Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 05:59:31 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 134
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 129
Total: 129

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Cukup sudah berhutang

Dimulai oleh Farabi, Mei 22, 2012, 05:35:05 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Farabi

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Hutang kita sudah 1800 Triliun lebih, dan saya yakin, dari bunganya saja sebetulnya hutang kita harusnya sudah lunas, bahkan kita sudah memberikan bonus ke negara penghutang. Saya tidak mengerti alur pikiran seperti pak budiono yang pernah menganjurkan indonesia untuk terus berhutang. Yang jadi masalah, hutang itu untuk apa? Keuntungannya dibandingkan kerugiannya lebih besar kerugiannya, setiap kali kita berhutang, justru hanya memperbesar beban bunga.

Saya tidak bisa mencari solusi mau dibayar bagaimana hutang kita sebesar 1800 T lebih. Pemerintah kita selama ini karena tidak transparan mengelola APBN menjadi seenaknya dan sangat boros sekali.


Juga menurut anda, apakah etis pada saat tetangga anda kekurangan uang anda berdalih membantu padahal yang anda pikirkan adalah keuntungan dari tetangga anda? Dimana letak bantuannya?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

mhyworld

Lho, bukannya belakangan ini jumlah hutang terus dikurangi, dengan menambah porsi anggaran untuk pelunasannya?
KutipUtang luar negeri pemerintah memakan porsi anggaran negara (APBN) yang terbesar dalam satu dekade terakhir. Jumlah pembayaran pokok dan bunga utang hampir dua kali lipat anggaran pembangunan, dan memakan lebih dari separuh penerimaan pajak. Pembayaran cicilan utang sudah mengambil porsi 52% dari total penerimaan pajak yang dibayarkan rakyat sebesar Rp 219,4 triliun.[2] Jumlah utang negara Indonesia kepada sejumlah negara asing (negara donor)di luar negeri pada posisi finansial 2006, mengalami penurunan sejak 2004 lalu sehingga utang luar negeri Indonesia kini 'tinggal' USD 125.258 juta atau sekitar Rp1250 triliun lebih.[3]

Pada tahun 2006, pemerintah Indonesia melakukan pelunasan utang kepada IMF. Pelunasan sebesar 3,181,742,918 dolar AS merupakan sisa pinjaman yang seharusnya jatuh tempo pada akhir 2010.[4] Ada tiga alasan yang dikemukakan atas pembayaran utang tersebut, adalah meningkatnya suku bunga pinjaman IMF sejak kuartal ketiga 2005 dari 4,3 persen menjadi 4,58 persen; kemampuan Bank Indonesia (BI) membayar cicilan utang kepada IMF; dan masalah cadangan devisa dan kemampuan kita (Indonesia) untuk menciptakan ketahanan.[5]

once we have eternity, everything else can wait

topazo

Perlu juga diingat bahwa sebagian dari utang luar negeri adalah utang swasta... Jadi kita juga harus bertanya, ke mana para pengusaha menghabiskan duit pinjamannya... Apakah sudah tepat sehingga mensejahterakan rakyat? atau malah mensejahterakan sekelompok kecil yang memang sudah sejahtera?...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

ytridyrevsielixetuls

wah sudah ngutang ke luar negeri ngutang juga sama rakyat sendiri ya...
buktinya mereka beberapa kali menjual obligasi setiap tahun spy dibeli rakyat
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

nʇǝʌ∀

ke negara mana aja Indonesia berhutang?
atau mungkin ke PBB atau organisasi tertentu?
trus instrumen pembayarannya apa atau metode pembayarannya gimana?
adakah negara kita ngutang duit trus dibayar pake SDA dan demokratisasi ? :D hehehe

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada Mei 23, 2012, 03:59:59 PM
wah sudah ngutang ke luar negeri ngutang juga sama rakyat sendiri ya...
buktinya mereka beberapa kali menjual obligasi setiap tahun spy dibeli rakyat

obligasi bagi gua sih ga jelas efisien-nya apa ga..
soalnya klo bunga-nya fixed kita terancam rugi klo BI rate naik
tapi klo bunga-nya floating kita nga bisa yakin apakah setelah jatuh tempo nanti profit yg kita terima sebanding dengan inflasi yg terus naik setiap tahun selama kita memiliki obli ?  :-\

                |'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''|
       __/""|"|--------nʇǝʌ∀ inc.------|
> (|__|_|!!|__________________|
      (o)!""""""(o)(o)!"""""""""""(o)(o)!

Fariz Abdullah

Hutang Indonesia 1800 Trilliun lebih?
OK..

Hutang Indonesia hanya 25,7% GDP (2010).
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]


Bandingkan dengan para raksasa ekonomi dunia berikut ini (2010) kurs Rp.10.000
Hutang Amerika : Rp. 146.000 Trilliun (93% GDP)
Hutang China     : Rp. 47.000 Trilliun (19% GDP)
Hutang Jepang   : Rp. 54.000 Trilliun (226 % GDP !)
Hutang Jerman   : Rp. 33.000 Trilliun (75% GDP)
Hutang Perancis : Rp. 26.000 Trilliun (84% GDP)
Hutang Inggris   : Rp. 23.000 Trilliun (77% GDP)

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Farabi

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Mei 23, 2012, 08:06:53 PM
Hutang Indonesia 1800 Trilliun lebih?
OK..

Hutang Indonesia hanya 25,7% GDP (2010).
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]


Bandingkan dengan para raksasa ekonomi dunia berikut ini (2010) kurs Rp.10.000
Hutang Amerika : Rp. 146.000 Trilliun (93% GDP)
Hutang China     : Rp. 47.000 Trilliun (19% GDP)
Hutang Jepang   : Rp. 54.000 Trilliun (226 % GDP !)
Hutang Jerman   : Rp. 33.000 Trilliun (75% GDP)
Hutang Perancis : Rp. 26.000 Trilliun (84% GDP)
Hutang Inggris   : Rp. 23.000 Trilliun (77% GDP)

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]



Wah data yang benar yang mananih? Saya dapat data 1800 T dari kwik kian gie. Kalau data anda benar, berarti pemerintah sudah hebat sekali bisa membayar hutang hutang dalam waktu 10 tahun.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Fariz Abdullah

Kutip dari: Farabi pada Mei 22, 2012, 05:35:05 PM
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Juga menurut anda, apakah etis pada saat tetangga anda kekurangan uang anda berdalih membantu padahal yang anda pikirkan adalah keuntungan dari tetangga anda? Dimana letak bantuannya?

Tentu saja, dengan tetangga kita ya jangan menerapkan bunga..Bahkan kalau perlu berilah dengan ikhlas tanpa harap kembali..

Tetapi perekonomian dunia modern sudah sedemikian kompleks..Kita tidak hidup di jaman batu, ketika hanya ada segelintir manusia dalam suatu komunitas..Hutang antar negara tidak mungkin tanpa bunga..Tetapi itu bukan berarti tidak ada empati di jaman modern..Jepang, walaupun banyak punya hutang, tetap sering memberi hibah kepada negara miskin..Jika ada negara terkena bencana, negara-negara lain mengulurkan bantuannya tanpa harap kembali..Ikhlas..We all human..Mengapa tidak saling menolong?

Nilai uang cenderung turun dengan berlalunya waktu..Jika Anda berhutang kepada orang lain 10 juta hari ini untuk membeli sepeda motor, dan mengembalikannya kepada orang tersebut 20 tahun lagi 10 juta tanpa bunga, Anda lah yang tidak punya empati..Orang yang menolong Anda tersebut hanya bisa beli sepeda angin dengan uang senilai itu..

Jadi berbuatlah adil..
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Farabi

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Mei 23, 2012, 08:06:53 PM
Hutang Indonesia 1800 Trilliun lebih?
OK..

Hutang Indonesia hanya 25,7% GDP (2010).
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]


Bandingkan dengan para raksasa ekonomi dunia berikut ini (2010) kurs Rp.10.000
Hutang Amerika : Rp. 146.000 Trilliun (93% GDP)
Hutang China     : Rp. 47.000 Trilliun (19% GDP)
Hutang Jepang   : Rp. 54.000 Trilliun (226 % GDP !)
Hutang Jerman   : Rp. 33.000 Trilliun (75% GDP)
Hutang Perancis : Rp. 26.000 Trilliun (84% GDP)
Hutang Inggris   : Rp. 23.000 Trilliun (77% GDP)

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]



Yah benar, dan sekaran negara negara besar sedang krisis ekonomi gara gara riba. Tidak ada yang hebat dalam berhutang. Hany menguntungkan pemodal besar dan merugikan APBN karena uang kita 200 triliun habis hany untuk meniccil hutang.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Fariz Abdullah

Kutip dari: Farabi pada Mei 26, 2012, 06:02:06 PM
Yah benar, dan sekaran negara negara besar sedang krisis ekonomi gara gara riba. Tidak ada yang hebat dalam berhutang. Hany menguntungkan pemodal besar dan merugikan APBN karena uang kita 200 triliun habis hany untuk meniccil hutang.

Tidak ada yang salah dengan riba..Hutang adalah salah satu cara untuk menambah modal usaha..Dan adalah adil jika yang berhutang memberi bunga kepada yang menghutangi..Karena nilai uang berkurang karena waktu..

Hutang sangat menguntungkan kita jika mau bekerja keras dan mempergunakan dengan baik..Dengan modal usaha dari hutang, kita bisa berbisnis dan menghasilkan keuntungan, lets say, 20% per tahun, sementara kita membayar bunga hanya 12% per tahun..

Dengan hutang itu kita bisa membesarkan bisnis dan membuka lapangan kerja buat orang lain..Kita memberi efek ekonomis kepada lingkungan..Berpartisipasi aktif dalam pembangunan negara..Pengusaha selalu berguna untuk orang lain..Menjadi kaya juga bukan aib, karena itu adalah balasan bagi yang mau bekerja keras..

Tetapi itu hanya untuk yang rela bekerja keras mencucurkan keringat..Bagi yang bermental malas dan konsumtif, hutang akan membawa kesulitan dalam hidupnya..

Dengan membayar bunga ke bank, maka kita menjaga kelangsungan hidup bank, sehingga bank bisa terus memberikan modal usaha juga buat orang lain....Kita juga memberi keuntungan bagi penabung..Bukankah tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah? Berhutang dan membayar bunga, berarti tangan kita di atas, karena kita memberi keuntungan ke bank dan orang lain..

Analog dengan itu, dengan hutang, Negara juga bisa membangun pabrik-pabrik, infrastruktur penunjang ekonomi, lapangan kerja baru. Roda ekonomi melaju, ekspor dan devisa meningkat..Pendapatan negara dari pajak juga meningkat..Ekonomi menjadi tumbuh..200 Trilliun untuk membayar hutang tidak ada apa-apanya, karena memberi pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan pendapatan negara, lets say 2000.. Trilliun..Karena itu rasio hutang terhadap PDB kita makin turun..Bukankah dari tahun ke tahun APBN kita terus meningkat?

Wake up..kita tidak hidup di jaman batu..
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Farabi

Tidak, riba membuat hutang tidak habis habis. Pangkal dari krisis di yunani adalah riba dimana beban pemerintah menjadi sangat berat karena hutang terus menerus tidak ada habisnya. Semua negara yang menerapkan riba sudah pernah merasakan krisis ekonomi, justru ekonomi negara yang tidak menerapkan riba yang ekonominya stabil contohnya iran dan arab saudi. Riba membuat banyak negara bangkrut.

Keuntungan bagi bank tidak melulu harus dari riba, bisa juga dari biaya transaksi atau biaya pengiriman uang, atau bisa dari biaya administrasi perbulan.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Fariz Abdullah

#11
Kutip dari: Farabi pada Mei 27, 2012, 08:35:07 PM
Tidak, riba membuat hutang tidak habis habis. Pangkal dari krisis di yunani adalah riba dimana beban pemerintah menjadi sangat berat karena hutang terus menerus tidak ada habisnya. Semua negara yang menerapkan riba sudah pernah merasakan krisis ekonomi, justru ekonomi negara yang tidak menerapkan riba yang ekonominya stabil contohnya iran dan arab saudi. Riba membuat banyak negara bangkrut.

Keuntungan bagi bank tidak melulu harus dari riba, bisa juga dari biaya transaksi atau biaya pengiriman uang, atau bisa dari biaya administrasi perbulan.

Iran dan Arab makmur karena minyaknya, bukan karena tidak menerapkan riba..Cek saja semua negara maju, ratusan tahun makmur karena menerapkan riba, Dan tentu saja juga karena kerja keras..

Tidak ada sistem yang sempurna..Tidak juga sistem kapitalisme..Ada kalanya, seperti halnya pengusaha, roda kadang ada di bawah..tapi seperti biasa mereka akan bangkit kembali lebih besar dan lebih kuat..Krisis yang terjadi bukan karena riba, tetapi karena pengelolaan manajerial dan kebijakan yang tidak tepat, dan ini dia : KESERAKAHAN..

Prinsip riba dilarang adalah jika kita membayar hutang kita lebih besar dari nilai hutang sendiri..1 rupiah lebih besar saja, maka Anda telah melakukan riba..Tentu saja aturan seperti itu sangat merepotkan dan mustahil..Itu hanya bisa terjadi seribu tahun yang lalu yang tidak mengerti penyusutan nilai uang....Akhirnya dicari-cari 'solusi'nya..Misalnya dengan pola kerjasama..Ini sebenarnya sama saja dengan bunga, bedanya dia floating rate dan bukan fixed rate..Tetapi tetap saja membayar lebih banyak dari nilai hutang..Jangan dikira ada loss sharing di sini..Jaminan tetap ada, dan akan disita jika kita gagal bayar..

Cek sistem perbankan Arab dan Iran dan mari kita kupas..Apakah itu riba beneran atau riba "terselubung"..

Bank harusnya hanya mendapat untung hanya dari biaya transaksi dan administrasi? Berapa banyak itu? Berapa persen? dari mana bank dapat modal? bukankah dari deposan? bagaimana Bank bisa membayar deposan? Bagaimana bank bisa membayar gaji karyawannya dan memberi pelayanan dengan membangun ribuan ATM?

Bank bukan yayasan sosial my friend..

[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Farabi

Silahkan kalau mau berhutang, tapi siapa yang mau bayar? Anda tidak tahu bagaimana rasanya berhutang kemudian dikejar kejar oleh debt kolektor karena riba. Lagipula riba hanya menguntungkan pemodal besar, bukan pemodal kecil/

Riba terselubun apa yang anda maksud, silahkan dijelaskan.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

mhyworld

AFAIK, yang seharusnya bayar hutang adalah orang yang berhutang, atau ahli warisnya, dengan asumsi mereka juga menikmati hasil hutang tsb.
Kalau mau berhutang tapi tidak mau bayar, bisa dianggap sebagai penipuan, karena saat berhutang tentunya ia sudah berjanji untuk membayar kembali. Kalau tidak ada perjanjian pelunasan, tentunya tidak bisa disebut hutang, melainkan pemberian.
once we have eternity, everything else can wait

ytridyrevsielixetuls

yang kita bicarakan ini dampak baik sistem ekonomi terhadap siapa?
kalau perorangan ya tergantung subjektifitas manusia
yang nyaman dengan kapitalis pasti bilangnya kapitalis
yang sengsara dengan kapitalis pasti bilangnya bukan kapitalis
kalau dalam skala besar maka ada banyak plus minus nya.

Kutip dari: Farabi pada Mei 28, 2012, 08:39:35 AM
Silahkan kalau mau berhutang, tapi siapa yang mau bayar? Anda tidak tahu bagaimana rasanya berhutang kemudian dikejar kejar oleh debt kolektor karena riba. Lagipula riba hanya menguntungkan pemodal besar, bukan pemodal kecil/

coba anda perhatikan kalimat di sini :

Kutip dari: Fariz Abdullah pada Mei 28, 2012, 01:48:12 AM
Tidak ada sistem yang sempurna..

artinya, di satu sisi sistem riba memang memberikan kekurangan tetapi tidak menutupi fakta bahwa memberikan dampak kebaikan juga.
sebagaimana yang kita tahu negara-negara penerap sistem ekonomi kapitalis cenderung terdorong lebih kreatif dalam menerapkan strategi bisnis dan pemasaran, dan juga lebih kreatif dalam hal inovasi dan lebih proaktif dalam mengembangkan inovasi.... KITA tidak menyangkal hal ini akan menimbulkan monopoli bagi pihak yang berkuasa.

Arab dan Iran kaya akan sumber daya minyak, tapi maaf saja, mereka tidak lebih kreatif dalam menciptakan penemuan-penemuan dalam segala bidang ketimbang negara-negara penerap kapitalis. dan negara-negara yang lebih kreatif itu ternyata butuh minyak mereka.

singkatnya, kita semua mengakui ada kelebihan dan kekurangan dari setiap sistem ekonomi yang diterapkan. begitu juga dalam manajemen-nya.

saya pribadi memang tetap berusaha mengambil sisi positif dari setiap sistem ekonomi yang ada.. kalau perlu menempatkan diri menjadi pihak yang diuntungkan dalam setiap sistem ekonomi.. (heheh kok jadi selfish ya)

Kutip dari: Farabi pada Mei 28, 2012, 08:39:35 AM
Riba terselubun apa yang anda maksud, silahkan dijelaskan.

lha, itu bagi hasil bank syariah itu apa bukan riba ?
mang tau darimana uang yang anda tabung di bank syariah itu dikelola di mana aja? keuntungan dan kerugian yang mereka terima itu secara detail seperti apa ?
anda nga benar2 tau uang anda diapain aja oleh bank, tau2 sebulan kemudian anda dapat bagi hasil.

dan kalau anda meminjam uang dari bank syariah tanpa bunga toh tetap riba juga kan dengan bagi hasil?
artinya di bank syariah hanya akan memberikan pinjaman pada anda kalau anda berjanji mau bayar hutang lebih...
bedanya dengan bunga floating dan bukan fixed. tapi toh sama aja. kan tetap riba juga.
karena dibayar melebihi total pinjaman anda... tentu dengan alasan agar dunia usaha dan perbankan lebih produktif. dan mengikuti trend inflasi.

mana ada bank termasuk bank syariah yang mau meminjamkan modal tanpa keuntungan...
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|