Makan Bunga Bangkai (?)

<div style="text-align: justify;">Kita tentunya sudah sering mendengar nama bunga bangkai, namun saya yakin masih banyak diantara anda yang belum pernah melihatnya, apalagi memakannya! Ya, dimakan! Yang akan kita bahas bukanlah bunga bangkai <span style="font-style: italic;">Rafflesia arnoldii</span> yang berbentuk ceper seperti piring dan endemik Bengkulu, melainkan bunga bangkai dari genus Amorphophallus yang bentuknya seperi corong yang menjulang ke atas. Nama genus Amorphophallus sendiri berasal dari dua kata Yunani <span style="font-style: italic;">amorphos</span> dan <span style="font-style: italic;">phallos</span>. Kata pertama berarti &ldquo;tak berbentuk&rdquo;, dan kata kedua artinya &ldquo;penis&rdquo;. Nama ini mengacu pada <span style="font-style: italic;">spadix</span> bunga bangkai yang dianggap mirip alat kelamin pria.<br /> <br /> Kingdom : Plantae<br /> (Informal) : Spermatophyta<br /> (Informal) : Monocotyledonae<br /> Divisio : Magnoliophyta<br /> Classis : Liliopsida<br /> Ordo : Alismatales<br /> Familia : Araceae<br /> Sub Familia: Aroideae<br /> Tribe : Thomsonieae<br /> Genus : Amorphophallus<br /> <br /> Jangan menyangka bahwa bunga bangkai adalah tumbuhan yang langka, nyatanya kita dapat membeli bunga bangkai di pasar Keputran. Jika sempat bermain ke pasar, tanyalah kepada penjual umbi-umbian nama <span style="font-style: italic;">suweg</span>, <span style="font-style: italic;">mbote</span>, atau <span style="font-style: italic;">iles-iles</span>. Itu adalah umbi bunga bangkai yang untuk mendapatkannya, kita cukup mengeluarkan Rp 1000,-. Iles-iles (<span style="font-style: italic;">Amorphophallus konjac</span>) dimanfaatkan untuk membuat konyaku (jelly asal Jepang) dan bahkan jika difermentasi akan menghasilkan minuman beralkohol yang harganya lumayan mahal. Jika punya sebotol Hennesy X.O (eXtra Old), anda akan melihat tulisan &ldquo;cognac&rdquo;. Itu mengacu pada <span style="font-style: italic;">A. konjac</span> yang merupakan bahan bakunya. Suweg (<span style="font-style: italic;">Amorphophallus paeoniifolius</span>) tidak kalah menariknya. Setelah diproses untuk menghilangkan getahnya yang gatal (karena mengandung kalsium oksalat / CaC2O4) dengan cara dicuci dengan air garam atau asam sitrat,direbus dan dibumbui, suweg sangatlah&nbsp; nikmat untuk dikonsumsi. Selain itu, suweg juga bisa dijadikan keripik dengan cara dipotong tipis-tipis, dijemur, dibumbui, lalu digoreng kering. Bahkan, bunga dari bunga bangkai ini juga bisa dikonsumsi dengan cara dipotong menjadi lembaran-lembaran seukuran telapak tangan, kemudian ditumis. Rasanya mirip sekali dengan jamur kuping.<br /> <br /> Jika berniat untuk menanam bunga bangkai di halaman rumah (jangan khawatir karena sebenarnya bunga bangkai tidak berbau busuk, hanya saja mirip terasi), siapkanlah gentong berdiameter 50 cm yang sudah diisi media berupa tanah yang porous (gembur). Campurkanlah pupuk NPK butiran sebanyak 3 atau 4 sendok makan ke dalam tanah dan aduk hingga rata. Kemudian, pilihlah umbi bunga bangkai yang ingin anda tanam, bisa berupa suweg atau mungkin bunga bangkai raksasa <span style="font-style: italic;">Amorphophallus titanium</span>. Tanam umbi sedalam 5-10 cm. Nantinya umbi akan mengeluarkan batang selama musim kemarau, dan jika persediaan makanan sudah mencukupi, niscaya ia akan berbunga pada musim penghujan. Jika cadangan makanan belum terpenuhi, ia akan mengumpulkan lagi pada musim kemarau berikutnya, dan seterusnya sampai memiliki cukup cadangan makanan untuk berbunga. Penulis sendiri telah mencoba menanam berbagai jenis bunga bangkai dan berhasil membungakan beberapa diantaranya, yakni <span style="font-style: italic;">A. gigas</span>, <span style="font-style: italic;">A. paeoniifolius</span>, <span style="font-style: italic;">A. konjac</span>, <span style="font-style: italic;">A. beccarii</span>, dan <span style="font-style: italic;">A. borneensis</span>.<br /> <br /> Selamat mencoba untuk menanam atau memakan bunga bangkai!<br /> </div>

SMF 2.1.4 © 2023, Simple Machines, TinyPortal 2.2.2 © 2005-2022 | Sitemap

Go back to article