Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 19, 2024, 10:41:10 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 183
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 186
Total: 186

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Puppa Vagga ( 16 )

Dimulai oleh semut-ireng, Juni 20, 2010, 04:38:34 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

semut-ireng

Lanjutan kutipan tentang asal-usul bumi dan manusia menurut agama Buddha :


Demikianlah, Vasettha, sejauh itu bumi terbentuk kembali.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian mahluk memiliki bentuk tubuh yang indah dan sebagian mahluk memiliki tubuh yang buruk. Dan karena keadaan ini, mereka yang memiliki bentuk tubuh yang indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh yang buruk ..... maka sari tanah itupun lenyap ..... ketika sari tanah lenyap ..... muncullah tumbuhan dari tanah (bhumipappatiko). Cara tumbuhnya seperti cendawan ..... Mereka menikmati, mendapatkan makanan, hidup dengan tumbuhan yang muncul dari tanah tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali ..... (seperti di atas). Sementara mereka bangga akan keindahan diri mereka, mereka menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu pun lenyap. Selanjutnya tumbuhan menjalar (badalata) muncul ..... warnanya seperti dadi susu atau mentega murni, manisnya seperti madu tawon murni .....

Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar itu ..... maka tubuh mereka menjadi lebih padat; dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk ..... Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap.

Kemudian, Vasettha, ketika tumbuhan menjalar lenyap ..... muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Pada sore hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, pada keesokkan paginya padi itu telah tumbuh dan masak kembali. Bila pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi itu muncul.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan perbedaan bentuk mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga). Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki, dan laki-laki pun sangat memperhatikan keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu indriya yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indriya tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin.


Bagaimana nih Bung @Pi-One,  bisa jelasin ngga apakah sutta2 itu disabdakan sendiri oleh Buddha ?

Pi-One

Apakah pertanyaan itu masih harus dijawab?

Dan apakah aku prlu membahasnya dengan orang yang tidak berniatmembahs, tapi bermaksud menafsirkan suka-suka, seperti menafsirkan Buddha sebagai murid Tuhan tempo hari? Sori saja, aku gak punya niat untuk itu.

Aku sudah kasih penjelasan awal pun anda mengabaikan, untuk apa dilanjutkan?

semut-ireng

Loh,  masa ngga mau jelasin ?  Kalau itu disabdakan sendiri oleh Buddha,  tentu saya percaya itu benar  ...........soal yang diajarkan itu kok sepertinya sulit diterima oleh akal sehat  .......yah saya berpikir positip aja,  mungkin akal yang belum sampai ke situ ...........

Pi-One

Ya, aku gak bisa jelaskan pada orang yang memaksakan pandangan agama samawi pada konsep ajaran non samawi. Dan Buddha mengajarkan untuk tidak langsung percaya, bahkan jika itu diucapkan sendiri oleh beliau. bagaimanapun harus dipahami dulu, sebelum diputuskan menerima atau menolak. Lha, anda tidak paham sama sekali, dan mau percaya semata karena diucapkan oleh beliau?

makanya kubilang, pointless kalau terus membahasnya. Buddhisme bukan soal kepercayaan.

semut-ireng

Kutip dari: Pi-One pada Juli 14, 2010, 08:24:49 AM
Ya, aku gak bisa jelaskan pada orang yang memaksakan pandangan agama samawi pada konsep ajaran non samawi. Dan Buddha mengajarkan untuk tidak langsung percaya, bahkan jika itu diucapkan sendiri oleh beliau. bagaimanapun harus dipahami dulu, sebelum diputuskan menerima atau menolak. Lha, anda tidak paham sama sekali, dan mau percaya semata karena diucapkan oleh beliau?

makanya kubilang, pointless kalau terus membahasnya. Buddhisme bukan soal kepercayaan.

Kalo Buddhisme bukan soal kepercayaan,  mengapa anda percaya agama Buddha bukan agama samawi  ?   Apa alasannya percaya pada penggolongan agama samawi dan agama bukan samawi ?  Apa alasannya percaya pada pengetahuan tentang diri yang diajarkan di agama Buddha,  bahwa segala sesuatu itu ditentukan oleh diri sendiri ? :)

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juli 14, 2010, 06:15:07 PM
Kalo Buddhisme bukan soal kepercayaan,  mengapa anda percaya agama Buddha bukan agama samawi  ?   Apa alasannya percaya pada penggolongan agama samawi dan agama bukan samawi ?  Apa alasannya percaya pada pengetahuan tentang diri yang diajarkan di agama Buddha,  bahwa segala sesuatu itu ditentukan oleh diri sendiri ? :)
Karena hal-hal di atas bukan sesuatu yang merupakan masalah percaya tidak pecaya, tapi paham tidak paham. Dan nampaknya sampai sekarang anda masih tidak paham beda agama amawi dan non samawi (itu salah satu alasan aku malas membahasnya dengan anda).

semut-ireng

#66
Kesimpulan sementara :

Kutip dari: Pi-One pada Juli 14, 2010, 08:24:49 AM
Buddhisme bukan soal kepercayaan.

Buddha,  Dhamma,  dan Sangha,  serta lain2nya itu nibbana,  hukum kammapala,  pengetahuan tentang diri,   dsbnya itu bukan soal kepercayaan........... :o

semut-ireng

                                                  K E S I M P U L A N



1.   Siddhata Gotama adalah Nabi / Utusan Allah dengan membawa risalah Tipitaka.

2.   Beliau menyatakan dirinya sebagai Siswa Tuhan Yang Maha Sempurna.

3.   Dhamma yang diajarkan berasal dari satu sumber mata air yang sama dengan kebenaran yang diajarkan di agama2  Hindu,  Kristen,  dan Islam.

4.   Penggolongan agama samawi dan bukan agama samawi hanya buatan manusia,  dan sama sekali tidak ada dalilnya di kitab2 suci Veda,  Tipitaka,  Alkitab,  maupun Al-Quran.

5.  Tujuan semua agama yang disebutkan di atas adalah sama  :  memperkuat keyakinan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,  namun cara pengajaran dan syariatnya yang berbeda.   Dan masing2 Utusan / pembawa risalah itu memiliki ciri khas sendiri2,  contohnya Yesus lebih menekankan cinta kasih kepada Tuhan,  kepada sesama manusia, dan kepada semua makhluknya.   Muhammad SAW lebih menekankan kehalusan perasaan dan kesucian hati.   Buddha lebih menekankan kemantapan hati /  percaya kepada diri sendiri,  dan di ajaran Hindu lebih ditekankan  keluhuran budi pekerti ...............

6.   Buddhisme sama sekali bukan ajaran non-theis,  dan sama sekali tidak cenderung agnostik.   Istilah Buddhisme identik dengan Faham Ketuhanan .................

Pi-One

si 'Nabi' Semut asbun lagi bikin aliran Buddhisme perjuangan?


rizqi_fs

Wah mas semut ireng ini niatnya apa sih,
mau berdiskusi atau apa sih mas. Saya yang baru baca jadi terheran2
Tanya2 sendiri, nyimpul2in sendiri
maksudnya apa y

Pi-One

Kutip dari: rizqi_fs pada Juli 20, 2010, 11:34:40 AM
Wah mas semut ireng ini niatnya apa sih,
mau berdiskusi atau apa sih mas. Saya yang baru baca jadi terheran2
Tanya2 sendiri, nyimpul2in sendiri
maksudnya apa y
Dia mau bikin aliran Buddhisme sendiri, karna dia tidak puas dengan Buddhsime yang ada saat ini. Makanya dia pakai jurus ala Lia eden untuk menafsirkan sutta-sutta Buddhis sesukanya :)

semut-ireng

........ada orang yang gagal menemukan Allah lewat pengamatan,  lantas menyimpulkan bahwa Allah itu tidak ada dan bahwa dunia yang penuh keajaiban-keajaiban ini menciptakan dirinya sendiri atau ada dari keabadian.   Mereka bagaikan seseorang yang melihat suatu huruf yang tertulis dengan indah kemudian menduga bahwa tulisan itu tertulis dengan sendirinya tanpa ada penulisnya,  atau memang sudah selalu ada.   Orang-orang dengan cara berpikir semacam ini sudah terlalu jauh tersesat,  sehingga berdebat dengan mereka akan sedikit sekali manfaatnya  .......( Imam Al-Ghazali  )

Pi-One

#72
Nama Sanghyang Adhi Buddha sering digunakan sebagai pengganti nama Tuhan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha di Indonesia. Istilah Sanghyang Adhi Buddha sebenarnya tidak pernah ada di Tipitaka, bahkan Sang Buddha sendiripun tidak pernah menyebutkannya. Lalu dari mana kita (umat Buddha di Indonesia) bisa mendapatkan istilah tersebut?

Sebenarnya pencetus dari nama Sanghyang Adhi Buddha adalah sukong alias Ashin Jinarakkhita yang pada masanya sedang mencoba membangkitkan buddhisme di Indonesia. Perlu diingat bahwa dasar dari negara kita adalah Pancasila, dan ayat pertama dari Pancasila berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa"; sedangkan Agama Buddha sama sekali tidak pernah menyebutkan ketuhanan sama sekali. Hal inilah yang membuat Ashin mencetuskan sebuah nama yang dapat digunakan sebagai istilah KETUHANAN (bukan TUHAN) di dalam Agama Buddha. Istilah yang digunakan adalah Sanghyang Adhi Buddha, dan Sanghyang Adhi Buddha ini sebenarnya merujuk kepada benih kebuddhaan yang ada di dalam diri kita sendiri, atau makna sederhananya yaitu kebajikan-kebajikan dari dalam diri kita.

Sayangnya oleh beberapa oknum yang melakukan penyalahgunaan makna ketuhanan, istilah Sanghyang Adhi Buddha ini disamakan dengan Tuhan/Allah/Yahweh dengan Agama Lain. Mengesankan seolah Sanghyang Adhi Buddha adalah TUHAN dalam Agama Buddha. Padahal awalnya istilah Sanghyang Adhi Buddha diciptakan sebagai KETUHANAN dalam Agama Buddha. Hal inilah yang coba dijelaskan oleh seorang cendekiawan buddhis, Corneles Wowor dalam karya tulisnya yang berjudul "Ketuhanan dalam Agama Buddha". Singkatnya beliau menjelaskan bahwa hidup kita tidak ditentukan oleh TUHAN atau SANGHYANG ADHI BUDDHA atau MAKHLUK apapun; Agama Buddha tidak mengakui adanya TUHAN tapi mengakui KETUHANAN yang dapat diartikan sebagai kebajikan dan juga nibbana.

semut-ireng

sudah berikrar tidak mau menanggapi,  namun ternyata masih ngotot menanggapi,  berarti melanggar ikrarnya sendiri.   

melanggar ikrarnya sendiri berarti menyerang /  memusuhi dirinya sendiri,  dengan kata lain memperlakukan diri sendiri seperti musuh .............................

memperlakukan diri sendiri seperti musuh  adalah perbuatan jahat ..................


"   Orang bodoh yang dangkal pengetahuannya memperlakukan diri sendiri seperti musuh.   Ia melakukan perbuatan jahat yang akan menghasilkan buah yang pahit  "  (  Dhammapada  66  ).

rizqi_fs

Kutip dari: Pi-One pada Juli 22, 2010, 11:10:39 PM
Nama Sanghyang Adhi Buddha sering digunakan sebagai pengganti nama Tuhan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha di Indonesia. Istilah Sanghyang Adhi Buddha sebenarnya tidak pernah ada di Tipitaka, bahkan Sang Buddha sendiripun tidak pernah menyebutkannya. Lalu dari mana kita (umat Buddha di Indonesia) bisa mendapatkan istilah tersebut?

Sebenarnya pencetus dari nama Sanghyang Adhi Buddha adalah sukong alias Ashin Jinarakkhita yang pada masanya sedang mencoba membangkitkan buddhisme di Indonesia. Perlu diingat bahwa dasar dari negara kita adalah Pancasila, dan ayat pertama dari Pancasila berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa"; sedangkan Agama Buddha sama sekali tidak pernah menyebutkan ketuhanan sama sekali. Hal inilah yang membuat Ashin mencetuskan sebuah nama yang dapat digunakan sebagai istilah KETUHANAN (bukan TUHAN) di dalam Agama Buddha. Istilah yang digunakan adalah Sanghyang Adhi Buddha, dan Sanghyang Adhi Buddha ini sebenarnya merujuk kepada benih kebuddhaan yang ada di dalam diri kita sendiri, atau makna sederhananya yaitu kebajikan-kebajikan dari dalam diri kita.

Sayangnya oleh beberapa oknum yang melakukan penyalahgunaan makna ketuhanan, istilah Sanghyang Adhi Buddha ini disamakan dengan Tuhan/Allah/Yahweh dengan Agama Lain. Mengesankan seolah Sanghyang Adhi Buddha adalah TUHAN dalam Agama Buddha. Padahal awalnya istilah Sanghyang Adhi Buddha diciptakan sebagai KETUHANAN dalam Agama Buddha. Hal inilah yang coba dijelaskan oleh seorang cendekiawan buddhis, Corneles Wowor dalam karya tulisnya yang berjudul "Ketuhanan dalam Agama Buddha". Singkatnya beliau menjelaskan bahwa hidup kita tidak ditentukan oleh TUHAN atau SANGHYANG ADHI BUDDHA atau MAKHLUK apapun; Agama Buddha tidak mengakui adanya TUHAN tapi mengakui KETUHANAN yang dapat diartikan sebagai kebajikan dan juga nibbana.
he :kribo:
baru tau aq :o
"bahwa hidup kita tidak ditentukan oleh TUHAN atau SANGHYANG ADHI BUDDHA atau MAKHLUK apapun"
Terus siap yang menentukan?
Terus TUHAN berfungsi sebagai apa?

"Agama Buddha tidak mengakui adanya TUHAN"
Atheis donk?

KETUHANAN = kebajikan dan juga nibbana?????

Terus Yang Maha Esa nya disebelah mana dalam Agama Budha????

Kok bisa Agama pakai disesuaikan dengan Pancasila?

"Hal inilah yang membuat Ashin mencetuskan sebuah nama yang dapat digunakan sebagai istilah KETUHANAN (bukan TUHAN) di dalam Agama Buddha."

Siapa Ashin? Kok bisa memodifikasi ajaran Agama disesuakan ama kondisi?