Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 09:36:27 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 116
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 93
Total: 93

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Hugo Chavez: Tokoh Revolusi Internasional

Dimulai oleh skuler, Maret 09, 2013, 01:47:18 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

skuler


Ketika masih bergabung dengan militer, Hugo Rafael Chávez Frías (28 Juli 1954 – 5 Maret 2013) memang pernah ditempatkan di beberapa unit untuk mengatasi pengaruh kelompok Marxist yang berusaha untuk menjatuhkan kekuasaan Carlos Andres Perez. Tetapi ia tidak terlalu melakukan banyak aksi, alih-alih ia sibuk menghabiskan waktunya untuk membaca literatur kiri.

Ketika ia ditugaskan untuk mengajar di akademi militer pada tahun 1981, tempat dimana ia pernah belajar, ia mendapatkan posisi untuk melakukan indoktrinasi generasi militer berikutnya dengan ide-ide politiknya. Karena pengaruhnya cukup kuat, Chavez kemudian dikeluarkan akademi militer dan ditempatkan di wilayah terisolir Apute, yang diyakini ia hanya akan memiliki sedikit pengaruh.

Chavez menyibukkan dirinya membuat hubungan dengan suku-suku lokal, suatu hal yang akan menguntungkannya pada masa ia memimpin, sebagaimana diberitakan BBC.



Hugo Chavez lalu membentuk sebuah gerakan bersama kelompok perwira militer bernama Simon Bolivar (Bapak Kemerdekaan Amerika Latin). Kebijakan Presiden Carlos Andres Perez menaikkan harga bensin dan pengetatan pinggang yang menuai protes dari massa rakyat sepertinya tepat kalau kudeta segera dilakukan. Terlebih, setelah memperhatikan kerusuhan selama tiga hari (27 Februari 1989). Ratusan orang tewas. Banyak jenazah tetap tak teridentifikasi dalam sebuah makam.

Seperti tak bisa ditunda lagi, Letkol Hugo Chavez memimpin sekitar 5.000 tentara untuk melakukan kudeta berdarah pada 4 Februari 1992 meskipun menuai kegagalan. Revolusi bulan Februari oleh Gerakan Revolusioner Bolivarian menelan korban jiwa 18 tewas serta 60 orang lainnya cedera. Chavez kemudian menyerahkan diri. Ia kemudian mendekam di penjara militer saat para koleganya berupaya kembali merebut kekuasaan sembilan bulan kemudian.

Percobaan kudeta kedua pada bulan September 1992 juga gagal. Hugo Chavez dikurung dua bulan penjara. Sewaktu di dalam penjara, ia membentuk partai bernama Gerakan Republik Ke-5 (Movement of the Fifth Republic) dan melakukan transisi dari militer ke politikus. Setelah para pembangkang sempat menguasai sebuah stasiun televisi serta sempat menyiarkan rekaman Chavez yang mengumumkan kejatuhan pemerintah berkuasa, ia dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun. Chavez kemudian mendapatkan pengampunan.


Untuk mendapatkan opini yang luas, Chavez menghabiskan waktunya mengunjungi beberapa pemimpin politik di Amerika Latin dan menemukan dukungan kuat dan persahabatan dari presiden revolusioner Kuba, Fidel Castro. Chavez meyakini benar bahwa untuk menggulingkan pemerintahan harus dengan kekuatan, tetapi kemudian beralih pikiran dengan mencalonkan diri sebagai kandidat pada Pemilu Presiden tahun 1998.

Venezuela tidak seperti kebanyakan negara tetangganya di Amerika Latin, negeri itu menikmati periode yang tidak terputus dari pemerintahan demokratik sejak 1958. Tetapi dua partai utama yang merupakan alternatif pilihan masyarakat, berada pada tuduhan terlibat dalam sistem yang korup dan menyia-nyiakan kekayaan minyak besar di Venezuela. Hugo Chavez menjanjikan perubahan revolusi dalam kebijakan sosial yang selama ini secara terus menerus disalahgunakan oleh kelompok oligarki yang merupakan pelayan masyarakat yang korup yang menghamba kepada pemodal internasional.

Chavez secara cepat mendapatkan dukungan luas, tidak hanya dari kalangan masyarakat miskin di masyarakat Venezuela. Tetapi juga dari kalangan kelas menengah yang melihat bahwa standar hidup telah digerus oleh kegagalan mengarahkan ekonomi. Pilihan kalangan kelas menengah Venezuela menjadi alat untuk mendongkrak Chavez menuju ke kekuasaan dengan 56 persen suara.


Tidak hanya melakukan retorika revolusi, di masa kepemimpinan pertamanya ia menunjuk figur-figur konservatif di posisi politik. Chavez menjalankan ekonomi mengacu kepada garis besar yang ditentukan oleh Dana Moneter Internasional, dan membuat usaha positif untuk mendorong investasi dari perusahaan global. Chavez juga memulai program reformasi sosial, dengan melakukan investasi di infrastuktur negara yang mulai hancur, dan mendirikan pelayanan kesehatan gratis serta memberikan subsidi makanan untuk orang miskin.

Karena langkah revolusinya, Chavez menghadapi musuh politik baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri Venezuela. Hubungan luar negerinya dengan Washington sangat rendah ketika ia menuduh pemerintahan Amerika Serikat melakukan perlawanan terhadap teror dengan teror juga (fighting terror with terror) selama periode perang di Afghanistan setelah serangan 11 September 2001.

Presiden Hugo Chavez mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer Venezuela pada pagi-pagi di hari Jumat waktu setempat tanggal 12 April 2002. Kudeta dramatis yang dilakukan militer terhadap presiden mengembangkan situasi dilematis. Beberapa jam setelah Chavez mundur, Pedro Carmona diangkat sebagai presiden sementara (interim). Tetapi, Jaksa Agung Venezuela (Isaias Rodriguez) menyatakan bahwa penunjukan presiden interim Pedro Carmona adalah inskontitusional dan menandaskan bahwa Presiden Venezuela tetap Hugo Chavez.

Dekrit juga menetapkan, presiden interim akan mengkoordinasikan kebijakan pemerintahan transisi dan keputusan lain yang diperlukan guna menjamin kebijakan, dengan otoritas pemerintah pusat maupun daerah. Dekrit tersebut mengundang banyak kritikan. Presiden Meksiko Vicente Fox secara tegas menyatakan tidak mengakui pemerintahan baru Venezuela sampai dilaksanakan pemilu baru. Demikian juga dengan pemimpin-pemimpin Argentina dan Paraguay menyatakan, pemerintahan baru Venezuela tidak sah.

Sehari setelah Hugo Chavez digulingkan melalui kudeta militer dan digantikan Pedro Carmona atas inisiatif sebagian perwira militer, Chavez kembali dikukuhkan menjadi Presiden Venezuela (14 April 2002). Pedro Carmona yang hanya menduduki sebagai presiden interim selama sehari dipaksa mengumumkan pengunduran dirinya setelah Jaksa Agung menyatakan bahwa kudeta tidak sah.


Berhasilnya Chavez kembali ke tampuk pemerintahan antara lain disebabkan militer terpecah. Sebagian jenderal memang mendukung Carmona, tetapi sebagian besar prajurit dan perwira menengah loyal terhadap Chavez. Selain itu, di kalangan kelompok masyarakat miskin pun Chavez sangat populer sehingga ketika ia digulingkan ribuan orang melakukan unjuk rasa agar Chavez dikukuhkan kembali menjadi presiden. Dalam aksi yang diwarnai penjarahan tersebut, belasan orang tewas.


Referendum 8 Agustus 2004 sebagai upaya menggulingkan Presiden Hugo Chaves oleh oposisi kembali dilakukan, tetapi masih dimenangkan oleh Hugo Chavez dengan 58 persen suara. Kemenangan tersebut membuat dirinya berhasil mengatasi salah satu tantangan terbesar dalam masa pemerintahannya dan menjadikannya sebagai sebuah mandat yang lebih besar untuk melanjutkan "revolusi bagi kaum miskin-"nya. Pada pemilu legislatif pada Desember 2005, partai pimpinan Chavez berhasil menyapu bersih seluruh kursi parlemen setelah pihak oposisi memboikot pemilu tersebut.



Pada tanggal 5 Maret 2013, Wakil Presiden Nicolás Maduro mengumumkan di televisi nasional bahwa Chávez telah meninggal dunia di Caracas pada pukul 16:25 waktu setempat. Wapres menyatakan Chávez meninggal setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya selama hampir dua tahun. Wapres Maduro dan para pendukung Chávez mencurigai ada permainan di balik penyakit yang diderita Chávez dan kematiannya. Maduro berspekulasi Chávez telah diracun. Pada pidato itu pula, Maduro memaksa pulang atase kedubes Amerika Serikat karena dianggap melakukan plot terhadap pemerintah Venezuela.


Jenazah Hugo Chavez akan dibalsem, diabadikan, di dalam peti kaca di museum militer, untuk selamanya. Selain sebagai bentuk penghormatan, tindakan ini dianggap bisa terus mengobarkan semangat revolusi sosialis yang selama ini dikumandangkan Chavez. Meski demikian, museum tempat Chavez belumlah dibangun. Jika sudah, maka bangunan itu akan dinamai Museum Revolusi.

Perjuangan Chavez menentang Amerika Serikat dan memerangi era oligarki membuatnya dicintai rakyat. Wajar jika kemudian masyarakat dunia melihat hujan tangisan murni dari batin rakyat yang merasa kehilangan. Chavez juga disetarakan dengan pahlawan kemerdekaan Amerika Latin, Simon Bolivar. Pada tahun 1805, Bolivar mengucapkan sumpah untuk melepaskan Venezuela dari jajahan Spanyol.

dikutip dari:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.

skuler


KutipTEHRAN, March 6 (MNA) – The Venezuelan president himself, before he died yesterday, wondered aloud whether the US government - or the banksters who own it - gave him, and its other leading Latin American enemies, cancer.

A little over a year ago, Chavez went on Venezuelan national radio and said: "I don't know but... it is very odd that we have seen Lugo affected by cancer, Dilma when she was a candidate, me, going into an election year, not long ago Lula and now Cristina... It is very hard to explain, even with the law of probabilities, what has been happening to some leaders in Latin America. It's at the very least strange, very strange."

Strange indeed... so strange that if you think Venezuela's Hugo Chavez, Brazilian President Dilma Rousseff, Paraguayan Fernando Lugo, and former Brazilian leader Luiz Inácio Lula da Silva - Latin America's top anti-US empire leaders - all just happened to contract cancer around the same time by sheer chance, you must be some kind of crazy coincidence theorist.

Am I 100% certain that the CIA killed Hugo Chavez? Absolutely not.

It could have been non-governmental assassins working for the bankers.

But any way you slice it, the masters of the US empire are undoubtedly responsible for giving Chavez and other Latin American leaders cancer. How do we know that? Just examine the Empire's track record.

Fidel Castro's bodyguard, Fabian Escalante, estimates that the CIA attempted to kill the Cuban president an astonishing 638 times. The CIA's methods included exploding cigars, biological warfare agents painted on Castro's diving suit, deadly pills, toxic bacteria in coffee, an exploding speaker's podium, snipers, poison-wielding female friends, and explosive underwater sea shells.

The CIA's assassination attempts against Castro were like a Tom and Jerry cartoon, with the CIA as the murderously inept cat, and the Cuban president as a clever and very lucky mouse. Some might even argue that Castro's survival, in the face of 638 assassination attempts by the world's greatest power, is evidence that El Presidente's communist atheism was incorrect, and that God, or at least a guardian angel, must have been watching over "Infidel Castro" all along.

Theology aside, the CIA's endless attempts on Castro's life provide ample evidence that US authorities will stop at nothing in their efforts to murder their Latin American enemies.

John Perkins, in his bestselling book Confessions of an Economic Hit Man, supplies more evidence that the bankers that own the US government routinely murder heads of state, using private assassins as well as CIA killers.

Perkins, during his career as an "economic hit man," gained first-hand knowledge about how the big international bankers maintain their empire in Latin America and elsewhere. Perkins' job was to visit leaders of foreign countries and convince them to accept loans that could never be paid back. Why? The bankers want to force these nations into debt slavery. When the country goes bankrupt, the bankers seize the nation's natural resources and establish complete control over its government and economy.

Perkins would meet with a targeted nation's leader and say: "I have a fist-full of hundred dollar bills in one hand, and a bullet in the other. Which do you want?" If the leader accepted the loans, thereby enslaving his country, he got the payoff. If he angrily chased Perkins out of his office, the bankers would call in the "asteroids" to assassinate the uncooperative head of state.

The "asteroids" are the world's most expensive and accomplished professional killers. They work on contract - sometimes to the CIA, sometimes to the bankers, and sometimes to wealthy private individuals. And though their specialty is causing plane crashes, they are capable of killing people, including heads of state, in any number of ways.


This isn't just speculation. John Perkins actually knows some of these CIA-linked professional killers personally. And he has testified about their murders of Latin American leaders. Confessions of an Economic Hit Man is dedicated to Perkins' murdered friends Gen. Torrijos of Panama and President Jaime Roldos of Ecuador. Both were killed by CIA-linked "asteroids" in engineered plane crashes.
Do CIA-linked killers sometimes induce cancer in their victims? Apparently they do. One notable victim: Jack Ruby (née Jack Rubenstein), a mobster who was himself a professional killer, and whose last hit was the choreographed murder of JFK-assassination patsy Lee Harvey Oswald in the basement of the Dallas Police Department. Ruby begged to be taken to Washington to tell the real story of the JFK murder, but instead died in prison, of a sudden and mysterious cancer, before he could reveal what he knew.

Have the CIA-bankster "asteroids" ever tried to kill Latin American leaders with cancer? The answer is an unequivocal "yes."

Edward Haslam's book Dr. Mary's Monkey proves what JFK assassination prosecutor Jim Garrison had earlier alleged: Child-molesting CIA agent David Ferrie, one of President Kennedy's killers, had experimented extensively with cancer-causing viruses for the CIA in his huge home laboratory. The purpose: To give Fidel Castro and other Latin American leaders cancer. (Ferrie himself was killed by the CIA shortly before he was scheduled to testify in court about his role in the JFK assassination.)

To summarize: We know that the bankers who own the US government routinely try to kill any Latin American leader who refuses to be their puppet. We know that they have mounted thousands of assassination attempts against Latin American leaders, including more than 600 against Castro alone. We know that they have been experimenting with cancer viruses, and killing people with cancer, since the 1960s.

So if you think Hugo Chavez died a natural death, I am afraid that you are terminally naïve.

Source: Press TV
MNA
END
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.

topazo

Pertama saya mengira negara-negara komunis atau sosialis merupakan negara kelas bawah yang susah maju (terlalu terbawa berita2 tentang Korea Utara), tapi ternyata sistem sosialis Hugo Chavez terbukti berhasil memajukan Venezuela di mata dunia. Saya sampai melihat Hugo Chavez berkarakter mirip dengan Soekarno dengan Nasakom-nya...

Selamat jalan El Comandante, semoga perjuanganmu tidak berakhir sampai di sini saja...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Fariz Abdullah

Saya tidak pernah setuju gaya kekerasan golongan kiri, sosialis, komunis, yang dibungkus dengan kata 'revolusioner' ini..Rezim Komunis telah terbukti berlumuran darah dalam sejarahnya, dan harus bertanggungjawab atas jutaan nyawa umat manusia..Mereka bukan pahlawan..Mereka adalah penjahat kemanusiaan..Penjahat bagi yang mencintai perdamaian dan perikemanusiaan..Dipo Nusantara Aidit, jika berhasil juga akan menjadi 'pahlawan' seperti Hugo Chaves ini..Mereka rata-rata narcist dan facist, dan tak segan mengorbankan nyawa orang lain untuk kekuasaannya..
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

__________

memangnya kubu mana yang tidak melakukan kekerasan? semuanya sama saja. tidak ada yang benar-benar bersih. dan paling jahat ialah yang kalah perang. dan yang paling baik adalah yang menang perang.
monster-monster sedang bertarung di luar sana  >:D
anda tinggal pilih monster mana yang mau anda ikuti. atau anda berminat jadi monster juga.
yang menang yg berkuasa. yang kalah harus tunduk dan rela disalahkan.

Fariz Abdullah

Bukan masalah menang perang atau kalah perang..Setiap ideologi kekerasan dan kebencian HARUS dilenyapkan dari muka bumi, kalau ingin species manusia tetap survive dalam evolusinya..
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

topazo

#6
Yah, tergantung revolusi dipandang dari mata yang mana... Kemerdekaan Indonesia juga bermula dari revolusi berdarah, dan bagi orang VOC ataupun Jepang, pejuang kemerdekaan kita dianggap teroris ataupun pemberontak... Begitu juga pada masa PKI, Ratu Adil, DI/TII, dll... Semua mempunyai unsur kebenaran di mata masing2... Bahkan banyak yang bilang, revolusi hanyalah sebuah demam panas menjelang seseorang sembuh dari penyakitnya...

Bukan berarti saya mendukung revolusi berdarah, karena saya lebih menyukai revolusi damai (contohnya mungkin revolusi android menyerang microsoft dan apple hehehehe...)

Tetapi intinya dalam thread ini, yang saya lihat dan hargai adalah bagaimana karya orang2 itu sekarang, bukan bagaimana orang itu dahulu... Contohnya, Hugo Chavez, kenapa bisa jutaan rakyat Venezuela menangis melihat kepergian pemimpinnya... Program-program pro rakyat sosialisme modern, sedikit banyak sudah dilaksanakan olehnya (meskipun memang pincang dalam sektor tata negara lainnya), tidak hanya omdo seperti kebanyakan politikus di negeri ini... Itulah yang saya harapkan ada di dunia...

Oiya tambahan... Mengenai DN Aidit... Kalau beliau berhasil kudeta dan ternyata sekarang Indonesia lebih baik dari sekarang (bukan malah jadi seperti Korea Utara)... Saya pasti akan menghargainya... Sekarang...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Fariz Abdullah

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa..Karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan..Kita sedih bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan dengan lumuran darah..Tetapi hentikan kekerasan karena ideologi..

Tentu saja di media negara komunis, tidak muncul pendapat opposan..Yang senang karena kematian sang diktator tidak akan menampakkan batang hidungnya..Yang muncul hanya para penjilat dan yang sudah dicuci otaknya oleh suatu ideologi..

Jika Aidit berkuasa sekarang, tidak ada diskusi sebebas ini di antara kita..Dan percayalah, ekonomi kita tidak akan lebih baik dari Korea Utara..
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

danzJr

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Maret 11, 2013, 12:14:09 PM
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa..Karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan..Kita sedih bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan dengan lumuran darah..Tetapi hentikan kekerasan karena ideologi..

Tentu saja di media negara komunis, tidak muncul pendapat opposan..Yang senang karena kematian sang diktator tidak akan menampakkan batang hidungnya..Yang muncul hanya para penjilat dan yang sudah dicuci otaknya oleh suatu ideologi..

Jika Aidit berkuasa sekarang, tidak ada diskusi sebebas ini di antara kita..Dan percayalah, ekonomi kita tidak akan lebih baik dari Korea Utara..

apakah anda mau mengatakan bahwa negara kita sudah lepas dari penjajahan?

ideologi adalah dasar dari suatu negara, dasar dari sebuah organisasi,koloni,kelompok,negara dan bahkan diri kita sendiri. ketika anda membicarakan ideologi, ideologi yang seperti apa? jelaskan secara spesifik.

[move]sesuatu itu dimulai dari mimpi, diusahakan dan menjadi kenyataan[/move]

ewinganu

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Maret 11, 2013, 12:14:09 PM
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa..Karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan..Kita sedih bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan dengan lumuran darah..Tetapi hentikan kekerasan karena ideologi..

Tentu saja di media negara komunis, tidak muncul pendapat opposan..Yang senang karena kematian sang diktator tidak akan menampakkan batang hidungnya..Yang muncul hanya para penjilat dan yang sudah dicuci otaknya oleh suatu ideologi..

Jika Aidit berkuasa sekarang, tidak ada diskusi sebebas ini di antara kita..Dan percayalah, ekonomi kita tidak akan lebih baik dari Korea Utara..
mengapa anda sangat membenci komunis? bukankah mereka membantu kita sampai kita merdeka?

Fariz Abdullah

Kutip dari: danzJr pada Maret 11, 2013, 02:30:21 PM
apakah anda mau mengatakan bahwa negara kita sudah lepas dari penjajahan?

ideologi adalah dasar dari suatu negara, dasar dari sebuah organisasi,koloni,kelompok,negara dan bahkan diri kita sendiri. ketika anda membicarakan ideologi, ideologi yang seperti apa? jelaskan secara spesifik.



Yup, negara kita telah lepas dari penjajahan. Indonesia adalah negara merdeka. Memang kenapa? Anda hendak mengatakan kita belum merdeka dari kemiskinan, korupsi atau pengaruh negara asing? Jadi kita masih dijajah asing. Begitukah? Kalau begitu buat saja thread tersendiri tentang debat kusir..

Ideologi adalah ethical set dari ide-ide, gagasan, prinsip, doktrin, mitos, atau simbol dari suatu gerakan sosial, institusi, kelas, atau grup besar yang menjelaskan bagaimana society harus bekerja, dan menawarkan suatu cetak biru political maupun cultural pada society tersebut.
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Fariz Abdullah

Kutip dari: ewinganu pada Maret 12, 2013, 11:14:11 AM
mengapa anda sangat membenci komunis? bukankah mereka membantu kita sampai kita merdeka?

Saya sangat membenci setiap doktrin kebencian dan kekerasan. Sebaliknya, saya mengagungkan cinta, kasih sayang dan perdamaian. Jika Anda sepakat dengan saya, bergabunglah dengan saya. Mari kita hancurkan setiap ide, gagasan, doktrin yang menganjurkan kebencian dan kekerasan. Kita telanjangi setiap ideologi yang jahat, agar semua bisa melihat dan menjauhinya. Dan mari kita sebar pesan cinta ke seluruh dunia..

PKI memang berjuang melawan Belanda..Tetapi kemudian mereka menusuk kita dari belakang.. Sukarno telah berbaik hati merangkul para "pejuang kemerdekaan" ini dengan konsep Nasakomnya yang sebenarnya absurd itu. Tapi komunis tetap komunis. Mereka tidak peduli Indonesia..Satu-satunya yang mereka pedulikan adalah manifesto komunis, yaitu meraih kekuasaan kaum pekerja dengan jalan kekerasan, pembunuhan-pembunuhan dan pertumpahan darah...Tujuan akhirnya adalah komunisme internasional, yaitu seluruh dunia adalah komunis.
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]