Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 10:14:25 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 106
Total: 106

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Ilusi Relativitas

Dimulai oleh qarrobin, Oktober 02, 2010, 11:30:30 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

qarrobin

saya memang bukan siswa fisika secara akademi, oke di artikel berikut ini saya buat hipotesis :
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

karena massa gravitasi sama dengan massa diam, berarti massa kelajuan sama dengan massa diam. Berarti tidak terjadi pertambahan massa ketika pesawat melaju dengan kelajuan mendekati c. Berarti suatu saat kita dapat membuat pesawat kita melaju secepat cahaya.

Tentang data di kitab agama saya, itu hak anda untuk tidak mempercayainya, karena menurut saya al quran berisi data-data ilmiah yang saya refer.

Sangat disayangkan galileo dan keppler ditentang, karena agama dan science berbeda. Sedangkan di dalam agama saya tidak ada al quran tanpa science

semut-ireng

#76
Kutip dari: zxcvb pada November 12, 2010, 04:18:11 PM
Kita tidak boleh mempercayai begitu saja apa kata orang. Kita harus membuktikannya sendiri.

Hipotesa Einstein tentang pembelokan cahaya di medan gravitasi bermula dari peragaan pentas imajinernya,  sebuah elevator yang bergerak naik dengan percepatan tetap melalui ruang hampa, jauh dari medan gravitasi manapun.   Kemudian  seorang  penembak kelana antariksa menembakkan sebuah peluru pada elevator itu. Peluru itu menghujam pada sisi elevator, menembus dan muncul dari dinding elevator di hadapannya pada suatu titik sedikit di bawah titik tembus pertamanya. Dan alasannya jelas bagi pengamat dari luar bahwa peluru itu melesat dalam garis lurus menurut hukum kelembaman Newton. Namun ketika peluru menempuh jarak antara dua dinding di dalam elevator, elevator sudah menempuh jarak tertentu ke atas, menyebabkan lubang peluru pada dinding ke dua menjadi sedikit lebih dekat ke lantai. Dan bagi pengamat yang berada di dalam elevator, mereka akan menyimpulkan bahwa mereka berada dalam suatu medan gravitasi, dan peluru yang melalui elevator tampak lengkung murni terhadap lantai.

Sesaat kemudian ketika elevator terus naik ke atas, seberkas cahaya tiba-tiba dipancarkan melalui celah pada sisinya. Karena kecepatan cahaya amat besar, berkas cahaya melewati jarak antara titik masuk dan dinding yang berhadapan dalam sepersekian detik. Walaupun elevator bergerak naik ke atas dalam interval dengan jarak tertentu, berkas cahaya yang menumbuk dinding di hadapannya seper-inci di bawah titik yang dimasukinya. Bila pengamat di dalam elevator diperlengkapi dengan alat pengukuran yang diharapkan, mereka akan dapat menghitung lengkung berkas sinar. Jika menggunakan hukum Newton mereka akan bingung, karena menurut Newton cahaya melintas dalam garis lurus. Namun jika menggunakan TRK mereka akan mengerti bahwa energi memiliki massa menurut persamaan E = mc2. Jadi, cahaya adalah bentuk energi dan akan dipengaruhi oleh medan gravitasi. Karena itulah berkas cahaya tersebut melengkung.

Dengan menggunakan cara berpikir seperti yang dilakukan Einstein, kita bisa membayangkan jika elevator imajiner itu bukan bergerak ke atas, tapi dijatuhkan ke bawah, dan berkas cahaya ditembakkan melalui lubang seperti di atas tadi.   Pengamat di dalam elevator melakukan pengukuran dengan teliti, dan mau tidak mau kita harus mengatakan, bahwa pengamat mendapati berkas cahaya seperinci di atas lubang arah datangnya cahaya. Berdasarkan hal itu kita juga bisa membuat hipotesa bahwa di ruang hampa berkas cahaya akan mengambang atau tidak terkena gaya gravitasi.