Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 05:05:05 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 1
Guests: 201
Total: 202

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Is there Supreme Designer

Dimulai oleh Farabi, Juli 25, 2015, 11:21:00 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Fariz Abdullah

Kutip dari: Farabi pada Agustus 08, 2015, 02:13:49 PM
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Mungkin benar kalau anda memiliki penjelasan yang jauh lebih tinggi dari apa apa yang bisa saya pahami, bahwa, konsep pahala dan dosa itu kekanakan. Masalahnya, apakah masyarakat kita sudah "sedewasa" itu? Dalam teori manajemen ada prinis teori X dan teori Y, teori X menganggap pekerja bodoh, tidak bisa mengorganisasikan diri, malas, harus diawasi terus. Pendekatannya harus keras, terus diancam, terus diawasi. Teori Y sebaliknya, pekerja hanya perlu untuk diberikan motivasi, karena mereka dari sananya bisa dipercaya. Kalau anda lihat bagaimana macetnya beberapa jalan hanya karena dipersimpangan ada mobil yang tidak mau bersabar hanya 2 menit membiarkan mobil didepannya lewat supaya tidak mentok, anda pasti tahu bagaimana sih rata rata masyarakat kita ini.
Tarolah anda ini adalah orang bijaksana, tidak perlu diawasi, dari sananya bisa dipercaya. Pertanyaannya, dibandingkan dengan orang orang lainnya, memangnya jumlah orang seperti anda mayoritas? Tidak. Yang kita butuhkan disinia adalah solusi cepat dan mudah yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan masing masing orang. Anda lihat saja kuda, apa bisa dielus elus supaya jalan? Bisa anda ajak bicara? Ya tidak bisa, cara paling mudah untuk binatang supaya sesuai dengan apa yang kita dambakan ya dengan pecut. Bahkan hal seperti ini pun berlaku dengan manusia. Bagaimana cara mendidik anak anak supaya tidak mencelakakan diri sendiri? Ya dengan dimarahi, setidak tidaknya ini sanksi. Apakah anak anak paham kalau sumur, atau steker listrik berbahaya? Anda gendong pun bisa jadi anak anak malah frustasi dan menangis sambil mengamuk.

Lagi, dalam pandangan anda itu adalah konyol dan kekanakan, tapi itu adalah solusi ampuh untuk mencegah masyarakat mencelakai dirinya sendiri, lebih lebih lagi kalau mengacau.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Prinsip Carrot and Stick sudah unstuck alias usang dalam manajemen abad 21..Anda bisa baca link saya.

Seperti halnya fisik, maka consciousness spritual manusia juga mengalami evolusi..Evolusi keledai tidak secepat manusia. Keledai tidak mengenal pendekatan love & caring..Karena itu yang cocok adalah pendekatan carrot & stick..Sebelum abad 21, para manager masih berpendapat bahwa pendekatan carrot & stick masih ampuh..Tetapi jaman sekarang sudah berubah..Internet dan koneksi global telah mengalami revolusi..Pendekatan carrot & stick sudah usang dan tidak akan seampuh dulu. Manusia makin menyadari bahwa cinta, perhatian, persaudaraan dan rasa bersatu adalah yang utama. Spritualitas manusia satu step lebih maju dalam evolusinya..

Tetapi tidak semua spritualitas manusia berkembang..Ada yang masih stuck evolusinya..Ada yang bahkan tidak mengenal cinta sama sekali. Menganggap yang kepercayaannya berbeda adalah zholim dan harus dibenci..Tidak percaya? Anda bisa menyimak diskusi saya dengan Muslim di forum ini..

James R. Lindner dari Ohio State University,  Daniel Pink, Nitin Nohria, Boris Groysberg and Linda-Eling Lee adalah beberapa Ilmuwan masa kini bahwa pendekatan hadiah dan hukuman adalah usang. Masak Tuhan Yang Maha Hebat malah set back ke belakang?
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

mhyworld

Kutip dari: Farabi pada Agustus 08, 2015, 10:53:15 AM
Saya tidak sependapat. Konsep dosa dan pahala, adalah hal yang bisa menjaga keharmonisan interaksi antar manusia. Mungkin terlihat bodoh, tapi justru itulah yang membuat orang menjadi baik. Hukum bisa dirubah, pengadilan bisa dimanipulasi, tapi konsep pahala dosa bisa menjadi kontrol sosial bagi masyarakat.

Silahkan google di wiki mengenai stick and carrot. Saya menggunakan tablet sekarang.
Konsep pahala dan dosa adalah pengembangan dari konsep imbalan dan hukuman, yang berguna untuk memanipulasi tindakan orang lain, yang berlaku terutama jika imbalan dan hukuman yang dijanjikan tidak bisa diwujudkan secara fisik. Pihak yang menerapkan kebijakan stick and carrot membutuhkan sumber daya untuk memberikan imbalan maupun hukuman. Pihak yang memanfaatkan konsep surga dan neraka untuk mengatur tingkah laku masyarakat hanya memerlukan kepercayaan dari masyarakat tersebut terhadap janji manis pahala dan ketakutan terhadap ancaman dosa.

Konsep pahala bisa membebaskan pihak yang berwenang dari keharusan membayarkan imbalan kepada pihak-pihak yang dianggap melakukan perbuatan baik. Contoh, dengan menjanjikan pahala berupa rumah mewah di surga dapat membuat orang-orang rajin bersedekah. Contoh ekstremnya, menjanjikan 72 bidadari di surga bisa membuat orang-orang yang percaya rela mengorbankan nyawanya.

Konsep dosa bisa membebaskan pihak yang berwenang dari keharusan untuk memberikan hukuman kepada pihak yang bersalah. Misalnya seseorang menjadi korban pembunuhan, dan pelakunya tidak diketahui. Adanya konsep dosa bisa meredakan tuntutan massa atau keluarga korban meskipun pihak berwenang gagal menemukan atau menghukum pelakunya. Atau jika pelakunya adalah pihak yang dekat dengan penguasa, masyarakat yang percaya konsep dosa tidak akan terlalu banyak menuntut karena yakin bahwa nantinya si pelaku akan tetap menerima balasan, sehingga si pelaku dapat bebas dari hukuman di dunia.
once we have eternity, everything else can wait

mhyworld

Kutip dari: Farabi pada Agustus 08, 2015, 02:13:49 PM
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Mungkin benar kalau anda memiliki penjelasan yang jauh lebih tinggi dari apa apa yang bisa saya pahami, bahwa, konsep pahala dan dosa itu kekanakan. Masalahnya, apakah masyarakat kita sudah "sedewasa" itu? Dalam teori manajemen ada prinis teori X dan teori Y, teori X menganggap pekerja bodoh, tidak bisa mengorganisasikan diri, malas, harus diawasi terus. Pendekatannya harus keras, terus diancam, terus diawasi. Teori Y sebaliknya, pekerja hanya perlu untuk diberikan motivasi, karena mereka dari sananya bisa dipercaya. Kalau anda lihat bagaimana macetnya beberapa jalan hanya karena dipersimpangan ada mobil yang tidak mau bersabar hanya 2 menit membiarkan mobil didepannya lewat supaya tidak mentok, anda pasti tahu bagaimana sih rata rata masyarakat kita ini.
Tarolah anda ini adalah orang bijaksana, tidak perlu diawasi, dari sananya bisa dipercaya. Pertanyaannya, dibandingkan dengan orang orang lainnya, memangnya jumlah orang seperti anda mayoritas? Tidak. Yang kita butuhkan disinia adalah solusi cepat dan mudah yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan masing masing orang. Anda lihat saja kuda, apa bisa dielus elus supaya jalan? Bisa anda ajak bicara? Ya tidak bisa, cara paling mudah untuk binatang supaya sesuai dengan apa yang kita dambakan ya dengan pecut. Bahkan hal seperti ini pun berlaku dengan manusia. Bagaimana cara mendidik anak anak supaya tidak mencelakakan diri sendiri? Ya dengan dimarahi, setidak tidaknya ini sanksi. Apakah anak anak paham kalau sumur, atau steker listrik berbahaya? Anda gendong pun bisa jadi anak anak malah frustasi dan menangis sambil mengamuk.

Lagi, dalam pandangan anda itu adalah konyol dan kekanakan, tapi itu adalah solusi ampuh untuk mencegah masyarakat mencelakai dirinya sendiri, lebih lebih lagi kalau mengacau.
Anak-anak memiliki skala prioritas yang berbeda daripada orang dewasa untuk memenuhi keinginannya. Janji pahala berupa 72 bidadari di surga mungkin kurang menarik bagi mereka. Mereka lebih tertarik pada kesenangan jangka pendek, seperti mainan atau beberapa jenis makanan seperti kue atau permen. Untuk itulah orang dewasa menciptakan tokoh seperti Sinterklas untuk mengatur tingkah laku anak-anak.
Mencegah anak keluyuran malam-malam agar terhindar dari bahaya bisa dilakukan dengan menceritakan kisah horor. Namun efek sampingnya, mereka jadi penakut terhadap hal-hal yang tidak nyata, dan justru mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain.
IMO, solusi ampuh untuk mencegah masyarakat mencelakai dirinya sendiri adalah dengan membuat mereka lebih dewasa dan sadar akan akibat dari perbuatan mereka. Hal ini hanya bisa dicapai dengan pendidikan yang tepat sejak usia dini. Mereka perlu diajarkan untuk berpikir secara logis dan rasional, kritis dan berpikiran terbuka, sehingga mampu membedakan antara dongeng dan kenyataan. Jika yang ditanamkan sejak awal dalam pikiran anak-anak adalah sesuatu yang irasional, wajar saja jika di kemudian hari mereka melakukan hal-hal yang kekanak-kanakan.
once we have eternity, everything else can wait

Farabi

Siapa bilang konsep stik and carrot sudah usang? kita masih punya penjara sebagai ganti stik. Tetap saja kita butuh apresiasi dan hukuman.  Masalah pendidikan, kita ini punya instink yang bermasalah yang tertanam dalam tubuh kita, contohnya rokok. Pendidikan tak ada gunanya jika harus menghadapi instink. Kriminal itu ingin jalan cepat untuk mendapatkan tujuan, jadi tetap dibutuhkan sanksi dan apresiasi, dalam bahasa manajemen stick and carrot. Pendidikan memang penting, tapi butuh waktu lama. Jelas jelas konsep surga dan neraka adalah solusi cepat.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

#19
Saya mengutipkan tulisan saya ditempat lain.

Kutip
Komputer adalah manifestasi dari konsep yang terpikirkan oleh manusia. Manusia mempunyai konsep berhitung, kemudian dengan segenap daya dan pengetahuannya dia menerjemahkan konsep tersebut menjadi sebuah benda. Konsep yang dipakai adalah basis bilangan. Bagaimana bilangan basis 10 dirubah menjadi basis 2, yaitu 1 dan 0. Deretan data kertas yang berlubang dan tidak berlubang inipun kemudian ditafsirkan menjadi angka dengan menggunakan IC yang rumit. Otak manusiapun tidak jauh beda. Hanya saja berbeda sudut pandang keberangkatannya. Saat komputer berangkat dari konsep untuk memudahkan perhitungan, manusia entah berangkat dari konsep apa. Komputer menerjemahkan suara menjadi kata dengan memecah mecah sinyal menjadi data angka, baru kemudian dibanding bandingkan dengan dengan contoh data yang ada baru kemudian dikenali dan dipahami. Sedangkan otak manusia menggunakan reaksi berantai kimia, dipecah pecah oleh otak secara paralel, dengan skala massive, dimana unit pemrosesnya bisa sebanyak galaxi dilangit, kita sedang membicarakan skala astronomi untuk membayangkan jumlah sel otak dikepala kita. Dan itu semua sangat optimal. Anda bisa mendengarkan musik, sambil mengira ngira arti sebuah kalimat bahasa inggris, dengan mengasosiasikan seluruh pengetahuan anda yang pernah anda dengar dari semenjak lahir. Tepat saat anda mengendarai motor. Sebagai perbandingan, robot tercanggih terjatuh saat menaiki tangga, yang bahkan anak 3 tahun saja naik tangga berlari.
Makhluk hidup berasa dari DNA, jika kita memperhatikan bagaimana DNA ini mengorganisasikan dirinya sendiri menjadi suatu bentuk, kemudian mengurus regulasinya, sudah itu setiap waktu berubah ubah, kita tidak tahu, konsep apa yang mengawali munculnya makhluk hidup. Yang jelas bukan berangkat dari konsep kalkulator.

Dunia yang kita lihat ini bukanlah dunia sembarangan. Orang orang jaman dulu hanya melihat ini semua dengan pandangan tidak peduli karena mereka tidak paham apa maknanya. Bisa anda bayangkan, yang kita lihat disekitar kita adalah mukjizat, yang karena seringnya, kita semua menganggapnya biasa biasa saja. Tapi tentu saja, pendekatan sains adalah pendekatan detektif, semua harus ada buktinya, baru diambil kesimpulan, kalau tidak ada bukti, disebut kasus yang sedang berlangsung. Memang harus seperti itu. Tapi kalau melihat bukti bukti tersebut, harusnya masalah ketuhanan tergolong kepada teori. Karena semua bukti bukti, mengarah kesana, biarpun tidak ada bukti fakta.

Referensi:
Contoh penafsiran kertas berlubang dalam bentuk IC


"IC" pada manusia bernama neuron
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip
Konsep dosa bisa membebaskan pihak yang berwenang dari keharusan untuk memberikan hukuman kepada pihak yang bersalah. Misalnya seseorang menjadi korban pembunuhan, dan pelakunya tidak diketahui. Adanya konsep dosa bisa meredakan tuntutan massa atau keluarga korban meskipun pihak berwenang gagal menemukan atau menghukum pelakunya. Atau jika pelakunya adalah pihak yang dekat dengan penguasa, masyarakat yang percaya konsep dosa tidak akan terlalu banyak menuntut karena yakin bahwa nantinya si pelaku akan tetap menerima balasan, sehingga si pelaku dapat bebas dari hukuman di dunia.

Nah maka dari itu, anda tahu sendiri rasanya dijahati orang tapi tidak bisa membalas kan? Sesak dihati. Saya mengimani perasaan sesak dihati itu dipasangkan pada diri kita sebagai neraca supaya semuanya seimbang, itu sekurang kurangnya, atau sengaja ditanamkan dalam diri kita supaya kita perang terus tiada henti.
Bisa anda bayangkan kan kalau konsep seperti ini dihapus? Kita akan menciptakan masyarakat yang pendendam yang stress, karena dipaksa tubuhnya untuk membalas.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip
IMO, solusi ampuh untuk mencegah masyarakat mencelakai dirinya sendiri adalah dengan membuat mereka lebih dewasa dan sadar akan akibat dari perbuatan mereka. Hal ini hanya bisa dicapai dengan pendidikan yang tepat sejak usia dini. Mereka perlu diajarkan untuk berpikir secara logis dan rasional, kritis dan berpikiran terbuka, sehingga mampu membedakan antara dongeng dan kenyataan. Jika yang ditanamkan sejak awal dalam pikiran anak-anak adalah sesuatu yang irasional, wajar saja jika di kemudian hari mereka melakukan hal-hal yang kekanak-kanakan.

Saya setuju dengan ini, tapi ingat juga, tubuh bisa dibajak oleh nikotin dan zat adiktif lainnya. Plus, pendidikan itu memakan waktu lama, apakah selama orang orang tersebut dalam proses pendidikan dia boleh berbuat salah terus menerus? Menurut standard hukum kita pendidikan itu 18 tahun, minimal, apakah selama proses tersebut, kita mau memaklumi jika dia mencuri, membunuh, atau menganiaya orang lain?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip
James R. Lindner dari Ohio State University,  Daniel Pink, Nitin Nohria, Boris Groysberg and Linda-Eling Lee adalah beberapa Ilmuwan masa kini bahwa pendekatan hadiah dan hukuman adalah usang. Masak Tuhan Yang Maha Hebat malah set back ke belakang?

Bukan Tuhannya yang ketinggalan jaman, justru kitanya yang ketinggalan jaman, dan punya naluri yang ngaco.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Saya baru baca link yang anda berikan masalah "Stick and Carrot" yang sudah usang.

Kutip
In his book, Drive, (link is external) Daniel Pink, describes what he says is "the surprising truth" about what motivates us. Pink concludes that extrinsic motivators work only in a surprisingly narrow band of circumstances; rewards often destroy creativity and employee performance; and the secret to high performance isn't reward and punishment but that unseen intrinsic driveā€”the drive to do something  because it is meaningful. Pink says that true motivation boils down to three elements: Autonomy, the desire to direct our own lives; mastery, the desire to continually improve at something that matters to us, and purpose, the desire to do things in service of something larger than ourselves. Pink, joining a chorus of many others, warns that the traditional "command-and-control" management methods in which organizations use money as a contingent reward for a task, are not only ineffective as motivators, but are actually harmful.

Jadi yang dimaksud dengan usang disini karena stick and carrot adalah cara untuk mengubah perilaku seseorang karena pengaruh diluar. Kemudian mereka membuat sebuah istilah dengan nama "Reward and Punishment" yang bagi saya masih sama saja dengan stick and carrot, dengan penjelasan, bahwa manusia termotivasi adalah akibat dari reaksi kimia diotaknya.
Jadi yang anda maksud dengan usang itu karena anda menemukan suatu cara lain yang ampuh untuk mengubah perilaku manusia dengan menunjukkan mereka sesuatu yang lebih bermakna, jadi menggunakan pendekatan teori Y, yaitu memotivasi, dengan menggunakan pendekatan didalam. Tadinya saya salah mengira dan ingin memberikan contoh morphin, morphin bisa bertindak sebagai "Reward and Punishment" bahkan bisa berpengaruh pada Sirkuit "Reward" pada otak manusia. Tapi tentu saja, ini masih masuk kategori "Stick and Carrot" biarpun tetap mengandung "Reward and Punishment" dimana, saat morphin diberikan, tubuh memberikan "Reward" tapi saat morphin dihentikan, tubuh memberikan "Punishment".

Hanya saja, tidak terpikirkan oleh saya untuk menerapkan prinsip "Reward and Punishment" ini diluar dunia kerja, karena fokus artikel tersebut, sejauh yang saya baca, karena belum selesai, adalah dunia kerja.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

mhyworld

Kutip dari: Farabi pada Agustus 10, 2015, 08:09:32 PM
Saya setuju dengan ini, tapi ingat juga, tubuh bisa dibajak oleh nikotin dan zat adiktif lainnya. Plus, pendidikan itu memakan waktu lama, apakah selama orang orang tersebut dalam proses pendidikan dia boleh berbuat salah terus menerus? Menurut standard hukum kita pendidikan itu 18 tahun, minimal, apakah selama proses tersebut, kita mau memaklumi jika dia mencuri, membunuh, atau menganiaya orang lain?
Justru karena tubuh bisa dibajak oleh zat adiktif, makanya perlu pendidikan mengenai akibat/dampaknya kepada generasi muda sedini mungkin sebagai langkah pencegahan, karena kalau sudah terlanjur ketagihan prosesnya akan lebih sulit.
Justru karenamakan waktu lama makanya proses pendidikan yang tepat itu perlu dilakukan sedini mungkin.
Saya tidak pernah menyatakan bahwa seseorang bebas dari hukuman selama proses pendidikan. Dan proses pendidikan itu berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa dianggap sebagai langkah pencegahan, sedangkan hukuman bisa dianggap sebagai langkah pengobatan, namun juga bisa dianggap sebagai pencegahan terhadap berulangnya tindak kejahatan karena diharapkan dapat memberikan efek jera baik bagi pelaku maupun sebagai pelajaran bagi yang lain.
Yang saya tidak setuju adalah konsep reward dan punishment yang tidak berdasarkan realitas, karena mudah sekali dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu, terutama yang berkuasa, sehingga berdampak buruk bagi masyarakat secara keseluruhan.
once we have eternity, everything else can wait

Farabi

Kutip
Yang saya tidak setuju adalah konsep reward dan punishment yang tidak berdasarkan realitas, karena mudah sekali dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu, terutama yang berkuasa, sehingga berdampak buruk bagi masyarakat secara keseluruhan.
Sependapat. Jadi menurut saya, bukan dengan dihapusnya konsep reward dan punishment, tapi menenmpatkan konsep tersebut di tempatnya. Maka dari itu kita membutuhkan suatu standard untuk menentukan konsep reward dan punishment mana yang tepat.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

mhyworld

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Agustus 06, 2015, 03:37:49 PM
Untuk Supreme Designer, saya dalam posisi Agnostic. Belum ada bukti valid. Tetapi tetap menarik dibicarakan dari sudut pandang filosofis. Tentu saja pendapat saya subyektif, bukan obyektif, dan bisa saja berubah jika ada argumen lebih baik atau bukti valid. Tetapi saya tetap menghormati baik yang percaya Supreme Designer maupun yang tidak percaya.

Menurut saya, Tuhan tidak menciptakan alam semesta ini. Tetapi alam semesta ini juga bukan terjadi "by chance". Kesadaran (conciousness) kitalah yang menciptakan alam semesta ini. Conciousness adalah abadi. Ketika kita mati, conciousness kita tetap exist. Semua yang hidup dunia ini bertanggungjawab terhadap evolusi di planet ini. Evolusi terjadi melalui collective conciousness. Ketika spesies siap melangkah dalam tahap evolusi selanjutnya, maka terjadi mutasi. Dan dalam satu generasi spesies baru tercipta.

Banyak orang berpendapat bahwa conciousness adalah produk brain. Tetapi puluhan ribu kesaksian Near Death Experience mengatakan conciousness kita tetap exist, walaupun otak kita secara klinis telah mati. Bahkan orang buta sejak lahir, bisa menceritakan secara rinci "penglihatannya" saat mengalami NDE.

Bukanlah materi yang melahirkan conciousness, tetapi conciousness lah yang menciptakan materi. Tuhan adalah semacam Power Station dari Collective Conciousness.

Tuhan juga tidak menciptakan surga dan neraka. Kita sendirilah yang yang menciptakan surga dan neraka. Jiwa yang jahat menciptakan dunia yang jahat, tidak hanya di sini di alam fana ini, tetapi juga nanti di dunia spirit. Di "neraka" mereka bertemu jiwa-jiwa jahat yang lain. Saling menyakiti, saling menyiksa. Jiwa yang baik, yang penuh cinta akan menciptakan dunia fisik yang lebih baik, dan juga menciptakan surga di dunia spirit.

Di sini di dunia fisik, conciousness "menumpang" pada tubuh fisik kita. Seperti juga tubuh fisik, conciousness juga mengalami evolusi. Beberapa orang, conciousnessnya mengalami evolusi spiritual yang baik. Berapa lainnya gagal dan menjadi jahat. Dunia ini adalah laboratorium bagi conciousness dengan segala hiruk pikuknya. Setelah dunia fisik berakhir, conciousness akan meneruskan "kehidupannya" di dunia yang lain. Dunia spirit.
Penjelasan lain mengenai kesaksian NDE adalah bahwa cara kerja otak manusia mirip satu sama lain, sehingga saat mengalami masalah yang serupa, mereka menghasilkan output/ signal yang serupa pula, misalnya melihat cahaya putih, kabut/awan, orang-orang yang pernah dekat, dll.
Hipotesis mengenai jiwa yang abadi dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut :
- apakah mereka masih memiliki koneksi dengan realitas saat ini? maksudnya mungkinkah disensing dengan alat/metode tertentu?
- apakah mereka sendiri masih memiliki kemampuan sensing (melihat/mendengar peristiwa yang sedang terjadi di dunia nyata) ?
- apakah mereka memiliki pengaruh terhadap dunia nyata?
- apakah mereka masih memiliki memori?
- di manakah mereka sekarang? apakah masih di sekitar bumi, atau tempat yang jauh di luar angkasa?
- di manakah mereka sebelum hidup menjadi manusia?
- apakah jiwa-jiwa tersebut hanya dimiliki oleh manusia? bagaimana dengan hewan dan tumbuhan?
- apakah spesies hominid lain juga punya jiwa? bagaimana dengan mesin cerdas?
- bagaimana kondisi jiwa orang yang mati saat masih bayi?
dst.
once we have eternity, everything else can wait

Farabi

sekalian mau nanya, kira kira, konsep "Stick and carrot" atau apalah istilahnya, yang mengandung surga dan neraka, dalam ayat ini dalam pandangan anda bagaimana?

133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri [229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

ssdestroyer

Jika pun Supreme Designer itu ada,saya sependapat dengan penjelasan difilm Contact(1997) manusia bukan makhluk hidup pertama yang menyadari keberadaannya dialam semesta dan juga bukan yang terakhir

Farabi

Kutip dari: ssdestroyer pada Agustus 21, 2015, 12:46:53 AM
Jika pun Supreme Designer itu ada,saya sependapat dengan penjelasan difilm Contact(1997) manusia bukan makhluk hidup pertama yang menyadari keberadaannya dialam semesta dan juga bukan yang terakhir

Betul, yang jelas kita ini diisolasi. Boleh jadi alam ini yang bisa terindra sampai ujungnya, adalah penjara kita.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.