Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 05:39:15 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 87
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 108
Total: 108

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Ilmu dalam islam

Dimulai oleh Farabi, Maret 25, 2011, 04:15:20 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Farabi

Mungkin diantara anda berfikir bahwa dalam islam cukuplah ibadah ritual saja untuk menggapai surga? Hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Didalam islam Ilmu pengetahuan memegang peranan penting dalam ibadah seseorang.

[58:11] Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Apa itu Ilmu.
Ilmu atau pengetahuan adalah suatu pemahaman yang bisa menghantarkan seseorang menuju kebajikan secara lebih tepat. Tapi beberapa orang mendefinisikan ilmu secara lebih sempit atau spesifik, yaitu: "Pengetahuan yang bisa menghantarkan seseorang kepada keimanan". Manapun istilah yang tepat, ada hal yang lebih penting yang kita perlu ketahui bahwa, ilmu memegang peranan penting dalam islam untuk mencapai derajat yang diridoi oleh Allah.
Tanpa ilmu, sebuah amal(perbuatan) bisa jadi sia-sia. Semisal, morfin, ditangan seorang dokter yang berilmu, benda tersebut bisa menjadi sebuah obat yang menyembuhkan seseorang, akan tetapi ditangan seorang pemadat, hal tersebut bisa membahayakan dirinya sendiri dan juga orang lain. Tidak bisa disangkal, ilmu adalah segalanya.
Mengapa harus berilmu.
Kalau kita mau memperhatikan bagaimana hukum alam dunia ini berlaku, "Yang kuat mengalahkan yang lemah". Tapi tidak halnya dalam dunia manusia. Orang yang berilmu lah yang akan mengalahkan "si lemah". Kemampuan manusia adalah kemampuan yang tanggung, tidak lebih cepat dari hewan chitah, dan tidak lebih kuat daripada gajah.  Tapi tahukah anda? Di tangan seorang anak kecil berumur 6 tahun yang cerdas, kedua hewan tersebut bisa dikalahkan. Bayangkan jika anak tersebut menggunakan sebuah mobil untuk mengejar hewan tersebut, atau untuk menarik gajah sampai dia terjungkal.
Akibat tanpa ilmu.
Tahukah anda 1000 tahun silam pengikut quran adalah penguasa di muka bumi? Tetapi kenapa sekarang mereka terpuruk? Jawabannya adalah, karena mereka tidak punya ilmu. Negara-negara islam sekarang menjadi bulan-bulanan kekuatan asing karena pengembangan ilmu tersendat. Bukannya membuat sekolah menjadi gratis dan ilmu pengetahuan dikembangkan, para muslims sekarang terjebak dalam komersialisasi pendidikan dan perdebatan tanpa henti. Banyak dari antara kita yang melupakan bahwa Baca tulis adalah pintu gerbang menuju ilmu. Jika ada sebuah kejadian tabrakan dengan durasi 30 detik saja, anda akan membutuhkan sebuah ruang kosong pada harddisk minimal 1 MB. Padahal, jika ditulis di koran, mungkin hanya 4 atau 5 baris saja, itupun sudah lengkap dengan ulasan yang sangat baik, dari penyebab, sampai ulasan mengapa hal tersebut bisa terjadi, hal ini menegaskan bahwa, baca tulis adalah suatu perantara yang sangat efektif dalam penyampaian suatu ilmu.
Pada jaman dulu, para muslim sangat gemar membaca, hal tersebut bisa terbukti dari banyaknya kitab-kitab warisan dari orang-orang cerdas jaman dahulu yang disebut Ulama. Ulama berasal dari kata 'ilm, yang berarti orang yang berilmu. Dalam pemahaman saya, ulama mungkin sepadan dengan kata ilmuan atau scientist. Ulama adalah para penentu masa depan, tanpa mereka islam akan hancur, karena tiadanya para ulama, islam akan terjerumus dalam pertikaian tanpa ujung. Berbeda halnya dengan dugaan, ilmu adalah suatu kesimpulan yang diambil dari pengamatan dan pengalaman, Itu sebabnya ilmu mempunyai tingkat ketepatan yang tinggi. Zhon atau prasangka adalah kesimpulan yang diambil dari dugaan, yang tidak membutuhkan suatu pembuktian, zhon inilah yang menjadi penyebab perpecahan dalam dunia islam. Jika saya memberikan sebuah pertanyaan matematika, 1+1, jika ada 2 jawaban yang saling bertentangan, maka sudah pasti bahwa diantara kedua jawaban tersebut ada yang salah. Penyebab dari seringya pertikaian dan perpecahan dalam islam adalah karena adanya orang-orang yang senang menduga-duga, bukan senang mencari ilmu.

[10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran690. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Upah.
Didalam islam, ilmu sangat dijunjung tinggi. Anda bisa lihat upah yang dijanjikan oleh Allah pada hadist berikut ini
يَا أَبَاذَرٍّ ، لَأَنْ تَغْدَوْا فَتُعَلِّمَ اَيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَّكَ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ ، وَلَأَنْ تَغْدُوْا فَتُعَلِّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ عُمِلَ بِهِ اَوْ لَمْ يُعْمَلْ ، خَيْرٌ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ . (ابن ماجة)
"Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu dari pada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada shalat seribu rakaat." (HR. Ibn Majah)

Jelaslah sudah didalam islam bahwa ilmu pengetahuan menempati sebuah posisi yang sangat tinggi dibandingkan ibadah(pengabdian) lainnya kepada Allah. Saya ulangi lagi, membaca adalah pintu gerbang menuju ilmu pengetahuan, seperti yang dikatakan oleh Allah berikut ini:

96:1. Bacalah, dengan nama robb(Majikan/Tuan)mu yang menciptakan.
96:2. Dia menciptakan al-insan(Manusia) dari alaq.
96:3. Bacalah. Dan robbmu al-karim (Mulia).
96:4. Yang dia mengajar dengan qalam(Baca tulis).
96:5. Dia mengajarkan al-insan apa yang tidak dia ketahui.

Tentunya sangat masuk diakal jika mengajarkan orang lain membaca dan menulis, dalam bahasa apa saja yang memudahkannya untuk mencapai mendapatkan ilmu, memiliki suatu nilai pahala yang sangat besar, seperti yang dikatakan oleh nabi Almasih Isa: "Berikan kailnya, bukan ikannya".

Ulasan ini mungkin terlalu naif(sederhana) untuk dibaca, akan tetapi penulis berharap, dengan adanya tulisan ini, anda semua bisa memahami ilmu yang saya katakan supaya anda semua bisa lebih tepat dalam menggapai surga yang dijanjikan Allah dan mendapatkan derajat yang tinggi. Tentunya saya tidak hendak mengatakan bahwa, carilah ilmu dan lupakanlah solat, sama sekali saya tidak hendak mengatakan demikian, melainkan, kejarlah surga, tapi jangan lupakan dunia. Teruslah mencari ilmu sebagai pengabdian kepada Allah. Percayalah, surga dunia dan surga akhirat akan anda gapai jika anda berilmu.


Farabi, maret 2011.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Angkat lagi ah, selain mengingatkan juga untuk menguatkan biji yang tertanam, supaya tumbuh kuat karena akarnya kemana mana.

20:114.Maka Maha Tinggi Allah Raja sebenarnya dan jangan kamu tergesa-gesa dengan alQuran dari sebelum bahwa diselesaikan kepadamu mewahyukannya dan katakanlah, "Tambahkanlah kepadaku ilmu".
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

DOKTRIN TIME!!!

Bismilahirrahmanirrahiim



Syeikh Abdul Halim Mahmud (mantan Pemimpin tertinggi Al Azhar Mesir) menulis dalam bukunya al Quran fii syahr al Quran bahwa :



Dengan kalimat Iqra' bismi rabbik, Al Quran tidak sekedar memerintahkan untuk membaca, tapi `membaca' adalah lambang dari segala apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan semangatnya ingin menyatakan `Bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu'. Demikian juga apabila anda berhenti bergerak atau berhenti melakukan sesuatu aktifitas, maka hendaklah hal tersebut juga didasarkan pada bismi rabbik sehingga pada akhirnya ayat tersebut berarti `Jadikan seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, kesemuanya demi karena Allah'



Sayyid Quthb dalam fii Zhilal menuliskan ketika menafsirkan surah Al Alaq :



...., tampak jelas pula hakikat pengajaran Tuhan kepada manusia dengan perantaraan `kalam' (pena dan segala sesuatu yang semakna dengannya). Karena, kalam merupakan alat pengajaran yang paling luas dan paling dalam bekasnya di dalam kehidupan manusia.



Prof. Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah menuliskan :



... Dari uraian diatas kita dapat menyatakan bahwa kedua ayat diatas menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah swt dalam mengajar manusia. Pertama, melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia ...


***



Tiga kutipan diatas tampaknya sudah cukup untuk mengantar sebuah pernyataan bahwa membaca dan menulis adalah sebuah kerja peradaban.



Kenapa Rasulullah saw mendapatkan mu'jizat berupa sebuah kitab suci, bukan keajaiban membelah lautan, bukan keajaiban menghidupkan orang mati, dan bukan keajaiban-keajaiban yang sulit dicari alasan ilmiahnya atau bahkan riwayat shohihnya. Karena peradaban akhir zaman dibangun diatas kerja membaca dan menulis.



Jadi naif rasanya, jika kegiatan membangun sebuah peradaban baru, dilakukan dengan melupakan kerja membaca dan menulis. Nonsense rasanya, jika visi membangun pendidikan yang lebih baik dilakukan dengan melupakan dunia pena dan pustaka.



Sejarah sering menceritakan kepada kita, betapa mujahid sejati senantiasa basah dengan darah di medan perang dan basah pula dengan tinta di medan pemikiran.



Yang kurang dari bangsa besar inipun sebenarnya cuma satu, menulis dan membaca dengan seksama.



Kita lebih sering berkomentar dan berceloteh sebelum usai membaca. Usai membaca bukanlah khatam sekali dua, karena mungkin ada kata simpul yang tak tercerna, mungkin ada kalimat kunci yang belum terbuka, mungkin ada makna yang belum terkuak.



Dalam bahasa Quran, dikenal dengan istilah tartil, yang terambil dari kata ratala yang antara lain berarti serasi dan indah. Ucapan-ucapan yang disusun secara rapi dan diucapkan dengan baik dan benar dilukiskan dengan kata-kata tartil al Kalam.



Mungkin karena kita jarang membaca dengan tartil, lahirlah pendapat-pendapat prematur yang jangankan masuk ke ranah ilmiah, dipahamipun sulit jadinya. Lalu ditanam pula pendapat-pendapat itu pada lahan yang kering sehingga berbuah selisih paham dan debat berkepanjangan. Naudzubillahi min dzalik.



Sebuah buku tak hanya judul yang terpampang di sampul, tapi alur halaman-halamannya merupakan buah pikir yang dirapikan dengan seksama, ditelaah kembali dengan membaca dan membandingkan. Mungkin karena itu berat bagi komentator dan spesialis penulis kata pengantar untuk melahirkan sekian banyak buku. Bukan karena sulit, tapi pola pikiran yang masih terlalu acak dan eksplosif sangat rumit untuk diterjemahkan dalam lembaran-lembaran terstruktur. Allahu `Alam.



Pikiran-pikiran yang rapi, bab-bab yang rapi, hingga judul yang rapi kadang hilang makna pula, jika tak bertemu pembaca yang memiliki jeda waktu yang rapi untuk berhenti sejenak memahami emosi yang tersembunyi dibalik rangkaian huruf.



Orang-orang dengan jeda teratur inilah yang kekuatan katanya harus pula didengarkan oleh mereka yang berjuang dalam kata dan kalimat. Karena jeda mereka mengantarkan orang-orang itu mampu menelaah sekian banyak lembar yang terkadang tak sempat tersentuh oleh seorang penulis. Mungkin itu alasan kenapa Quran menyandingkan pendengaran setelah hati, sebelum penglihatan. Karena mendengar lebih sulit daripada melihat. Membaca seksama jauh lebih sulit daripada melihat sekilas. Tak perlu alasan, karena anda pasti mendengar bisikan sang penulis ketika melihat rangkaian kalimatnya dengan teliti, tapi dapat dipastikan bahwa anda hanya akan mendengar komentar emosi hati sendiri ketika membacanya tanpa jeda.



Begitu pula peradaban, ia tidak lahir serta merta. Kalaupun ada, pondasi rapuhnya hanya akan mengantarkannya pada era sejarah, yang kadang bisa terkenang, tapi lebih banyak tidak. Pondasinya lahir dari telaah mendalam yang merupakan buah dari kerja `membaca'. Lembaran-lembaran itu nantinya berubah menjadi nilai yang menjaga dan memberi warna. Jika begitu banyak lembaran yang salah dan tidak ada yang meluruskan, maka kehancurannya hanyalah persoalan waktu.



Jadi jika ada yang bertanya kepada seorang muslim tentang cara ia membangun peradaban baru, maka dengan singkat ia menjawab,"Iqro, bismirabbikaladzi khalaq"



Dinamika peradaban yang dibaca dengan seksama.Membaca seksama yang mengkristal menjadi pikir yang mendalam.Buah pikir mendalam yang digubah secara teliti menjadi Sastra.Sastra yang dirapikan dalam sebuah buku.Akan mengantarkan kita kepada pintu peradaban yang diimpikan.Peradaban yang dibangun dengan Nama Tuhan yang Menciptakan.



Insya Allah.



http://aku.rezaervani.com/?p=12
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.