Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 05:11:43 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 134
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 133
Total: 133

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Is there Supreme Designer

Dimulai oleh Farabi, Juli 25, 2015, 11:21:00 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Farabi

Ini adalah tulisan saya di salah sebuah forum. Apa yang saya pikirkan selama ini. Memang tendensius, mungkin memang pengaruh didikan dari kecil tentang adanya Tuhan. Tapi mungkin menarik untuk dibahas.

I saw an article made by an atheist, he said, or claimed, that he was talked to God. In one of the dialogue, I get something interesting, that said, God manipulate matter with zero energy, if it was not at all. I saw plant in the way that are not the same as before. Sugar was consist of carbon chain, along with another atoms, mostly hydrogen and oxygen. At first I thought fruits was assembled from the soil it had. But imagine if plants was only used carbon from air to assembling fruits, like an article about hydrophonic or something, how to grow fruit in space. This is pretty amazing for me. How did the carbon separated from its compund? Did you see the soil? It might contain lots of compound in there, even steels and gold bounded together. And if fruits was formed from carbon from the air, how did plants separated it? The most advanced technique I knew about separating atoms to its purest form was using electrolysis. But what about carbon? Carbon was a strong bound, we need a lots of heat to separate it. But plants did it without energy at all. Plants should generate lots of heats, but it did not, plants make the earth cooler. Plants was state of the art assembling machines.

I saw an octopus, it was so amazing, superb capability to blend in with their surrounding. If you know about human behaviour at the old time and the current time, you might notice distinct behaviour about humans. On some part of africa, people in there can drink a water that are mixed up with soil, dumps even parasite. But they had no problem. Compared to people in indonesia who puke when they knew if the water they drank was from the pump. Notice this, knowledge changed your behaviour. When people on the old time saw a natural phenomena like an earthquake, they will make up as speculative story about God's wrath in order to answer their question, but when we saw an earthquake, our brain will associate all of our knowledge to make up a new explanation, and sometime it was so accurate.

Now get back to an octopus. Imagine humans one day knew how to built a cloth like an octopus skin, lets say the researchers, do you think the researchers behaviour will not be affected by his knowledge? I bet his paradigm will changed as an impact of their knowledge. But, what made octopus did not? Octopus are not smarter than 3 Y.O kids, yet octopus and plants possessed a perfect state of the art technology we havent achieved yet. Imagine if birds knew how to build an airplane based on their flight knowledge, they might using an aircraft while we are forced to work finding the oils because their changed behaviour because of their knowledge. But they arent. They had no idea how it works. So do human when inventing a robots, we had no idea how our brains worked.

The conclusion is considered silly by most people I knew on the internet, ahem, I think Im convinced that, there is a supreme designer in this universe.

And also, here is the source of my depressions, that designer had capability to make everything to as good as he get, and can make anything as bad as we perceived, and most of everything on our live was designed to be as bad as he can. Including our instinct. The world was a scary place, but for the whole of my life I was blinded. When I opened my eyes, I pray for self deceive.


Artikel yang saya maksud:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

kusmardiyanto

logika akan mengatakan " semua ini mesti/pasti ada yang merancang "....dan itu adalah Tuhan

mhyworld

Isi artikelnya kok beda dari kutipan di atas?
once we have eternity, everything else can wait

mhyworld

Kutip dari: kusmardiyanto pada Juli 31, 2015, 04:56:09 PM
logika akan mengatakan " semua ini mesti/pasti ada yang merancang "....dan itu adalah Tuhan
Apakah logika anda masih berlaku untuk menjelaskan hal-hal yang negatif, seperti bencana alam, atau bayi-bayi yang terlahir cacat?
once we have eternity, everything else can wait

Monox D. I-Fly

^
Logika mereka akan menjawab "Semua pasti ada hikmahnya, itu semua merupakan ujian dari Sang Maha Pencipta".
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.

kusmardiyanto

Kutip dari: mhyworld pada Juli 31, 2015, 09:58:59 PM
Apakah logika anda masih berlaku untuk menjelaskan hal-hal yang negatif, seperti bencana alam, atau bayi-bayi yang terlahir cacat?

semuanya tanpa kecuali...kalau ada bencana ya itu berarti telah dirancang akan terjadi bencana (dengan sebab-sebab tertentu)....kalau ada bayi cacat ya itu berarti telah dirancang akan ada bayi yang cacat (karena sebab-sebab tertentu)...

Fariz Abdullah

Untuk Supreme Designer, saya dalam posisi Agnostic. Belum ada bukti valid. Tetapi tetap menarik dibicarakan dari sudut pandang filosofis. Tentu saja pendapat saya subyektif, bukan obyektif, dan bisa saja berubah jika ada argumen lebih baik atau bukti valid. Tetapi saya tetap menghormati baik yang percaya Supreme Designer maupun yang tidak percaya.

Menurut saya, Tuhan tidak menciptakan alam semesta ini. Tetapi alam semesta ini juga bukan terjadi "by chance". Kesadaran (conciousness) kitalah yang menciptakan alam semesta ini. Conciousness adalah abadi. Ketika kita mati, conciousness kita tetap exist. Semua yang hidup dunia ini bertanggungjawab terhadap evolusi di planet ini. Evolusi terjadi melalui collective conciousness. Ketika spesies siap melangkah dalam tahap evolusi selanjutnya, maka terjadi mutasi. Dan dalam satu generasi spesies baru tercipta.

Banyak orang berpendapat bahwa conciousness adalah produk brain. Tetapi puluhan ribu kesaksian Near Death Experience mengatakan conciousness kita tetap exist, walaupun otak kita secara klinis telah mati. Bahkan orang buta sejak lahir, bisa menceritakan secara rinci "penglihatannya" saat mengalami NDE.

Bukanlah materi yang melahirkan conciousness, tetapi conciousness lah yang menciptakan materi. Tuhan adalah semacam Power Station dari Collective Conciousness.

Tuhan juga tidak menciptakan surga dan neraka. Kita sendirilah yang yang menciptakan surga dan neraka. Jiwa yang jahat menciptakan dunia yang jahat, tidak hanya di sini di alam fana ini, tetapi juga nanti di dunia spirit. Di "neraka" mereka bertemu jiwa-jiwa jahat yang lain. Saling menyakiti, saling menyiksa. Jiwa yang baik, yang penuh cinta akan menciptakan dunia fisik yang lebih baik, dan juga menciptakan surga di dunia spirit.

Di sini di dunia fisik, conciousness "menumpang" pada tubuh fisik kita. Seperti juga tubuh fisik, conciousness juga mengalami evolusi. Beberapa orang, conciousnessnya mengalami evolusi spiritual yang baik. Berapa lainnya gagal dan menjadi jahat. Dunia ini adalah laboratorium bagi conciousness dengan segala hiruk pikuknya. Setelah dunia fisik berakhir, conciousness akan meneruskan "kehidupannya" di dunia yang lain. Dunia spirit.
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Farabi

Kutip dari: mhyworld pada Juli 31, 2015, 09:58:59 PM
Apakah logika anda masih berlaku untuk menjelaskan hal-hal yang negatif, seperti bencana alam, atau bayi-bayi yang terlahir cacat?

Ada logikanya, dan ini adalah fakta yang tidak bisa dibantah, bahwa Tuhan memang mengerikan dan tidak peduli terhadap apapun. Tidak takut terhadap akibat apapun, dan dengan jelas menyampaikan pesan: "Siapa elu?" Ada ataupun tidak ada Tuhan, memang itulah faktanya, perang, salah paham, kecelakaan, rasa sakit, kematian. Dan saya percaya, Tuhan itu ada, dan bisa sangat kejam.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip dari: mhyworld pada Juli 31, 2015, 09:54:18 PM
Isi artikelnya kok beda dari kutipan di atas?

Bukan, tulisan saya ada di forum lain, sedangkan artikel yang saya tulis dibawah, adalah artikel yang saya baca sebelum menulis tulisan ini.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Agustus 06, 2015, 03:37:49 PM
Untuk Supreme Designer, saya dalam posisi Agnostic. Belum ada bukti valid. Tetapi tetap menarik dibicarakan dari sudut pandang filosofis. Tentu saja pendapat saya subyektif, bukan obyektif, dan bisa saja berubah jika ada argumen lebih baik atau bukti valid. Tetapi saya tetap menghormati baik yang percaya Supreme Designer maupun yang tidak percaya.

Menurut saya, Tuhan tidak menciptakan alam semesta ini. Tetapi alam semesta ini juga bukan terjadi "by chance". Kesadaran (conciousness) kitalah yang menciptakan alam semesta ini. Conciousness adalah abadi. Ketika kita mati, conciousness kita tetap exist. Semua yang hidup dunia ini bertanggungjawab terhadap evolusi di planet ini. Evolusi terjadi melalui collective conciousness. Ketika spesies siap melangkah dalam tahap evolusi selanjutnya, maka terjadi mutasi. Dan dalam satu generasi spesies baru tercipta.

Banyak orang berpendapat bahwa conciousness adalah produk brain. Tetapi puluhan ribu kesaksian Near Death Experience mengatakan conciousness kita tetap exist, walaupun otak kita secara klinis telah mati. Bahkan orang buta sejak lahir, bisa menceritakan secara rinci "penglihatannya" saat mengalami NDE.

Bukanlah materi yang melahirkan conciousness, tetapi conciousness lah yang menciptakan materi. Tuhan adalah semacam Power Station dari Collective Conciousness.

Tuhan juga tidak menciptakan surga dan neraka. Kita sendirilah yang yang menciptakan surga dan neraka. Jiwa yang jahat menciptakan dunia yang jahat, tidak hanya di sini di alam fana ini, tetapi juga nanti di dunia spirit. Di "neraka" mereka bertemu jiwa-jiwa jahat yang lain. Saling menyakiti, saling menyiksa. Jiwa yang baik, yang penuh cinta akan menciptakan dunia fisik yang lebih baik, dan juga menciptakan surga di dunia spirit.

Di sini di dunia fisik, conciousness "menumpang" pada tubuh fisik kita. Seperti juga tubuh fisik, conciousness juga mengalami evolusi. Beberapa orang, conciousnessnya mengalami evolusi spiritual yang baik. Berapa lainnya gagal dan menjadi jahat. Dunia ini adalah laboratorium bagi conciousness dengan segala hiruk pikuknya. Setelah dunia fisik berakhir, conciousness akan meneruskan "kehidupannya" di dunia yang lain. Dunia spirit.

Harus diakui, mengimani adanya kehidupan abadi adalah bawaan lahiriah kita, istilahnya built in. Tarolah setelah kematian ternyata kita lenyap selamanya, tetap saja, instink kita ingin mempercayai bahwa kita akan hidup abadi. Sekarang kita pikirkan ini, saat kita muda ada dorongan yang sangat besar, yaitu hasrat untuk beranak, setelah menikah, apa yang kita dapat? Ternyata nikmat luar biasa bukan? Maka dari itu naluri kita akan menghalalkan segala cara untuk itu, kalau perlu jalan pintas, bisa memperkosa, bisa masturbasi. Begitu pula dorongan naluri kita untuk mempercayai kehidupan abadi, ini ada pasti ada suatu sebab,
Saya tidak mau menjelaskan ini kepada anda, karena saya mengalami ketakutan bukan main, tidak bisa berfikir positif, dan cenderung depresi. Tapi anda lihatlah sendiri fakta fakta didunia kita yang dibutakan dari kita. Berbohong untuk mendapatkan uang atau kekuasaan yang kita anggap sesuatu yang wajar. Kehidupan yang ternyata mengerikan, perang, penyakit, dan kalaupun tidak ada keduanya, ternyata sakit gigi. Sama sekali tidak ada enaknya didunia ini. Tapi kita menganggapnya biasa.

Yang saya ingin anda ingat, kira kira kenapa tuh tiap kita ingat mati kita sangat ketakutan?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

#10
Kutip
Bukanlah materi yang melahirkan conciousness, tetapi conciousness lah yang menciptakan materi. Tuhan adalah semacam Power Station dari Collective Conciousness.

Benar, awalnya consciousness yang menciptakan materi, tapi bukan berarti consciousness tidak bisa muncul dari materi. Kalau Tuhan itu ada, yang kita bicarakan bukan Tuhan remeh yang membuat sesuatuh hal yang tidak terduga. Tapi Tuhan yang tahu cara kerja diriNya sendiri, kemudian membuat sesuatu yang terpisah. Dunia ini jauh lebih dahsyat daripada bahkan imajinasi terliar manusia.
Secanggih apapun teknologi manusia, kita tidak akan bisa membuat WC rumah saya yang selebar 1 meter, ketika anda masuk kedalamnya, tiba tiba didalamnya ada lapangan bola. Tapi coba anda lihat alam semesta, terus mengembang. Yang kita lihat disini adalah teknologi yang tidak masuk diakal dari perspektif manapun. Menghadirkan adanya ruang.
Kemudian anda lihat pohon, sudah jelas, ada benturan logika disini, melepas karbon dibutuhkan panas, tapi pohon tidak panas dan mengubah CO2 menjadi oksigen.
Atau air. Siapa bilang air itu lunak? Ternyata di ruang angkasa, anda tidak bisa menembak air karena sangat keras, istilahnya, es.
Masih kurang? Anda perokok? Kalau consciousness bukan dari materi, kenapa anda bisa ketergantungan merokok? Atau pusing jika anda tidak minum alkohol? Anda musti tahu, didunia binatang, ada semut yang menjadi zombie, bahkan ada ulat yang kemasukan parasit, dan setelah parasit itu dewasa, keluar dari tubuh ulang dengan memakan daging ulat. Dan yang mengerikan, setelah parasit itu keluar, sang ulat itu menjaganya seolah itu adalah anak anaknya. Anda pasti bisa menebak kira kira perasaan apa yang dialami oleh si ulat yang sedang sekarar untuk menjaga parasit tersebut?

Dikehidupan yang dikuasai oleh Tuhan yang ini. Apapun bisa terjadi, kalau perlu uranium jadi hydrogen, atau oksigen jadi emas? Apa susahnya?

Plus, apapun yang anda rasakan, sebetulnya itu adalah perasaan perasaan yang sengaja Dia tanamkan, dan bagiNya sifatnya itu terduga. Coba anda perhatikan tivi, kenapa anda bisa percaya bahwa misalkan dimasa depan akan ada betulan spiderman, atau orang di era tahun 1990an begitu percaya bahwa mesin waktu dan mobil terbang ada di masa depan. Karena sepanjang sejarah evolusi makhluk hidup, tidak ada yang bisa memperkirakan adanya tivi, itu sebabnya kita begitu percaya terhadap apa yang kita lihat, karena memang sepanjang sejarah, manusia mempercayai seluruh inderanya. Nah, ini adalah contoh yang tidak tertuga, tapi semua yang anda rasakan, itu semua terduga, dan ada tujuannya.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Fariz Abdullah

Saya kurang pas dengan istilah mengimani..Iman cenderung mengabaikan logika dan cenderung fanatik..istilah percaya lebih pas..Iman dan percaya itu sama2 tanpa bukti..tapi iman lebih ekstrem..Bukti valid tentang hidup setelah mati belum ada..yang ada adalah bukti yang masih harus diuji kevalidannya..'bukti' yang saya maksud adalah kesaksian ribuan orang untuk Near Death Experience..secara umum, kesaksiannya seragam..agak sulit diabaikan, atau sekedar dibantah sebagai halusinasi otak..

Kepercayaan saya walaupun belum bersandar pada bukti valid yang teruji, tetapi setidaknya ada referensi dan pijakan logika..

Masalah consciousness masih debatable antara kubu dualisme dan kubu materialistik..saat ini saya cenderung ke arah dualisme sehubungan kesaksian near death experience..tapi namanya kepercayaan, sewaktu2 bisa berubah juga, jika ada bukti valid atau argumen yg lebih meyakinkan..

Ketakutan akan kematian mungkin hanya insting species agar tetap bisa survive dalam evolusinya..
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Fariz Abdullah

Uraian Anda yang cukup panjang itu belum sepenuhnya saya nengerti..mungkin karena ilmu saya belum cukup..

Bagi saya, kalaupun Tuhan ada, bukanlah Tuhan yang dibayangkan oleh mainstream orang relijius..Bagi saya, Tuhan bukan 'being' atau super dad..Tuhan memberi pahala dan menghukum itu menurut saya adalah konsep kekanakan..Kita sendirilah yang menciptakan hadiah dan hukuman itu..Sebagaimana ada hukum fisik, ada juga hukum spirit..Hukum fisik seperti gravitasi misalnya..Jika kita jatuh dari ketinggian 100 meter lantas terhempas ke bumi, patah tulang bahkan mati..siapa yang menghukum kita? Tidak ada..kita hanya terkena hukum fisik..demikian juga hukum spirit..
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Farabi

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Agustus 07, 2015, 08:29:56 PM
Uraian Anda yang cukup panjang itu belum sepenuhnya saya nengerti..mungkin karena ilmu saya belum cukup..

Bagi saya, kalaupun Tuhan ada, bukanlah Tuhan yang dibayangkan oleh mainstream orang relijius..Bagi saya, Tuhan bukan 'being' atau super dad..Tuhan memberi pahala dan menghukum itu menurut saya adalah konsep kekanakan..Kita sendirilah yang menciptakan hadiah dan hukuman itu..Sebagaimana ada hukum fisik, ada juga hukum spirit..Hukum fisik seperti gravitasi misalnya..Jika kita jatuh dari ketinggian 100 meter lantas terhempas ke bumi, patah tulang bahkan mati..siapa yang menghukum kita? Tidak ada..kita hanya terkena hukum fisik..demikian juga hukum spirit..

Saya tidak sependapat. Konsep dosa dan pahala, adalah hal yang bisa menjaga keharmonisan interaksi antar manusia. Mungkin terlihat bodoh, tapi justru itulah yang membuat orang menjadi baik. Hukum bisa dirubah, pengadilan bisa dimanipulasi, tapi konsep pahala dosa bisa menjadi kontrol sosial bagi masyarakat.

Silahkan google di wiki mengenai stick and carrot. Saya menggunakan tablet sekarang.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Agustus 07, 2015, 08:29:56 PM
Uraian Anda yang cukup panjang itu belum sepenuhnya saya nengerti..mungkin karena ilmu saya belum cukup..

Bagi saya, kalaupun Tuhan ada, bukanlah Tuhan yang dibayangkan oleh mainstream orang relijius..Bagi saya, Tuhan bukan 'being' atau super dad..Tuhan memberi pahala dan menghukum itu menurut saya adalah konsep kekanakan..Kita sendirilah yang menciptakan hadiah dan hukuman itu..Sebagaimana ada hukum fisik, ada juga hukum spirit..Hukum fisik seperti gravitasi misalnya..Jika kita jatuh dari ketinggian 100 meter lantas terhempas ke bumi, patah tulang bahkan mati..siapa yang menghukum kita? Tidak ada..kita hanya terkena hukum fisik..demikian juga hukum spirit..

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Mungkin benar kalau anda memiliki penjelasan yang jauh lebih tinggi dari apa apa yang bisa saya pahami, bahwa, konsep pahala dan dosa itu kekanakan. Masalahnya, apakah masyarakat kita sudah "sedewasa" itu? Dalam teori manajemen ada prinis teori X dan teori Y, teori X menganggap pekerja bodoh, tidak bisa mengorganisasikan diri, malas, harus diawasi terus. Pendekatannya harus keras, terus diancam, terus diawasi. Teori Y sebaliknya, pekerja hanya perlu untuk diberikan motivasi, karena mereka dari sananya bisa dipercaya. Kalau anda lihat bagaimana macetnya beberapa jalan hanya karena dipersimpangan ada mobil yang tidak mau bersabar hanya 2 menit membiarkan mobil didepannya lewat supaya tidak mentok, anda pasti tahu bagaimana sih rata rata masyarakat kita ini.
Tarolah anda ini adalah orang bijaksana, tidak perlu diawasi, dari sananya bisa dipercaya. Pertanyaannya, dibandingkan dengan orang orang lainnya, memangnya jumlah orang seperti anda mayoritas? Tidak. Yang kita butuhkan disinia adalah solusi cepat dan mudah yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan masing masing orang. Anda lihat saja kuda, apa bisa dielus elus supaya jalan? Bisa anda ajak bicara? Ya tidak bisa, cara paling mudah untuk binatang supaya sesuai dengan apa yang kita dambakan ya dengan pecut. Bahkan hal seperti ini pun berlaku dengan manusia. Bagaimana cara mendidik anak anak supaya tidak mencelakakan diri sendiri? Ya dengan dimarahi, setidak tidaknya ini sanksi. Apakah anak anak paham kalau sumur, atau steker listrik berbahaya? Anda gendong pun bisa jadi anak anak malah frustasi dan menangis sambil mengamuk.

Lagi, dalam pandangan anda itu adalah konyol dan kekanakan, tapi itu adalah solusi ampuh untuk mencegah masyarakat mencelakai dirinya sendiri, lebih lebih lagi kalau mengacau.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.