Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 05:52:32 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 134
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 145
Total: 145

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Lalu...Siapakah yang Mencipta tuhan??

Dimulai oleh Ayaz, Februari 13, 2011, 05:45:28 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

familycode

Kutip dari: semut-ireng pada Februari 13, 2011, 08:39:29 PM
Manusia diciptakan oleh Yesus ?

Yesus adalah Firman yang Hidup

Yohanes 1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Yohanes 1:14
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Firman Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman yang mati sebab ayat di atas menyebutkan bahwa firman Allah tidak akan kembali dengan hampa, melainkan akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah

Firman Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman yang mati, ternyata dari karya penciptaan Allah. Mazmur 33:9 umpamanya menulis, "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada."

familycode

Kutip dari: semut-ireng pada Februari 13, 2011, 08:39:29 PM
Manusia diciptakan oleh Yesus ?

Yesus adalah Firman yang Hidup
Yohanes 1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Yohanes 1:14
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Firman Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman yang mati sebab ayat di atas menyebutkan bahwa firman Allah tidak akan kembali dengan hampa, melainkan akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah

Firman Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman yang mati, ternyata dari karya penciptaan Allah. Mazmur 33:9 umpamanya menulis, "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada."

Ayaz

Bapak Familycode yang Budiman.... terus terang saya ketawa agak lebar membaca "jawaban" anda. Tapi bagaimanapun juga saya menyukai cara anda dalam 'menelingkung' sebuah alur diskusi, kepiawaian anda dalam nge-les juga bikin saya makin enjoy menikmati sajian anda.

Tapi kalau melihat 'semangat anda beratraksi-ria' di forum ini dan kehadiran 24 jam di forum berharga ini rasanya kog aneh ya kalau 'menjawabnya' cuma seseru itu.......

Yupzzzz.....nanti saya jawab kembali 'jawaban' anda tersebut, mohon doanya juga Bapak supaya saya bisa sedikit mencuri waktu yang kian padat ini. Sekalian saya ingin tunjukkan dimana kekeliruan anda.... dan saya yakin anda orang yang jujur didalam menilai sesuatu. Begitukan Bapak...


Ayaz

Ijin Nimbrung untuk yang postingan ini.

Yesus adalah Firman yang Hidup
Yohanes 1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Hmm....Pada mulanya firman ya, dan firman itu bersama-sama dengan Allah. Trus kemudian firaman itu 'mendekap' Allah. Kalau begitu ada dua hal yang berbeda dan kemudian menjelma menjadi satu, begitu ya.... kemudian karena Allah mungkin lebih kuat maka firman tenggelam didalamnya menjadi Allah itu sendiri. Sebuah peristiwa penyatuan dunk... itu yang bisa saya fahami dari ayat itu. Anda memiliki tafsir yang berbeda Bapak...??? Mohon anda sudi berbagi ilmu dengan sayalah.

Yohanes 1:14
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.


Hmm......Selanjutnya firman itu ( hasil pertemuan antara firman dengan allah ) menjadi Manusia....Hmmm..... sekarang Tuhan+firman+manusia. Dan manusia itu tadi tak lain adalah anak asli dari Bapa dan firman tadi. Ini yang bisa saya tangkap. Mohon pencerahannya.

Firman Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman yang mati sebab ayat di atas menyebutkan bahwa firman Allah tidak akan kembali dengan hampa, melainkan akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah

Firman Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman yang mati, ternyata dari karya penciptaan Allah. Mazmur 33:9 umpamanya menulis, "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada."

[/b]

Firaman yang bekerja itu yang kayak gimana ya? Mungkin ada penjelasan lain yang lebih berharga, karena ini ada sedikit nilai kesamaan dengan keyakinan saya. Saya memiliki pra-asumsi bahwa sebuah keyakinan agama pada beberapa halnya paling tidak samalah terutama menyangkut hal yang paling fundamental seperti ini. Bagaimana Bapak anda setuju?? atau anda punya penjelasan ilmiah lainnya... Monggo lho dijawab.

semut-ireng

ternyata ada yang ngelesologinya lebih canggih dari pada Mr.Pi One,  hehehe .................. ;D

familycode

#20
Kutip dari: Ayaz pada Februari 13, 2011, 11:41:35 PM
Bapak Familycode yang Budiman.... terus terang saya ketawa agak lebar membaca "jawaban" anda. Tapi bagaimanapun juga saya menyukai cara anda dalam 'menelingkung' sebuah alur diskusi, kepiawaian anda dalam nge-les juga bikin saya makin enjoy menikmati sajian anda.

Tapi kalau melihat 'semangat anda beratraksi-ria' di forum ini dan kehadiran 24 jam di forum berharga ini rasanya kog aneh ya kalau 'menjawabnya' cuma seseru itu.......

Yupzzzz.....nanti saya jawab kembali 'jawaban' anda tersebut, mohon doanya juga Bapak supaya saya bisa sedikit mencuri waktu yang kian padat ini. Sekalian saya ingin tunjukkan dimana kekeliruan anda.... dan saya yakin anda orang yang jujur didalam menilai sesuatu. Begitukan Bapak...


Saya rasa juga pernyataan dan jawaban anda analoginya seperti anak sedang ujian agama tapi anda jawab dengan jawaban fisika, bayangkan jika itu terjadi di ujian, seperti apa hasilnya. Bukan saya ingin menasehati anda tapi anda perlu refletif, suatu hal perlu yang namanya di awali dengan konteks, sebenarnya siapa yang melengkung, anda yang memaksakan melengkungkan diri, saya sudah memberikan konteks di awal jawaban.  Jika anda ngotot dan selalu memaksakan konteks, yang sudah diberikan keterangan konteks awal, sebenarnya siapa yang fundamentalis dalam membawa arah diskusi disini dengan memaksakan konteks.

familycode

Kutip dari: Ayaz pada Februari 13, 2011, 11:58:19 PM
Ijin Nimbrung untuk yang postingan ini.

Hmm....Pada mulanya firman ya, dan firman itu bersama-sama dengan Allah. Trus kemudian firaman itu 'mendekap' Allah. Kalau begitu ada dua hal yang berbeda dan kemudian menjelma menjadi satu, begitu ya.... kemudian karena Allah mungkin lebih kuat maka firman tenggelam didalamnya menjadi Allah itu sendiri. Sebuah peristiwa penyatuan dunk... itu yang bisa saya fahami dari ayat itu. Anda memiliki tafsir yang berbeda Bapak...??? Mohon anda sudi berbagi ilmu dengan sayalah.

Saat kita melihat suatu ayat perlu masuk ke otoritas finalnya adalah bahasa asli, Kita lihat Frasa terahkir,

και θεος ην ο λογος - kai theos ên ho logos
dan – Allah – Dia adalah – Firman itu
and – God – was – the Word

Penerjemahan dibalikkan menjadi "Firman itu adalah Allah" karena ο λογος – ho logos adalah subyek dengan artikel 'ho' di depannya.

Urutan kalimat dalam bahasa Yunani tidak seperti bahasa Indonesia ataupun Inggris, bahwa musti subyek baru predikat.
Struktur kalimat Yunani berbeda, apa yang ada di muka adalah yang merupakan penekanan. Jadi Yohanes menekankan hakekat ο λογος – ho logos adalah θεος - theos (Allah), sehingga dalam penulisannya kata θεος - theos diletakkan di depan.

Ungkapan "θεος ην ο λογος - theos ên ho logos", "Firman itu adalah Allah" menyatakan bahwa Sang Firman (Yesus Kristus) memiliki ουσια – ousia (hakekat/dzat) Allah. Kata θεος - theos menggunakan nomina, bukan kata sifat (adjektiva), jadi menekankan ke-Allahan dan bukan keilahian Yesus Kristus.

Kutip dari: Ayaz pada Februari 13, 2011, 11:58:19 PM
Hmm......Selanjutnya firman itu ( hasil pertemuan antara firman dengan allah ) menjadi Manusia....Hmmm..... sekarang Tuhan+firman+manusia. Dan manusia itu tadi tak lain adalah anak asli dari Bapa dan firman tadi. Ini yang bisa saya tangkap. Mohon pencerahannya.

Yang perlu diperhatikan bahwa Yesus bukanlah seseorang yang dilahirkan dari seorang bapak dan seorang ibu, lalu dihubungkan dengan Firman Allah, bukan begitu. Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Ia adalah yang semula dalam rupa Allah, tetapi yang kemudian telah mengosongkan diri-Nya sendiri (kenosis), dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Ia lahir di dunia, karena Ia menerima tugas untuk menyelamatkan manusia.

Firman Allah tidak mungkin dilahirkan oleh manusia. Ia sendiri yang lahir, dengan memakai manusia sebagai perantara. Dengan karya Roh Kudus, Firman Allah mengenakan cara hidup insani di dalam kandungan Maria.

Yesus membeberkan kepada semua, dari mana anda, saya dan Dia berasal : "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini, sebab Aku keluar dan datang dari Allah :


* Yohanes 8:23,42
8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini

Kutip dari: Ayaz pada Februari 13, 2011, 11:58:19 PM
Firaman yang bekerja itu yang kayak gimana ya? Mungkin ada penjelasan lain yang lebih berharga, karena ini ada sedikit nilai kesamaan dengan keyakinan saya. Saya memiliki pra-asumsi bahwa sebuah keyakinan agama pada beberapa halnya paling tidak samalah terutama menyangkut hal yang paling fundamental seperti ini. Bagaimana Bapak anda setuju?? atau anda punya penjelasan ilmiah lainnya... Monggo lho dijawab.

Firman bukan Firaman, walaupun saya tidak menganggap yang saya post adalah selalu rapi dan mungkin ada ada yang tertinggal karena terburu-buru, tapi paling tidak dapat meminimalkan kata jangan sampai salah tulis pada suatu kata, anda perlu klik tinjau sebelum klik tulis, perlu juga ada quote, dengan quote lebih enak dibaca, bukan saya menasehati anda, sama sekali tidak biar enak dibaca saja.

Kita lihat di Mazmur dan Yesaya

Mazmur 147:15-18,
"Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu. Ia melemparkan air batu seperti pecahan-pecahan. Siapakah yang tahan berdiri menghadapi dingin-Nya? Ia menyampaikan firman-Nya, lalu mencairkan semuanya, Ia meniupkan angin-Nya, maka air mengalir."

Yesaya 40:26,
"Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat."

Di Perjanjian Lama juga mengatakan, bahwa pekerjaan Allah adalah juga firman-NYA. Pekerjaan atau karya Allah dipakai oleh Allah untuk berfirman. Mazmur 19:2-4 umpamanya menulis, "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar;"

Firman Allah adalah firman yang bekerja, dan sebaliknya, bahwa pekerjaan atau karya Allah adalah pekerjaan yang berbicara. Firman Allah tidak dapat dibedakan dengan karya-NYA sedangkan karya-NYA tidak juga dapat dibedakan dengan firman-NYA. Keduanya adalah sama, dan mewujudkan dua segi dari satu kenyatakan, tidak dapat disamakan dengan perkataan manusia.

Di Yohanes 1:1, 14 disebutkan bahwa Yesus Kristus adalah Firman, yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya, tetapi yang kemudian menjadi manusia. Yesus Kristus adalah pengejawantahan firman Allah dan di dalam diri Yesus Kristus itu Allah berfirman kepada manusia. Yesus Kristus adalah penyataan Allah atau Allah sendiri dengan firman dan karya-NYA secara konkrit.

Pada pada suatu konteks, jika anda masih memaksakan suatu konteks ke konteks berbeda dan mengatakan tidak ilmiah, maka itu artinya pemaksaan konteks suka-suka dan tidak reflektif, bayangkan misalkan anda seorang anak yang sedang belajar di kelas agama, tiba-tiba anda berteriak dengan mengatakan, itu tidak ilmiah, anda gunakan opini-opini anda untuk menyerang si guru agama anda, kalau memang menurut anda seperti itu hal yang bijaksana ya saya mau bilang apa, menurut saya kita perlu arif dan bijaksana.

Sama halnya kita bicara kearifan lokal pada suatu budaya yang mungkin ada bentuk irasional, sekali lagi perlu reflektif terhadap suatu diskusi bahasan bukan langsung semua konteks harus dan dipaksa dan pukul rata di bawa ke satu konteks, kalau sudah masuk bahasan seperti itu maka kita masuk ke yang namanya penggunaan akal budi yang lebih jauh.

familycode

Kutip dari: semut-ireng pada Februari 14, 2011, 06:11:58 AM
ternyata ada yang ngelesologinya lebih canggih dari pada Mr.Pi One,  hehehe .................. ;D

Saya tidak melakukan ngeles, saya telah memberitahukan di awal alinea, pada konteks apa yang saya sampaikan, jika ada yang membawa ke konteks berbeda maka tentu yang ngeles bukan saya. Paradigma ini penting untuk ditanamkan kalau tidak maka diskusi yang dapat hanya banyak di kekacauan dan bahasan yang tidak substantif.

semut-ireng

Kutip dari: familycode pada Februari 14, 2011, 07:09:18 AM
Saya tidak melakukan ngeles, saya telah memberitahukan di awal alinea, pada konteks apa yang saya sampaikan, jika ada yang membawa ke konteks berbeda maka tentu yang ngeles bukan saya. Paradigma ini penting untuk ditanamkan kalau tidak maka diskusi yang dapat hanya banyak di kekacauan dan bahasan yang tidak substantif.

Diskusi agama di tataran filsafat beda dengan diskusi di tataran warung kopi.  Di tataran filsafat,  paradigma yang dipakai sebagai ukuran,  atau paradigma yang penting ditanamkan adalah paradigma filsafat :  metoda deduktif dan induktif,  asas-asas berpikir benar,  dsbnya.

Sebagai contoh,  bila kita mendiskusikan apa yang dimaksud dengan :  takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,  jangan lalu ada yang bilang dengan logika pengawuran bahwa '  konsep Tuhan Yang Maha Esa '  itu berbeda di agama satu dan lainnya.  Dan jangan ada yang bilang kata ' takwa ' itu punya arti yang berbeda bila dipakai di komunitas agama satu dengan lainnya.   Ada asas-asas  :  principium identitastis,  principium contradictoris,  dan principium exclusitertii.  Itu paradigma penting yang perlu dipahami dan ditekankan,  agar bicara ada ' dasar hukum '-nya  tidak asal menafsirkan suka-suka berdasarkan logikanya sendiri,  eh,  lantas menuduh orang yang berpedoman logika filsafat yang menafsirkan suka-suka .............lalu ngeles dengan berkali-kali menyodorkan Mr.Suka-Suka ke arena disikusi ......................

familycode

Kutip dari: semut-ireng pada Februari 14, 2011, 08:09:32 AM
Diskusi agama di tataran filsafat beda dengan diskusi di tataran warung kopi.  Di tataran filsafat,  paradigma yang dipakai sebagai ukuran,  atau paradigma yang penting ditanamkan adalah paradigma filsafat :  metoda deduktif dan induktif,  asas-asas berpikir benar,  dsbnya.

Sebagai contoh,  bila kita mendiskusikan apa yang dimaksud dengan :  takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,  jangan lalu ada yang bilang dengan logika pengawuran bahwa '  konsep Tuhan Yang Maha Esa '  itu berbeda di agama satu dan lainnya.  Dan jangan ada yang bilang kata ' takwa ' itu punya arti yang berbeda bila dipakai di komunitas agama satu dengan lainnya.   Ada asas-asas  :  principium identitastis,  principium contradictoris,  dan principium exclusitertii.  Itu paradigma penting yang perlu dipahami dan ditekankan,  agar bicara ada ' dasar hukum '-nya  tidak asal menafsirkan suka-suka berdasarkan logikanya sendiri,  eh,  lantas menuduh orang yang berpedoman logika filsafat yang menafsirkan suka-suka .............lalu ngeles dengan berkali-kali menyodorkan Mr.Suka-Suka ke arena disikusi ......................

Filsafat suatu agama bukan di dasarkan pada filsafat tolok ukur fisik semata, metode deduktif dan induktif ya di lakukan di tataran logika agama untuk mendapatkan pemahaman yang benar, berpikir yang benar yang harus sesuai substansinya bukan asal loncat tidak jelas.

"Konsep Tuhan Yang Maha Esa" dalam konteks pancasila, anda saja belum menemukan kata sepakat dengan pi-one, anda sampai saat ini saya tunggu samplenya belum ada, sebenarnya siapa yang menggunakan logika pengawuran, jangan-jangan dalam pikiran anda tidak ada pemaknaan lebih dalam pada suatu kalimat, kalau memang begitu cara berpikir anda, maka apa yang membedakan anda dengan seorang fundamentalis.

Tiap agama punya logika agamanya sendiri dan itu ada dasarnya, saat dasar yang anda gunakan itu untuk menyerang logika agama yang berbeda adalah tolok ukur berbeda tanpa adanya akal budi maka itu adalah bentuk pemaksaan, contohnya dalam agama budhist, anda mencoba melakukan tafsir suka-suka anda, tanpa mau melihat tataran lebih dalam apa yang di sampaikan pi-one, seharusnya anda sudah masuk lebih dalam, tapi anda tidak mau masuk tapi lebih suka menunggu di "depan pintu" maka anda tidak akan pernah tahu apa hal yang lebih dalam. Adanya anda cuma banyak ngeles-ngeles dengan pembenaran logika "kulit" yang tidak ingin melihat lebih jauh.

Kalau anda jeli sudah begitu banyak pertanyaan yang saya ajukan ke anda, tapi ngabur terus, tapi tidak apa, tidak ada paksaan anda untuk menjawab, walaupun saya masih menunggu jawaban anda, daripada membahas ini lebih pas anda menjawab pertanyaan saya di thread-thread lain.

semut-ireng

Hah,  belum menemukan kata sepakat dengan Mr.Suka-Suka ?   Tidak ada alasan sepakat dengan dia.   Lha wong dia itu,  katanya sih Buddhis,  tapi menolak istilah inkarnasi......memangnya komunitas umat Buddha Indonesia ada yang seperti dia ?   

Lha wong dia itu,  ngakunya sih agnostik,  tapi percaya tanpa bukti ilmiah apapun berkaitan dengan tumimbal lahir,  justru bilang tujuan akhirnya adalah nibbana .......................apa alasannya seorang agnostik percaya nibbana ?  Itu bisa bikin Tuan Heidegger dan Tuan Jean Paul Sartre ketawa ngakak guling-guling ................................................

Menunggu sample ??  Lalu link dari Walubi yang saya sodorkan itu anda anggap apa ??  Di dalam Walubi ada lebih dari sepuluh Majelis Agama Buddha di Indonesia,  dan disana banyak ilmuwan hebat yang cukup dikenal publik,  apa artinya dibandingkan dengan ' seorangan wae ' waynya  Mr. Suka-Suka ??   

familycode

#26
Kutip dari: semut-ireng pada Februari 14, 2011, 08:58:11 AM
Hah,  belum menemukan kata sepakat dengan Mr.Suka-Suka ?   Tidak ada alasan sepakat dengan dia.   Lha wong dia itu,  katanya sih Buddhis,  tapi menolak istilah inkarnasi......memangnya komunitas umat Buddha Indonesia ada yang seperti dia ?  
Lebih baik anda bawa ke sini salah satunya atau yang dianggap mewakili, biar ada penjelasan, kalau hanya text ya bisa harfiah maknanya, anda sudah melakukan penelitian turunannya? turunan ini yang akan memberikan makna sesungguhnya.

Kutip dari: semut-ireng link=topic=9014.msg111259#msg111259
Lha wong dia itu,  ngakunya sih agnostik,  tapi percaya tanpa bukti ilmiah apapun berkaitan dengan tumimbal lahir,  justru bilang tujuan akhirnya adalah nibbana .......................apa alasannya seorang agnostik percaya nibbana ?  Itu bisa bikin Tuan Heidegger dan Tuan Jean Paul Sartre ketawa ngakak guling-guling ................................................
Kalau saya perhatikan Pi-one masuk di tataran cenderung agnostik, apa agnostik itu harus diartikan fundamentalis, tanpa bisa ada pemaknaan yang lebih luas?

Kutip dari: semut-ireng link=topic=9014.msg111259#msg111259
Menunggu sample ??  Lalu link dari Walubi yang saya sodorkan itu anda anggap apa ??  Di dalam Walubi ada lebih dari sepuluh Majelis Agama Buddha di Indonesia,  dan disana banyak ilmuwan hebat yang cukup dikenal publik,  apa artinya dibandingkan dengan ' seorangan wae ' waynya  Mr. Suka-Suka ??  

Sekali lagi saya tekankan kalau hanya text ya bisa harfiah maknanya, anda sudah melakukan penelitian turunannya? turunan ini yang akan memberikan makna sesungguhnya. Makanya saya sering bilang, apakah anda melihat lebih mendalam atau hanya di tataran "kulit".

semut-ireng

Kutip dari: familycode pada Februari 14, 2011, 09:38:41 AM

Lebih baik anda bawa ke sini salah satunya atau yang dianggap mewakili, biar ada penjelasan, kalau hanya text ya bisa harfiah maknanya, anda sudah melakukan penelitian turunannya? turunan ini yang akan memberikan makna sesungguhnya.
Kalau saya perhatikan Pi-one masuk di tataran cenderung agnostik, apa agnostik itu harus diartikan fundamentalis, tanpa bisa ada pemaknaan yang lebih luas?

Sekali lagi saya tekankan kalau hanya text ya bisa harfiah maknanya, anda sudah melakukan penelitian turunannya? turunan ini yang akan memberikan makna sesungguhnya. Makanya saya sering bilang, apakah anda melihat lebih mendalam atau hanya di tataran "kulit".

Lho,  anda menyampaikan ayat-ayat Alkitab itu apa bukan hanya text ?  Tolong jelaskan dulu apa yang anda maksud dengan ' turunan ',  ' penelitian turunan ',  contoh2 dari ' turunan yang memberikan makna sesungguhnya ',  dan juga contoh2 ' yang bukan hanya di tataran kulit '.

Apa klaim anda semacam di bawah ini yang termasuk bukan hanya di tataran kulit ?

Yesus adalah Allah,  manusia diciptakan oleh Allah."

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Februari 14, 2011, 08:58:11 AM
Hah,  belum menemukan kata sepakat dengan Mr.Suka-Suka ?   Tidak ada alasan sepakat dengan dia.   Lha wong dia itu,  katanya sih Buddhis,  tapi menolak istilah inkarnasi......memangnya komunitas umat Buddha Indonesia ada yang seperti dia ?   
Sejak kapan Budhisme menerima konsep inkarnasi dan reinkarnasi? ::)

Kutip dari: semut-ireng pada Februari 14, 2011, 08:58:11 AMLha wong dia itu,  ngakunya sih agnostik,  tapi percaya tanpa bukti ilmiah apapun berkaitan dengan tumimbal lahir,  justru bilang tujuan akhirnya adalah nibbana .......................apa alasannya seorang agnostik percaya nibbana ?  Itu bisa bikin Tuan Heidegger dan Tuan Jean Paul Sartre ketawa ngakak guling-guling ................................................
Sejak kapan agnostik tak boleh percaya tumimbal lahir dan nibbana, plus sejak kapan tumimbal lahir dikatakan masuk ranah sains? ::)

Kutip dari: semut-ireng pada Februari 14, 2011, 08:58:11 AMMenunggu sample ??  Lalu link dari Walubi yang saya sodorkan itu anda anggap apa ??  Di dalam Walubi ada lebih dari sepuluh Majelis Agama Buddha di Indonesia,  dan disana banyak ilmuwan hebat yang cukup dikenal publik,  apa artinya dibandingkan dengan ' seorangan wae ' waynya  Mr. Suka-Suka ??   
Dan sejak kapan Walubi merilis pernyataan yang mengatakan konsep Ketuhanan YME dalam Buddhisme sama dengan agama samawi, sebagai satu sosok pencipta, pengatur nasib manusia dan disembah-sembah?

familycode

#29
Kutip dari: semut-ireng pada Februari 14, 2011, 10:37:06 AM
Lho,  anda menyampaikan ayat-ayat Alkitab itu apa bukan hanya text ?  Tolong jelaskan dulu apa yang anda maksud dengan ' turunan ',  ' penelitian turunan ',  contoh2 dari ' turunan yang memberikan makna sesungguhnya ',  dan juga contoh2 ' yang bukan hanya di tataran kulit '.

Apa klaim anda semacam di bawah ini yang termasuk bukan hanya di tataran kulit ?

"  Yesus adalah Allah,  manusia diciptakan oleh Allah."

Anda sepertinya kesulitan menangkap istilah Harfiah. Turunan yang dimaksud bukan arti turunan (derivatif). Contohnya Arti harfiah gereja adalah tempat ibadah orang kristen, tapi arti turunan itu dapat artinya umat Kristen itu sendiri.

Kalau anda lihat lebih peka, dalam berbagai postingan, saya banyak memberikan banyak memberikan penjelasan lebih jauh, ada memang saya sengaja tidak jelaskan lebih lanjut, karena teman diskusi juga melakukan hal serupa, saya hanya mengimbangi saja, ada juga untuk memancing agar teman diskusi agar lebih mau melihat lebih dalam, ada juga karena konteks yang dibawa teman diskusi sudah diluar konteks, tapi itu seperti itu jauh lebih sedikit dibandingkan realitasnya, sehingga tidak bisa di polarisasi.