Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 07:40:43 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 116
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 75
Total: 75

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Usulan Percobaan Pembuktian bahwa bumi berotasi

Dimulai oleh Dr.F, September 29, 2014, 09:15:29 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Goen

Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada November 24, 2014, 11:11:58 PM
apakah semudah itu membawa istilah perturbation (astronomi) ? bukankah anda akan temukan hitung-hitungan matematis ketika anda mempelajarinya? coba baca lagi perturbations dalam astronomi anda akan temui berbagai macam hitungan matematis. ini artinya, bagi anda yang membawa istilah perturbations, anda setuju bahwa persamaan matematis diperlukan dalam teori astronomi. dengan demikian, harus ada hitungan matematis sebagai dalil mengapa bumi terkunci di tengah tata surya sedangkan matahari mengelilinginya dan planet-planet lain tidak ikut mengelilingi bumi. dalam general perturbations yang dibahas itu umumnya ya revolusi planet-planet, termasuk bumi, di tata surya mengelilingi matahari. sedangkan special perturbations biasanya yang dibahas adalah komet. kalau boleh tahu, hitungan matematis apa yang membenarkan bumi terkunci di tengah tata surya sedangkan matahari mengelilinginya dan planet-planet lain tidak ikut mengelilingi bumi? jujur saya masih awam.
Perturbation itu fenomena astronomi, bukan produk dari persamaan matematis. Menurut Newton, perturbation itu, ya disebabkan oleh gravitasi itu sendiri. Ketika para ilmuwan mencoba merumuskan fenomena perturbation itu kedalam persamaan matematis, tidak ada yang berhasil. Hingga detik ini. Coba simak kata Poor di atas:

"Newton failed to find a solution to this problem; and every mathematician since his time has likewise failed."

Bukan berarti saya anti dengan persamaan matematis. Akan tetapi, ada yang terlalu "mendewakan" persamaan matematis seolah-olah hal itu mewakili realitas. Padahal, tidak.

Mending "persamaan matematis" sesuai dengan observasi, kenyataannya juga tidak sesuai observasi. Banyak yang melenceng. Toh kalau pun sesuai observasi, persamaan matematis hanya me-representasi-kan model yang menaunginya saja. Bukan merepresentasikan realitas. Contoh: 1 + 2 = 3, persamaan matematisnya benar dan menghasilkan output yang sesuai. Tapi, apa cuma itu persamaan untuk menghasilkan angka 3? Dan apakah semua persamaan matematis yang menghasilkan angka 3 benar-benar mewakili realitas sebenarnya dalam menghasilkan angka 3? Bisa jadi realitasnya itu 5 - 2 = 3. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Apalagi yang menganut Relativitas, dimana, semua itu relatif tidak ada yang absolut. Ya, berarti persamaan matematisnya tinggal DITRANSFORMASIKAN dari satu kerangka acuan ke kerangka acuan yang lain.

Anyway, jika yang Anda tuntut adalah persamaan matematis yang mewakili model geocentric, bukan realita, sudah pernah saya cantumkan di sini. Jurnalnya silahkan download (gratis) di:

arxiv.org/abs/1301.6045

Pembahasan lebih lengkap bisa membeli buku karangan Andre K.T. Assis yang berjudul, "Relational Mechanics." Keduanya, sama-sama menggunakan Newton Mechanics dan Mach Principle.

Mach Principle:

"Obviously it matters little if we think of the Earth as turning about on its axis, or if we view it at rest while the fixed stars revolve around it. Geometrically these are exactly the same case of a relative rotation of the Earth and the fixed stars with respect to one another." [Ernst Mach, "Die Mechanik in Ihrer Entwicklung Historich-Kritisch Dargestellt," Liepzig: Brokhaus, 1883. Judul Inggris: "The Science of Mechanics: A Critical and Historical Account of its Development," diterjemahkan oleh T. J. Macormack, La Salle, 1960, edisi ke-6, hal. 201.]

Pi-One

#91
Massa super besar mampu membuat matahari mengelilingi pusat alam semesta, tapi gak cukup untuk membuat planet-planet mengelilingi pusat alam semesta dan bukannya matahari. Bahkan saat planet seperti mars lebih dekat ke bumi/pusat tata surya ketimbang matahari. Kenapa? Supranatural, gak seru kalau semua mengelilingi bumi/pusat alam semesta.  :P

Pi-One

Persamaan march bisa diterapkan pada heliosentris maupun geosentris, itu merujuk ke realitas bergantung model.
Tentu saja itu gakserta merta membuktikan konsep geonsentris dengan segala konsep ether antah berantahnya itu benar.

Goen

Kutip dari: Pi-One pada November 25, 2014, 09:43:50 PM
Massa super besar mampu membuat matahari mengelilingi pusat alam semesta, tapi gak cukup untuk membuat planet-planet mengelilingi pusat alam semesta dan bukannya matahari.
Ketahuan gak paham Anda ini. Seluruh massa di semesta ini tetap mengelilingi pusat massa semesta, SEHARI-SEMALAM (diurnal orbit). Sementara, keberadaan matahari cuma MENGGANGGU (perturbation) orbit ideal dari planet-planet di tata surya itu PERLAHAN-LAHAN dalam siklus tahunan masing-masing planet (annual orbit).


KutipBahkan saat planet seperti mars lebih dekat ke bumi/pusat tata surya ketimbang matahari. Kenapa? Supranatural, gak seru kalau semua mengelilingi bumi/pusat alam semesta. :P
Pusat massa itu sendiri tidak punya massa. Jadi, tidak punya kemampuan gravitasi untuk "menarik" atau "menahan" planet-planet di tata surya tetap mengorbit secara ideal. Mataharilah dan planet-planet itu sendiri yang punya massa dan punya pengaruh satu sama lain. Pusat massa itu tidak lebih dari sekedar titik acuan dimana total distribusi seluruh massa di dalam suatu sistem bernilai NOL ditempat itu.

"In physics, the center of mass of a distribution of mass in space is the unique point where the weighted relative position of the distributed mass sums to zero." [en.wikipedia.org/wiki/Center_of_mass]




Kutip dari: Pi-One pada November 26, 2014, 10:02:30 AM
Persamaan march...
Bukan march, tapi Mach. Dan Mach tidak mengeluarkan persamaan, tapi prinsip Fisika.


Kutip...bisa diterapkan pada heliosentris maupun geosentris, itu merujuk ke realitas bergantung model.
Tentu saja itu gakserta merta membuktikan konsep geonsentris...
Memang bukan bertujuan untuk membuktikan geocentrism, tapi untuk membantah bahwa geocentrism tidak bisa jalan baik itu secara kinematical maupun dynamical. Andai jurnalnya dibaca:

"The term 'Neo-tychonian system' refers to the assumption that orbits of distant masses around the Earth are synchronized with the Sun's orbit. It is the aim of this paper to show the kinematical and dynamical equivalence of these systems, under the assumption of Mach's principle.... The only question remains: are these forces by themselves enough to explain all translational motions that we observe from Earth, and can they reproduce the Tycho Brahe's model? The discussion in this paper will show that the answer to this question is positive." [Luka Popov, "Newton-Machian analysis of Neo-tychonian model of planetary motions", Eur. J. Phys. 34, 383-391]


Kutip...dengan segala konsep ether antah berantahnya itu benar.
Konsep ether sudah tak bisa terbantahkan lagi. Bahkan setelah ditiadakannya dalam Teori Relativitas Khusus, Einstein mengembalikannya lagi pada teori Relativitas Umum:

"To deny the ether is ultimately to assume that empty space has no physical qualities whatever. The fundamental facts of mechanics do not harmonize with this view... Newton might no less well have called his absolute space 'ether'... Recapitulating, we may say that according to the general theory of relativity space is endowed with physical qualities; in this sense, therefore, there exists an ether. According to the general theory of relativity space without ether is unthinkable; for in such space there not only would be no propagation of light, but also no possibility of existence for standards of space and time (measuring-rods and clocks), nor therefore any space-time intervals in the physical sense." [en.wikisource.org/wiki/Ether_and_the_Theory_of_Relativity]

ytridyrevsielixetuls

Untuk @nʇǝʌ∀ tentang paralaks bintang
dan untuk @Goen tentang efek Doppler

Kelihatannya memang paralaks bintang (dan aberasi) tidak membatalkan Neo-Tychonic. Tychonic geocentrism tidak memasukkan alam semesta sebagai bagian dalam sistemnya. Ini sebenarnya hanya berdasarkan ilustrasi oleh Goen. Tapi memang, di google saya tidak menemukan invaliditas Neo-Tychonic geocentrism oleh paralaks bintang. Di sisi lain, tetap tidak membatalkan heliocentrism.

Soal efek Doppler, setahu saya kan gini, ketika objek bergerak terhadap pengamat, atau pengamat bergerak terhadap objek, atau kedua-duanya yang bergerak, maka akan terjadi perubahan informasi oleh pengamat. Dalam hal ini yg saya maksud itu warna bintang. Karena beberapa bintang berada di spektrum biru di satu waktu dan spektrum merah di waktu yang lain dan balik lagi ke spektrum biru, dan seterusnya. Hal ini berarti bumi mengalami perjalanan bolak balik. Oh ya, beberapa bintang justru bergerak permanen ke spektrum merah. Jadi tentu saja efek Doppler tidak membatalkan teori alam semesta mengembang.

PS: ya saya tahu yg anda maksud dengan pusat massa bukan planet bumi. Saya katakan bumi sebagai pusat massa untuk mempersingkat kata saja.
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

ytridyrevsielixetuls

#95
Saya mencoba bersikap objektif, mengesampingkan motif dan latar belakang setiap peserta diskusi. Membaca semua argumen geocentrist dan heliocentrist hingga menjelajah google, saya memang tidak melihat bukti telak geocentrism salah namun heliocentrism juga tidak terbukti salah. Namun saya tetap berpegang pada heliocentrism karena menurut saya, argumen yang mendukungnya lebih masuk akal. Heliocentrism lebih berlandaskan pada argumen yang secara teknis lebih kuat. Misal bulan mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari, dll. Massa matahari lebih besar jadi bumi-lah yang mengelilingi matahari, namun jarak bumi ke bulan terlalu dekat sehingga bulan mengelilingi bumi. Sehingga bukannya cuma bumi saja yg tak ikut mengelilingi matahari. Kalau memang planet-planet di tata surya mengelilingi matahari, harusnya bumi juga. Argumen yg mendukung geocentrism, menurut saya, mencari celah dalam kekurangan penemuan sains dan melompati rasionalitas terdekat.

KutipMenurut Anda, se-isolasi apakah tata surya kita dari "universe as a whole?" Apakah massa-massa (bintang, galaksi, quasar) nun jauh di sana tidak punya kontribusi ke tata surya kita?

KutipMengenai pertanyaan, "Massa objek langit apa yang mengimbangi massa matahari?" Maka jawabannya, bukan hanya mengimbangi, bahkan jauh lebih besar dari massa matahari, yaitu, massa semesta secara keseluruhan.

Yang saya tangkap intinya, bintang nun jauh di tata surya lain di galaksi lain pun punya kontribusi dlm menciptakan gangguan atau aktifitas di tata surya kita, sehingga, intinya, pusat massa tetap bertahan di lokasi bumi berada tanpa harus ada massa lain di tata surya kita yang mengimbangi massa matahari. Mungkin itu maksudnya.

Mungkinkah? Bisa jadi. Toh tak ada yang bisa buktikan mereka nggak punya kontribusi kan?

Tapi coba kita analogikan ruang lingkup alam semesta adalah ruang lingkup bumi, dimana kita seluruh manusia adalah bodies dalam satu sistem bernama bumi. Kemudian seorang pria kecil dan kurus di Jakarta batuk karena menghisap asap, terus saya katakan batuk itu bisa saja karena kontribusi asap rokok yang dikepulkan seorang perokok di New York yang badannya tinggi dan berotot. Terus saya tanya balik, se-terisolasi apakah kota Jakarta itu? Bukankah Jakarta dan New York berada dalam satu sistem bernama bumi? Bukankah tidak ada hitungan pasti kemana perginya asap rokok yang dikepulkan oleh perokok di New York tsb?

Dan analogi di atas ini seperti mengatakan bahwa Jakarta dan New York adalah tata surya. Indonesia dan Amerika adalah galaksi. pria kecil dan kurus tsb adalah salah satu benda langit di tata surya Jakarta dan galaksi Indonesia. Dengan demikian, pria tinggi dan berotot tsb adalah benda langit yang massanya lebih besar dan berasal dari tata surya New York dan galaksi Amerika. Dan batuknya pria di Jakarta tsb adalah gangguan. Kemudian dikatakan gangguan tsb bisa saja karena kontribusi asap rokok pria New York tsb.

Mungkinkah? Kemungkinan itu memang ada, tapi apakah bisa kita bisa gunakan argumen itu cuma karena tidak ada persamaan matematis atau hukum pasti yang memprediksi secara detail/akurat kemana asap tsb pergi?

Nah sekarang analogi lain :

bagaimana kalau saya katakan retaknya sebuah kaca jendela rumah di Jakarta bisa saja karena kumandang adzan dari masjid-masjid di Mekkah? Dalihnya adalah, tidak ada persamaan matematis atau hukum yang bisa memprediksi atau menghitung kemana perginya semua gelombang suara itu secara detail/akurat. Jakarta dan Mekkah adalah bagian dari planet bumi juga. kan bisa saja semua gelombang suara itu terpantul-pantul oleh materi-materi dan merambat melalui materi-materi dan akhirnya tiba di sebuah kaca jendela rumah di Jakarta. Kenapa tidak? Asap dari hutan Kalimantan yang terbakar saja bisa ke negara-negara tetangga. Apakah anda punya  persamaan matematis atau hukum yang secara detail/akurat membuktikan bahwa semua gelombang suara adzan dari masjid-masjid di Mekkah tidak sampai ke sebuah kaca jendela rumah di Jakarta?


Itulah yang saya maksud "mencari celah dalam kekurangan penemuan sains dan melompati rasionalitas terdekat." Seperti analogi di atas.

Dengan menggunakan model geocentrism terkini dan dengan dalih tidak ada persamaan matematis atau hukum yang bisa memprediksi atau menghitung pergerakan benda langit secara detail/akurat, maka kita semua bisa saja modifikasi model itu menjadi versi mars alias marscentris dimana mars diam dan matahari mengelilingi mars. Tapi planet-planet lain di tata surya kita termasuk bumi mengelilingi matahari, dan bukan mars. Dan posisi mars tepat di pusat massa.

Kalau saya ajukan model itu ke dunia sains, apakah ada yang mau membuka diri dengan model itu? Dan kalau model marscentris itu ditolak oleh heliocentrist, anda maklum atau tidak?

[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

Pi-One

#96
Kutip dari: Goen pada November 26, 2014, 03:55:28 PM
Ketahuan gak paham Anda ini. Seluruh massa di semesta ini tetap mengelilingi pusat massa semesta, SEHARI-SEMALAM (diurnal orbit). Sementara, keberadaan matahari cuma MENGGANGGU (perturbation) orbit ideal dari planet-planet di tata surya itu PERLAHAN-LAHAN dalam siklus tahunan masing-masing planet (annual orbit).
Gara-gara mengganggu, planet-planet malah nyasar mengelilingi matahari?
Dan bulan tetap betah mengelilingi bumi?
Ini maunya dimengerti atau dipercaya?

Kutip dari: Goen pada November 26, 2014, 03:55:28 PMPusat massa itu sendiri tidak punya massa. Jadi, tidak punya kemampuan gravitasi untuk "menarik" atau "menahan" planet-planet di tata surya tetap mengorbit secara ideal. Mataharilah dan planet-planet itu sendiri yang punya massa dan punya pengaruh satu sama lain. Pusat massa itu tidak lebih dari sekedar titik acuan dimana total distribusi seluruh massa di dalam suatu sistem bernilai NOL ditempat itu.
Dan kebetulan bumi ada di pusat alam semesta tadi, gak bisa terganggu oleh matahari meski jaraknya dekat.
Walau pusat massa sendiri gak punya massa.

Oops, bukan kebetulan, supranatural... :P

Kutip dari: Goen pada November 26, 2014, 03:55:28 PMMemang bukan bertujuan untuk membuktikan geocentrism, tapi untuk membantah bahwa geocentrism tidak bisa jalan baik itu secara kinematical maupun dynamical. Andai jurnalnya dibaca:
Dan ini toh realitas bergantung model.
Gak ada bedanya kalau kita menerapkan bahwa kita yang diam di tempat, sedang segala yang ada di sekitar kita yang bergerak, saat kita bepergian dengan mobil.

Kutip dari: Goen pada November 26, 2014, 03:55:28 PMKonsep ether sudah tak bisa terbantahkan lagi. Bahkan setelah ditiadakannya dalam Teori Relativitas Khusus, Einstein mengembalikannya lagi pada teori Relativitas Umum:
*Ngakak guling-guling*
Gimana mau tak terbantahkan, jika terbukti saja gak?
*Ngakak guling-guling lagi*

Eisntein memakai istilah aether untuk merujuk ke medan gravitasi atau kelengkungan ruang-waktu, bukan ether dalam konsep geosentris. Karena konsep aether macam itu sudah lama diabaikan Einstein. Sudah quote mining, merujuk relativitas umum cuma kalau support pandangan sendiri, mau menafsirkan konsep Einstein sesuka hati? ::)


Goen

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada November 26, 2014, 11:00:46 PMKelihatannya memang paralaks bintang (dan aberasi) tidak membatalkan Neo-Tychonic. Tychonic geocentrism tidak memasukkan alam semesta sebagai bagian dalam sistemnya. Ini sebenarnya hanya berdasarkan ilustrasi oleh Goen. Tapi memang, di google saya tidak menemukan invaliditas Neo-Tychonic geocentrism oleh paralaks bintang. Di sisi lain, tetap tidak membatalkan heliocentrism.
Memang bukan itu tujuan suatu model dibentuk, bukan? ;D


KutipSoal efek Doppler, setahu saya kan gini, ketika objek bergerak terhadap pengamat, atau pengamat bergerak terhadap objek, atau kedua-duanya yang bergerak, maka akan terjadi perubahan informasi oleh pengamat. Dalam hal ini yg saya maksud itu warna bintang. Karena beberapa bintang berada di spektrum biru di satu waktu dan spektrum merah di waktu yang lain dan balik lagi ke spektrum biru, dan seterusnya. Hal ini berarti bumi mengalami perjalanan bolak balik.
Nah, itu dia. Berhubung penyebabnya salah satu atau keduanya (pengamat atau yang diamati) yang bergerak, kenapa lantas memvonis PASTI pengamatnya-lah (baca: bumi) yang bergerak, sehingga menjadi bukti heliocentrism? Ingat, dalam sistem Neo-Tychonic, bumi diam dan selainnya bergerak.


KutipOh ya, beberapa bintang justru bergerak permanen ke spektrum merah. Jadi tentu saja efek Doppler tidak membatalkan teori alam semesta mengembang.
Hal ini sudah saya kritisi sebelumnya. Teori alam semesta mengembang (A.K.A Expanding Universe) memegang prinsip yang diberi nama Copernican Principle atau di-saru-kan menjadi Cosmological Principle yang intinya menyatakan, "Tidak ada tempat spesial di alam semesta ini. Tidak ada pusat."

Prinsip ini, katanya, berdasarkan bukti bahwa semua galaksi-galaksi di semesta menjauh sehingga ketika diamati melalui teleskop, cahaya mereka bergeser ke spektrum merah (redshift).

Bila redshift itu adalah interpretasi dari JARAK dan KECEPATAN "distant masses" (galaksi, quasar, dll) maka apakah Anda sudah membaca temuan Yatendra Varshni soal galacto-centric (atau lebih tepatnya geo-centric) sebagaimana sudah saya post di halaman 5 thread ini?



Jika interpretasi redshift berupa jarak dan kecepatan itu tetap dipertahankan, artinya, Copernican Principle harus dilepas. Bukan begitu?

Tapi jika Copernican Principle dilepas, artinya, minimal galaksi kita ada di pusat semesta. Bukan begitu?

Tapi kalau Copernican Principle tetap dipertahankan, lantas apa bukti yang bisa mendukung hal ini? Karena prinsip ini tidak ada bukti lain selain redshift yang dinterpretasikan sebagai jarak dan kecepatan. Seperti kata Hubble:

"On the other hand, if the recession factor is dropped, if redshifts are not primarily velocity-shifts, the picture is simple and plausible. There is no evidence of expansion and no restriction of the time-scale, no trace of spatial curvature, and no limitation of spatial dimensions." ["The Observational Approach to Cosmology," hal. 63.]

Bila tidak ada bukti tapi tetap ingin mempertahankan Copernical Principle maka apakah ini bukan dogma namanya?

Yang lebih fatal lagi, bila redshift tak lagi diinterpretasikan sebagai jarak dan kecepatan, ilmuwan harus mencari metode baru untuk menghitung jarak dan usia galaksi-galaksi termasuk semesta (baca: Hubble Law). Bukan begitu?

Goen

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada November 26, 2014, 11:10:33 PMSaya mencoba bersikap objektif, mengesampingkan motif dan latar belakang setiap peserta diskusi. Membaca semua argumen geocentrist dan heliocentrist hingga menjelajah google, saya memang tidak melihat bukti telak geocentrism salah namun heliocentrism juga tidak terbukti salah.
Heliocentrism yang mana dulu, nih? Ada dua, lho. Heliocentrism jadul yang sudah ditinggalkan yang menyatakan matahari sebagai pusat semesta. Atau, heliocentrism yang menyatakan, "Tidak ada yang spesial di alam semesta ini. Tidak ada pusat?"


KutipNamun saya tetap berpegang pada heliocentrism karena menurut saya, argumen yang mendukungnya lebih masuk akal. Heliocentrism lebih berlandaskan pada argumen yang secara teknis lebih kuat. Misal bulan mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari, dll. Massa matahari lebih besar jadi bumi-lah yang mengelilingi matahari, namun jarak bumi ke bulan terlalu dekat sehingga bulan mengelilingi bumi. Sehingga bukannya cuma bumi saja yg tak ikut mengelilingi matahari. Kalau memang planet-planet di tata surya mengelilingi matahari, harusnya bumi juga.
Jika lingkupnya dibatasi hanya pada tata surya saja, berpegang pada rasionalitas seperti yang Anda ungkapkan memang masuk akal. Tapi bila lingkupnya diperluas sampai keseluruhan semesta, maka Anda harus berhenti dulu sebentar dan berpikir ulang lebih kritis lagi.


KutipArgumen yg mendukung geocentrism, menurut saya, mencari celah dalam kekurangan penemuan sains dan melompati rasionalitas terdekat.
Saya kurang sependapat dalam hal ini. Memang harus diakui sumber daya geocentrist tidak semasif sumber daya heliocentrist, sehingga tidak ada penemuan mandiri yang dilakukan geocentrist. Tapi yang namanya KEBENARAN itu bisa ditemukan oleh siapa saja. Kebenaran dalam hal ini seperti objek yang sudah ada dari sananya dan tinggal menunggu ditemukan. Oleh siapa pun itu.

Masalahnya di sini, objek kebenaran diinterpretasikan berbeda tergantung siapa penemunya. Bukan, begitu?

Coba kita ambil contoh paling mudah. Percobaan Michelson-Morley tahun 1887 yang ditujukan untuk membuktikan pergerakan bumi melewati ether. Tapi percobaan ini gagal, meski percobaan serupa sudah dilakukan berulang-ulang hingga masa kini. Apakah berdasarkan rasionalitas yang Anda miliki, Anda sepakat dengan saya bahwa implikasi dari percobaan ini cuma menyisakan dua opsi, yaitu: (1) bumi tidak bergerak atau (2) ether tidak ada? Atau Anda punya opsi lain? Mari kita diskusikan.


KutipYang saya tangkap intinya, bintang nun jauh di tata surya lain di galaksi lain pun punya kontribusi dlm menciptakan gangguan atau aktifitas di tata surya kita, sehingga, intinya, pusat massa tetap bertahan di lokasi bumi berada tanpa harus ada massa lain di tata surya kita yang mengimbangi massa matahari. Mungkin itu maksudnya.

Mungkinkah? Bisa jadi. Toh tak ada yang bisa buktikan mereka nggak punya kontribusi kan?

...

Mungkinkah? Kemungkinan itu memang ada, tapi apakah bisa kita bisa gunakan argumen itu cuma karena tidak ada persamaan matematis atau hukum pasti yang memprediksi secara detail/akurat kemana asap tsb pergi?

Nah sekarang analogi lain :

bagaimana kalau saya katakan retaknya sebuah kaca jendela rumah di Jakarta bisa saja karena kumandang adzan dari masjid-masjid di Mekkah? Dalihnya adalah, tidak ada persamaan matematis atau hukum yang bisa memprediksi atau menghitung kemana perginya semua gelombang suara itu secara detail/akurat.

...

Itulah yang saya maksud "mencari celah dalam kekurangan penemuan sains dan melompati rasionalitas terdekat." Seperti analogi di atas.
Yang saya tangkap dari analogi "asap" dan "suara" versi Anda adalah intinya kontribusi "distant masses" sangat kecil hingga bisa diabaikan. Bukan begitu?

Dalam konteks kontribusi "distant masses" yang sedang kita bicarakan ini, analogi Anda tidak tepat. Alasannya, kontribusi "distant masses" ternyata sangat besar dan dengan kontribusi inilah, menurut ilmuwan, INERSIA itu bisa muncul. Hal ini bisa dibuktikan, misalnya, dengan simpangan gerakan Foucault Pendulum.

"At either the North Pole or South Pole, the plane of oscillation of a pendulum remains fixed relative to the distant masses of the universe while Earth rotates underneath it, taking one sidereal day to complete a rotation. So, relative to Earth, the plane of oscillation of a pendulum at the North Pole undergoes a full clockwise rotation during one day; a pendulum at the South Pole rotates counterclockwise." [en.wikipedia.org/wiki/Foucault_pendulum]

Tentu, kita sepakat bahwa Foucault Pendulum bukan pembenaran heliocentrism, meski kutipan di atas memang mengarah di sana. Karena, hal ini sudah terjawab dengan model Neo-Tychonic.

Selain Foucault Pendulum, ada juga Coriolis Effect, Newton Bucket Experiment yang menjadi dasar pemikiran Ernst Mach sehingga melahirkan Mach Principle. Hal ini pun diaminkan oleh Einstein dan dijadikan inspirasi untuk teori Relativitas:

"Your happy investigations on the foundations of mechanics, Planck's unjustified criticism  notwithstanding,  will  receive  brilliant confirmation. For it necessarily turns out that inertia originates in a kind of interaction between bodies, quite in the sense of your considerations on Newton's pail experiment. The first consequence is on page 6 of my paper. The following additional points emerge: (1) If one accelerates a heavy shell of matter S (rotating universe -red), then a mass enclosed by that shell experiences an accelerative force. (2) If one rotates the shell relative to the fixed stars about an axis going through its center, a Coriolis force arises in the interior of the shell, that is, the plane of a Foucault pendulum is dragged around." ["Zum Briefwechsel Albert Einsteins mit Ernst Mach," Forschungen und Fortschritte, 37:239-43, dicantumkan oleh Mishner, Thorne & Wheeler dalam, "Gravitation," hal. 544.]

Selanjutnya tinggal kita lihat, mana yang benar-benar berputar, apakah: (a) heavy shell of matter (semesta) atau (b) bumi.

*Saya tentu punya argumen untuk memilih (a) daripada (b).


KutipDengan menggunakan model geocentrism terkini dan dengan dalih tidak ada persamaan matematis atau hukum yang bisa memprediksi atau menghitung pergerakan benda langit secara detail/akurat, maka kita semua bisa saja modifikasi model itu menjadi versi mars alias marscentris dimana mars diam dan matahari mengelilingi mars. Tapi planet-planet lain di tata surya kita termasuk bumi mengelilingi matahari, dan bukan mars. Dan posisi mars tepat di pusat massa.

Kalau saya ajukan model itu ke dunia sains, apakah ada yang mau membuka diri dengan model itu? Dan kalau model marscentris itu ditolak oleh heliocentrist, anda maklum atau tidak?
Tentu tidak. Atas dasar apa baik bagi heliocentrist maupun geocentrist menolak model versi marscentrist, padahal mereka bertiga di perahu yang sama di tengah lautan yang gelap gulita tanpa tahu arah dan tujuan?

Tentunya kalau kita bicara sains, harus ada bukti telak yang bisa membuktikan pandangan centrist-nya, bukan bukti yang sifatnya relatif.

Goen

Kutip dari: Pi-One pada November 27, 2014, 10:56:28 AMGara-gara mengganggu, planet-planet malah nyasar mengelilingi matahari?
Dan bulan tetap betah mengelilingi bumi?
Ini maunya dimengerti atau dipercaya?
Newton bilang:

"That the center of the system of the world is immovable: this is acknowledged by all, although some contend that the Earth, others that the sun, is fixed in that center." ["Philosophiae Naturalis Principia Mathematica," Book 3: "The System of the World," Proposition X, Hypothesis I.]

Pusat massa dan apa-apa yang ada di pusat massa tidak akan bergerak, "...fixed in that center." Jadi:

1. Bumi itu juga punya massa yang dengan gravitasinya bisa membuat bulan betah.
2. Matahari terlalu jauh dari bulan dan gravitasinya kalah dengan bumi.
3. Pusat massa tidak punya massa yang dengan demikian tidak punya gravitasi untuk "menahan" atau "menarik" planet-planet lain untuk mengorbit ideal padanya. Pusat massa hanya bisa "menahan" apa-apa yang ada di pusat massa itu sendiri. Karena, karakter pusat massa itu sendiri, yaitu, "...fixed in that center."


KutipDan kebetulan bumi ada di pusat alam semesta tadi, gak bisa terganggu oleh matahari meski jaraknya dekat.
Walau pusat massa sendiri gak punya massa.
Itulah karakter pusat massa SEMESTA. Tidak akan terganggu. Apalagi hanya karena massa matahari yang tak ada apa-apanya dibandingkan dengan massa semesta secara keseluruhan. Pusat massa semesta dibentuk oleh massa semesta, bedakan dengan pusat massa tata surya yang hanya dibentuk oleh massa tata surya itu sendiri.

Pusat massa suatu sistem hanya bisa berubah bila ada massa atau posisi yang berubah secara signifikan. Bila tidak ada, tidak akan berubah.


KutipOops, bukan kebetulan, supranatural... :P
Bantahan heliocentrist umumnya cuma modal dogma Copernican Principle. Dogma yang tak kalah supranaturalnya.


KutipDan ini toh realitas bergantung model.
Bukan realitas, tapi realisme.


KutipGak ada bedanya kalau kita menerapkan bahwa kita yang diam di tempat, sedang segala yang ada di sekitar kita yang bergerak, saat kita bepergian dengan mobil.
Memang gak ada beda secara kinematical. Tapi, akan berbeda secara dynamical.


Kutip*Ngakak guling-guling*
Gimana mau tak terbantahkan, jika terbukti saja gak?
*Ngakak guling-guling lagi*
"It turns out that such matter exists. About the time relativity was becoming accepted, studies of radioactivity began showing that the empty vacuum of space had spectroscopic structure similar to that of ordinary quantum solids and fluids. Subsequent studies with large particle accelerators have now led us to understand that space is more like a piece of window glass than ideal Newtonian emptiness. It is filled with 'stuff' that is normally transparent but can be made visible by hitting it sufficiently hard to knock out a part. The modern concept of the vacuum of space, confirmed every day by experiment, is a relativistic ether. But we do not call it this because it is taboo. " [Robert B. Laughlin, "A Different Universe: Reinventing Physics from the Bottom Down," hal. 120]

*Ngakak guling-guling*

"According to accepted theory, free space is a vacuum. If this is so, how can it exhibit impedance? But it does. The answer, of course, is that there is no such thing as a vacuum, and what we call free space has structure. The impedance equals 376+ ohms." [Robert Moon, "Space Must Be Quantizied," 21 st Century, hal. 26ff]

*Ngakak guling-guling lagi*


KutipEisntein memakai istilah aether untuk merujuk ke medan gravitasi atau kelengkungan ruang-waktu,
Kenapa tidak konsisten pakai istilah kelengkungan ruang-waktu saja, lebih keren? Kenapa musti pakai istilah "ether" yang malah tabu untuk diucapkan?


Kutipbukan ether dalam konsep geosentris.
Ether bukan konsep geocentrism, tapi konsep Fisika. Dipakai oleh Le Sage, Michelson, Maxwell, Sagnac, Gale dan lain-lain.


KutipKarena konsep aether macam itu sudah lama diabaikan Einstein. Sudah quote mining, merujuk relativitas umum cuma kalau support pandangan sendiri, mau menafsirkan konsep Einstein sesuka hati? ::)
Gak nyimak? Belum habis baca keburu ngakak guling-guling? Bacalah dengan seksama:

Recapitulating, we may say that according to the general theory of relativity space is endowed with physical qualities; in this sense, therefore, there exists an ether. According to the general theory of relativity space without ether is unthinkable; for in such space there not only would be no propagation of light, but also no possibility of existence for standards of space and time (measuring-rods and clocks), nor therefore any space-time intervals in the physical sense." [en.wikisource.org/wiki/Ether_and_the_Theory_of_Relativity]

Tidak ada tuh, ungkapan Einstein soal ether untuk kelengkungan ruang-waktu. Einstein merujuk kepada "space." Anda quote mining punya siapa, ya?

mhyworld


Thread ini kan awalnya mempermasalahkan rotasi bumi, namun belakangan bergeser menjadi perdebatan heliosentris dan geosentris.

Kutip dari: Dr.F pada September 29, 2014, 09:15:29 AM
Salam buat juragan Forsa semuanya,

Masalah bumi berotasi sepertinya sudah dianggap selesai atau final, bahkan sesorang dianggap ketinggalan jaman jika dia berusaha menggugat kembali bahwa bumi itu diam tidak berotasi apalagi berevolusi mengelilingi matahari. Biasanya hal tersebut dilakukan oleh geocentrist (bisa jadi termasuk saya  ;D) karena memang belum ada pembuktian yang memuaskan atas adanya rotasi bumi ini. 
Salah satunya percobaan bandul Foucault langsung di klaim bahwa bumi berputar pada porosnya seperti gasing, karena asumsinya gerakan bandul tersebut tetap segaris dan stabil karena inersia bandul tersebut, sedangkan bumi berputar sehingga orientasi bandul tersebut terlihat berubah. padahal bisa jadi bumi diam sedangkan orientasi bandul tersebut berubah karena pengaruh yang lain (bisa jadi gaya gravitasi dengan matahari yang berputar mengelilingi bumi).

Pada topik kali ini saya mengusulkan suatu percobaan yang mungkin bisa dilakukan dan akhirnya bisa diterima hasilnya oleh semua pihak.
Percobaan tersebut menggunakan asumsi bahwa relatifitas einstein tentang waktu dianggap benar.

  • Kita letakkan jam yang sangat teliti pada equator dan kutub
  • jika bumi berputar maka kecepatan benda pada equator jelas lebih besar dari pada benda yang di kutub bumi.
  • jam pada equator harus lebih lambat dari jam yang berada di kutub
  • jika hasil negatif berarti bumi tidak berotasi

Bagi saya hal ini adalah fundamental, teori-teori yang diturunkan dari asumsi bahwa bumi berotasi harus dirombak ulang jika hasil dari percobaan diatas negatif.

Bandul Foucault diterima sebagai bukti adanya rotasi bumi karena konsisten dengan hasil pengamatan bahwa periode presesinya tergantung pada posisi latitudenya di permukaan bumi. Jika memang presesi tersebut disebabkan oleh gravitasi matahari, seharusnya perbedaannya tidak signifikan antara bandul di kutub dan bandul di khatulistiwa.

KutipAt either the North Pole or South Pole, the plane of oscillation of a pendulum remains fixed relative to the distant masses of the universe while Earth rotates underneath it, taking one sidereal day to complete a rotation. So, relative to Earth, the plane of oscillation of a pendulum at the North Pole undergoes a full clockwise rotation during one day; a pendulum at the South Pole rotates counterclockwise.

When a Foucault pendulum is suspended at the equator, the plane of oscillation remains fixed relative to Earth. At other latitudes, the plane of oscillation precesses relative to Earth, but slower than at the pole; the angular speed, ω (measured in clockwise degrees per sidereal day), is proportional to the sine of the latitude, φ:

where latitudes north and south of the equator are defined as positive and negative, respectively. For example, a Foucault pendulum at 30° south latitude, viewed from above by an earthbound observer, rotates counterclockwise 360° in two days.
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Jika memang bumi tidak berotasi, berarti galaksi-galaksi di luar bimasakti bergerak mengelilingi bumi jauh lebih cepat daripada kecepatan cahaya, karena jarak milyaran tahun cahaya dapat ditempuh dalam waktu 24 jam saja. Ini bertentangan dengan teori relativitas Einstein yang anda asumsikan benar dalam percobaan anda.
once we have eternity, everything else can wait

mhyworld

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:49:15 PM
...
Coba kita ambil contoh paling mudah. Percobaan Michelson-Morley tahun 1887 yang ditujukan untuk membuktikan pergerakan bumi melewati ether. Tapi percobaan ini gagal, meski percobaan serupa sudah dilakukan berulang-ulang hingga masa kini. Apakah berdasarkan rasionalitas yang Anda miliki, Anda sepakat dengan saya bahwa implikasi dari percobaan ini cuma menyisakan dua opsi, yaitu: (1) bumi tidak bergerak atau (2) ether tidak ada? Atau Anda punya opsi lain? Mari kita diskusikan.
...
Opsi lain mungkin bias ditemukan di sini[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
atau [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Opsi 1 dapat dibantah dengan "mudah" jika Percobaan Michelson-Morley dilakukan di planet lain, misalnya Mars. Jika masih menunjukkan hasil negative, tidak mungkin disimpulkan bahwa Mars juga tidak bergerak, karena jelas-jelas posisinya seiring waktu berubah terhadap bumi.
once we have eternity, everything else can wait

Pi-One

#102
Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:55:40 PM
Newton bilang:

"That the center of the system of the world is immovable: this is acknowledged by all, although some contend that the Earth, others that the sun, is fixed in that center." ["Philosophiae Naturalis Principia Mathematica," Book 3: "The System of the World," Proposition X, Hypothesis I.]
Dan hari gini masih pakai konsep Newton soal pusat sistem?
Sedang newton terkenal sebagai ilmuwan yang sering memasukkan pandangan filosofis pribadinya.
Tidak ada pusat alam semesta yagn pasti. Kita bisa memakai titik manapun sebagai pusat alam semesta. bahkan pakai pantat lu sebagai pusatnya juga bisa.

Dan sekarang lu bicara gravitasi newton, sedang sebelum ini lu celoteh relativitas umum Einstein. padahal konsep gravitasi Einstein dan newton itu berbeda!

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:55:40 PM
Kenapa tidak konsisten pakai istilah kelengkungan ruang-waktu saja, lebih keren? Kenapa musti pakai istilah "ether" yang malah tabu untuk diucapkan?
Aether, untuk membedakan dengan eter (diethil ether) yang untuk obat bius.
Dan justru penggunaan istilah aether oleh Einstein untuk kelengkungan ruang-waktu tadi  gak populer, gak dipakai ilmuwan lain. dan cuma lu yang nyambar, untuk dipakai dalam konsep lelucon lu?

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:55:40 PM
Recapitulating, we may say that according to the general theory of relativity space is endowed with physical qualities; in this sense, therefore, there exists an ether. According to the general theory of relativity space without ether is unthinkable; for in such space there not only would be no propagation of light, but also no possibility of existence for standards of space and time (measuring-rods and clocks), nor therefore any space-time intervals in the physical sense." [en.wikisource.org/wiki/Ether_and_the_Theory_of_Relativity]

Tidak ada tuh, ungkapan Einstein soal ether untuk kelengkungan ruang-waktu. Einstein merujuk kepada "space." Anda quote mining punya siapa, ya?
Tidak ada?
Dari sumber sesama wiki aja:
KutipEinstein sometimes used the word aether for the gravitational field within general relativity, but this terminology never gained widespread support.
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

KutipSo the only similarity of this relativistic aether concept with the classical aether models lies in the presence of physical properties in space. Therefore, as historians such as John Stachel argue, Einstein's views on the "new aether" are not in conflict with his abandonment of the aether in 1905. For, as Einstein himself pointed out, no "substance" and no state of motion can be attributed to that new aether. In addition, Einstein's use of the word "aether" found little support in the scientific community, and played no role in the continuing development of modern physics.
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Jelas-jelas istilah aether yang dipakai Einstein berbeda dengan Aether klasik sebagai elemen yang megnisi ruang kosong alam semesta, atau yang berputar gak keluan di geosentris...

Ayo terus, quote mining, karena itu jurus utama kreasionis... :P

nʇǝʌ∀

Kutip dari: Goen pada November 25, 2014, 04:09:33 PM
Perturbation itu fenomena astronomi, bukan produk dari persamaan matematis. Menurut Newton, perturbation itu, ya disebabkan oleh gravitasi itu sendiri. Ketika para ilmuwan mencoba merumuskan fenomena perturbation itu kedalam persamaan matematis, tidak ada yang berhasil. Hingga detik ini. Coba simak kata Poor di atas:

"Newton failed to find a solution to this problem; and every mathematician since his time has likewise failed."

Bukan berarti saya anti dengan persamaan matematis. Akan tetapi, ada yang terlalu "mendewakan" persamaan matematis seolah-olah hal itu mewakili realitas. Padahal, tidak.

Mending "persamaan matematis" sesuai dengan observasi, kenyataannya juga tidak sesuai observasi. Banyak yang melenceng. Toh kalau pun sesuai observasi, persamaan matematis hanya me-representasi-kan model yang menaunginya saja. Bukan merepresentasikan realitas. Contoh: 1 + 2 = 3, persamaan matematisnya benar dan menghasilkan output yang sesuai. Tapi, apa cuma itu persamaan untuk menghasilkan angka 3? Dan apakah semua persamaan matematis yang menghasilkan angka 3 benar-benar mewakili realitas sebenarnya dalam menghasilkan angka 3? Bisa jadi realitasnya itu 5 - 2 = 3. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Apalagi yang menganut Relativitas, dimana, semua itu relatif tidak ada yang absolut. Ya, berarti persamaan matematisnya tinggal DITRANSFORMASIKAN dari satu kerangka acuan ke kerangka acuan yang lain.

Anyway, jika yang Anda tuntut adalah persamaan matematis yang mewakili model geocentric, bukan realita, sudah pernah saya cantumkan di sini. Jurnalnya silahkan download (gratis) di:

arxiv.org/abs/1301.6045

Pembahasan lebih lengkap bisa membeli buku karangan Andre K.T. Assis yang berjudul, "Relational Mechanics." Keduanya, sama-sama menggunakan Newton Mechanics dan Mach Principle.

Mach Principle:

"Obviously it matters little if we think of the Earth as turning about on its axis, or if we view it at rest while the fixed stars revolve around it. Geometrically these are exactly the same case of a relative rotation of the Earth and the fixed stars with respect to one another." [Ernst Mach, "Die Mechanik in Ihrer Entwicklung Historich-Kritisch Dargestellt," Liepzig: Brokhaus, 1883. Judul Inggris: "The Science of Mechanics: A Critical and Historical Account of its Development," diterjemahkan oleh T. J. Macormack, La Salle, 1960, edisi ke-6, hal. 201.]


ya saya tahu perturbation itu fenomena astronomi. jadi muncul duluan lalu ilmuwan mencoba "memecahkan" fenomena ini dengan persamaan matematis. memang sih tidak akurat 100 persen namun tentu saja tidak mudah untuk melakukan vonis hukum pergerakan benda langit apalagi tanpa modal instrumen-instrumen yang diperkenalkan oleh orang yang sudah ahli/lebih ahli sama sekali. saya akui kalimat ini subjektif. saya juga tidak mendewakan persamaan matematis.

kalau persamaan matematis dari link yang anda sodorkan itu sebenarnya sudah pernah saya baca dari sumber lain. intinya adalah paralaks bintang bisa diterapkan di teori heliosentris dan geosentris. kalau persamaan matematis yang anda maksud itu adalah jurnal/thesis mahasiwa Serbia.

seperti @ytridyrevsielixetuls, saya juga tetap berpegang pada teori heliosentris. massa yang lebih kecil mengitari massa yang lebih besar. tapi saya tidak bisa mengatakan prinsip Copernicus harus dianut semua heliosentris. selama dia percaya bumi yang mengelilingi matahari, maka dia adalah heliocentrist. mungkin saja galaksi bimasakti adalah galaksi paling tengah. dengan demikian saya tidak setuju kalau semua heliocentrist harus mengakui tidak ada body yang paling special di alam semesta (meskipun yang bilang itu ilmuwan).

teori geosentris mempercayai alam semesta berotasi hampir 24 jam untuk satu kala rotasi. itu artinya bintang-bintang ikut bergerak mengikuti pergerakan ether melebihi kecepatan cahaya. massa mereka harusnya imajiner dan tidak bisa dideteksi oleh teleskop maupun pandangan manusia.
lagipula, bisakah objek bermassa diam bergerak melebihi kecepatan cahaya?

                |'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''|
       __/""|"|--------nʇǝʌ∀ inc.------|
> (|__|_|!!|__________________|
      (o)!""""""(o)(o)!"""""""""""(o)(o)!

Goen

Kutip dari: mhyworld pada November 27, 2014, 03:12:53 PMOpsi lain mungkin bias ditemukan di [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
atau [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Intinya, tidak memilih opsi (1)bumi bergerak dan lebih memilih opsi (2)meninggalkan ether, bukan?

KutipOpsi 1 dapat dibantah dengan "mudah" jika Percobaan Michelson-Morley dilakukan di planet lain, misalnya Mars. Jika masih menunjukkan hasil negative, tidak mungkin disimpulkan bahwa Mars juga tidak bergerak, karena jelas-jelas posisinya seiring waktu berubah terhadap bumi.
Ide bagus. Tapi sebelum kesana, ada baiknya kita melihat bagaimana jawaban pihak-pihak yang lebih memilih opsi (2)meninggalkan ether.

Diantaranya, Einstein menjelaskan gagalnya eksperimen Michelson-Morley dengan membuat teori Relativitas Khusus yang tidak melibatkan ether. Salah satu prinsipnya:

"The speed of light in free space has the same value c in all inertial frames of reference." [en.wikipedia.org/wiki/Postulates_of_special_relativity]

Dengan kata lain, dalam kerangka acuan mana pun, baik bergerak atau pun diam, kecepatan cahaya c selalu konstan. Dan bumi dalam hal ini adalah kerangka acuan tempat eksperimen Michelson-Morley yang melibatkan cahaya tersebut.

Seandainya ether itu ada dan menjadi medium perambatan cahaya, pasti akan didapati nilai "fringe" yang sesuai pergerakan bumi ketika eksperimen Michelson-Morley memisahkan dua cahaya yang ke Timur-Barat dan ke Utara-Selatan kemudian menyatukannya kembali. Karena asumsi Michelson-Morley, bumi bergerak di dalam ether yang statis.

Teori ini pun menyatakan bahwa ether tidak ada dan cahaya adalah partikel yang bergerak dalam kerangka acuan ruang-waktu. Voila! Terjawab sudah kenapa interferometer Michelson-Morley tidak menunjukkan nilai "fringe" yang sesuai dengan asumsi kecepatan bumi mengelilingi matahari sebesar 30 km/s. Sederhananya, hal ini disebabkan karena kerangka acuan cahaya tersebut ikut terbawa bersama bumi saat bergerak. Masuk akal memang.

Akan tetapi:

Pertama, kenapa hal yang sama tidak berlaku untuk Foucault Pendulum, Coriolis Effect dan Newton Bucket Experiment? Ambil Foucault Pendulum, simpangan seharusnya tidak boleh ada karena kerangka acuannya ikut terbawa bersama bumi, bukan?

Kedua, eksperimen Sagnac membuktikan bahwa prinsip Relativitas Khusus di atas ternyata tidak terbukti. Alasannya, ketika eksperimen Sagnac memisahkan dua cahaya kemudian menyatukannya kembali di interferometer yang diputar secara konstan, detektor mendapati nilai "fringe" yang konsisten dengan kecepatan putaran interferometer.

Bagaimana Anda menjawab ini?