Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 07:02:02 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 203
Total: 203

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

sholat di luar angkasa, bagaimana?? [tolong penjelasannya, khususnya muslim]

Dimulai oleh oyi, November 04, 2009, 02:23:56 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

oyi

[mohon maaf jika mungkin topik ini udah ada sebelumnya]
bagaimana penentuan waktu sholat kita ataupun puasa jika kita misalnya berada di luar angkasa, misal di lab antariksa yang mengorbit bumi?? because waktu2 sholat berdasarkan waktu2 pergeseran posisi matahari dan puasa berdasarkan peredaran bulan??
terimakasih seblumnya

cronny

Kayanya sampai sekarang ngak ada yg pernah sholat di luar angkasa sih... setidak nya itu yg gua tau.
Ngak bisa ngebayangin gimana dia bisa bersujud kalau dalam keadaan zero gravity :D
God made me an atheist. Who are you to question his wisdom?

Cyclops

Sholat merupakan kewajiban bagi tiap-tiap muslimin muslimat. Dalam berbagai kondisi, situasi dan waktu sholat tetap wajib dilakukan. Perlu diketahui ada beberapa contoh situasi yang menggambarkan betapa pentingnya sholat: Dikatakan dalam salah satu kitab rujukan fiqih, jika seorang hamba Allah ada dalam keadaan terapung-apung di sebuah bilah papan dan berada di tengah samudera luas, maka tetap jatuh kewajiban hamba tersebut untuk sholat. Disamping itu dalam syariat pun mengenal adanya sholat khauf atau sholat fardhu dalam keadaan genting seperti peperangan dimana kita tidak boleh lengah sedikitpun agar tidak dikalahkan musuh. Syariat telah mengatur dengan sangat indah tentang aturan-aturan dan bahkan keringanan-keringanan bagi hamba-hamba Allah yang ingin menegakkan sholat dalam setiap kondisi.
Dalam permasalahan sholat di luar angkasa dimana tidak diketahui waktu terbit atau terbenam matahari, makan hamba Allah tersebut dapat mengkondisikan waktu sholatnya sebagaimana kebiasaan jam-jam terbit atau terbenamnya matahari ketika dia di bumi, ini didasarkan pada Hadis Nabi SAW menanggapi pertanyaan Sahabat tentang kewajiban shalat di daerah yang satu harinya menyamai seminggu atau sebulan atau bahkan setahun. "Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali shalat saja". Rasul menjawab "tidak... tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa)" HR. Muslim
Berdasarkan keterangan di atas, maka sudah sewajibnya kita kaum muslimin muslimat mulai memperbanyak kesempatan untuk menuntut ilmu tentang hukum-hukum (fiqih) terutama yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban kita terhadap ALLAH S.W.T sebagai modal kita di dunia untuk beribadah.
Wallahua'alam.
Regards.

HyawehHoshikawa

Terus kalo' di mars misalnya gitu, kemana harus sholat?masa ke arah kiblat yang dibumi?
Rationality alone isn't enough, the world is Complex.

Pi-One

Kutip dari: HyawehHoshikawa pada November 05, 2009, 05:07:17 PM
Terus kalo' di mars misalnya gitu, kemana harus sholat?masa ke arah kiblat yang dibumi?
Jadi ingat, film Riddick. Di sana ada juga keluarga bapak anak muslim, dan mereka melakukan sholat di planet asing. Tapi gak jelas juga arah kiblatnya...

ksatriabajuhitam

ini untuk masalah waktu:
Kutip dari: Cyclops pada November 05, 2009, 12:45:18 PM
..., ini didasarkan pada Hadis Nabi SAW menanggapi pertanyaan Sahabat tentang kewajiban shalat di daerah yang satu harinya menyamai seminggu atau sebulan atau bahkan setahun. "Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali shalat saja". Rasul menjawab "tidak... tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa)" HR. Muslim
...

untuk masalah arah:
Kutip
142. Orang-orang yang kurang akalnya [93] diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberei petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus [94]".
Surah (2) Al-Baqarah ayat: 142

[93] Maksudnya: ialah orang-orang yang kurang pikirannya sehingga tidak dapat memahami maksud pemindahan kiblat.

[94] Di waktu Nabi Muhammad SAW berada di Mekah di tengah-tengah kaum musyirikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah ditengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan untuk mengambil Ka'bah menjadi kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan Ka'bah itu menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan. Untuk persatuan umat Islam, Allah menjadikan Ka'bah sebagai kiblat.

not all the problems could be solved by the sword, but sword holder take control of problems.
ForSa versi mobile: http://www.forumsains.com/forum?wap2

oyi

Kutip dari: Cyclops pada November 05, 2009, 12:45:18 PM
Sholat merupakan kewajiban bagi tiap-tiap muslimin muslimat. Dalam berbagai kondisi, situasi dan waktu sholat tetap wajib dilakukan. Perlu diketahui ada beberapa contoh situasi yang menggambarkan betapa pentingnya sholat: Dikatakan dalam salah satu kitab rujukan fiqih, jika seorang hamba Allah ada dalam keadaan terapung-apung di sebuah bilah papan dan berada di tengah samudera luas, maka tetap jatuh kewajiban hamba tersebut untuk sholat. Disamping itu dalam syariat pun mengenal adanya sholat khauf atau sholat fardhu dalam keadaan genting seperti peperangan dimana kita tidak boleh lengah sedikitpun agar tidak dikalahkan musuh. Syariat telah mengatur dengan sangat indah tentang aturan-aturan dan bahkan keringanan-keringanan bagi hamba-hamba Allah yang ingin menegakkan sholat dalam setiap kondisi.
Dalam permasalahan sholat di luar angkasa dimana tidak diketahui waktu terbit atau terbenam matahari, makan hamba Allah tersebut dapat mengkondisikan waktu sholatnya sebagaimana kebiasaan jam-jam terbit atau terbenamnya matahari ketika dia di bumi, ini didasarkan pada Hadis Nabi SAW menanggapi pertanyaan Sahabat tentang kewajiban shalat di daerah yang satu harinya menyamai seminggu atau sebulan atau bahkan setahun. "Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali shalat saja". Rasul menjawab "tidak... tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa)" HR. Muslim
Berdasarkan keterangan di atas, maka sudah sewajibnya kita kaum muslimin muslimat mulai memperbanyak kesempatan untuk menuntut ilmu tentang hukum-hukum (fiqih) terutama yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban kita terhadap ALLAH S.W.T sebagai modal kita di dunia untuk beribadah.
Wallahua'alam.
Regards.

wah, subhanallah, ini yang menjadi keraguan ane cz sebelumnya belum mendapatkan hadis tersebut mengenai waktu sholat yang berbeda
Kutip dari: ksatriabajuhitam pada November 06, 2009, 06:18:33 AM
ini untuk masalah waktu:
Kutip dari: Cyclops pada November 05, 2009, 12:45:18 PM
..., ini didasarkan pada Hadis Nabi SAW menanggapi pertanyaan Sahabat tentang kewajiban shalat di daerah yang satu harinya menyamai seminggu atau sebulan atau bahkan setahun. "Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali shalat saja". Rasul menjawab "tidak... tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa)" HR. Muslim
...

untuk masalah arah:
Kutip
142. Orang-orang yang kurang akalnya [93] diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberei petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus [94]".
Surah (2) Al-Baqarah ayat: 142

[93] Maksudnya: ialah orang-orang yang kurang pikirannya sehingga tidak dapat memahami maksud pemindahan kiblat.

[94] Di waktu Nabi Muhammad SAW berada di Mekah di tengah-tengah kaum musyirikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah ditengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan untuk mengambil Ka'bah menjadi kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan Ka'bah itu menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan. Untuk persatuan umat Islam, Allah menjadikan Ka'bah sebagai kiblat.


untuk masalah arah, ane udah lumayan paham, misalkan kita tersesat di dalam hutan yang gelap sehingga tidak nampak matahari sebagai penanda arah kiblat maupun jika kit tidak mempunyai kompas

anakkecil

sudah jelas sekali ya..gunakan perhitungan..
:-)
kan sama saja dengan di daerah antartika misalnya :-)