Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 06:53:52 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 206
Total: 206

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Laskar Pelangi - Berjuanglah Menggapai Asa!

Dimulai oleh biobio, Mei 13, 2009, 08:32:57 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

biobio

Suatu sore teman saya bertanya, "Buku apa yang paling bagus?". Pertanyaan yang amat membingungkan, tentunya. Bagus dalam hal apa dulu, bagus untuk apa? Melihatku kebingungan, ia memperjelas, "Buku apa yang akan kamu pilih bila dalam setahun kamu hanya boleh membaca buku itu?". Wah, ini akan menjadi keputusan yang sulit sekali jika memang dalam setahun ke depan kita harus memilih sebuah buku yang boleh dibaca (terlepas dari keberadaan e-book, internet, dan media bacaan lain, tentunya). Meskipun tidak ada yang memaksa saya untuk hanya menikmati satu buku dalam setahun, pertanyaan in cukup membekas di hati saya. "Buku apa, ya?", berulang kali kupikirkan.
Banyak buku yang sudah saya nikmati, mulai yang ecek-ecek seperti komik anak-anak, berbagai novel, sejarah dan kebudayaan, sampai jurnal sains yang berbobot, dan banyak diantaranya yang amat menarik bagi saya. Salah satunya adalah buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Saya bisa dikatakan "terlambat" dalam menikmati buku ini karena saya memang baru mulai membukanya ketika buku ini sudah terkenal di masyarakat, bahkan sudah mulai ramai terdengar bahwa buku ini akan diangkat ke layar lebar. Terus terang saja, awal mulanya, saya cenderung menganggap remeh buku ini. Pikir saya, apa sih yang bisa dilakukan seorang penulis baru jadi yang membuatku harus meluangkan waktu membacanya? Bukannya mendiskreditkan bangsa sendiri, namun lihatlah, nyatanya banyak karya picisan (yang bahkan dikatakan sebagai sastra pun tidak pantas), justru mendapatkan tempat di hati pembacanya dan dianggap bagus.
Namun, akhirnya saya berhasil memperoleh buku bercover merah ini di perpustakaan. Setelah membolak-balik halaman demi halaman Laskar Pelangi selama dua atau tiga hari, ternyata saya merasakan sesuatu yang beda. Ya! Ini bukan buku ngawur yang asal ketik dan asal cetak, melainkan suatu karya hebat dari seorang yang hebat pula. Gaya bahasanya sangat baik dan menarik, dan ditambah dengan luasnya cakrawala pengetahuan sang penulis, memberikan suatu bumbu tersendiri bagi karya ini.
Ceritanya berawal dari SD Muhamadiyah, sebuah sekolah kampung nun jauh di Belitong sana. Jangankan mengusahakan pendidikan yang layak, untuk "menyambung hidup" saja, sekolah ini sudah setengah mati. Untunglah mereka memiliki Bu Muslimah dan Pak Harfan yang meskipun hanya digaji beras 15 kg sebulan, tidak pernah mengeluh dalam berbagi ilmu dengan anak didiknya. Ironis, memang. Pada tahun sang penulis masuk SD, kepastian nasib SD Muhamadiyah bahkan baru didapat di detik-detik terakhir, dengan bergabungnya Harun, seorang anak cacat mental yang seharusnya disekolahkan di SLB namun terpaksa bersekolah di sekolah reguler karena keterbatasan biaya. Kondisi yang menyedihkan ini seolah semakin diperparah dengan adanya sekolah PN Timah, yakni sekolah top para pegawai pertambangan timah yang amat kontras dengan sekolah kampung itu.
   Intan tetap intan walau dalam mulut anjing. Demikian kata pepatah. Artinya kira-kira, sesuatu yang bermutu tidak akan kehilangan cemerlangnya dalam kondisi apapun. Begitu juga kondisi para anggota Laskar Pelangi. Dalam situasi yang buruk seperti itu, semangat belajar tetap ada pada para anggota Laskar Pelangi. Mereka tidak mau menyerah meskipun keadaan jelas tak pernah berpihak pada mereka. Tengoklah Lintang, sang jenius yang tiap harinya dengan senang hati mengayuh sepeda butut sejauh 80 km untuk memuaskan dahaganya akan ilmu atau sekadar menyanyikan lagu Padamu Negeri di akhir jam sekolah. Anak kuli kopra ini bahkan mampu membuktikan kecerdasannya dengan mengalahkan anak-anak sekolah PN Timah di perlombaan, membuktikan bahwa ternyata sekolah kampung mereka mampu berbuat lebih. Ada lagi Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa yang memiliki bakat seni yang hebat. Meskipun dianggap aneh dan tidak logis, dia akhirnya berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam lomba 17 Agustus.
   Para anggota Laskar Pelangi benar-benar memiliki daya tarik yang luar biasa, sehingga hampir mustahil untuk percaya bahwa mereka benar-benar tokoh nyata yang ada di bumi nusantara ini. Kemampuan Andrea Hirata dalam mengeksplorasi tokoh-tokohnya juga terlihat dari para figuran yang memang seolah diarahkannya untuk membangun suatu setting yang amat berbeda dalam cerita ini. A Miauw, seorang pedagang dari etnis Tionghoa totok yang digambarkan sebagai lelaki tua, tidak bersahabat, berbau tidak nyaman adalah ayah dari A Ling, gadis yang menjadi idaman si penulis. Meskipun seringkali setengah hati dalam menjual kapur tulis pada sekolah kampung mereka (barangkali dianggap merepotkan), A Miauw dalam narasi Andrea Hirata digambarkan sebagai seorang Kong Hu Chu yang taat dan amat jujur dalam berniaga – suatu pelajaran bahwa selalu ada yang bisa dipetik dari seseorang, betapa buruknya orang itu.
   Pesan yang tak kalah penting juga didapat dari tokoh Flo, seorang gadis tomboy anak pegawai PN Timah yang "membelot" dari kandangnya dan malah bergabung dengan Laskar Pelangi yang notabene miskin dan kampungan. Bersama Mahar, ia mendirikan Societeit de Limpai, perhimpunan para penggemar hal ghaib yang keanggotaannya meluas (beberapa pegawai negeri dan orang yang mapan secara ekonomi dan intelektual pun ikut bergabung). Bersama Societeit de Limpai kesayangannya itu pula, Flo yang bermasalah dengan nilai rapornya nekat mengunjungi Pulau Lanun, tempat berdiamnya seorang petapa tua, Tuk Bayan Tula yang diharapkan memberikan solusi untuk menyulap nilainya menjadi sembilan dan sepuluh. Jawaban dari Tuk Bayan Tula ternyata sungguh tidak bisa ditebak. Alih-alih memberikan nilai baik sehingga namanya semakin tersohor sebagai dukung yang sakti mendraguna, ia malah menyuruh mereka "buka buku dan belajar"!
   Kekuatan dari buku Laskar Pelangi ini adalah pada pengajaran yang diberikannya, bahwa kita harus berjuang dalam keadaan apapun. Terlebih dalam pendidikan (di Indonesia) yang masih amat jauh dari kata berhasil ini, seharusnya kita terus bertekun, terus mencari ilmu tanpa lelah. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berjuang.
"The pen is mightier than the sword"

nash

kalo udah baca Laskar Pelangi, ayo lanjut baca Sang Pemimpi dan Edensor!
Tapi aku ga rekomendasiin bwt baca Maryamah Karpov, terlanjur kcewa soalnya
"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart"

(John Nash, "A Beautiful Mind")

biobio

udah kok sang pemimpi dan edensornya...maryamah yang belum. kenapa mengecewakannya?
"The pen is mightier than the sword"

skuler

slama yg jadi sutradara itu si riri riza, mending gw tunggu pelemnya aja aaahh... hehe...
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.

nash

@biobio

kalo biobio cuma suka ma gaya penceritaan andrea hirata, bolehlah baca maryamah karpov,
tapi kalo biobio penasaran ma ending kisahnya ikal ma a ling, bakal kecewa deh!

selengkapnya liat di 'biografi dan buku'
"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart"

(John Nash, "A Beautiful Mind")

insan sains

Kutip dari: skuler pada Mei 14, 2009, 09:15:12 AM
slama yg jadi sutradara itu si riri riza, mending gw tunggu pelemnya aja aaahh... hehe...

Jaaah... nunggu mlulu sih. Udah ada tuh om. Beli sana di Gramedia.

Karena udah baca buku punya orang, jadi males belinya. Muahal...  ;D
Tinggal Maryamah Karpov, tapi berhubung ada yang kecewa, jadi tambah males buat bacanya..  :D
Menuju Indonesia sebagai THE COUNTRY MASTER OF TECHNOLOGY, 2030

ryoma

iya, betul tu. Sangat mengecewakan menurut aku.. Dari pengakuan Andrea sendiri buku Maryamah Karpov yang sudah terjual di publik bener-bener belum sampe hingga tamatnya, malah dia bilang, tidak akan mengeluarkannya. ada di thread ini.. tapi kalo terlanjur penasaran sih, mending baca MK aja..

http://www.forumsains.com/biografi-dan-buku/endingnya-maryamah-karpov/msg19863/#msg19863

chayo Edensor! :)
When there is a will there is a way..
قل حو الله الحد

ZeroFour

Kutip dari: nash pada Mei 13, 2009, 09:25:48 PM
kalo udah baca Laskar Pelangi, ayo lanjut baca Sang Pemimpi dan Edensor!
Tapi aku ga rekomendasiin bwt baca Maryamah Karpov, terlanjur kcewa soalnya
masa...?menurutku bgus kok...
Menurutku d MK, tantangan ma gaya penulisan bahasa ny lbh bgs dr Edensor(E) ma Sang Pmimpi(SP).
Menurtku tingkat kebagusan tetralogi LP bgini.... LP, MK, E, SP.
Emang c ending ny ngecewain, g happy ending, tapi conflict ma gaya bahasa ny bgus bgt.
Q dah bc MK sblum taun baru ja, masih suka bc MK mpe sekarang bahkan dikit banyak dah hafal....

nash

@atas

hmm, kalo gw peringkatin gaya bahasa tetralogi tsb:
1. sang pemimpi
2. edensor
3. laskar pelangi
4. maryamah karpov
"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart"

(John Nash, "A Beautiful Mind")

ryoma

Kutip dari: nash pada Mei 22, 2009, 12:53:11 PM
@atas

hmm, kalo gw peringkatin gaya bahasa tetralogi tsb:
1. sang pemimpi
2. edensor
3. laskar pelangi
4. maryamah karpov

kalo aku sih:
1. edensor
2. laskar pelangi
3. sang pemimpi
4. maryamah karpov

:)
When there is a will there is a way..
قل حو الله الحد

nash

@ryoma

setidaknya kita sama2 meletakkan Maryamah Karpov pada urutan terakhir, hehehe
"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart"

(John Nash, "A Beautiful Mind")

ryoma

Kutip dari: nash pada Mei 22, 2009, 08:11:44 PM
@ryoma

setidaknya kita sama2 meletakkan Maryamah Karpov pada urutan terakhir, hehehe

sip ;D
When there is a will there is a way..
قل حو الله الحد

Monox D. I-Fly

Kutip dari: biobio pada Mei 13, 2009, 08:32:57 PM
A Miauw, seorang pedagang dari etnis Tionghoa totok yang digambarkan sebagai lelaki tua, tidak bersahabat, berbau tidak nyaman adalah ayah dari A Ling, gadis yang menjadi idaman si penulis. Meskipun seringkali setengah hati dalam menjual kapur tulis pada sekolah kampung mereka (barangkali dianggap merepotkan), A Miauw dalam narasi Andrea Hirata digambarkan sebagai seorang Kong Hu Chu yang taat dan amat jujur dalam berniaga – suatu pelajaran bahwa selalu ada yang bisa dipetik dari seseorang, betapa buruknya orang itu.

Ini nih, salah satu syarat bagi saya untuk menerima sebuah kisah fiksi: Seburuk apapun seseorang pasti ada sisi baiknya, demikian juga sebaik apapun seseorang pasti ada sisi buruknya.
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.