Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 19, 2024, 10:24:25 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 183
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 189
Total: 189

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

purpose of life

Dimulai oleh mhyworld, Desember 02, 2011, 04:00:31 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Maz Aji

Kalau mau jujur sih,
kebenaran itu cuma sains.
Di luar sains,
cuma produk dinamika sjarah umat manusia (sosial),yg tidak bisa di buktikan.

Apa yg menyenangkan biasanya dianggap baik.
Apa yg tidak menyenangkan dianggap tidak baik.
Semua sistem nilai,etik,norma,aturan dan hukum positif cuma produk dinamika sosial yg berubah ubah.

Pengadilan hukum positif sekalipun,yg menimbang dan memutuskan bersalah dan tidak brsalah cuma produk kesejarahan umat manusia.

Keindahan itu universal dan tidak ada parameter jelas.

Dgn kata lain,
akal,
sains,
lebih layak jadi penilai sesuatu ketimbang lainnya.

Jadi purpose of life sebenarnya cuma dunia subyektif.
Inilah pendapat saya.

?

Apakah logika, etika dan estetika bersifat objektif dan subjektif?

Farabi

Ya bersifat subjectiv, cantik dan jelek misalkan. Baik dan buruk juga misalkan. Sedangkan harusnya diukur dengan menggunakan akal dan logika, perasaan ada sebagai sistem default supaya manusia tidak salah arah dan memutuskan.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip dari: mhyworld pada Desember 19, 2011, 11:01:45 PM
Anda menulis seolah anda bisa membaca pikiran saya, namun sayangnya meleset.  :'(
Kalau anda memang ingin tahu apa yang saya pikirkan mengenai hal ini, jangan kuatir, akan saya sampaikan.

Hukum yang saya inginkan adalah hukum yang mampu meningkatkan peluang tercapainya tujuan hidup saya, baik sebagai individu, sebagai warga masyarakat, warga negara, sebagai manusia bumi, maupun sebagai organisme hidup. Untuk hukum formal nasional, seharusnya mampu mengakomodasi tujuan bersama dari setiap warga negaranya. Masing-masing orang bisa memiliki beberapa tujuan/keinginan sekaligus. Beberapa di antaranya bisa berbeda dengan tujuan/keinginan orang lain, namun bisa dipastikan bahwa terdapat beberapa persamaan. Tujuan/keinginan yang dimiliki oleh semua orang inilah yang bisa dijadikan sebagai dasar hukum yang universal dan fundamental.

Seperti apa? Dimana anda boleh berbuat sesuka hati dan orang lain tidak? Percaya atau tidak, orang dengan pemikiran seperti anda berkecenderungan egois. 10 Perintah Tuhan, mana yang tidak anda suka? Hanya hari sabtu kan? Tapi sebagai pekerja, anda sangat menginginkannya, bahkan kalau boleh, seminggu 2 kali sabat. ;D Benar?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Fariz Abdullah

#64
Kutip dari: ? pada Desember 19, 2011, 11:27:55 PM
Semakin lama, diskusinya semakin menarik. Saya banyak belajar. Tidak banyak yang saya bisa bagikan dengan pembicaraan semacam ini.

Saya mengutip dari buku Filsafat Ilmu yang saya pelajari.

Benar salah, Logika.
Baik buruk, Etika.
Indah jelek, Estetika.

Semoga bermanfaat.

Menarik Prof..Itu membuat saya berpikir tentang perbedaan Moral dan Etika..

Menurut Wikipedia, morality adalah pembedaan apakah suatu intention, decision atau action, baik atau buruk..Dalam bahasa saya, morality adalah kebaikan atau keburukan dari suatu niat, keputusan atau tindakan..

Sedangkan Ethics adalah cabang Philoshophy yang mengajukan pertanyaan tentang moralitas, atau disebut juga MORAL PHILOSOPHY..[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Secara umum, seringkali kata Etika dan Moral tidak dibedakan..

Saya tertarik mengkaji apakah baik atau buruk itu absolut atau relatif. Rupanya dalam salah satu cabang Ethics, yaitu pada Deontological Ethics, dikenal dua "aliran".
1. Moral Absolutist : orang-orang yang percaya bahwa suatu tindakan itu "ABSOLUT" baik atau buruk (atau benar-salah secara moral)..Tidak peduli niatnya atau konsekuensi tindakannya..
2. Moral Non Absolutist (bahasa saya : Moral Relativist)..Suatu tindakan bisa baik atau buruk (atau benar-salah secara moral), tergantung pada niat atau konsekuensinya.

Misalnya pada statement "saya akan berbohong"..Menurut Absolutist seperti Immanuel Kant, baik-buruk itu absolut menurut goodwill atau motifnya..Will/motif "saya akan berbohong" adalah absolut buruk, tidak peduli ketika action "berbohong" berkonsekuensi baik..Sedangkan menurut Non Absolutist seperti W.D. Ross, konsekuensi tindakan "bohong" bisa dibenarkan secara moral bila berkonsekuensi baik..
Baca: [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Jadi sebenarnya moralitas itu absolut atau relatif?

Darimana kita tahu statement "saya akan berbohong" adalah baik atau buruk? Saya mengajukan Golden Rule sebagai kriteria moralitas..Suatu Code of Morality..Atau bahkan Code of Ethics..Saya mencoba meraba-raba bahwa moralitas bisa dipandang sebagai entitas OBYEKTIF, thus ABSOLUT..Tetapi jika pengajuan saya ini dipatahkan oleh suatu argumen yang lebih kuat, maka nampaknya saya harus menerima bahwa MORALITAS ATAU ETIKA ADALAH RELATIF..Kecuali ditemukan Code of Morality yang lebih obyektif dan universal daripada Golden Rule..

CMIIW



[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

?

Kutip dari: Farabi pada Desember 20, 2011, 10:46:45 AM
Ya bersifat subjectiv, cantik dan jelek misalkan. Baik dan buruk juga misalkan. Sedangkan harusnya diukur dengan menggunakan akal dan logika, perasaan ada sebagai sistem default supaya manusia tidak salah arah dan memutuskan.

Apakah saya boleh merumuskannya seperti ini?

Etika dan estetika bersifat subjektif.
Logika bersifat objektif.

?

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Desember 20, 2011, 02:35:40 PM
Menarik Prof..Itu membuat saya berpikir tentang perbedaan Moral dan Etika..

Menurut Wikipedia, morality adalah pembedaan apakah suatu intention, decision atau action, baik atau buruk..Dalam bahasa saya, morality adalah kebaikan atau keburukan dari suatu niat, keputusan atau tindakan..

Sedangkan Ethics adalah cabang Philoshophy yang mengajukan pertanyaan tentang moralitas, atau disebut juga MORAL PHILOSOPHY..[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Secara umum, seringkali kata Etika dan Moral tidak dibedakan..

Saya tertarik mengkaji apakah baik atau buruk itu absolut atau relatif. Rupanya dalam salah satu cabang Ethics, yaitu pada Deontological Ethics, dikenal dua "aliran".
1. Moral Absolutist : orang-orang yang percaya bahwa suatu tindakan itu "ABSOLUT" baik atau buruk (atau benar-salah secara moral)..Tidak peduli niatnya atau konsekuensi tindakannya..
2. Moral Non Absolutist (bahasa saya : Moral Relativist)..Suatu tindakan bisa baik atau buruk (atau benar-salah secara moral), tergantung pada niat atau konsekuensinya.

Misalnya pada statement "saya akan berbohong"..Menurut Absolutist seperti Immanuel Kant, baik-buruk itu absolut menurut goodwill atau motifnya..Will/motif "saya akan berbohong" adalah absolut buruk, tidak peduli ketika action "berbohong" berkonsekuensi baik..Sedangkan menurut Non Absolutist seperti W.D. Ross, konsekuensi tindakan "bohong" bisa dibenarkan secara moral bila berkonsekuensi baik..
Baca: [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Jadi sebenarnya moralitas itu absolut atau relatif?

Darimana kita tahu statement "saya akan berbohong" adalah baik atau buruk? Saya mengajukan Golden Rule sebagai kriteria moralitas..Suatu Code of Morality..Atau bahkan Code of Ethics..Saya mencoba meraba-raba bahwa moralitas bisa dipandang sebagai entitas OBYEKTIF, thus ABSOLUT..Tetapi jika pengajuan saya ini dipatahkan oleh suatu argumen yang lebih kuat, maka nampaknya saya harus menerima bahwa MORALITAS ATAU ETIKA ADALAH RELATIF..Kecuali ditemukan Code of Morality yang lebih obyektif dan universal daripada Golden Rule..

CMIIW





Moralitas? Saya belum paham tentang bahasan ini. Jika dikaitkan dengan tujuan, maka pendapat saya adalah seharusnya tujuan melakukan sesuatu lebih penting dibandingkan etika dalam melakukan sesuatu. Hal ini pernah saya tanyakan dalam seminar tentang etika penelitian yang melibatkan manusia. Hanya saja, saya tidak merasa mendapat jawaban yang memuaskan.

mhyworld

#67
Kutip dari: Farabi pada Desember 20, 2011, 01:13:38 PM
Seperti apa? Dimana anda boleh berbuat sesuka hati dan orang lain tidak? Percaya atau tidak, orang dengan pemikiran seperti anda berkecenderungan egois. 10 Perintah Tuhan, mana yang tidak anda suka? Hanya hari sabtu kan? Tapi sebagai pekerja, anda sangat menginginkannya, bahkan kalau boleh, seminggu 2 kali sabat. ;D Benar?
Akan saya ungkapkan satu per satu dengan urutan yang logis dan sesederhana mungkin agar dapat dipahami oleh kalangan yag lebih luas. Jadi stay tuned di topik ini OK?  ;)

Di bagian mana saya menulis bahwa anda boleh berbuat sesuka hati dan orang lain tidak?

Kalau memang boleh memilih, saya pilih tidak percaya. ;D
Anda boleh saja menilai orang lain, namun sebaiknya penilaian anda memiliki dasar yang kuat. Kalau tidak, maka kemampuan anda dalam menilai orang lain maupun diri sendiri akan diragukan oleh orang lain. Jangan lupa bahwa orang lain juga akan menilai sifat-sifat anda dari perbuatan, ucapan, dan tulisan anda. Dari postingan-postingan anda sebelumnya, saya menilai anda orang yang emosional, keras kepala, dan tinggi hati. Anda boleh percaya ataupun tidak percaya pada penilaian saya. Saya juga menjumpai beberapa logika dan argumen anda yang kurang valid. Saya merasa tidak perlu mengungkit-ungkit hal ini lebih jauh dengan mengutip postingan-postingan tersebut di sini, namun kalau anda minta bukti, dengan senang hati akan saya tunjukkan.
once we have eternity, everything else can wait

mhyworld


Mengenai larangan untuk bekerja pada hari sabat, mari kita samakan dulu persepsi dan definisinya. Kalau hari sabat yang saya maksud ternyata berbeda dengan yang anda maksud, tidak ada gunanya meneruskan diskusi mengenai hari sabat. Wikipedia menjelaskan hari sabat sebagai :
KutipJewish Shabbat (Shabbath, Shabbos, Shabbes, Shobos, etc.) is a weekly day of rest, observed from sundown on Friday until the appearance of three stars in the sky on Saturday night; it is also observed by a minority of Christians. Thirty-nine activities prohibited on Shabbat are listed in Tractate Shabbat (Talmud).
Saya tidak tahu apakah anda pernah membaca ayat-ayat berikut :
KutipNumbers 15:32-36

New International Version (NIV)

The Sabbath-Breaker Put to Death
32 While the Israelites were in the wilderness, a man was found gathering wood on the Sabbath day. 33 Those who found him gathering wood brought him to Moses and Aaron and the whole assembly, 34 and they kept him in custody, because it was not clear what should be done to him. 35 Then the LORD said to Moses, "The man must die. The whole assembly must stone him outside the camp." 36 So the assembly took him outside the camp and stoned him to death, as the LORD commanded Moses.
KutipNumbers 15:32-36

King James Version (KJV)

32And while the children of Israel were in the wilderness, they found a man that gathered sticks upon the sabbath day.

33And they that found him gathering sticks brought him unto Moses and Aaron, and unto all the congregation.

34And they put him in ward, because it was not declared what should be done to him.

35And the LORD said unto Moses, The man shall be surely put to death: all the congregation shall stone him with stones without the camp.

36And all the congregation brought him without the camp, and stoned him with stones, and he died; as the LORD commanded Moses.
Saya pikir saya tidak perlu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia supaya anda mengerti. CMIIW. ???

Peringatan hari sabat bukan ditujukan untuk memberikan kesempatan pekerja untuk beristirahat, melainkan untuk menjalankan ibadat kepada Tuhan orang-orang Yahudi. Tuhan dari agama lain memerintahkan hal lain, misalnya Nyepi untuk orang Hindu.

Dari mana anda tahu kalau saya pekerja?
Tampaknya anda belum pernah kerja shift ya? Kalau begitu saya beri tahu. Di pabrik-pabrik maupun anjungan minyak lepas pantai yang beroperasi secara continuous 24x7 jam per week, banyak karyawan bekerja dalam shift. Ada yang menerapkan shift 4 hari kerja 2 hari libur, 6 hari kerja 3 hari libur, 2 minggu kerja seminggu libur, 2 minggu kerja 2 minggu libur, sebulan kerja sebulan libur, dan sebagainya. Biasanya yang dijadikan patokan untuk hitungan kerja lembur adalah jumlah total jam kerja normal dalam setahun.

Pekerja di rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi, bahkan toko kelontong 24 jam juga menerapkan jadwal shift. Hari libur mereka tidak dipatok harus pada hari Sabtu.

Ada juga pekerja non-shift yang bekerja normal pada hari Senin-Jumat, dan melakukan kerja sampingan pada hari Sabtu dan Minggu untuk menambah pendapatan mereka. Kerja sampingan itu seringkali lebih serius daripada mengambil ranting untuk kayu bakar.

Apakah anda anggap layak menghukum mereka karena melanggar 10 perintah Tuhan? Atau anda menyalahkan atasan/manajer mereka yang memerintahkan kerja shift? atau menyalahkan pemerintah dan depnakertrans karena mengizinkan praktek kerja shift?
once we have eternity, everything else can wait

Farabi

Kutip dari: ? pada Desember 20, 2011, 08:04:47 PM
Apakah saya boleh merumuskannya seperti ini?

Etika dan estetika bersifat subjektif.
Logika bersifat objektif.


Memang kenyataannya demiikan, seperti beli HP misalkan. Orang orang memandang semakin mahal semakin bernilai status sosial tinggi, blackberry misalkan, padahal dalam pandangan saya, samsung star misalkan, lebih memadai dan bisa digunakan untuk macam macam hal, misalkan, mengenali wajah orang, dan lain sebagainya, bahkan bisa mendeteksi suatu ruangan dan mengetahui lokasi dengan GPS. Jadi dalam hal ini, estetik dalam artian status sosial bernilai relatif.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip dari: mhyworld pada Desember 20, 2011, 09:51:21 PM
Akan saya ungkapkan satu per satu dengan urutan yang logis dan sesederhana mungkin agar dapat dipahami oleh kalangan yag lebih luas. Jadi stay tuned di topik ini OK?  ;)

Di bagian mana saya menulis bahwa anda boleh berbuat sesuka hati dan orang lain tidak?

Kalau memang boleh memilih, saya pilih tidak percaya. ;D
Anda boleh saja menilai orang lain, namun sebaiknya penilaian anda memiliki dasar yang kuat. Kalau tidak, maka kemampuan anda dalam menilai orang lain maupun diri sendiri akan diragukan oleh orang lain. Jangan lupa bahwa orang lain juga akan menilai sifat-sifat anda dari perbuatan, ucapan, dan tulisan anda. Dari postingan-postingan anda sebelumnya, saya menilai anda orang yang emosional, keras kepala, dan tinggi hati. Anda boleh percaya ataupun tidak percaya pada penilaian saya. Saya juga menjumpai beberapa logika dan argumen anda yang kurang valid. Saya merasa tidak perlu mengungkit-ungkit hal ini lebih jauh dengan mengutip postingan-postingan tersebut di sini, namun kalau anda minta bukti, dengan senang hati akan saya tunjukkan.


Memang saya demikian orangnya. Saya seringkali melihat sikap anda mirip seperti saya sewaktu dulu, itu yang membuat saya kesal. Saya tidak suka melihat diri saya yang dulu yang sangat tidak punya ilmu dan pengetahuan, bahkan dengan segala bukti yang jelaspun tetap mengeraskan hati dan menguatkan iman bahwa Tuhan tidak ada. Semoga diharap maklum ;D

Jawab saja pertanyaan saya, antara 10 perintah Tuhan, mana yang anda tolak?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

mhyworld

Kutip dari: Farabi pada Desember 21, 2011, 08:34:04 AM
Memang saya demikian orangnya. Saya seringkali melihat sikap anda mirip seperti saya sewaktu dulu, itu yang membuat saya kesal. Saya tidak suka melihat diri saya yang dulu yang sangat tidak punya ilmu dan pengetahuan, bahkan dengan segala bukti yang jelaspun tetap mengeraskan hati dan menguatkan iman bahwa Tuhan tidak ada. Semoga diharap maklum ;D

Jawab saja pertanyaan saya, antara 10 perintah Tuhan, mana yang anda tolak?
Saya berharap diskusi pada topik ini bersifat produktif dan membuahkan hasil. Sukur-sukur kalau akhirnya kita bisa menemukan kesepakatan/titik temu/persamaan pandangan. Kalaupun tidak, minimal kita bisa sharing ilmu untuk mengupdate pengetahuan kita bersama.

Opini-opini kita menyerang pribadi tidak perlu diperpanjang lagi, karena saya pikir kurang produktif.

Di mana anda menjumpai tulisan saya yang menyebutkan bahwa saya beriman bahwa Tuhan tidak ada? Apakah itu halusinasi anda? Atau anda masih bermimpi?
Saya hanya menyatakan bahwa klaim anda bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhannya agama Abrahamic tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Begitu juga dengan klaim anda bahwa agama yang benar adalah agama abrahamic serta 10 perintah Tuhan yang anda klaim sebagai dasar moral yang fundamental.
Saya hanya berusaha bersikap rasional dan wajar. Pernyataan yang sudah terbukti seharusnya diperlakukan sebagai pernyataan yang sudah terbukti, begitu pula sebaliknya. Kita tidak perlu meyakini pernyataan/klaim yang belum terbukti secara ilmiah.

Apakah tulisan saya di atas belum cukup jelas? Apakah saya perlu menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia?
once we have eternity, everything else can wait

Farabi

Kenapa anda tidak menjelaskan hukuman seperti apa yang anda inginkan?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

mhyworld

Kutip dari: Farabi pada Desember 21, 2011, 03:30:25 PM
Kenapa anda tidak menjelaskan hukuman seperti apa yang anda inginkan?
Anda harus membedakan antara hukum dengan hukuman. Lihat kamus atau referensi lainnya.

IMO, hukum hanyalah salah satu alat/cara/upaya untuk meningkatkan peluang terwujudnya tujuan hidup masyarakat yang dinaungi oleh hukum tersebut. Upaya lain di antaranya melalui pendidikan, penelitian, dan kerja keras.
Hukuman hanyalah salah satu cara untuk menegakkan hukum.
once we have eternity, everything else can wait

Farabi

#74
Kutip dari: mhyworld pada Desember 22, 2011, 07:12:54 AM
Anda harus membedakan antara hukum dengan hukuman. Lihat kamus atau referensi lainnya.

IMO, hukum hanyalah salah satu alat/cara/upaya untuk meningkatkan peluang terwujudnya tujuan hidup masyarakat yang dinaungi oleh hukum tersebut. Upaya lain di antaranya melalui pendidikan, penelitian, dan kerja keras.
Hukuman hanyalah salah satu cara untuk menegakkan hukum.

Iya benar, kalau begitu saya akan menggunaakn kata sanksi dan hukum, sebuah hukum atau peraturan tanpa sanksi adalah omong kosong. Anda menyanggah bahwa tanpa sanksi sebuah hukuman bisa berlaku, dan saya membuat sebuah premis bahwa sebuah hukum yang ideal adalah Torat. Nah, karena anda membantah bahwa hukum Torat adalah universal, saya ingin tahu hukum atau sanksi universal bagi anda yang benar adalah apa?

Pada saat membicarakan terorisme, semua orang mengutuki dan menginginkan hukuman terberat yaitu mati, tapi kenapa saat membicarakan film porno tidak mau ada hukuman? Ini mengindikasikan bahwa orang yang sedang berkata, memang bukan bagian dari ajaran islam yang garis keras dan tukang nonton film porno apa saya benar? Perkataan dari hati, dan hati membenarkan perbuatan. Orang yang memandang perbuatannya baik, memang sehari hari memperbuat perbuatan tersebut,
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.