 s/d bait 16 sesuai pendapat anda sendiri,  sampaikan seutuhnya dan selengkapnya saja.  Itu lebih fair.   :D

Dan kalau ada yang menafsirkan  Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna  =  Sang Buddha Gautama,  dengan alasan bahwa tidak ada satupun bait2 sebelumnya membicarakan tentang Para Siswa Sang Buddha,  boleh2 saja kan ? ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 22, 2010, 03:34:55 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 03:15:40 PM
Ha ha ha.  Ngga bisa begitu bung.  Itu namanya mempengaruhi orang lain dengan pandangan yang belum tentu benar.   Sampaikan saja bait-16 seutuhnya dan selengkapnya,  jangan ditambahi dan jangan dikurangi.  Dan jangan anda menguraikan bait 1 s/d bait 16 sesuai pendapat anda sendiri,  sampaikan seutuhnya dan selengkapnya saja.  Itu lebih fair.   :D

???
Gimana sih? Ga ngerti...
Saya ga menambahi atau mengurangi.
Namanya juga bait ke-16, berarti ada bait 1 sampai 15...
Dan anda sendiri yang menantang utk membaca sutta ini secara utuh...
Kutip
Iya,  Puppha Vagga yang terdiri dari 16 sutta / bait.  Sekali lagi,  buktikan kalau saya cuma mencomot satu bagian dan mengabaikan bagian lain.   Jangan asal menuduh tanpa alasan yang benar.   Sampaikan di thread ini jika dari 16 sutta itu ada yang mendukung kebenaran tafsiran anda.

Dan kalau dibaca juga sudah jelas seperti yang saya sampaikan....
Coba liat:
Bait 1: Siapa?
Bait 2: Siswa (Sang Buddha) yang masih berlatih menyelidiki jalan kebajikan
Bait 3-14: Jalan kebajikan
Bait 15-16: Kesimpulan (liat referensi bait 14 yg mengatakan "yg telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna")

Bait ke-16 sendiri asal usulnya juga ada, dan konteksnya juga sama seperti yang saya sampaikan...

Bahkan kalau mau diliat dari bait 16 saja:
"Begitu juga di antara orang duniawi, siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna (siswa Sang Buddha yang telah mencapai Pencerahan Sempurna), bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya"
Saya rasa cukup jelas...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 22, 2010, 03:40:40 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 03:15:40 PM
Ha ha ha.  Ngga bisa begitu bung.  Itu namanya mempengaruhi orang lain dengan pandangan yang belum tentu benar.   Sampaikan saja bait-16 seutuhnya dan selengkapnya,  jangan ditambahi dan jangan dikurangi.  Dan jangan anda menguraikan bait 1 s/d bait 16 sesuai pendapat anda sendiri,  sampaikan seutuhnya dan selengkapnya saja.  Itu lebih fair.   :D

Hehehe, saya bisa ngasih analogi untuk anda:
Anda penjual mobil Toy**a yang bilang rem-nya ga bermasalah. Trus saya sebagai konsumen komplain kalau remnya bermasalah. Anda menantang untuk membuktikan. Saya buktikan ternyata memang remnya bermasalah karena sering tersangkut dengan karpet mobil. Anda ngotot kalau karpet mobil ga ada hubungannya sama rem....
Lah, pabrik Toy**a sendiri kenyataannya menarik produksinya koq...

:D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 22, 2010, 05:44:15 PM
Kutip dari: eirdnehl pada April 22, 2010, 03:34:55 PM
Bahkan kalau mau diliat dari bait 16 saja:
"Begitu juga di antara orang duniawi, siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna (siswa Sang Buddha yang telah mencapai Pencerahan Sempurna), bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya"
Saya rasa cukup jelas...

Ah,  rasanya kok tambah ngga jelas ya.   Siapa nama siswa Sang Buddha yang telah mencapai Pencerahan Sempurna itu ? ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 23, 2010, 10:21:54 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 01:07:49 PMBahan pembuat rumah yang dimaksud adalah nafsu duniawi yang melekat.  Dikatakan oleh Sang Buddha  :  atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah.  Atapmu dan tiang belandarmu berarti atap dan tiang belandar milik pembuat rumah.  Atap dan tiang belandar merupakan ibarat dari bahan-bahan untuk membuat rumah.   Dan bahan-bahan tersebut sejatinya adalah nafsu keinginan yang melekat pada diri seorang manusia.   Apa istilah yang tepat untuk menyatakan bahwa nafsu keinginan tersebut sudah berhasil diruntuhkan dan dipatahkan,  jika bukan mengalahkannya ?  Jadi,  pertanyaan anda,  bahan pembuat rumah kok dikalahkan,  justru pertanyaan yang aneh.   Keanehan anda timbul karena kekeliruan pendapat anda yang pernah anda sampaikan pada postingan terdahulu,  yang menyatakan bahwa Pembuat Rumah adalah Nafsu Keinginan yang melekat / bahan pembuat rumah.  Anda lupa logika yang sederhana,  ada rumah berarti ada yang membuat rumah,  dan pembuat rumah menggunakan bahan2 serta alat untuk membuat rumah.

Kata-kata Buddha : atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah,  bukan berarti Buddha menentang / oposan terhadap Pembuat Rumah,  hal itu termasuk cara pengajaran yang dilakukan oleh Buddha guna lebih menegaskan pentingnya usaha untuk mengalahkan nafsu keinginan yang melekat,  agar mencapai tujuan akhir.
Ini yang aku maksud anda menafsirkan seenak udel. Bahan pembuat rumah jelas bukan nafsu. nafsu bukan bahan untuk membuat rumah. nafsu adalah penyebab atau dalam konteks ini 'si pembuat rumah' itu sendiri. Karena si pembuat rumah tidak mengacu pada sosok personal.

Bahan untuk membuat rumah, sekali lagi, adalah lima kelompok kehidupan, bukan nafsu. Ini sudah dijelaskan dalam Asivisopama Sutta (sutta tentang ular-ular berbisa).

Dalam 4 kesunyataan mulia, dijabarkan bahwa penyebab kelahiran berulang adalah nafsu keinginan. Sekali lagi, nafsu adalah penyebab, si pembuat rumah, bukan bahannya.

Ajaib sekali, anda menafsirkan hanya berdasar satu kalimat dari sutta yang anda tafsirkan sendiri. Dan anda ngotot membantah mereka yang mempelajari dan mendalami Buddhisme hanya dengan modal macam itu :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 23, 2010, 10:26:16 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 05:44:15 PM
Ah,  rasanya kok tambah ngga jelas ya.   Siapa nama siswa Sang Buddha yang telah mencapai Pencerahan Sempurna itu ? ;D
Sebelumnya pahami dulu ini:
-Yang mencapai penerangan sempurna/pencerahan sempurna adalah Sang Buddha.
Pahami kalimat ini sebagai siswa dari 'Sang Buddha yang yang telah mencapai pencerahan sempurna'. Bukan 'siswa dari sayng Buddha' yang telah mencapai penerangan sempurna. Bisa pahami beda kedua kalimat itu?

-Kebijaksanaan tidak hanya dimiliki Sang Buddha, tapi juga semua yang melatih diri dan pi9kiran mereka sehingga mencapai panna (kebijaksanaan). Dan mereka yang meraih kebijaksanaan ini akan membantu mereka yang masih diluti ketidaktahuan dan kebodohan (moha), itu makna dari menerangi dunia yang gelap dengan kebijaksanaan.

Dan sekali lagi, anda bisa ngasih literatur lain dimana ada yang menyebut diri ' siswa Tuhan' atau 'murid Tuhan'? ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 23, 2010, 10:45:41 AM
Kutip dari: eirdnehl pada April 22, 2010, 03:02:45 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 22, 2010, 02:49:30 PM
Ha ha ha.  Boleh-boleh juga mengibaratkan punya mobil rusak yang remnya blong.  Tinggal pilih saja,  itu ibarat untuk orang beriman kepada Tuhan YME atau untuk orang tidak beriman.  Eh,  apa anda ngga salah menyebut bait-16  ?  Yang anda sebutkan itu penafsiran anda kan ? ??? ::)

Hahaha, analogi itu untuk semuanya...
Yang penting kan kalimat terakhir yg saya tuliskan: "yg penting ngecek terlebih dahulu". Kalau sudah yakin rem-nya OK, dan nantinya mobilnya ok atau tetap masuk jurang kan sudah ga ada penyesalan, hehehe :D

Mengenai bait ke-16 itu kan udah jelas kalau dibaca dari bait 1 sampai bait 16? Ditambah dengan asal usul kedua bait terakhir dalam Kisah Garahadinna.

Betul,  jelas sekali keterkaitan bait 1 - 16 dengan Kisah Garahadinna.   Kisah itu sangat menarik, memberi pelajaran kepada kita bagaimana buah dari kebajikan telah menyelamatkan Sang Buddha beserta pengikutnya dari jebakan orang jahat yang memusuhinya.  Bukan hanya menyelamatkan Sang Buddha,  buah dari kebajikan itu juga berhasil menyelamatkan orang jahat yang tadinya memusuhi.   Berniat menjebak,  dengan mengundang Sang Buddha beserta 500 bikku pengikutnya,  dan si pengundang ini sama sekali tidak menyediakan makanan dan minuman seperti layaknya pengundang.  Dan ketika Sang Buddha selamat dari jebakan,  si pengundang yang jahat itu justru diselamatkan dari rasa malu,  karena dengan cara yang di luar akal,  makanan dan minuman untuk undangan dan tuan rumah tersedia dengan tiba-tiba.  Sang Buddha mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kebajikan.

Dan jalan kebajikan lebih dijelaskan dalam bait-bait Puppha Vagga / Bunga-bunga.  Dan bait 15 - 16 disampaikan oleh Sang Buddha setelah kejadian dalam Kisah Garahadinna.  Bait2 Puppha Vagga,  kecuali bait 14 yang bicara tentang Mara tidak bisa menemukan jejak manusia yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna,  bicara tentang jalan kebajikan.  Harumnya bunga tidak bisa melawan angin,  harumnya kebajikan dapat melawan angin.   Bunga yang indah tetapi tidak berbau harum,  sama dengan tidak bermanfaatnya kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang tidak melaksanakan ( kebajikan ).  Kata-kata mutiara dari orang bijaksana yang banyak melakukan kebajikan,  bagaikan sekuntum bunga yang indah serta berbau harum.  Kebajikan dan kebijaksanaan dapat dimiliki oleh setiap orang,  dan tidak tergantung kepada pangkat,  jabatan,  kekuasaan yang dimiliki orang itu.   Oleh sebab itu,  seperti dari tumpukan sampah yang dibuang di tepi jalan,  dapat tumbuh bunga teratai yang berbau harum dan menyenangkan hati ( bait-15 ).  Dan seperti itulah  (  Begitu juga di antara orang duniawi ),  Sang Buddha Gotama bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya. :)


Kutip dari: eirdnehl pada April 22, 2010, 02:36:35 PM

Berbeda pendapat sah2 saja. Dalam Buddhism sendiri tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan. Contohnya: ajaran Buddha Maitreya tetap ok2 saja pake nama 'Buddha', padahal klo diliat-liat ajarannya lebih cocok/mirip dengan agama Kristen. Atau Buddha Bar yang masih tetap beroperasi sampai sekarang.

Memiliki pandangan yang salah pun sebenarnya tidak apa2. Ibaratnya punya mobil yang rusak (remnya blong) tidak masalah.
Yang jadi masalah itu:
1. Tidak menyadari memiliki pandangan yang salah/tidak menguji pandangan yang salah ini (tidak melakukan pengecekan terhadap mobil anda secara berkala sehingga tidak tahu klo rem-nya blong)
2. Tahu klo punya pandangan yang salah tapi tidak berusaha mencari tau yang benarnya seperti apa (tau klo rem mobilnya blong, tapi tidak mau memperbaiki)
3. Atau yang paling parah, mempengaruhi orang lain dengan pandangan yang salah ini. (Mengajak orang lain utk naik mobil yang remnya blong, akhirnya kecelakaan dan bawa2 orang lain, entah karena tidak tau remnya blong (point 1) atau karena ignorant (point 2). Masih mending kalau orang yang diajak ini mau ngecek terlebih dahulu.) :)

Analogi yang anda sampaikan di atas,  termasuk apa yang disebut dengan cara berpikir positif.   Semua agama,  Islam,  Kristen,  Hindu,  Buddha,  mengajarkan cara berfikir positif.   Di Ajaran Agama Islam,  cara berfikir positif itu disebut dengan istilah Ijtihad  (  Ijtihad,  bukan Jihad ).  Ijtihad di Islam merupakan Hukum Penalaran yang berbasis prasangka baik / niat baik,  merupakan hukum yang ke tiga setelah Al-Quran dan Hadist.   Dan cara berpikir positif yang diajarkan oleh agama-agama itu,  menurut pendapat saya,  merupakan sumbangan terbesar bagi kemajuan sains. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 23, 2010, 10:58:29 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 23, 2010, 10:45:41 AMOleh sebab itu,  seperti dari tumpukan sampah yang dibuang di tepi jalan,  dapat tumbuh bunga teratai yang berbau harum dan menyenangkan hati ( bait-15 ).  Dan seperti itulah  (  Begitu juga di antara orang duniawi ),  Sang Buddha Gotama bersinar menerangi dunia yang gelap ini dengan kebijaksanaannya. :)
Suttanya membahas tentang siswa Sang Buddha, yang kebijaksanaannya menerangi dunia yang gelap. Jika bicara tentang Sang Buddha, tidak perlu ia menyebut diri 'siswa sang Buddha'.

Sekali lagi, anda paham makna dari sebutan 'Samma Sambuddha'?

Kutip dari: semut-ireng pada April 23, 2010, 10:45:41 AMAnalogi yang anda sampaikan di atas,  termasuk apa yang disebut dengan cara berpikir positif.   Semua agama,  Islam,  Kristen,  Hindu,  Buddha,  mengajarkan cara berfikir positif.   Di Ajaran Agama Islam,  cara berfikir positif itu disebut dengan istilah Ijtihad  (  Ijtihad,  bukan Jihad ).  Ijtihad di Islam merupakan Hukum Penalaran yang berbasis prasangka baik / niat baik,  merupakan hukum yang ke tiga setelah Al-Quran dan Hadist.   Dan cara berpikir positif yang diajarkan oleh agama-agama itu,  menurut pendapat saya,  merupakan sumbangan terbesar bagi kemajuan sains. :)
Tentu saja sedikit banyak tiap agama memiliki kesamaan, tapi untuk menyebut semua agama sama hanya berdasar kesamaan, apalagi sampai menganggap sosok agama lain sebagai nabi agamanya, itu sudah lain soal.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 23, 2010, 01:45:44 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 23, 2010, 10:58:29 AM

Suttanya membahas tentang siswa Sang Buddha, yang kebijaksanaannya menerangi dunia yang gelap. Jika bicara tentang Sang Buddha, tidak perlu ia menyebut diri 'siswa sang Buddha'.

Sekali lagi, anda paham makna dari sebutan 'Samma Sambuddha'?

Bukan.  Sutta / baitnya tidak membahas tentang siswa Sang Buddha.  Suttanya merupakan penutup dari bahasan / ajaran tentang jalan kebajikan,  semacam kesimpulan dari bait 1 - 15 Puppha Vagga / Bunga-bunga.  Dalam kesimpulan itu,  bait 16,  disebutkan bukan siswa Sang Buddha,  tetapi Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna.   Penyebutan ( sekali lagi bukan pembahasan ) Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna untuk ditauladani - dijadikan panutan -,  karena kebijaksanaannya menerangi dunia yang gelap.

Dari 16 sutta / bait Puppha Vagga,  penggunaan kata siswa hanya pada bait-2 dan 16.  Di bait-2 disebutkan sekka, yaitu siswa yang masih berlatih. 

Tentang istilah samma sambuddha, tinggal google saja.


Kutip dari: Pi-One pada April 23, 2010, 10:58:29 AM

Tentu saja sedikit banyak tiap agama memiliki kesamaan, tapi untuk menyebut semua agama sama hanya berdasar kesamaan, apalagi sampai menganggap sosok agama lain sebagai nabi agamanya, itu sudah lain soal.


Jangan salah paham,  saya tidak pernah menyebut semua agama sama.  Yang saya katakan adalah semua agama tujuannya sama.   Dan jika ada seorang muslim mengatakan,  bahwa Pythagoras itu adalah Nabi,  hal itu bukan berarti Pythagoras nabinya orang yang beragama Islam.  Dan jika saya,  muslim,  mengatakan bahwa Sang Buddha Gotama adalah Nabi / Utusan Allah SWT,  itu juga bukan berarti saya menganggap Sang Buddha nabinya orang muslim,  tetapi lebih merupakan cara penghormatan saya bahwa kedudukan beliau adalah di atas para Wali  yang saya yakini adanya.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: eirdnehl pada April 23, 2010, 05:08:20 PM
Wkwkwk...tambah aneh aja...:D

Coba semut kalau baca kalimat seperti ini persepsinya bagaimana:
"Begitu juga di antara orang-orang yang hadir, siswa Guru Bahasa Inggris yang fasih, berpidato di atas panggung"

Yang berpidato itu gurunya atau siswanya?
Yang fasih itu gurunya atau siswanya?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 23, 2010, 09:24:28 PM
Kutip dari: eirdnehl pada April 23, 2010, 05:08:20 PM
Wkwkwk...tambah aneh aja...:D

Coba semut kalau baca kalimat seperti ini persepsinya bagaimana:
"Begitu juga di antara orang-orang yang hadir, siswa Guru Bahasa Inggris yang fasih, berpidato di atas panggung"

Yang berpidato itu gurunya atau siswanya?
Yang fasih itu gurunya atau siswanya?

Bukannya anda yang tambah aneh,  suka sekali buat analogi untuk membenarkan argumentasi anda ? ::)  Memangnya bisa ?   Saya justru ingin tahu bagaimana penjelasan anda terhadap analogi yang anda buat itu,  sejauh mana  " cespleng "-nya bisa membenarkan argumentasi anda berkaitan dengan  "  siswa Sang Buddha yang telah mencapai Pencerahan Sempurna " yang anda tambahkan di sutta / bait-16 itu.   Saya tanyakan siapa namanya,  anda tidak menjawab.   Lebih2 jika saya tanyakan,  kebijaksanaan macam apa,  dimuat di kitab / buku apa, kok sedemikian hebatnya siswa sang Buddha itu sampai dikatakan oleh bung @Pi-One :  Suttanya membahas tentang siswa Sang Buddha,  yang kebijaksanaannya menerangi dunia yang gelap ......... :D

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 23, 2010, 10:25:19 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 23, 2010, 01:45:44 PMBukan.  Sutta / baitnya tidak membahas tentang siswa Sang Buddha.  Suttanya merupakan penutup dari bahasan / ajaran tentang jalan kebajikan,  semacam kesimpulan dari bait 1 - 15 Puppha Vagga / Bunga-bunga.  Dalam kesimpulan itu,  bait 16,  disebutkan bukan siswa Sang Buddha,  tetapi Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna.   Penyebutan ( sekali lagi bukan pembahasan ) Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna untuk ditauladani - dijadikan panutan -,  karena kebijaksanaannya menerangi dunia yang gelap.
Hahaha.... Dan anda sendiri yang ngotot kalau itu itu membicarakan Buddha sebagai siswa Buddha lain? Padahal sutta itu diucapkan Sang Buddha, dan jika mau dikaitkan dengan bait sebelumnya justru gak nyambung. Dan entah kenapa anda amat membedakan antara sang Buddha dengan Sang Buddha YangMaha Sempurna. Padahal keduanya sama saja.

Kutip dari: semut-ireng pada April 23, 2010, 01:45:44 PMTentang istilah samma sambuddha, tinggal google saja.
Dan anda sudah melakukannya? Sudah memeriksa apa gelar Samma Sambuddha itu untuk Buddha Gautama atau untuk 'Tuhan'? :)

Kutip dari: semut-ireng pada April 23, 2010, 01:45:44 PMJangan salah paham,  saya tidak pernah menyebut semua agama sama.  Yang saya katakan adalah semua agama tujuannya sama.   Dan jika ada seorang muslim mengatakan,  bahwa Pythagoras itu adalah Nabi,  hal itu bukan berarti Pythagoras nabinya orang yang beragama Islam.  Dan jika saya,  muslim,  mengatakan bahwa Sang Buddha Gotama adalah Nabi / Utusan Allah SWT,  itu juga bukan berarti saya menganggap Sang Buddha nabinya orang muslim,  tetapi lebih merupakan cara penghormatan saya bahwa kedudukan beliau adalah di atas para Wali  yang saya yakini adanya.
Dan apa definisi Nabi? utusan Tuhan? Buddha bukan utusan Tuhan atau dewa manapun, lantas mengapa anda ngotot ia Nabi? Dan tujuan? Apa tujuan Buddhisme? dan apa tujuan Islam? Apa benar sama?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 23, 2010, 10:30:19 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 23, 2010, 09:24:28 PM
Bukannya anda yang tambah aneh,  suka sekali buat analogi untuk membenarkan argumentasi anda ? ::)  Memangnya bisa ?   Saya justru ingin tahu bagaimana penjelasan anda terhadap analogi yang anda buat itu,  sejauh mana  " cespleng "-nya bisa membenarkan argumentasi anda berkaitan dengan  "  siswa Sang Buddha yang telah mencapai Pencerahan Sempurna " yang anda tambahkan di sutta / bait-16 itu.   Saya tanyakan siapa namanya,  anda tidak menjawab.   Lebih2 jika saya tanyakan,  kebijaksanaan macam apa,  dimuat di kitab / buku apa, kok sedemikian hebatnya siswa sang Buddha itu sampai dikatakan oleh bung @Pi-One :  Suttanya membahas tentang siswa Sang Buddha,  yang kebijaksanaannya menerangi dunia yang gelap ......... :D
Iya, suttanya membahas tentang siswanya, bukan tentang Sang Buddha.

Suttanya jika dirunut dari awal ampai akhir membicarakan tentang para siswa Sang Buddha, sejak mereka masih belum terlatih (sekha) dan terus melatih diri, memadamkan hawa nafsu, hingga mereka mencapai pencerahan (menjadi arahat). Dan setelah menjadi arahat, kebijaksanaan mereka akan membantu dalam menyingkirkan kebodohan dan ketidaktahuan dari orang -orang di sekitar mereka. (periksa bait keenam sebagai keterkaitannya)

Dan anda tak bisa menanyakan siapa namanya, karena sutta tersebut tidak membahas individual, tapi semua siswa sang Buddha yang berhasil melatih diri dari awalnya sekha (masih belajar)hingga berkembang menjadi asekha (mahir - yang latihannya sudah selesai). Sariputta, Moggalkana, Ananda, Maha Kassapadan sekian banyak arahat termasuk diantaranya.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 24, 2010, 09:48:06 AM
Pertama kali anda mengartikan "  para siswa Sang Buddha ",  kemudian setelah eirdnehl mengartikan  "  siswa Sang Buddha  ",  anda ikut2an eirdnehl,  dan sekarang balik lagi ke para siswa,  bahkan anda perluas menjadi semua siswa Sang Buddha yang berhasil melatih diri  ....termasuk sekian banyak Arahat.   Baiklah.  Sebut saja ada 500 Arahat yang mengajarkan Dhamma,  tersebar di seluruh penjuru dunia.  Maka,  kebijaksanaannya akan bersinar menerangi dunia yang gelap.   Apa yang dimaksud dengan "  kebijaksanaannya " ?  Apakah kebijaksanaan " para siswa Sang Buddha " / para Arahat,  atau kebijaksanaan  Sang Buddha Gotama / Dhamma yang diajarkan oleh para Arahat itu  ?? :D

@eirdnehl.  Saya masih menunggu penjelasan analogi anda.  Maaf ya,  saya cuma ingin membandingkan cespleng-nya analogi2 anda dengan analogi2 Sang Buddha Gotama.  Analogi buatan Nabi dan analogi buatan anda,  lebih cespleng mana.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 24, 2010, 02:17:04 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 24, 2010, 09:48:06 AM
Pertama kali anda mengartikan "  para siswa Sang Buddha ",  kemudian setelah eirdnehl mengartikan  "  siswa Sang Buddha  ",  anda ikut2an eirdnehl,  dan sekarang balik lagi ke para siswa,  bahkan anda perluas menjadi semua siswa Sang Buddha yang berhasil melatih diri  ....termasuk sekian banyak Arahat.   Baiklah.  Sebut saja ada 500 Arahat yang mengajarkan Dhamma,  tersebar di seluruh penjuru dunia.  Maka,  kebijaksanaannya akan bersinar menerangi dunia yang gelap.   Apa yang dimaksud dengan "  kebijaksanaannya " ?  Apakah kebijaksanaan " para siswa Sang Buddha " / para Arahat,  atau kebijaksanaan  Sang Buddha Gotama / Dhamma yang diajarkan oleh para Arahat itu  ?? :D
Mau lebih tegas lagi?

Sutta tentang bunga (Puppa Vagha) itu membahas tentang para siswa sang Buddha. Kebijaksanaan yang dimaksud tentu milik para siswa Sang Buddha. Menenrangi dunia yang gelap adalah saat para siswa ini membantu manusia di berbagai tempat untuk menyingkirkan ketidaktahuan dan kebodohan.

Bukan berarti Buddha sendiri tidak memiliki kebijaksanaan. Tapi sutta di atas memang sedang membahas tentang para siswa. Jika tidak, kenapa di bait lain terus bicara tentang para siswa? Tentang perbedaan antara mereka yang bijaksana dan tak bijaksana? Yang memahami dan mempraktekkan kebajikan dengan yang tak mempraktekkan? Lucu juga jika di awal bicara tentang siswa Beliau, tahu-tahu di bagian penutup malah bicara tentang kebijaksanaan diri sendiri. Memang sutta itu untuk pamer?

Sungguh menakjugkan tafsiran anda. Saat Buddha bicara tentang  'si pembuat rumah' yakni Tanha, anda tafsirkan si pembuat rumah sebagai sosok Tuhan. Saat Buddha bicara tentang para siswa yang melatih diri hingga meraih kebijaksanaan, anda tafsirkan Buddha sendiri yang jadi siswa. Berikutnya apa? Kelahiran berulang mau anda tafsirkan sebagai apa?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 24, 2010, 05:50:27 PM
Kenapa saya harus percaya kepada tafsiran anda tentang Puppha Vagga,  sedangkan saya ketahui anda pernah mengganti / menambahi kata pada bait2 Dhammapada untuk membenarkan argumentasi anda ??  ???  " ......engkau telah kulihat. " pada postingan anda pernah anda ganti menjadi  " ....engkau t'lah terlihat.  ".   "  Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna  "  pada postingan anda pernah anda ganti menjadi  "  Siswa Guru Agung Sang Buddha Yang Maha Sempurna. "

Sama dengan @eirdnehl,  saya memintanya untuk menyampaikan bait yang dimaksud apa adanya,  jangan ditambahi maupun dikurangi kata-katanya,  agar lebih fair.  Tetapi masih saja ditambahi penjelasan dalam tanda kurung,  Penjelasan dalam tanda kurung itu adalah tafsiran dia sendiri.   Apakah cara-cara seperti itu bisa dibilang fair  ? ???


Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 25, 2010, 08:09:52 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 24, 2010, 05:50:27 PM
Kenapa saya harus percaya kepada tafsiran anda tentang Puppha Vagga,  sedangkan saya ketahui anda pernah mengganti / menambahi kata pada bait2 Dhammapada untuk membenarkan argumentasi anda ??  ???  " ......engkau telah kulihat. " pada postingan anda pernah anda ganti menjadi  " ....engkau t'lah terlihat.  ".   "  Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna  "  pada postingan anda pernah anda ganti menjadi  "  Siswa Guru Agung Sang Buddha Yang Maha Sempurna. "

Sama dengan @eirdnehl,  saya memintanya untuk menyampaikan bait yang dimaksud apa adanya,  jangan ditambahi maupun dikurangi kata-katanya,  agar lebih fair.  Tetapi masih saja ditambahi penjelasan dalam tanda kurung,  Penjelasan dalam tanda kurung itu adalah tafsiran dia sendiri.   Apakah cara-cara seperti itu bisa dibilang fair  ? ???



Menambahkan? Semua sutta Tipitaka ditulis dalam bahasa Pali, dan yang kusampaikan adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia. Terjemahan boleh berubah, tapi maknanya tak berubah kan?

mau membandingkan dengan anda, yang secara ajaib menafsirkan hanya satu bait, lebih spesifik lagi, bagian kata tertentu, yakni siswa Sang Buddha yang maha sempurna, yang secara ajaib lagi anda tafsirkan sebagai siswa Tuhan yang maha esa? Dengan tafsiran itu anda seakan membicarkan satu ajaran yang benar-benar asing, bukan Buddhisme. Karena Buddhisme gak mengenal apa yang anda sebut 'Siswa Tuhan'...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 25, 2010, 11:20:13 AM
Ha ha ha.  Maknanya tak berubah demi untuk mendukung argumentasi anda.   Ngga apa2,  dua hal  " terjemahan dari bahasa Pali " itu bisa kita abaikan.  :D

Tetapi saya tidak bisa mengabaikan jika ada orang yang memandang agama-agama dengan kaca mata kuda.  Anda tahu kan maksud saya ?  ;D   Saya ngga tahu kaca mata kuda itu buatan pabrik dari mana.  Saya  hanya bisa menduga  mungkin buatan bangsa yang dulu pernah menjajah Indonesia.   Menonjolkan perbedaan dan  menciptakan jurang pemisah.   Padahal kalau mau jujur,  kita bisa menonjolkan kesamaan.   Dan mungkin jika mau meneliti lebih dalam,  lebih banyak kesamaannya dibandingkan dengan perbedaannya. 

Contohnya,  seperti dalam Kisah Garahadinna,  Sang Buddha menjamu lebih dari 500 orang,  tanpa seorangpun tahu dari mana datangnya makanan dan minuman itu.  Di Alkitab kisah semacam itu juga ada,  dari bekal yang dibawa muridnya hanya 5 potong roti dan 2 ikan, Yesus  bisa memberi makan 5000 orang,  dan sisa makanan masih lebih dari 10 bakul.  Di Al-Quran juga ada,  dalam kisah tongkat Nabi Musa ketika Musa dihadapkan kepada ahli2 sihir Firaun,  juga ketika Musa melakukan perjalanan,  pada suatu tempat di tepi sungai,  bekal ikan asin yang dibawanya tiba2 menjadi hidup dan ikannya melompat ke air,  dan masih banyak lagi.

Soal anda memandang pendapat saya sebagai sesuatu yang ajaib,  juga ngga apa,  boleh2 saja.  ;D  Tapi entah anda tahu atau tidak,  bahwa di ajaran  Dhamma itu ada satu bait,  dimana kalimat terakhir merupakan suatu pertanyaan dari Sang Buddha  ? ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 25, 2010, 07:33:10 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 25, 2010, 11:20:13 AM
Ha ha ha.  Maknanya tak berubah demi untuk mendukung argumentasi anda.   Ngga apa2,  dua hal  " terjemahan dari bahasa Pali " itu bisa kita abaikan.  :D

Tetapi saya tidak bisa mengabaikan jika ada orang yang memandang agama-agama dengan kaca mata kuda.  Anda tahu kan maksud saya ?  ;D   Saya ngga tahu kaca mata kuda itu buatan pabrik dari mana.  Saya  hanya bisa menduga  mungkin buatan bangsa yang dulu pernah menjajah Indonesia.   Menonjolkan perbedaan dan  menciptakan jurang pemisah.   Padahal kalau mau jujur,  kita bisa menonjolkan kesamaan.   Dan mungkin jika mau meneliti lebih dalam,  lebih banyak kesamaannya dibandingkan dengan perbedaannya.

Contohnya,  seperti dalam Kisah Garahadinna,  Sang Buddha menjamu lebih dari 500 orang,  tanpa seorangpun tahu dari mana datangnya makanan dan minuman itu.  Di Alkitab kisah semacam itu juga ada,  dari bekal yang dibawa muridnya hanya 5 potong roti dan 2 ikan, Yesus  bisa memberi makan 5000 orang,  dan sisa makanan masih lebih dari 10 bakul.  Di Al-Quran juga ada,  dalam kisah tongkat Nabi Musa ketika Musa dihadapkan kepada ahli2 sihir Firaun,  juga ketika Musa melakukan perjalanan,  pada suatu tempat di tepi sungai,  bekal ikan asin yang dibawanya tiba2 menjadi hidup dan ikannya melompat ke air,  dan masih banyak lagi.

Soal anda memandang pendapat saya sebagai sesuatu yang ajaib,  juga ngga apa,  boleh2 saja.  ;D  Tapi entah anda tahu atau tidak,  bahwa di ajaran  Dhamma itu ada satu bait,  dimana kalimat terakhir merupakan suatu pertanyaan dari Sang Buddha  ? ::)
Sekali lagi, soal persamaan, tentu saja ada. Tapi itu tidak menjadikan agama-agama berbeda seabgai agama yang sama tau dari sumber yang sama. Misal anda ngotot mengatakan Buddha itu nabi, atau utusan Tuhan, sementara hal itu tak dikenal dalam Buddhisme itu sendiri, dalam hal ini siapa yang memakai kacamata kuda?

Soal kemampuan gaib, itu memang disinggung dalam Buddhisme. Mereka yang telah mencapai tingkat tertentu, dikatakan memiliki kemampuan batih tertentu pula. Tapi itu bukan hal penting, Buddhisme tidak bergantung pada kisah-kisah macam itu. bahkan ada kisah dimana Buddha menegur seorang bhikkhu yang lumpuh, yang menghabiskan waktu puluhan tahun untuk melatih diri agar mampu menyeberangi sungai tanpa membasahi telapak kaki, sementara hanya perlu uang beberapa peser untuk membayar tukang perahu.

Dan kadang aku merasa aneh dengan kisah dalam agama lain. Misal betapa kisah Petrus (kalau tak salah) yang dikatakan menyeberangi sungai tanpa membasahi telapak kaki, kisah ini memang amat mirip dengan kisah dalam Buddhisme, sementara kemampuan menyeberangi sungai tanpa membasahi telapak kaki bukanlah kemampuan yang dikenal di yerusalem saat itu. Atau kisah janda miskin dan persembahan dua peser uang. Atau pernahkah anda dengar kisah Josaphat dan Barlaam (yang sempat diangkat sebagai santo), kisahnya diketahui ternyata contekan dari kisah Buddha Gautama sendiri?

Sekali lagi, bukankah amat ajaib jika anda ngotot mengatakan Buddha sebagai nabi?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 25, 2010, 11:21:07 PM
Boleh2 saja menganggap aneh dan ajaib dan saya ngotot mengatakan Sang Buddha adalah Nabi.   Persoalannya hanyalah karena istilah  "  Nabi "  atau  "  Utusan  "  tidak dikenal dalam agama Buddha. 

Sang Buddha mengenal Tuhan,  dan  sangat  memahami cara-cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia,   dan  Sang Buddha menggunakan salah satu cara komunikasi dengan Tuhan itu untuk menyampaikan ajarannya.   Bukan dari sumber lain,  Kitab Suci Dhammapada adalah buktinya.  Bagi yang percaya silakan,  yang tidak percaya ya silakan juga.  Yang penting bukan hanya teori,  tetapi datang - lihat - dan buktikan sendiri.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 26, 2010, 07:49:53 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 25, 2010, 11:21:07 PM
Boleh2 saja menganggap aneh dan ajaib dan saya ngotot mengatakan Sang Buddha adalah Nabi.   Persoalannya hanyalah karena istilah  "  Nabi "  atau  "  Utusan  "  tidak dikenal dalam agama Buddha.  
Lebih dari itu. Masalahnya adalah apakah Dhamma itu ditemukan Buddha dengan usaha sendiri (seperti dalam ajaran Buddhisme), atau diwahyukan/diajarkan oleh sosok antah berantah seperti klaim anda. :)

Apa anda bisa terima, jika ada pihak yang mengatakan pada anda Muhammad bukan nabi terakhir?

Kutip dari: semut-ireng pada April 25, 2010, 11:21:07 PMSang Buddha mengenal Tuhan,  dan  sangat  memahami cara-cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia,   dan  Sang Buddha menggunakan salah satu cara komunikasi dengan Tuhan itu untuk menyampaikan ajarannya.   Bukan dari sumber lain,  Kitab Suci Dhammapada adalah buktinya.  Bagi yang percaya silakan,  yang tidak percaya ya silakan juga.  Yang penting bukan hanya teori,  tetapi datang - lihat - dan buktikan sendiri.
Dan bagaimana membuktikan klaim anda? Karena klaim anda soal Tuhan dalam Dhammapada amat ajaib. Anda seenaknya memilih bagian sutta tertentu dan anda tafsirkan sebagai Tuhan. Misal pembua rumah. Entah apa berikutnya.

Toh aku gak nemu tuh bagian yang mengatakan Buddha mengenal Tuhan (bukan Nibbana sebagai tujuan terakhir), atau paham cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia (ajran gaib dari mana lagi ini?).

Silakan anda kutip sutta dari Dhammapada, dan kita buktikan seajaib apa anda menafsirkan sutta tersebut :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 26, 2010, 08:42:27 AM
Ditemukan atas usaha sendiri,  ditemukan oleh diri sendiri.   Masalahnya,  untuk memahami diri sendiri itu bukan perkara mudah.   Sulit,  tetapi bukan tidak bisa dilakukan,  hal itu kan sedang anda bahas di thread sebelah.   Menghapuskan perbudakan diri sendiri oleh rasa aku / ego,  itu sulit.   Suttanya :  .....Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.    Dan masih banyak  lagi.

Cari,  pahami,  dan ketahui dirimu sendiri,  maka engkau akan mengenal Tuhanmu.

Ngga nemu cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia ??   Ada 3 cara,  salah satunya melalui Wahyu,  dan salah satunya seperti yang digunakan oleh Sang Buddha dalam mengajarkan Dhamma,  dan salah satunya lagi.........Semuanya ada di Al-Quran.
Inti sari ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha juga ada di Al-Quran.   Mau bukti  ?  Itu yang sedang anda ngeyeli di thread sebelah. 

Al-Quran diturunkan bukan hanya untuk orang beragama Islam,  tetapi untuk seluruh umat manusia.   Jika  ingin tahu cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia,  pelajari Al-Quran.  Tetapi jika anda ngga mau pelajari Al-Quran,   juga ngga apa2,   mungkin Al-Quran juga ngga mau anda dekati. ;D ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 26, 2010, 05:13:36 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 26, 2010, 08:42:27 AM
Ditemukan atas usaha sendiri,  ditemukan oleh diri sendiri.   Masalahnya,  untuk memahami diri sendiri itu bukan perkara mudah.   Sulit,  tetapi bukan tidak bisa dilakukan,  hal itu kan sedang anda bahas di thread sebelah.   Menghapuskan perbudakan diri sendiri oleh rasa aku / ego,  itu sulit.   Suttanya :  .....Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.    Dan masih banyak  lagi.

Cari,  pahami,  dan ketahui dirimu sendiri,  maka engkau akan mengenal Tuhanmu.

Ngga nemu cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia ??   Ada 3 cara,  salah satunya melalui Wahyu,  dan salah satunya seperti yang digunakan oleh Sang Buddha dalam mengajarkan Dhamma,  dan salah satunya lagi.........Semuanya ada di Al-Quran.
Inti sari ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha juga ada di Al-Quran.   Mau bukti  ?  Itu yang sedang anda ngeyeli di thread sebelah.  

Al-Quran diturunkan bukan hanya untuk orang beragama Islam,  tetapi untuk seluruh umat manusia.   Jika  ingin tahu cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia,  pelajari Al-Quran.  Tetapi jika anda ngga mau pelajari Al-Quran,   juga ngga apa2,   mungkin Al-Quran juga ngga mau anda dekati. ;D ;D
hahaha... Klaim anda kan? Sekali lagi, mana kutipan sutta Dhammapada yang mengatakan Buddha mengenal Tuhan? mengenal diri sendiri dan mengenal Tuhan adalah dua hal berbeda. Begitu pula soal mengendalikan diri sendiri. Kecuali anda mau pakai 'tafiran suka-suka' anda lagi. :)

Dan cara Sang Buddha, apanya yang Tuhan berkomunikasi dengan manusia?

Soal mengenal Alquran? perkara mengenal, gak masalah. Tapi masuk Islam? No thanks :)

Ajaran Sang Buddha ada di Islam? Lalu, bagaimana cara Islam mengtasi penderitaan? Samakah dengan cara Buddhisme? Dan dari mana sumber penderitaan dalam islam? Samakah dengan Buddhisme? :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 26, 2010, 11:21:26 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 26, 2010, 05:13:36 PM
mengenal diri sendiri dan mengenal Tuhan adalah dua hal berbeda.

1.   Dimana perbedaannya,  bisa jelaskan ?

2.   Sejauh mana anda mengenal diri anda sendiri  jika ada orang yang bertanya kepada anda : mengapa anda lahir sebagai laki2 dan bukan perempuan  ?  mengapa anda lahir menjadi manusia sebagai bangsa Indonesia dan bukan lahir menjadi manusia sebagai bangsa yang lain yang ada di dunia,  misalnya bangsa Jepang atau bangsa Rusia ? ;D


Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 27, 2010, 08:43:26 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 26, 2010, 11:21:26 PM1.   Dimana perbedaannya,  bisa jelaskan ?
Apa itu Tuhan? Apakah diri sendiri adalah Tuhan? Yang disebut 'diri' sejatinya adalah paduan konsep-konsep semta, dibentuk oleh 5 kelompok kehidupan. Buddhisme adalah ajaran tanpa aku (anatta).

Lalu, apa gerangan Tuhan yang anda samakan dengan diri?

Kutip dari: semut-ireng pada April 26, 2010, 11:21:26 PM2.   Sejauh mana anda mengenal diri anda sendiri  jika ada orang yang bertanya kepada anda : mengapa anda lahir sebagai laki2 dan bukan perempuan  ?  mengapa anda lahir menjadi manusia sebagai bangsa Indonesia dan bukan lahir menjadi manusia sebagai bangsa yang lain yang ada di dunia,  misalnya bangsa Jepang atau bangsa Rusia ? ;D
Lalu? menurut anda, jawabannya adalah semua itu ditentukan oleh sosok/pribadi yang disebut Tuhan? Sayangnya hukum Kammaphala dan Punnabhava tidak mengenal adanya sosok/pribadi yang emngatur semua itu. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 27, 2010, 10:03:53 AM
Hukum Kammaphala dan Punnabhava apa menjelaskan juga mengapa ada yang lahir menjadi laki2 dan mengapa ada yang lahir sebagai perempuan  ?  Dan apa menjelaskan juga mengapa ada yang dilahirkan oleh ibu dari bangsa Jepang atau bangsa Rusia,  atau bangsa Indonesia,  dstnya ? ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 27, 2010, 02:56:27 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 27, 2010, 10:03:53 AM
Hukum Kammaphala dan Punnabhava apa menjelaskan juga mengapa ada yang lahir menjadi laki2 dan mengapa ada yang lahir sebagai perempuan  ?  Dan apa menjelaskan juga mengapa ada yang dilahirkan oleh ibu dari bangsa Jepang atau bangsa Rusia,  atau bangsa Indonesia,  dstnya ? ::)
Kammaphala dan Punnabhava adalah hukum kamma dan tumimbal lahir (kelahiran kembali), menjelaskan berbagai akibat perbuatan (kamma) dan berbagai kelahiran serta penyebabnya. Aku gak tahu apakah lahir di bangsa tertentu itu dijelaskan atau tidak :), tapi soal lahir seabgai lelaki atau perempuan, sebagai dewa penghuni surga atau setan penghuni neraka, berwajah buruk atau indah dipandang, kaya atau miskin, serta berbagai perbedaan lain ada penjelasannya. Dan tidak ada dikatakan itu diatur oleh pribadi luar yang menguasai segalanya.

Tentu saja itu tidak membahas secara biologis apa penyebabnya, dan tidak bertentangan dengan penjelasan ilmiah. Karena keduanya paralel, kammaphala dan punnabhava tidak dimaksudkan untuk menggantikan sains. Kamma berbuah pada kondisi yang sesuai.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 28, 2010, 04:17:29 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 27, 2010, 02:56:27 PM
Dan tidak ada dikatakan itu diatur oleh pribadi luar yang menguasai segalanya.

Jika begitu,  orang yang sangat paham mengenai ke dua hukum itu,  bisa memilih tujuan yang diinginkan,  mau ke tujuan akhir,  atau tidak ke tujuan akhir dulu karena ingin tumimbal lahir menjadi manusia lagi berjenis  laki2 atau menjadi wanita.  ;D ;D

Siapakah yang menentukan bahwa pilihannya itu dipenuhi atau tidak tidak dipenuhi ?   Jika pilihannya itu dipenuhi,  siapa yang menentukan bahwa dia akan dilahirkan oleh  permaisuri raja atau oleh seorang ibu  dari rakyat jelata,  entah di Jawa,  di Thailand,  atau di negara Inggris sana. ::)

Dan dia hanya ingin memilih tujuan akhir,  karena memang tujuan Buddhisme adalah menunjukkan jalan untuk bebas dari siklus kehidupan,  bukankah pilihannya itu adalah suatu  "  nafsu keinginan yang melekat  "  ?? ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 28, 2010, 08:26:34 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 04:17:29 AMJika begitu,  orang yang sangat paham mengenai ke dua hukum itu,  bisa memilih tujuan yang diinginkan,  mau ke tujuan akhir,  atau tidak ke tujuan akhir dulu karena ingin tumimbal lahir menjadi manusia lagi berjenis  laki2 atau menjadi wanita.  ;D ;D
Teknisnya rasanya bisa. :)

Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 04:17:29 AMSiapakah yang menentukan bahwa pilihannya itu dipenuhi atau tidak tidak dipenuhi ?   Jika pilihannya itu dipenuhi,  siapa yang menentukan bahwa dia akan dilahirkan oleh  permaisuri raja atau oleh seorang ibu  dari rakyat jelata,  entah di Jawa,  di Thailand,  atau di negara Inggris sana. ::)
Mekanismenya sesuai hukum kamma dan tumimbal lahir. Udah otomatis, ngapain masih perlu sosok pengatur?

Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 04:17:29 AMDan dia hanya ingin memilih tujuan akhir,  karena memang tujuan Buddhisme adalah menunjukkan jalan untuk bebas dari siklus kehidupan,  bukankah pilihannya itu adalah suatu  "  nafsu keinginan yang melekat  "  ?? ::)
Pertanyaan yang sama pernah diajukan pada YM Ananda. Ini ibarat si penanya, yang memiliki keinginan untuk pergi ke tempat itu, dan setelah tiba di tempat itu keinginannya jadi sudah hilang karena tujuan tercapai. begitu juga mereka yang ingin mencapai nibbana, setelah mencapai nibbana keinginan tersebut juga hilang karena tujuan telah tercapai.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 28, 2010, 11:23:13 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 28, 2010, 08:26:34 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 04:17:29 AMJika begitu,  orang yang sangat paham mengenai ke dua hukum itu,  bisa memilih tujuan yang diinginkan,  mau ke tujuan akhir,  atau tidak ke tujuan akhir dulu karena ingin tumimbal lahir menjadi manusia lagi berjenis  laki2 atau menjadi wanita.  ;D ;D
Teknisnya rasanya bisa. :)

Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 04:17:29 AMSiapakah yang menentukan bahwa pilihannya itu dipenuhi atau tidak tidak dipenuhi ?   Jika pilihannya itu dipenuhi,  siapa yang menentukan bahwa dia akan dilahirkan oleh  permaisuri raja atau oleh seorang ibu  dari rakyat jelata,  entah di Jawa,  di Thailand,  atau di negara Inggris sana. ::)
Mekanismenya sesuai hukum kamma dan tumimbal lahir. Udah otomatis, ngapain masih perlu sosok pengatur?

Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 04:17:29 AMDan dia hanya ingin memilih tujuan akhir,  karena memang tujuan Buddhisme adalah menunjukkan jalan untuk bebas dari siklus kehidupan,  bukankah pilihannya itu adalah suatu  "  nafsu keinginan yang melekat  "  ?? ::)
Pertanyaan yang sama pernah diajukan pada YM Ananda. Ini ibarat si penanya, yang memiliki keinginan untuk pergi ke tempat itu, dan setelah tiba di tempat itu keinginannya jadi sudah hilang karena tujuan tercapai. begitu juga mereka yang ingin mencapai nibbana, setelah mencapai nibbana keinginan tersebut juga hilang karena tujuan telah tercapai.

Teknisnya rasanya bisa ??  ???

Mekanismenya sesuai hukum kamma ..... ?? ???

Cerita ibarat yang anda sampaikan tidak tepat untuk menjawab pertanyaan yang saya ajukan.   Si penanya yang memiliki keinginan melekat untuk pergi ke tempat itu,  dan belum sampai di tempat itu  .......... ::)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 28, 2010, 11:27:37 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 11:23:13 AMTeknisnya rasanya bisa ??  ???

Mekanismenya sesuai hukum kamma ..... ?? ???

Cerita ibarat yang anda sampaikan tidak tepat untuk menjawab pertanyaan yang saya ajukan.   Si penanya yang memiliki keinginan melekat untuk pergi ke tempat itu,  dan belum sampai di tempat itu  .......... ::)
Ini karena anda tidak memiliki dasar pengetahuan dan pemahaman tentang kammaphala dan punnabhava. kalau aku jelaskan, berdasar pengalaman yang sudah-sudah, entar anda tafsirkan suka-suka lagi. malah nuduh aku yang menafsirkan suka-suka. Seperti kata anda, pengalaman adalah guru terbaik :)

Tapi kata kuncinya adalah 'kesadaran sebelum kematian'. Umumnya ini yang menentukan akan terlahir di mana satu makhluk, khususnya manusia, setelah kematiannya.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 28, 2010, 11:39:36 AM
Dan bagaimana tentang cerita ibarat anda,  si penanya belum sampai di tempat itu.............. ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 28, 2010, 02:56:09 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 11:39:36 AM
Dan bagaimana tentang cerita ibarat anda,  si penanya belum sampai di tempat itu.............. ;D
Jika si penanya belum sampai, tentu saja ia masih punya keinginan untuk pergi dan mencapai tempat itu. Begitu pula yang belum mencapai nibbana, masih memiliki keinginan untuk mencapainya.

Itu salah satu yang membedakan antara sekha, yang masih belajar, dengan sekha, yang sudah menyelesaikan latihan mereka.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 28, 2010, 08:06:42 PM
Dengan kata lain,  masih mempunyai nafsu keinginan yang melekat .......... ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 28, 2010, 10:50:19 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 08:06:42 PM
Dengan kata lain,  masih mempunyai nafsu keinginan yang melekat .......... ;D
Mereka yang sudah menyelesaikan latihannnya sudah tidak memiliki nafsu keinginan lagi :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 28, 2010, 11:14:10 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 28, 2010, 10:50:19 PM
Mereka yang sudah menyelesaikan latihannnya sudah tidak memiliki nafsu keinginan lagi :)

Tidak memiliki nafsu keinginan lagi berarti tidak memiliki tujuan akhir. :D

Hayo,  kalau sudah tidak memiliki tujuan akhir mau kemana  ?? Anda mau bilang otomatis lagi ........??
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 29, 2010, 06:41:42 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 11:23:13 AM
Pertanyaan yang sama pernah diajukan pada YM Ananda. Ini ibarat si penanya, yang memiliki keinginan untuk pergi ke tempat itu, dan setelah tiba di tempat itu keinginannya jadi sudah hilang karena tujuan tercapai. begitu juga mereka yang ingin mencapai nibbana, setelah mencapai nibbana keinginan tersebut juga hilang karena tujuan telah tercapai.

Sekalian anda jelaskan lagi,  apakah sudah ada yang mencapai nibbana kemudian memberi tahu anda bahwa ia sudah mencapai tujuan dan keinginannya sudah hilang  ?? ;D :D


Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 29, 2010, 09:45:17 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 11:14:10 PMTidak memiliki nafsu keinginan lagi berarti tidak memiliki tujuan akhir. :D

Hayo,  kalau sudah tidak memiliki tujuan akhir mau kemana  ?? Anda mau bilang otomatis lagi ........??
Sudah mencapai tujuan akhir, mau ke mana lagi? Buddha dan arhat tidak lagi memiliki cetana - kehendak, tindakan mereka didasari kiriya - fungsi. Emas termurni sudah tak bisa dimurnikan lagi.

Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 06:41:42 AMSekalian anda jelaskan lagi,  apakah sudah ada yang mencapai nibbana kemudian memberi tahu anda bahwa ia sudah mencapai tujuan dan keinginannya sudah hilang  ?? ;D :D
nah, anda masih mengira nibbana adalah suatu tempat - surganya umat Buddha? :)

Bukankah sudah kuingatkan sejak awal, jangan memandang Buddhisme dengan logika dan pola pikir agama anda? :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 29, 2010, 12:53:45 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 29, 2010, 09:45:17 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 28, 2010, 11:14:10 PMTidak memiliki nafsu keinginan lagi berarti tidak memiliki tujuan akhir. :D

Hayo,  kalau sudah tidak memiliki tujuan akhir mau kemana  ?? Anda mau bilang otomatis lagi ........??
Sudah mencapai tujuan akhir, mau ke mana lagi? Buddha dan arhat tidak lagi memiliki cetana - kehendak, tindakan mereka didasari kiriya - fungsi. Emas termurni sudah tak bisa dimurnikan lagi.

Arhat kan belum mencapai tujuan akhir,  nibbana,  kondisi tak terciptakan,  karena masih hidup dan belum meninggal.  Anda bilang mereka sudah tidak memiliki nafsu keinginan lagi,  tidak memiliki cetana - kehendak,  tindakan mereka didasari kiriya -fungsi,  lalu apa namanya  " tindakan yang didasari kiriya  " itu  ?  Apakah mereka tidak memiliki keinginan,  atau apapun namanya,  untuk berbuat kebajikan menolong sesama umat manusia ?
Dan,  mungkin benar emas murni tidak bisa dimurnikan lagi,  tetapi emas semurni apapun dapat tertutup debu,  atau jatuh ke selokan atau ke tempat sampah...... ;D

Kutip dari: Pi-One pada April 29, 2010, 09:45:17 AM

Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 06:41:42 AMSekalian anda jelaskan lagi,  apakah sudah ada yang mencapai nibbana kemudian memberi tahu anda bahwa ia sudah mencapai tujuan dan keinginannya sudah hilang  ?? ;D :D
nah, anda masih mengira nibbana adalah suatu tempat - surganya umat Buddha? :)

Bukankah sudah kuingatkan sejak awal, jangan memandang Buddhisme dengan logika dan pola pikir agama anda? :)

Bukankah sudah saya sampaikan dari awal,  istilah nibbana diartikan dengan lebih dari 9 pengertian,  antara lain Pantai Seberang,  Tujuan Akhir,  Kondisi Tak Terciptakan   ....dst.  Jawab saja,  apa sudah ada yang mengabari anda dari Pantai Seberang itu ??   :D  ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 29, 2010, 05:44:13 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 12:53:45 PMArhat kan belum mencapai tujuan akhir,  nibbana,  kondisi tak terciptakan,  karena masih hidup dan belum meninggal.  Anda bilang mereka sudah tidak memiliki nafsu keinginan lagi,  tidak memiliki cetana - kehendak,  tindakan mereka didasari kiriya -fungsi,  lalu apa namanya  " tindakan yang didasari kiriya  " itu  ?  Apakah mereka tidak memiliki keinginan,  atau apapun namanya,  untuk berbuat kebajikan menolong sesama umat manusia ?
Dan,  mungkin benar emas murni tidak bisa dimurnikan lagi,  tetapi emas semurni apapun dapat tertutup debu,  atau jatuh ke selokan atau ke tempat sampah...... ;D
Makanya, kubilang anda tak memahami Buddhisme kan? Ada dua macam Nibbana, yakni Nibbana yang dicapai saat masih hidup, dan Nibbana yang dicapai setelah masa hidup mereka berakhir. Mengatakan arahat belum mencapai nibbana adalah ungkapan yang keliru.

-saupadisesa nibbana, nibbana dengan sisa dasar. Batin mereka telah ebbas, tapi jasmani mereka masih ada.
-anupadisesa nibbana, nibbana yang dicapai setelah masa hidup mereka berakhir. Sering juga disebut parinibbanaatau nibbana sempurna

Dan mereka apa tak melakukan kebajikan? Ya, mereka masih terus melakukan kebajikan, menyebarkan kebijaksanaan mereka dimanapun mereka berada, hanya saja tindakan mereka tak lagi didasari cetana (kehendak), sehingga tak lagi membuahkan kamma baru.

Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?

Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 12:53:45 PMBukankah sudah saya sampaikan dari awal,  istilah nibbana diartikan dengan lebih dari 9 pengertian,  antara lain Pantai Seberang,  Tujuan Akhir,  Kondisi Tak Terciptakan   ....dst.  Jawab saja,  apa sudah ada yang mengabari anda dari Pantai Seberang itu ??   :D  ;D
Dan pahamkah anda apa gerangan pantai seberang, tujuan akhir, dsb tadi? Anda terus menganggap Nibbana sebagai tempat. Jika anda paham, maka anda takkan mengajukan pertanyaan ini :)

KutipSekali waktu, Upasiva bertanya kepada Sang Buddha :

Mereka yang telah pergi (ke Nibbana),
Apakah mereka musnah keberadaannya,
Atau mereka tetap tak lekang selamanya ?
Jelaskan pada saya, O, Guru bijaksana
Sebab Kaulah yang mengetahui sejelasnya.

Lalu, Sang Buddha menjawab :

Tak dapat dinilai mereka yang telah pergi.
Yang oleh seseorang mungkin dikatakan sebagai
Tidak ada lagi.
Ketika semua fenomena telah tiada,
Semua cara untuk menggambarkannya juga tiada.

(Sutta Nipata : 1075-1076)

*Anda mau nuduh aku mengarang-ngarang tentang Nibbana, termasuk dua macam Nibbana tadi? bagaimana jika anda sendiri yang coba tanyakan ke forum Buddhis?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 29, 2010, 09:51:49 PM
Kalau anda bilang ada dua macam nibbana,  memang kurang tepat.  Coba cermati lagi,  bukankah yang anda sampaikan itu dua tingkatan pencapaian nibbana ?  Dan  pertanyaan saya dalam konteks nibbana sebagai tujuan akhir.   Lalu mengapa anda katakan,  jika anda paham,  anda takkan mengajukan pertanyaan ini  ? :)

Soal analogi emas murni,  jika emas itu tidak dirawat dan dijaga dengan baik,  lalu jatuh ke tempah sampah, ke selokan,  tertutup debu,  lalu siapa yang tahu di tempat2 itu ada emas murninya  ?  Jika anda paham,  tentu anda takkan menanyakan apakah emas itu menjadi tak murni lagi. :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 30, 2010, 09:25:22 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 09:51:49 PM
Kalau anda bilang ada dua macam nibbana,  memang kurang tepat.  Coba cermati lagi,  bukankah yang anda sampaikan itu dua tingkatan pencapaian nibbana ?  Dan  pertanyaan saya dalam konteks nibbana sebagai tujuan akhir.   Lalu mengapa anda katakan,  jika anda paham,  anda takkan mengajukan pertanyaan ini  ? :)
Dua tingkatan? Apa yang membedakan dua tingkatan, sehingga tidak boleh disebut dua macam? Apakah yang satu lebih tingi dari yang lain? Dan kenapa aku bilang takkan mengajukan jika paham? Anda meanyakan tentang mereka yang kembali, seakan anda memandang Nibbana adalah tempat (seperti surga dalam bayangan anda).

Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 09:51:49 PMSoal analogi emas murni,  jika emas itu tidak dirawat dan dijaga dengan baik,  lalu jatuh ke tempah sampah, ke selokan,  tertutup debu,  lalu siapa yang tahu di tempat2 itu ada emas murninya  ?  Jika anda paham,  tentu anda takkan menanyakan apakah emas itu menjadi tak murni lagi. :D
Apakah emas termurni akan jadi tak murni lagi, jika orang tidak tahu?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 30, 2010, 10:14:18 AM
Kutip dari: Pi-One pada April 30, 2010, 09:25:22 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 09:51:49 PM
Kalau anda bilang ada dua macam nibbana,  memang kurang tepat.  Coba cermati lagi,  bukankah yang anda sampaikan itu dua tingkatan pencapaian nibbana ?  Dan  pertanyaan saya dalam konteks nibbana sebagai tujuan akhir.   Lalu mengapa anda katakan,  jika anda paham,  anda takkan mengajukan pertanyaan ini  ? :)
Dua tingkatan? Apa yang membedakan dua tingkatan, sehingga tidak boleh disebut dua macam? Apakah yang satu lebih tingi dari yang lain? Dan kenapa aku bilang takkan mengajukan jika paham? Anda meanyakan tentang mereka yang kembali, seakan anda memandang Nibbana adalah tempat (seperti surga dalam bayangan anda).

Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 09:51:49 PMSoal analogi emas murni,  jika emas itu tidak dirawat dan dijaga dengan baik,  lalu jatuh ke tempah sampah, ke selokan,  tertutup debu,  lalu siapa yang tahu di tempat2 itu ada emas murninya  ?  Jika anda paham,  tentu anda takkan menanyakan apakah emas itu menjadi tak murni lagi. :D
Apakah emas termurni akan jadi tak murni lagi, jika orang tidak tahu?

Ha ha ha.  Bila belum bisa membedakan antara "  dua tingkatan pencapaian " dengan "  dua tingkatan / dua macam  ",  mana bisa memahami apa yang saya tanyakan : apa sudah ada yang mengabari anda dari Pantai Seberang itu ?  Pertanyaan saya itu kan senada  (  saya tidak bilang sama atau mirip ) dengan pertanyaan Upasiva yang anda sampaikan dalam kutipan itu.  Dan apa jawab Sang Buddha ? 

Tak dapat dinilai mereka yang telah pergi.
Yang oleh seseorang mungkin dikatakan sebagai
Tidak ada lagi.
Ketika semua fenomena telah tiada,
Semua cara untuk menggambarkannya juga tiada.


Dan jawaban itu disampaikan oleh Sang Buddha pada abad berapa ?  Setelah beberapa abad berlalu,  dan dari sumber mata air yang sama mengalir ajaran-ajaran yang telah diperbarui,  maka  "  Yang oleh seseorang mungkin dikatakan sebagai tidak ada lagi  "  ( berarti : ada ),  dan  "  Semua cara untuk menggambarkannya juga tiada  ",  apakah orang tidak boleh berpikir bahwa kemungkinan besar cara menggambarkannya sudah ada ?

Pokok persoalannya adalah kefanatikan para penganut agama,  dan mereka kurang berlapang dada dan mungkin memandang dengan rasa curiga / berprasangka buruk,  misalnya,  seandainya ada yang mengatakan  :  Ajaran2 agama Hindu,  Buddha,  Kristen,  dan Islam itu  ibarat aliran-aliran air yang mengalir dari sumber mata air yang sama.......... :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 30, 2010, 11:38:22 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 30, 2010, 10:14:18 AMHa ha ha.  Bila belum bisa membedakan antara "  dua tingkatan pencapaian " dengan "  dua tingkatan / dua macam  ",  mana bisa memahami apa yang saya tanyakan : apa sudah ada yang mengabari anda dari Pantai Seberang itu ?  Pertanyaan saya itu kan senada  (  saya tidak bilang sama atau mirip ) dengan pertanyaan Upasiva yang anda sampaikan dalam kutipan itu.  Dan apa jawab Sang Buddha ? 

Tak dapat dinilai mereka yang telah pergi.
Yang oleh seseorang mungkin dikatakan sebagai
Tidak ada lagi.
Ketika semua fenomena telah tiada,
Semua cara untuk menggambarkannya juga tiada.


Dan jawaban itu disampaikan oleh Sang Buddha pada abad berapa ?  Setelah beberapa abad berlalu,  dan dari sumber mata air yang sama mengalir ajaran-ajaran yang telah diperbarui,  maka  "  Yang oleh seseorang mungkin dikatakan sebagai tidak ada lagi  "  ( berarti : ada ),  dan  "  Semua cara untuk menggambarkannya juga tiada  ",  apakah orang tidak boleh berpikir bahwa kemungkinan besar cara menggambarkannya sudah ada ?

Pokok persoalannya adalah kefanatikan para penganut agama,  dan mereka kurang berlapang dada dan mungkin memandang dengan rasa curiga / berprasangka buruk,  misalnya,  seandainya ada yang mengatakan  :  Ajaran2 agama Hindu,  Buddha,  Kristen,  dan Islam itu  ibarat aliran-aliran air yang mengalir dari sumber mata air yang sama.......... :)
Nah kan? Anda lagi-lagi mencoba menafsiran Buddhisme dengan pandangan agama anda. saupadisesa nibbana dan anupadisesa nibbana, apakah yang satu tingkatannya lebih tinggi dari yang lain?

Yang disebut 'tidak ada lagi' adalah pencapaian nibbana, ketika tidak ada cara untuk melacak keberadaan mereka, dan tidak ada cara untuk mengungkapkannya. Karena nibbana adalah tanpa aku, tanpa konsep-konsep, saat anda membuat konsep-konsep, maka itu sudah bukan lagi tentang Nibbana.

Bicara soal fanatik, siapa yang fanatik? Anda, yang mencoba memaksakan pandangan agama anda dalam agama orang lain, tak bisa disebut fanatik? :)

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 30, 2010, 11:58:58 AM
Jika tidak tahu ada emas,  orang tidak akan bilang ini emas murni atau ini emas tidak murni,  juga tidak akan bilang emas murni ini tidak bisa dimurnikan lagi,  atau emas murni ini akan tetap murni. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada April 30, 2010, 02:31:03 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 30, 2010, 11:58:58 AM
Jika tidak tahu ada emas,  orang tidak akan bilang ini emas murni atau ini emas tidak murni,  juga tidak akan bilang emas murni ini tidak bisa dimurnikan lagi,  atau emas murni ini akan tetap murni. :)
Pointnya, orang tahu atau tidak, apa kemurnian emas akan berubah? Apa emas yang tak bisa dimurnikan lagi akan berubah jadi bisa dimurnikan?

Lucu nih, tempo hari pakai penafsiran suka-suka, sekarnag malah ngajak debat kusir... :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada April 30, 2010, 08:34:30 PM
Sayangnya,  saya tidak punya kamus penafsiran suka-suka dan kamus debat kusir,  sekedar meluruskan saja sesuatu yang saya yakini perlu diluruskan.   Diterima ya syukur,  ngga diterima ngga apa-apa ..... :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 01, 2010, 10:27:57 AM
Kutip dari: semut-ireng pada April 30, 2010, 08:34:30 PM
Sayangnya,  saya tidak punya kamus penafsiran suka-suka dan kamus debat kusir,  sekedar meluruskan saja sesuatu yang saya yakini perlu diluruskan.   Diterima ya syukur,  ngga diterima ngga apa-apa ..... :)
Itu jika anda paham apa yang anda bahas. Lha, anda gak tahu apa-apa soal Buddhisme, tapi menafsirkan sesuka anda, dan berharap orang lain menerimanya? :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 01, 2010, 02:17:30 PM
Dibilang gak tahu apa-apa ya gak apa-apa.  Boleh kok,  anda anggap tafsiran dari orang yang gak tahu apa-apa,   suka-suka anda saja  ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 01, 2010, 02:35:05 PM
Ya udah, kalau anda gak tahu apa-apa, maka gak perlu terus mendebatkan hal yang anda gak tahu kan? End of Discussion :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 01, 2010, 03:10:10 PM
Ha ha ha.  Kalau masih penasaran bisa dilanjutkan diskusinya di lain waktu.   Atau anda buka thread baru,  jelaskan pandangan2 anda bahwa Buddhisme non-theis,  cenderung agnostik dll,  pasti akan lebih seru diskusinya. :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 07:15:48 PM
Kutip dari: Pi-One pada April 29, 2010, 05:44:13 PM
Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 12:53:45 PMArhat kan belum mencapai tujuan akhir,  nibbana,  kondisi tak terciptakan,  karena masih hidup dan belum meninggal.  Anda bilang mereka sudah tidak memiliki nafsu keinginan lagi,  tidak memiliki cetana - kehendak,  tindakan mereka didasari kiriya -fungsi,  lalu apa namanya  " tindakan yang didasari kiriya  " itu  ?  Apakah mereka tidak memiliki keinginan,  atau apapun namanya,  untuk berbuat kebajikan menolong sesama umat manusia ?
Dan,  mungkin benar emas murni tidak bisa dimurnikan lagi,  tetapi emas semurni apapun dapat tertutup debu,  atau jatuh ke selokan atau ke tempat sampah...... ;D
Makanya, kubilang anda tak memahami Buddhisme kan? Ada dua macam Nibbana, yakni Nibbana yang dicapai saat masih hidup, dan Nibbana yang dicapai setelah masa hidup mereka berakhir. Mengatakan arahat belum mencapai nibbana adalah ungkapan yang keliru.

-saupadisesa nibbana, nibbana dengan sisa dasar. Batin mereka telah ebbas, tapi jasmani mereka masih ada.
-anupadisesa nibbana, nibbana yang dicapai setelah masa hidup mereka berakhir. Sering juga disebut parinibbanaatau nibbana sempurna

Dan mereka apa tak melakukan kebajikan? Ya, mereka masih terus melakukan kebajikan, menyebarkan kebijaksanaan mereka dimanapun mereka berada, hanya saja tindakan mereka tak lagi didasari cetana (kehendak), sehingga tak lagi membuahkan kamma baru.

Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?

Kutip dari: semut-ireng pada April 29, 2010, 12:53:45 PMBukankah sudah saya sampaikan dari awal,  istilah nibbana diartikan dengan lebih dari 9 pengertian,  antara lain Pantai Seberang,  Tujuan Akhir,  Kondisi Tak Terciptakan   ....dst.  Jawab saja,  apa sudah ada yang mengabari anda dari Pantai Seberang itu ??   :D  ;D
Dan pahamkah anda apa gerangan pantai seberang, tujuan akhir, dsb tadi? Anda terus menganggap Nibbana sebagai tempat. Jika anda paham, maka anda takkan mengajukan pertanyaan ini :)

KutipSekali waktu, Upasiva bertanya kepada Sang Buddha :

Mereka yang telah pergi (ke Nibbana),
Apakah mereka musnah keberadaannya,
Atau mereka tetap tak lekang selamanya ?
Jelaskan pada saya, O, Guru bijaksana
Sebab Kaulah yang mengetahui sejelasnya.

Lalu, Sang Buddha menjawab :

Tak dapat dinilai mereka yang telah pergi.
Yang oleh seseorang mungkin dikatakan sebagai
Tidak ada lagi.
Ketika semua fenomena telah tiada,
Semua cara untuk menggambarkannya juga tiada.

(Sutta Nipata : 1075-1076)

*Anda mau nuduh aku mengarang-ngarang tentang Nibbana, termasuk dua macam Nibbana tadi? bagaimana jika anda sendiri yang coba tanyakan ke forum Buddhis?
om pione, murni itu kayak apa?jelasin dunk?misalnya agar2/jeli jatuh ke tanah or ke selokan or ke tempat sampah trus kecampur sama tanah apa masih dikatakan murni?gmana klo emas murninya jatuh ke selokan trus bereaksi dengan senyawa lain?apa msh dikatakan murni???he.....
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 01, 2010, 07:54:54 PM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 07:15:48 PMom pione, murni itu kayak apa?jelasin dunk?misalnya agar2/jeli jatuh ke tanah or ke selokan or ke tempat sampah trus kecampur sama tanah apa masih dikatakan murni?gmana klo emas murninya jatuh ke selokan trus bereaksi dengan senyawa lain?apa msh dikatakan murni???he.....
Emas termurni itu apa? Emas yang gak bisa dimurnikan, itu kalau masih bisa dimurnikan, itu apa bisa disebut emas termurni?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 01, 2010, 07:56:00 PM
Kutip dari: semut-ireng pada Mei 01, 2010, 03:10:10 PM
Ha ha ha.  Kalau masih penasaran bisa dilanjutkan diskusinya di lain waktu.   Atau anda buka thread baru,  jelaskan pandangan2 anda bahwa Buddhisme non-theis,  cenderung agnostik dll,  pasti akan lebih seru diskusinya. :)
Dengan anda? yang gta tapi mengartikan sesuka anda? Kurasa tak perlu :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 08:42:38 PM
maaf sebelumnya om pi_one, pertanyaan saya itu menanggapi dr pertanyaan om pi_one sendiri "Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?", makanya saya minta penjelasan murni itu kayak apa dulu?trus saya tanya dulu apakah misal logam natrium murni (Na) yang murni tersusun oleh atom2 Na jatuh ke selokan dan bercampur dengan tanah atau bereaksi dengan air apakah om pi_one masih bisa mengatakan logam Na itu masih Murni?karena akan berubah menjadi NaOH,udah kecampuran OH-.




Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 09:07:34 PM
Kutip dari: Pi-One pada Mei 01, 2010, 07:54:54 PM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 07:15:48 PMom pione, murni itu kayak apa?jelasin dunk?misalnya agar2/jeli jatuh ke tanah or ke selokan or ke tempat sampah trus kecampur sama tanah apa masih dikatakan murni?gmana klo emas murninya jatuh ke selokan trus bereaksi dengan senyawa lain?apa msh dikatakan murni???he.....
Emas termurni itu apa? Emas yang gak bisa dimurnikan, itu kalau masih bisa dimurnikan, itu apa bisa disebut emas termurni?
tp bs gak murni lg kan om?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 01, 2010, 10:07:09 PM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 08:42:38 PM
maaf sebelumnya om pi_one, pertanyaan saya itu menanggapi dr pertanyaan om pi_one sendiri "Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?", makanya saya minta penjelasan murni itu kayak apa dulu?trus saya tanya dulu apakah misal logam natrium murni (Na) yang murni tersusun oleh atom2 Na jatuh ke selokan dan bercampur dengan tanah atau bereaksi dengan air apakah om pi_one masih bisa mengatakan logam Na itu masih Murni?karena akan berubah menjadi NaOH,udah kecampuran OH-.
Aku kira emas tak semudah itu bereaksi dengan unsur/senyawa lain macam debu atau air selokan. Dan lagi, kalau dibahas, makin jauh dari konsep awal saat aku bawa istilah emas termurni gak bisa dimurnikan lagi.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 10:51:02 PM
Kutip dari: Pi-One pada Mei 01, 2010, 10:07:09 PM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 08:42:38 PM
maaf sebelumnya om pi_one, pertanyaan saya itu menanggapi dr pertanyaan om pi_one sendiri "Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?", makanya saya minta penjelasan murni itu kayak apa dulu?trus saya tanya dulu apakah misal logam natrium murni (Na) yang murni tersusun oleh atom2 Na jatuh ke selokan dan bercampur dengan tanah atau bereaksi dengan air apakah om pi_one masih bisa mengatakan logam Na itu masih Murni?karena akan berubah menjadi NaOH,udah kecampuran OH-.
Aku kira emas tak semudah itu bereaksi dengan unsur/senyawa lain macam debu atau air selokan. Dan lagi, kalau dibahas, makin jauh dari konsep awal saat aku bawa istilah emas termurni gak bisa dimurnikan lagi.
gak mudah tp mungkinkan om?ada kok om dasar teorinya, jgn trus mentang2 logam mulia trus gak bs bereksi alias murni terus,,
sapa yang salah,makanya jgn pake kalimat kayak gtu,yg mikirnya pake sains atau orang kimia jd bingung,,cabut aja statemennya!!!he........just kidding.

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 01, 2010, 10:54:16 PM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 10:51:02 PMgak mudah tp mungkinkan om?ada kok om dasar teorinya, jgn trus mentang2 logam mulia trus gak bs bereksi alias murni terus,,
sapa yang salah,makanya jgn pake kalimat kayak gtu,yg mikirnya pake sains atau orang kimia jd bingung,,cabut aja statemennya!!!he........just kidding.


Sekali lagi, periksa dulu aku bawa konteks emas itu untuk bahas apa. jangan cuma nyerocos...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 11:28:10 PM
ya om Nya yg nyrocos, "Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?" trus orang yg udah mencapai nirvana didunia apakah gak bisa jatuh lg dalam nafsu", klo emang g bs ya jgn pake kata2 emas jatuh diselokan jd tak murni lg, bukti sainsnya bisa lho om, kenapa gak menghargai sains??he............
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 02, 2010, 08:21:21 AM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 11:28:10 PM
ya om Nya yg nyrocos, "Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?" trus orang yg udah mencapai nirvana didunia apakah gak bisa jatuh lg dalam nafsu", klo emang g bs ya jgn pake kata2 emas jatuh diselokan jd tak murni lg, bukti sainsnya bisa lho om, kenapa gak menghargai sains??he............
Aku bilang emas yang termurni tak bisa dimurnikan lagi, begitu pula asekha yang sudah menyelesaikan latihannya. Dan mereka gak akan jatuh dalam nafsu, karena nafsu keinginan udah padam, tercabut dari akar-akarnya.

Soal reaksi kimia emas dengan air selokan, silakan ajukan reaksinya, di sub-forum kimia!

*Karena bahasan Buddhisme di sini sudah selesai, tolong kembalikan ke topik asli, BTT.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 02, 2010, 09:16:47 AM
Kutip dari: Pi-One pada Mei 02, 2010, 08:21:21 AM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 01, 2010, 11:28:10 PM
ya om Nya yg nyrocos, "Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?" trus orang yg udah mencapai nirvana didunia apakah gak bisa jatuh lg dalam nafsu", klo emang g bs ya jgn pake kata2 emas jatuh diselokan jd tak murni lg, bukti sainsnya bisa lho om, kenapa gak menghargai sains??he............
Aku bilang emas yang termurni tak bisa dimurnikan lagi, begitu pula asekha yang sudah menyelesaikan latihannya. Dan mereka gak akan jatuh dalam nafsu, karena nafsu keinginan udah padam, tercabut dari akar-akarnya.

Soal reaksi kimia emas dengan air selokan, silakan ajukan reaksinya, di sub-forum kimia!

*Karena bahasan Buddhisme di sini sudah selesai, tolong kembalikan ke topik asli, BTT.
klo emas yg udah murni yg emng gak bs dimurnikan lg, sapa yg bilang salah tentang hal itu,tp om pi-one jg nanyain "Dan jika emas jatuh ke tempat sampah, jatuh ke selokan, tertutup debu, apakah emas itu menjadi tak murni lagi?"jdnya kan bingung, aku bahas pertanyaan emas jatuh keselokan yg jg ditulis om pi_one,eh tiba2 bahas emas murni gak bs dimurnikan,,
saya gak nyalahin kok om, emang manusia jg bs salah,cuman ngingatin,,


Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 02, 2010, 12:01:19 PM
emang sih,klo tetap menganalogikan nirvana sebagai emas murni, berarti orang yg telah mencapai nirvana bisa menjadi kayak orang biasa,  bs gak murni lg kayak emas,cos bs bereaksi dengan senyawa lain.
Eh, om pi_one, Sidarta Gautama mencapai nirvana setelah mati atau ketika msh didunia?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 02, 2010, 02:29:15 PM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 02, 2010, 12:01:19 PM
emang sih,klo tetap menganalogikan nirvana sebagai emas murni, berarti orang yg telah mencapai nirvana bisa menjadi kayak orang biasa,  bs gak murni lg kayak emas,cos bs bereaksi dengan senyawa lain.
Eh, om pi_one, Sidarta Gautama mencapai nirvana setelah mati atau ketika msh didunia?
Gini dah.... Memang siapa yang mengibaratkan nibbana dengan emas murni? lagian pengibaratannya itu untuk latihan diri. Mereka sudah menyelesaikan latihan, sudah sepenuhnya memadamkan hawa nafsu, ibarat emas termurni yang tak bisa dimurnikan lebih lanjut.

Bukannya buat dilarikan ke kimia, misal emas disenyawakan dengan senyawa lain lagi...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 02, 2010, 06:30:54 PM
bukannya yg udah sepenuhnya memadamkan hawa nafsu itu udah mencapai nirvana?
Maaf om pi_one ,pemahaman saya jd kacau tu setelah om pi_one bilang Emas termurni yang jatuh ke selokan  apakah sudah tidak murni lg, itu lho sebenarnya pengibaratan yg kurang pas,,
trus sang budha gautama mencapai nirvana setelah mati atau saat masih di bumi?
apakah masalah kelhiran kembali di jelaskan dikitab weda (kitab suci orang budha)?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 02, 2010, 10:31:26 PM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 02, 2010, 06:30:54 PM
bukannya yg udah sepenuhnya memadamkan hawa nafsu itu udah mencapai nirvana?
Maaf om pi_one ,pemahaman saya jd kacau tu setelah om pi_one bilang Emas termurni yang jatuh ke selokan  apakah sudah tidak murni lg, itu lho sebenarnya pengibaratan yg kurang pas,,
trus sang budha gautama mencapai nirvana setelah mati atau saat masih di bumi?
apakah masalah kelhiran kembali di jelaskan dikitab weda (kitab suci orang budha)?
(http://i660.photobucket.com/albums/uu330/cthulhu19887/forum/facepalm/Facepalm-2.jpg)
Sejak kapan Veda jadi kitab suci umat Buddha?

Pernah kubahas dengan semut ireng, Nibbana itu ada dua. Beliau mencapai Nibbana dengan sisa ketika mencapai penerangan sempurna, dan mencapai nibbana tanpa sisa ketika parinibbana
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 03, 2010, 05:20:48 PM
@om pi_one:aku tanyanya gini om,sang budha gautama mencapai nirvana setelah mati atau saat masih di bumi?atau jelasin deh penerangan sempurna atau parinibana itu saat didunia atau udah mati?

apakah kelahiran kembali, surga neraka ada dijelaskan dalam kitab suci agama budha?
isi kitab suci agama budha itu penjelasan dari sidarta gautama atau dari muridnya om??

trus misalkan pengibaratan emas murni yang ada dalam kitab suci agama budha diganti besi murni bisa gak om??karena sama2 murni, udah gak bs dimurnikan lgkan om??????



Maaf om, aq kurang tahu tentang budha beneran, termasuk kitab sucinya, makanya aq tanya trus, nantinya tujuan saya untuk menarik kesimpulan bt saya sendiri.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 03, 2010, 08:51:39 PM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 03, 2010, 05:20:48 PM
@om pi_one:aku tanyanya gini om,sang budha gautama mencapai nirvana setelah mati atau saat masih di bumi?atau jelasin deh penerangan sempurna atau parinibana itu saat didunia atau udah mati?
Aku bilang dua-duanya. Beliau mencapai nibbana dengan sisa saat mencapai penerangan sempurna dan mencapai nibbana tanpa sisa setelah parinibbana

Kutip dari: anggik2002 pada Mei 03, 2010, 05:20:48 PMapakah kelahiran kembali, surga neraka ada dijelaskan dalam kitab suci agama budha?
Ada

Kutip dari: anggik2002 pada Mei 03, 2010, 05:20:48 PMisi kitab suci agama budha itu penjelasan dari sidarta gautama atau dari muridnya om??
Dua-duanya. Sutta dalam Tipitaka selain berisi kumpulan pembabaran Dhamma oleh Sang Buddha, juga oleh beberapa murid beliau.

Kutip dari: anggik2002 pada Mei 03, 2010, 05:20:48 PMtrus misalkan pengibaratan emas murni yang ada dalam kitab suci agama budha diganti besi murni bisa gak om??karena sama2 murni, udah gak bs dimurnikan lgkan om??????
Gak tahu, dan gak tertarik. Entar kalau aku jawab, anda belokin ke mana-mana lagi.

Kutip dari: anggik2002 pada Mei 03, 2010, 05:20:48 PMMaaf om, aq kurang tahu tentang budha beneran, termasuk kitab sucinya, makanya aq tanya trus, nantinya tujuan saya untuk menarik kesimpulan bt saya sendiri.
Daripada itu, mending belajar duluan sebelum tanya. Minimal ada dasar untuk tahu apa yang sedang didiskusikan. Entar belum apa-apa sudah nyimpulin duluan.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 03, 2010, 10:09:53 PM
@ jawab aja om!! sapa yg belok2in? klo om pi_one tahu jalannya masa saya belok2in,,saya ini orang br blajar masa mau belok2in,he.......

Sidarta & muridnya kok tahu tentang ada surga, neraka dan kelahiran kembali om?apa beliaunya udah pernah tahu sehingga bisa jelasin tentang hal itu dalam kitab budha,,

inikan jg proses belajar om, lewat om pi_one,he.............
setidaknya udah tahu nirvana yg dulu tak kira surga,he........
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 04, 2010, 04:14:13 AM
kalau untuk si om tepatnya pake besi murni aja,  entar kalo kecemplung kali biar aja dia bilang besinya tetap murni ngga bisa dimurnikan lagi  .......... ;D ;D ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 04, 2010, 09:25:20 AM
Kutip dari: anggik2002 pada Mei 03, 2010, 10:09:53 PM
@ jawab aja om!! sapa yg belok2in? klo om pi_one tahu jalannya masa saya belok2in,,saya ini orang br blajar masa mau belok2in,he.......

Sidarta & muridnya kok tahu tentang ada surga, neraka dan kelahiran kembali om?apa beliaunya udah pernah tahu sehingga bisa jelasin tentang hal itu dalam kitab budha,,

inikan jg proses belajar om, lewat om pi_one,he.............
setidaknya udah tahu nirvana yg dulu tak kira surga,he........
Ini bukan debat Buddhisme. Jadi sebenarnya mau aku ignore juga gak masalah.

Bagiamana Beliau tahu tentang surga, neraka, dan kelahirna kembali? Itu kemampuan yang didapat dari hasil pencapaian janna. Kalau gak punya pencapaian itu, gak bisa membuktikan, ya gak ada kewajiban percaya. Toh percaya adanya surga-neraka juga gak akan membantu langsung pencapaian tujuan bebas dari penderitaan.

Dan kalau diteruskan lagi, sudah makin jauh dari topik. Sudah cukup aku meladeni semut ireng yang st, jadi gak usah diterusin lagi karena gak sesuai topik.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 04, 2010, 04:18:48 PM
Anda bilang st juga ngga apa2,  apa sih artinya ST, bagi saya itu kan singkatan dari Sangha Theravada.......Dan sedikit banyak saya belajar dari sana juga, memangnya ngga boleh ? :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 04, 2010, 07:29:27 PM
Kutip dari: semut-ireng pada Mei 04, 2010, 04:18:48 PM
Anda bilang st juga ngga apa2,  apa sih artinya ST, bagi saya itu kan singkatan dari Sangha Theravada.......Dan sedikit banyak saya belajar dari sana juga, memangnya ngga boleh ? :)
Sayangnya untuk anda ST sama sekali bukan berarti sangha theravada, dan aku ragu anda benaran belajar dari sana (kalau asal comot dari sana sini sih mungkin).

Untuk anda? Saat aku menyebut anda ST, itu maksudnya anda....
Sorry but you are not allowed to view spoiler contents.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 04, 2010, 07:48:36 PM
Anda puas ?  Ngga apa,  boleh2 saja.  :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 04, 2010, 10:45:46 PM
Betul kan seperti apa yang saya katakan  :  kalau untuk si om tepatnya pake besi murni saja ................ :D :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 05, 2010, 08:26:18 AM
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 05, 2010, 01:30:29 PM
Gambar bisa lebih banyak bicara dibandingkan  penggambaran dengan rangkaian kata-kata.    Masih ada gambar2 lainnya,  silakan diposting saja. ;D ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 05, 2010, 09:27:50 PM
......
As your wish...
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 05, 2010, 09:47:14 PM
Itu gambar bicara kepada saya :  betul ada si om  yang seperti besi murni.  ;D ;D ;D ;D 
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 06, 2010, 08:44:19 AM
Posting anda bicara pada saya: semut_ireng cuma niat ngetroll.

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 06, 2010, 12:04:40 PM
OK,  dan saya mengucapkan terima kasih atas kiriman  gambar / foto bung @Pi-One,  sayang fotonya cuma setengah badan,  kalau seluruh badan dan pakai rok akan lebih siip lagi. ;D ;D ;D ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 06, 2010, 08:06:11 PM
Mod, tolong threadnya dilock saja. Sudah gak fokus...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: anggik2002 pada Mei 07, 2010, 11:10:52 AM
he.............
trims jawaban2nya om!!!!!!!?????????????
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 08, 2010, 11:53:40 PM
gambar itu kayaknya ada jenggotnya  ..... ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 09, 2010, 05:40:30 AM
Kutip dari: semut-ireng pada Mei 08, 2010, 11:53:40 PM
gambar itu kayaknya ada jenggotnya  ..... ;D
Gambar itu mewakili anda, jadi kalau ada jenggot, itu jenggot anda

*menguap bosan*
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 09, 2010, 07:21:04 AM
Ada Empat Kubu hubungan antara agama dengan sains  (  Kutipan )  :

"   Mungkin saja tidaklah salah, jika hubungan sains dan agama itu telah menorehkan
dilema. Itu bisa dimaklumi sebab dari perbedaan pandangan itu tak saja telah
mewarnai perdebatan dengan berbagai argumen yang kuat, tapi telah membangun
tipologi yang kemudian mengerucut menjadi kubu yang saling berlawanan.

Dalam kaca mata penulis ini, dalam perdebatan itu terbangun empat tipologi:
konflik, kontras, kontak dan konfirmasi.

Bagi kubu konflik, hubungan antara sains dan agama selain berlawanan, juga
dianggap bertolak belakang dan tak bisa dipertemukan. Sebab antara agama dan
sains, dilihat saling bertarung untuk membenarkan dirinya sendiri. Tidak hanya
itu, keduanya juga saling menyudutkan dan karena itu tak mungkin bisa
diselaraskan.

Bagi kubu kontras, baik agama maupun sains merupakan dua bidang yang sama-sama
memiliki ruang dan wilayah kerja sendiri-sendiri. Meskipun, tidak perlu
diselaraskan, keduanya harus saling menghormati otonomi masing-masing. Adapun
bagi kubu kontak, justru menyarankan, kalau agama dan sains sebaiknya saling
dipertemukan untuk didialogkan.

Maksud dialog itu, tidak lain, karena dengan bertukar pandangan
-setidaknya-antara yang satu dengan yang lain, akan saling memperkaya
"perspektif" dalam melihat realitas. Meski demikian, bagi kubu ini, tidak harus
ada kata mufakat, apalagi (antara keduanya) harus dileburkan.

Berbeda dengan kubu konflik, kubu kontras dan kubu kontak, bagi kubu
konfirmasi, justru menyarankan antara agama dan sains saling "mengukuhkan".
Terlebih lagi, untuk satu upaya bertukar pikiran tentang "anggapan-anggapan"
dasar tentang realitas. Sebab dengan cara itu, keduanya bukan sekadar saling
diuntungkan, melainkan juga tak akan kehilangan jati diri masing-masing.

Setidaknya, wacana perdebatan seputar hubungan sains dan agama itu, telah
mencuat dan menggoreskan polemik sepanjang sejarah dan hampir-hampir tidak ada
habisnya untuk diperbincangkan. Sebab selama dunia ini masih tetap "eksis" dan
agama masih diyakini pemeluk umat sebagai kebenaran yang harus diterima tanpa
perlu diselidiki, dan sains selalu mengembangkan penelitian, perdebatan itu pun
masih selalu diperbincangkan.  "  (  Kutipan  )
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 09, 2010, 07:05:08 PM
Pertanyaannya, apakah agama harus menggantikan sains jika menyangkut ranah sains? bahkan meski agama tidak memberi penjelasan logis dan hanya mengandalkan iman? Seperti masalah asal-usul kehidupan dan asal-usul manusia?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 09, 2010, 09:13:47 PM
Jawabannya sudah anda tulis di thread sebelah :

"  Bagiku agama dan sains itu paralel. Agama lebih merupakan kontrol moral untuk sains, bukannya agama untuk menggantikan sains. "

Kalau ngga salah menjawab postingan saya :  ....  Agama dan sains tidak bisa dipisah,  keduanya saling melengkapi,  keduanya saling membutuhkan ......


Jika anda maksudkan  "  agama dan sains itu paralel  "  adalah  " dipisah "  dalam arti tidak saling melengkapi dan tidak saling membutuhkan,  maka saya tidak sependapat dengan anda.   Saya setuju dengan pendapat anda :  agama lebih merupakan kontrol moral untuk sains,  bukannya agama untuk menggantikan sains.

Namun bagi saya,  bukan sekedar  kontrol moral untuk sains,  pemahaman terhadap agama bisa memberi inspirasi untuk berkembangnya / memajukan sains,  Agama mendorong maju dan berkembangnya sains. :)



Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 10, 2010, 08:30:42 AM
Aku tidak bilang tidak saling melengkapi dan tidak saling membutuhkan. Tapi memang bagiku agama lebih merupakan kontrol moral, ketimbang sebagai 'sumber sagala sains'. Dan jika agama ikut masuk terlalu jauh di dalam ranah sains, hasilnya ya seperti 'teori kreasi' yang gak logis, tapi hendak memaksa mengganti teori ilmiah...
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 10, 2010, 02:08:44 PM
" teori kreasi " yang anda maksudkan itu sudah dibahas di thread sebelah ya,  saya ngga mau ikut campur.   Cuma,  bila ada orang belum beriman,  entah pakai istilah agnostik atau istilah apa,  bertanya soal asal usul kehidupan dan asal usul manusia sesuai yang disebutkan dalam kitab2 suci,  saya akan bilang kepadanya :  anda ngga punya hak tanya-tanya soal itu.  Beriman dulu,  baru bertanya. ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 10, 2010, 05:43:15 PM
Jika ada orang yang menyuruh beriman dulu baru bertanya, aku akan mengabaikannya :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 15, 2010, 04:48:27 AM
Iya saya paham,  kalau ngga salah anda sudah pernah bilang.  iman itu output bukan input.  Kalau ngga salah,  pandangan itu berasal dari sains,  baru boleh percaya / output,  bila sudah ada bukti ilmiahnya / input.   Di agama iman itu input,  buktinya / outputnya akan didapat setelah menjalankan agama dengan baik dan benar.  Iman adalah percaya tanpa minta bukti.  Jika minta bukti lebih dulu baru mau percaya,  itu bukan agama tapi sains.  Pandangan anda itu menjadi bukti,  menjadikan sains sebagai agama ......... :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 15, 2010, 08:20:59 AM
Kalau begitu, Buddhisme bukan agama, tapi sains. Soalnya dalam Buddhisme, kepercayaan itu output, bukan input. Begitukah, 'Nabi semut ireng'? :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 15, 2010, 09:07:15 AM
Apakah ada suttanya yang bilang kepercayaan itu output bukan input ?  Kalau ada suttanya,  saya akan ulangi apa yang pernah saya tulis :  Buddhisme paling dekat ke sains.   

Lalu apakah anda juga akan mengulangi apa yang anda tulis :  agama paralel dengan sains ? ;D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 15, 2010, 01:02:12 PM
Kutip dari: semut-ireng pada Mei 15, 2010, 09:07:15 AM
Apakah ada suttanya yang bilang kepercayaan itu output bukan input ?  Kalau ada suttanya,  saya akan ulangi apa yang pernah saya tulis :  Buddhisme paling dekat ke sains.  

Lalu apakah anda juga akan mengulangi apa yang anda tulis :  agama paralel dengan sains ? ;D
ya, agama paralel dengan sains, walau kadang ada persinggungan kecilnya. Tapi kalau agama mengambil alih tempat sains, atau agama menggantikan posisi sains dalam penjelasan masalah ranah sains, nah...

Kepercayaan itu output, bukan input, itu paham umum Buddhisme. Dalam Kalama Sutta sendiri sudah ditegaskan untuk tidak langsung percaya sesuatu, bahkan meski itu ada di kitab suci atau diucapkan oleh orang bijak/orang yang dihormati. kepercayaan adalah hal yang otomatis muncul seiring pemahaman. (anda tahu beda antara tidak langsung percaya dengan jangan percaya kan?  ::) )

*Dan pada dasarnya Buddhisme memang bukan sekedar agama. Dan jika agama didefinisikan sebagai bentuk penyembahan pada sosok dewa atau Tuhan, Buddhisme bukan agama. Sesimpel itu. Intinya adalah tidak semua ajaran/agama mengajarkan kepercayaan sebagai input.

*Ok, back to topic.
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 15, 2010, 08:56:38 PM
Yang sudah terjadi sekarang -  semoga bukan di Indonesia - bukannya agama mengambil alih tempat sains,  melainkan sains mengambil alih tempat agama .......

Yup, mari belajar IT saja,  garbage in garbage out   .....juga ada di dalamnya don't care  ......... :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 16, 2010, 10:53:34 PM
O yeah, sejak kapan sains membahas supranatural?

Atau, referensinya dari 'Pak Tua' ::)

Ah, atau anda ngomong soal scientologi?  :)
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 24, 2010, 04:04:47 AM
A MAN OF ETHICS AND SCIENCE

May 28, 1999
     


Chief correspondent Elizabeth Farnsworth talks with the winner of the Templeton prize for the advancement of religion, Ian Barbour, a physicist and theologian.

JIM LEHRER: Next, a prize-winning merger of science and religion, and to Elizabeth Farnsworth in San Francisco.

ELIZABETH FARNSWORTH: The Templeton Prize for Progress in Religion is given each year to an individual who in the official wording has shown extraordinary originality advancing the world's understanding of God and/or spirituality. John Marx Templeton, who founded several investment funds, established the prize in 1972. Its first recipient was Mother Teresa. This year, the prize went to physicist and theologian Ian Barbour. He was cited for pioneering a framework for discussing scientific issues with significant moral and ethical implications. Barbour is Professor Emeritus at Carlton College in Minnesota, and has edited or written a dozen books, including "Issues in Science and Religion." Congratulations Professor Barbour, and thank you for being with us.

IAN BARBOUR, Templeton Prize for Religion: Thank you for having me on.

ELIZABETH FARNSWORTH: You got a Ph.D. in Physics at the University of Chicago, you studied under the physicist who carried out the first atomic chain reaction, Enrico Fermi, and then a few years later you went to Yale and got a divinity degree. Why? What drives this interest in both fields?

IAN BARBOUR: Well, after I had been teaching Physics for a year years, I felt the need to study ethics and theology to look at some of the issues that had come out of science, and after I got a second degree at Yale, Carlton College offered me a joint appointment, half-time in Physics and half-time in the Religion Department. So I think it started as a sort of personal quest to integrate these two halves of my own life. As I got into writing, I found other people were quite interested in these issues. And there's been a growing interest, I think. The popular image is of science and religion in conflict or in warfare. The atheistic scientists on the one hand and the creationist or biblical literalist on the other. One believes in evolution but not God. The other believes in God but not evolution. What about the people in between who believe in God and evolution, or who see evolution as God's way of creating? So that's the area that I've been exploring, and there are significant number of scientists.

ELIZABETH FARNSWORTH: Excuse me one minute. You said that interest in it is growing. Why is it growing? It's on the cover of magazines. I notice it's been on "NewsWeek" on "U.S. News and World Report," the interest in the dialogue between the two. The American Association of Advancement for Science has a special office devoted to this dialogue. Why? Is it because of changes in science?

IAN BARBOUR: No, I think it's more attitudes towards science. I think scientists are more aware of the limitations of their specialized disciplines. Their disciplines raise boundary questions, they raise ethical questions that science doesn't itself answer, and I think at the other hand, theologians are more aware of the need to reformulate ideas, particularly ideas of God and of human nature in the light of science. So that this opens up at least some humility, some recognition that no discipline has all the answers.

ELIZABETH FARNSWORTH: Let's start with one of the scientific discoveries that seems to have opened up a new room for religious discussion with scientists, and that's these discoveries that come out regularly in cosmology, about the Big Bang and the expansion of the universe. Am I right to believe that it's opened more talking between the two disciplines?

IAN BARBOUR: I think it has.

ELIZABETH FARNSWORTH: And why? Why?

IAN BARBOUR: I think because, again, questions are raised that are sort of at the boundary of science. You don't need to raise religious questions when you're doing your daily scientific work. But when you ask where it fits into a larger framework, as you press back in time to a beginning, the Big Bang, which we thought was 15 billion years ago, I think a couple of weeks ago NASA said the evidence points more towards 12 billion years, but what happened to Tequals 0?

ELIZABETH FARNSWORTH: You mean when time equals zero in all this.

IAN BARBOUR: Right. That's sort of the singularity at which the laws of physics break down. And the question, why is there a universe at all, why does it have the kind of order it has, and particularly why are the constants so finely tuned that life is possible? You know, Hawkins said that if the force of gravity were smaller by one part in a thousand million million, the universe would have collapsed before it had time for planets and galaxies to form, for the heavy elements to form. If it had been just a fraction lower, it would have expanded too rapidly for matter to coalesce. So that's the kind of question that I think is raised by science, but not answered by science. Is there a kind of design there? At least the idea of a beginning -- now, of course you can say it's all chance. And the atheist scientist tends to say there may be billions of universes, not just billions of galaxies but billions of universes, we just happen to live in one in which all these constants come out right. Well, I think that's a possible answer, it's not scientifically verifiable, because there's no communication between these galaxies, but I think this kind of -- I think there is a greater humility on the scientific side.

ELIZABETH FARNSWORTH: You've written a lot about technology. Do you think that religion has an important role to play right now with the technological issues, with the ethical issues raised by technology, like cloning, for example?

IAN BARBOUR: Yes. I think scientists are more likely to recognize today that the applications of science raise ethical issues that their own discipline cannot answer. Science can tell you what's possible, but it can't tell you what's desirable, what one should do. And cloning is a good example. It's fine to think about cloning dolly the sheep for medical purposes, but when you talk about cloning human beings, then it becomes more dubious. What are the motives? A father might want a son exactly like himself, or a mother might want to replace a child that's died, or supply organs for a child with a disease. But I think that's using people for other purposes rather than valuing them in themselves. And I don't think the biblical tradition gives you a neat answer. There's no verse in the Bible that says thousand shall not clone or thou shall clone. It's a new problem never faced before. And I think in that issue, the biblical sense does hold up the value of the individual. The family, the family is kind of broken up by if a father's clone is both a son in a different generation and a twin -- and no woman is involved in the genetic heritage -- the whole family structure is more severely threatened than any other reproductive technology. I think that raises question in which the religious community and the scientific community and the public in general needs to get involved because that's a problem that science itself doesn't answer. It's the question of what contributes to human welfare, what contributes to human justice?

ELIZABETH FARNSWORTH: Are there dangers here? After all, it took centuries for science and religion to separate and for superstition not to block scientific progress. Aren't there dangers if science and religion become too close again?

IAN BARBOUR: There are dangers if the scientist claims to answer question that is are not really scientific ones, but -- and that's certainly been the cause of conflict in the past. Or when the religious person is outside of their territory and gets into making scientific pronouncements. But I think if each recognizes their limitations and is open to the other, and to the need to reformulate the ideas, I find theologians are rethinking the concept of God in an evolutionary world, the concept of human nature. And I think this is a challenge as one faces the new millennium, how can we guide technology towards human betterment?

ELIZABETH FARNSWORTH: Your prize, the Templeton Prize is $1.2 million, what will you do with it?

IAN BARBOUR: I've given a million to the Center of Theology and Natural Sciences in Berkeley, California, a center that has been promoting that dialogue between scientists and theologians. It's just to be an endowment to help them carry on their work.

ELIZABETH FARNSWORTH: Thank you so much and congratulations again.


[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 26, 2010, 08:31:55 PM
Dan apa yang ingin anda katakan dengan kutipan ini?
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: semut-ireng pada Mei 27, 2010, 10:26:52 AM
Baca dan cermati,  masa minta disuapin terus ?  Barangkali bagian yang mengatakan : One believes in evolution but not God, ...... dstnya,  bisa menjadi bahan masukan untuk anda  ......... :D
Judul: Re: Hubungan antara Agama dengan Sains.
Ditulis oleh: Pi-One pada Mei 27, 2010, 11:50:13 AM
Sekali lagi, apa yang ingin anda katakan dengan kutipan itu? Entar dicocokkan dengan kutipannya, apa yang anda celotehkan itu benar atau tidak.

pengalaman mengajarkanku, tafsiran 'nabi' semut-ireng sering kali kelewat ajaib. Namanya juga 'nabi' :)