Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 06:14:05 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 188
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 185
Total: 185

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Dialirkan Kemana Pajak dari Masyarakat???

Dimulai oleh viz, Oktober 21, 2011, 03:56:51 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Dhantez

#15
Kutip dari: ? pada Oktober 30, 2011, 11:19:31 PM
isi buku RD PD? mimpi.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Memahami buku tdk harus sesuai apa yg dinyatakan kata per kata.. Baca dulu sampai habis, serap isinya, kemudian lakukan kros cek dg pengalaman pribadi, dan terus menerus lakukan konfirmasi ulang, baik dg buku pembanding atau pengalaman pribadi.. Tidak semua advice Kiyosaki bisa diterapkan di Indonesia, tapi ide utama dari Kiyosaki sebenarnya adl pemahaman finansial - ttg Aset dan Liabilitas.. Saya pun tdk setuju dg cara dia mengartikan keduanya (yg satu memasukkan uang ke kantong, yg satu mengambil uang dari kantong).. Tapi harus diingat, itu adl cara si Rich Dad menyederhanakan konsep akuntansi kpd seorang anak SD.. Saya kurang setuju dg cara dia membedakan aset-liabilitas (dan byk hal lain) tapi saya sgt setuju jika SEMUA orang mesti paham ilmu akuntansi dasar utk memperkokoh kehidupan finansialnya...

Skt tahun 2000an org tua sy pernah mengalami kesulitan ekonomi.. Padahal waktu itu mereka baru saja membuka cabang baru usahanya.. Saya waktu itu benar2 tdk mengerti knp hal itu bisa terjadi.. Baru2 ini, org tua sy ingin membuka cabang baru lagi, modal sudah ada, calon tempat usaha jg sudah disurvey kelayakannya.. TAPI, setelah sy analisa dg prediksi arus kas simpel, dg memasukkan faktor2 pengeluaran konsumtif sehari2, ternyata arus kas hanya bs menopang 7 bulan, setelah itu kas menjadi minus!! Sepertinya itulah yg terjadi dulu.. Tanpa dasar pengetahuan finansial yg kuat, kita bisa terjerumus pd hal2 yg mestinya bisa diprediksi dg simpel.

Membaca analisa John T Reed dari link anda saya justru tambah yakin thd Kiyosaki, sebelumnya sy tdk tahu kalau dy sudah menulis buku bersama Donald Trump. Tidak mudah mengajak seorang pengusaha besar utk kolaborasi menulis buku jika Anda bukan siapa2, bukan?

Lebih2, saya malah mendapati John T Reed tidak mampu memahami cerita di dalam buku Rich Dad Poor Dad.. contohnya pada [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.], pada baris 'wisdom joining union', yg ditulis Kiyosaki pd bukunya adl perbedaan pandangan antara si Rich Dad dan si Poor Dad ttg serikat kerja, tapi justru Reed malah memahami kedua pendapat itu sebagai petuah dari pribadi Kiyosaki.. Nah lho??
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

?

apakah yang anda maksud dengan memahami buku tidak harus sesuai apa yang dinyatakan kata per kata? jika bukan dari kata-katanya, bagaimana anda memahami sebuah buku?

darimana anda mempelajari ilmu akuntansi?

saya tidak melihat ada korelasi antara Donald Trump dan kebenaran informasi dalam buku tersebut.

apakah ada hal lain yang ingin anda kritik selain pandangan antara rich dad dan poor dad tentang serikat kerja? jika tidak, apakah anda mengatakan sisa kritik lainnya adalah benar?

Dhantez

#17
Kutip dari: ? pada Oktober 31, 2011, 09:28:08 PM
apakah yang anda maksud dengan memahami buku tidak harus sesuai apa yang dinyatakan kata per kata? jika bukan dari kata-katanya, bagaimana anda memahami sebuah buku?

Kan sudah ada di postingan sebelumnya.. baca konteks keseluruhan lalu kroscek dg pengalaman, lalu lakukan konfirmasi scr terus menerus.. Ketika informasi itu tdk kompatibel dg kehidupan anda, anda bisa cukup mengambil idenya dan adaptasi..

Saya mengenal banyak teman mahasiswa, yg excellent di kelas, namun gagal menarik garis hubung ke dunia praktek.. Krn apa?? krn dia cuma memahami text mentah2 dari kata ke kata.. Hampir semua kasus dalam buku teks kuliah diambil dari perusahaan2 kelas dunia spt Coca Cola, GAP, Toyota, dsb.. Mereka mampu menyelesaikan kasus itu dg baik dg merujuk pd teori2 di buku.. TAPI ketika mereka menghadapi kasus nyata, spt perusahaan mereka sendiri.. Tiba2 saja, buku2 teori td kehilangan arti.

Kutip dari: ? pada Oktober 31, 2011, 09:28:08 PM
darimana anda mempelajari ilmu akuntansi?

Maksudnya? ini ada hubungan dg pertanyaan sebelumnya??  ???

Kalo iya, justru bisa ku beri contoh simpel.. Dalam membuat arus kas, di buku ajar akuntansi anda akan menemukan berbagai istilah 'asing' yg jarang dijumpai di kehidupan sehari2.. Misalnya: cash equivalent, interest paid, dividend received, dsb.. krn sebagian besar contohnya pasti kasus perusahaan.. Nah, gmn jika saya ingin membuat cash flow utk keluarga saya??

Tentu tdk perlu buku itu ku pahami kata per kata bukan? Cukup kita tangkap ide 'apa itu cash flow dan bagaimana cara kerjanya', tarik garis hubung ke kehidupan sehari2, dan adaptasi.. Inilah yg saya maksud memahami buku tdk harus kata per kata..

Kutip
saya tidak melihat ada korelasi antara Donald Trump dan kebenaran informasi dalam buku tersebut.

Mudah kok korelasinya.. Jika anda tdk memiliki kredibilitas yg baik, bgmn anda mengconvince seorang pengusaha besar utk berkolaborasi menulis dg anda??

Ada dua logic:
1. Aku sukses -> aku menulis ttg kesuksesanku -> bukuku sukses -> aku ajak pengusaha lain kolaborasi menulis
2. Aku gagal terus -> Aku menulis buku ttg kebohongan -> Bukuku sukses (artinya banyak org tertipu) -> Sampai2 pengusaha sukses dan populer ikut tertipu dan mau aku ajak kolaborasi menulis

Silakan pilih mana yg anda anggap lebih logis

Kutip
apakah ada hal lain yang ingin anda kritik selain pandangan antara rich dad dan poor dad tentang serikat kerja? jika tidak, apakah anda mengatakan sisa kritik lainnya adalah benar?

Saya punya kritik tersendiri thd buku RDPD, spt yg saya bilang sebelumnya, saya selalu melakukan konfirmasi pemahaman thd pengalaman pribadi saya..

Selain itu, saya sudah memiliki impresi negatif sejak pertama membaca pilihan gaya bahasa yg dipakai oleh Reed, kesannya exaggerated dan bbrp bahkan didasari oleh ketidakmampuan (atau "menyengaja" tidak mampu) memahami konteks cerita.. Contoh yg saya berikan di postingan sebelumnya sudah merupakan contoh yg keterlaluan..

Saya bisa menghabiskan waktu sehari penuh membaca kritik Reed itu, mencari data pembanding, membaca ulang buku RDPD, dan kemudian menemukan banyak flaw pd kritik tersebut. Tp syg saya sdg tdk bisa meluangkan cukup waktu utk itu. Setidaknya ini flaw yg aku temukan dg membaca sekilas saja:

1. Reed mengkritik cara pandang Kiyosaki thd pendidikan konvensional
Oke, saya setuju itu cara pandang yg berbahaya.. TAPI.. Kritik Reed itu seolah2 mengatakan bahwa Kiyosaki cm satu2nya org yg memiliki pemikiran demikian - atau setidaknya Kiyosaki cm satu2nya yg bisa menghasut org utk tidak sekolah..
Padahal, jika anda masuk ke komunitas entrepreneur, anda akan menemukan ratusan org yg berpikiran sama persis spt Kiyosaki.. Atau, coba saja ikut seminar Bob Sadino.. hampir pasti dia akan menyarankan anda berhenti kuliah/sekolah..
Apakah saran Bob Sadino itu berbahaya?? Bisa jadi.. Apakah saran Bob Sadino itu benar atau salah?? Bisa keduanya, tergantung bagaimana anda mempraktekkan saran itu..

Jadi, utk poin ini: Reed is exaggerated.. very very exaggerated..

2. Pada kolom yg saya sebut pd posting sebelumnya
Baris 1: Fear => Disini Reed juga (entah sengaja atau tdk) tdk bisa memahami KONTEKS.. Kata 'takut' pada kolom kiri dan kanan tentu memiliki arti kontekstual yg berbeda.
Baris 2: Market timing => Anda pernah baca artikel Malcolm Gladwell 'Blowing Up'?? Disitu dikisahkan bagaimana seorang investor yg memakai pendekatan tdk lazim di pasar saham.. Dan dalam jangka panjang, dia selalu 'menang'.. Apa artinya?? Market merupakan sesuatu yg tidak terduga, anda bisa menemui 100 analis pasar saham dan menemukan 100 analisa yg  berbeda.. dan tebak? tidak satupun salah atau benar.. Dalam hal ini, berinvestasi adl masalah insting, selera, dan pengalaman.
Baris 3: Tax Law => Baik kolom kiri maupun kanan menyatakan hal yg sama.. Pada kolom kanan, Yg dimaksud 'playing within the rule' tentu 'bermain2 di dalam peraturan' alias 'mencari celah di dalam peraturan itu', bukan mengikuti peraturan mentah2..
Baris 4: Knp tidak diartikan salah satu bagian dari "know nothing about money" adalah "terrified of losing"?? Satu lagi kritik yg di"ada-ada"kan..
dst

Sy tdk bisa mengatakan bahwa semua kritik Reed salah, dan juga tidak akan mengatakan buku RDPD adl 100% layak diikuti. Tapi satu hal yg pasti saya tdk setuju dg kata2 Reed bahwa buku RDPD sama sekali tidak layak dibaca (pd paragraf atas: Rich Dad, Poor Dad contains much wrong advice, much bad advice, some dangerous advice, and virtually no good advice.)..

Saya malah lebih suka membaca kritik/kontroversi Kiyosaki lewat wikipedia.. ;D
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

?

Teori itu bersifat umum, realita itu bersifat khusus.

Pertanyaan saya tentang asal anda mempelajari akuntansi adalah untuk menunjukkan bahwa ilmu yang sesungguhnya bukan diperoleh dari buku tersebut, tetapi dari hal yang disebut teori.

Sepertinya ada cara pandang yang berbeda. Dalam pandangan saya, seseorang tidak dapat dikatakan sukses ketika dia menulis buku, ataupun tidak sukses ketika menulis buku. Dan lebih jauh, kesuksesan seseorang tidak menentukan kebenaran dari isi buku tersebut.

Saya pribadi bukan orang yang tertarik kepada Bob Sadino atau mereka yang membaptis dirinya sebagai penemu 'jalan sukses'. Dan menarik ketika beberapa orang mengatakan jangan sekolah, banyak sekali para usahawan terkenal yang berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Kontroversial mungkin menjual, tetapi tidak selalu benar. Lagipula, tujuan belajar bukanlah untuk kaya :)

?

Mengenai Reed, saya pun belum menganggap informasi yang diberikan olehnya sebagai kebenaran. Tetapi melihat beberapa kritiknya, merupakan hal yang menarik bagi saya karena merubah pola pandang agar mengetahui mana buku fiksi dan non fiksi.

Dhantez

Kutip dari: ? pada November 02, 2011, 08:48:24 PM
Dan menarik ketika beberapa orang mengatakan jangan sekolah, banyak sekali para usahawan terkenal yang berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Setuju..

Sebenarnya inilah yg harus digarisbawahi dari konteks cerita RDPD.. Kiyosaki BUKAN seorang drop out dan juga BUKAN pebisnis sejak awal.. Ia lulus high school, masuk marine corps, bekerja dulu di Xerox, sampai akhirnya baru memutuskan memiliki bisnis sendiri..

Sekolah sangat penting.. kecuali anda memiliki bakat jenius berbisnis, yang belum tentu ada 1 diantara 1000. Kenapa pengusaha sukses menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik?? Karena, salah satu fondasi keberhasilan bisnis adl Networking.. Sekolah2 terbaik adl tempat terbaik utk melatih anak bersosialisasi dg anak2 pintar dan/atau sekaligus anak2 pengusaha sukses/pejabat :D

Kutip dari: ? pada November 02, 2011, 08:48:24 PM
Lagipula, tujuan belajar bukanlah untuk kaya :)

Benar saya setuju, hanya saja sayangnya byk orang tua yg mengkorelasikan antara prestasi akademik dan masa depan yg cerah (baca: pekerjaan yg menghasilkan banyak uang).. Itu berbahaya.. Scr akademis pun telah dikonfirmasi, bahwa top level worker atau CEO2 di seluruh dunia bukanlah mereka yg hanya luar biasa scr akademik (IQ tinggi) tapi juga memiliki kecerdasan penyeimbang, yaitu EQ (dan mungkin juga SQ) yg baik.

Jika orang tua menilai keberhasilan anaknya di sekolah hanya dari rapor semester atau nilai ujian akhir, mereka telah menuntun anaknya ke arah yg salah.. Org tua juga harus membimbing, bahwa teman2 di sekeliling mereka adl aset berharga di masa mendatang, shg mendorong mereka utk bersosialisasi dg baik.

OK, saya rasa OOT ttg Kiyosaki cukup.. back to perpajakan.. ;D
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

Farabi

Ok Back to pajak. Untuk menutupi kurangnya pajak, apa musti berhutang lagi? Kenapa tidak "disesuaikan" saja harga barang dengan proyeksi pajak? Daripada ngutang? Kalau begini, ini artinya, harga makanan, sebetulnya dibawah harga aslinya, ini namanya "perampokan" atau penindasan terhadap petani oleh mayoritas, dibawah ancaman militer. Betul toh? Tapi sebagai masyarakat non petani, saya juga tidak mau harga harga naik, pendapatan segini gini aja, harga kok naik? Jadi harus bagaimana?

Anda pernah baca ulasan saya tentang Peredaran Uang dan kaitannya dengan harga barang dan penerimaan pajak  ditulisan sebelumnya kan?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Sampai hari ini sudah 800 T lebih, berarti sudah mendingan, ini adalah 60% nya. Jadi masih tersisa 400 T lagi. Kalau tercapai sih, ya sudah, buat apa dibahas lagi masalah ini, sudah beres berarti toh.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

#23
Oalah, saya salah baca, ternyata baru 500 T. ;D Hihihi.

Okelah, saya pernah baca RAPBD, tahun berapa, dari dulu sebetulnya pajak itu cuma 400T sekarang jadi 800T sebetulnya meningkat drastis, biasanya RAPBN tertutupi dari pemasukan MIGAS sebesar 600T. Tapi kalau sekarang sudah ada 500T dan Migas 600T ya sudah berarti tinggal 100T lagi, berarti proyeksi pajak tercapai yaitu 20% dari total uang beredar.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Sebetulnya pajak diindonesia ini aneh.

Beli barang, kena pajak. Jual barang kena pajak. Beli dari tempat lain kena pajak. Jual ke tempat lain kena pajak. Penghasilan, kena pajak. Tempat tinggal kena pajak. Bahkan sampai lahan kosong yang nganggur, atau anda menyimpan uang untuk tabungan di hari tua, kena pajak juga. Padahal secara teori, harusnya, pajak itu cukup dari penghasilan saja. ;D tapi uangnya ga cukup cukup.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Dhantez

Itulah yg coba disampaikan oleh cerita ttg pajak di buku RDPD.. Lepas dari kontroversi penulisnya, ada logika yg menarik utk menggambarkan fenomena pajak modern ini.. Pajak awalnya dikenakan hanya pd org kaya, namun dlm perkembangannya, ukuran pemerintah (scr organisasi) semakin gemuk (contoh yg plg baru adalah pengangkatan wakil menteri), shg dibutuhkan dana lebih.. Darimana pemerintah memperoleh dana? Tentu saja pajak. Shg pemerintah mencari lagi dan lagi berbagai macam hal yg bisa dikenakan pajak.. shg penghasilan seseorang bisa dikenakan pajak berkali2 utk hal yg berbeda.

Sementara, orang kaya tdk serta merta mau mengikuti permainan pajak itu, mereka selalu mencari celah. Jika dalam RDPD, dia menggunakan uang perusahaan sebelum kena pajak utk membiayai berbagai kebutuhannya, shg pengeluaran bertambah, dan keuntungan yg dikenakan pajak jd berkurang. Ide itu tdk selalu aplikatif dimana saja, tapi di Indonesia pun kita bisa melihat bgmn pengusaha rokok membebankan Cukai Rokok ke konsumen dan itu diperbolehkan scr hukum.
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

Farabi

Kutip dari: Dhantez pada November 05, 2011, 07:36:00 AM
Itulah yg coba disampaikan oleh cerita ttg pajak di buku RDPD.. Lepas dari kontroversi penulisnya, ada logika yg menarik utk menggambarkan fenomena pajak modern ini.. Pajak awalnya dikenakan hanya pd org kaya, namun dlm perkembangannya, ukuran pemerintah (scr organisasi) semakin gemuk (contoh yg plg baru adalah pengangkatan wakil menteri), shg dibutuhkan dana lebih.. Darimana pemerintah memperoleh dana? Tentu saja pajak. Shg pemerintah mencari lagi dan lagi berbagai macam hal yg bisa dikenakan pajak.. shg penghasilan seseorang bisa dikenakan pajak berkali2 utk hal yg berbeda.

Sementara, orang kaya tdk serta merta mau mengikuti permainan pajak itu, mereka selalu mencari celah. Jika dalam RDPD, dia menggunakan uang perusahaan sebelum kena pajak utk membiayai berbagai kebutuhannya, shg pengeluaran bertambah, dan keuntungan yg dikenakan pajak jd berkurang. Ide itu tdk selalu aplikatif dimana saja, tapi di Indonesia pun kita bisa melihat bgmn pengusaha rokok membebankan Cukai Rokok ke konsumen dan itu diperbolehkan scr hukum.

Seperti yang sudah saya duga ;D saya kira cuma saya aja yang kepikiran buat ngakalin ini ;D

Dosen saya pernah bilang gini, kalau jadi akuntan bikin 3 laporan, 1 buat investor, 1 buat orang pajak, dan 1 lagi buat manajemen internal ;D
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kenapa saya menganjurkan untuk "menyesuaikan" harga? Karena kita punya hutang pertahun 200 T. Kalau proyeksi pajak nilainya kurang dari 1200 T, kita bakal kelabakan buat bayar hutang. Saran saya, meningan barter, 60% hutang itu kejepang. Coba anda bayangkan, dijepang sekali makan itu 5000 Yen. Kita bikin saja disana restoran, daripada kita bayar hutang pakai beras dengan nominal Rupiah. Rugi besar. Mendingan kita bawa beras kejepang, jual disana, uangnya, pake bayar hutang, lebih mendingan daripada kita bayar pakai rupiah, sampe abis dikeduk itu hutan, ga akan kebayar. Orang indonesia emang bodoh, ga ngerti masalah beginian, dikasih tahu, yang ngasih tahu digebukin. ;D Your loss. Kalo ini bukan negara saya, kalian udah pasti saya kadalin juga, lagian orang indonesia juga sebetulnya bukan orang jujur, serigala pecundang, baik, karena kalah dimana mana, kayak kucing.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.