Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 02:32:22 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 102
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 128
Total: 128

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Pengangguran?

Dimulai oleh Farabi, April 07, 2012, 08:47:33 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Farabi

Ada yang bilanng bahwa pengangguran harus 0% dan konsumsi harus diturunkan.

Menurut saya ini sangat berbahaya, karena kalau konsumsi sampai turun, akan banyak barang yang tidak laku, bukan cuma itu, berarti akan ada sebuah perusahaan yang tidak mendapatkan penghasilan, maka kemudian akan ada pekerja yang menganggur. Jadi solusinya harusnya adalah, konsumsi diperbesar, dan yang menganggur diberikan tunjangan selama mereka menganggur, saya rasa sekitar 450 rb perbulan juga sudah cukup. Lagipula mengingat manusia tidak pernah puas, jika gaji UMR kita tetapkan sebesar 1,750 juta, orang orang yang menganggur masih tetap akan mencari uang, karena naluri tersebut.

Bagaimana menurut anda?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

ytridyrevsielixetuls

kalo saya nga kerja tapi saya dapat warisan uang Rp. 10 milyar dan emas 10 kg dari orangtua, saya tetap dianggap pengangguran kan karena saya ngak bekerja.
berarti saya akan dapat tunjangan juga ;D
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

nʇǝʌ∀

lalu bagaimana dengan pengusaha yang kaya? selama mereka ngak bekerja mereka tetap dianggap pengangguran. apakah mereka dapet tunjangan juga ??? kalo iya mending saya jadi pengusaha aja daripada berkarir. ;)
lumayan kan dapat Rp. 450 per bulan sebagai modal usaha tambahan. nanti kalo sudah terkumpul banyak tunjangannya saya bisa dirikan usaha yang lebih besar lagi  ^-^
tapi saya nga mau bekerja, supaya saya bisa mengawasi dan menjalankan usaha saya plus dapat tunjangan gratis :)

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada April 07, 2012, 04:08:35 PM
kalo saya nga kerja tapi saya dapat warisan uang Rp. 10 milyar dan emas 10 kg dari orangtua, saya tetap dianggap pengangguran kan karena saya ngak bekerja.
berarti saya akan dapat tunjangan juga ;D

warisan Rp. 10 milyar itu tinggal dibikinkan deposito berbunga aja sekitar 70-90 % sementara emas yg 10 kg itu disimpan di deposit box Bank. sisa duitnya plus tunjangan itu anda pake untuk bersenang-senang ;D
anda bisa dapat pemasukan besar tanpa bekerja ;D
kalo anda nga puas kan anda bisa dirikan bisnis sendiri krn anda sudah py modal so ga perlu bekerja... ya kerja juga seh tapi bukan ngelamar kerja ke perusahaan lain melainkan mendirikan usaha sendiri so status anda tetap pengangguran meski anda kaya dan anda tetap menerima tunjangan yang Rp. 450 ribu per bulan itu. :)

                |'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''|
       __/""|"|--------nʇǝʌ∀ inc.------|
> (|__|_|!!|__________________|
      (o)!""""""(o)(o)!"""""""""""(o)(o)!

Farabi

Kutip
lalu bagaimana dengan pengusaha yang kaya? selama mereka ngak bekerja mereka tetap dianggap pengangguran. apakah mereka dapet tunjangan juga  kalo iya mending saya jadi pengusaha aja daripada berkarir.

Ya buat yang tidak punya pemasukan lah, masa mau kita biarkan yang tidak punya penghasilan kelaparan dan malah jadi pengedar narkoba atau malah jadi pencuri? Maksud saya yang tidak punya pemasukan sama sekali dibayar oleh pemerintah, seperti dibarat.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

12

#4
Kutip dari: Farabi pada April 07, 2012, 08:47:33 AM
Ada yang bilanng bahwa pengangguran harus 0% dan konsumsi harus diturunkan.

mungkin harus diperjels siapa yang menyatakan hal itu? supaya kita tau alasannya apa

sebab yang saya tau konsumsi (C) berkorelasi positif dengan GDP
GDP = C+I+G+(X-M)

menurunkan konsumsi berarti menurunkan GDP

simpelnya orang yang mengurangi konsumsi adalah orang yang jatuh miskin atau orang yang ingin merasakan penderitaan orang miskin
sulit sekali membayangkan ada orang kaya yang tanpa alasan yang jelas tiba-tiba mengurangi pengeluaran konsumsinya (meningkatkan tabungan),  .......buat apa?

pengangguran 0% adalah idealisasi dalam pemodelan teori ekonomi, dalam kenyatannya para ekonom menganggap pengaguran 3-10% adalah kondisi full employment
#12

Farabi

Yang menyatakan itu salah seorang anggota di forum ini, dan beberapa orang di forum lain, katanya budaya konsumtif harus dihapuskan. Tentunya jika dikaitkan dengan konteks ekonomi menyeru masyarakat supaya membatasi konsumsi menurut saya sangat berbahaya.

Untuk pengangguran, saya tidak mengerti kenapa pengangguran harus menjadi prioritas nomer satu, kalau memang berbicara tentang kemanusiaan dan daya beli, kenapa pengangguran tidak diberi jaminan sosial saja secara minimal seperti di inggris atau jerman? Daripada seperti diindonesia yang saya perhatikan sangat rawan menjadi penjahat dan pengedar narkoba. Saya rasa jumlah pengangguran yang besar bukanlah suatu aib atau cela, melainkan jumlah orang kelaparan yang besarlah yang merupakan aib, karena seringkali seorang yang sudah tidak mampu mencari makan tidak ada yang mau untuk membantu sampai mereka harus mengemis ke rumah rumah, ini pengalaman nyata loh, karena anak anaknya merantau ke kota besar dan tidak ada kabarnya lagi. Bahan saya pernah berbicara dengan seorang tukang pijat yang katanya pekerjaan dijakarta lebih mirip perbudakan karena hanya dibayar 25% dari seharusnya, dimana penghasilannya hanya 10 rb perhari dari biasanya 50 rb perhari.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

nʇǝʌ∀

seingat saya, saya nga pernah bilang kalo pengangguran wajib 0% dan konsumsi diturunkan... jd bukan saya kan member yg dimaksud ? ;D

BTW
Tunjangan untuk pengangguran sepertinya kurang cocok di Indonesia karena banyak orang bermental "parasit", anda kasih bantuan mereka malah tambah malas, dan nyusahin....
belum terhitung orang yg cari nafkah dengan cara membodohi masyarakat. bikin aja cerita mistis kemudian raih untung sebesar-besarnya, orang akan menghargai cerita sampah kita. so batu kotor biasa pun jadi primadona. pelampiasan nafsu bejad kita pun akan dianggap ibadah >:D

bantuan instant tu lebih cocok diberikan dalam kondisi darurat seperti korban bencana alam atau orang miskin yg butuh biaya berobat. sedangkan orang tak mampu yg masih bisa produktif cocoknya dikasih pekerjaan. dengan demikian kita tidak cuma menekan kemiskinan, melainkan juga menekan mental miskin.

tapi itu aja nga cukup, pejabat mesti anti korupsi. dan pemerintah serta orang2 kaya harus lebih banyak menggali potensi orang2 cerdas dan ahli. dng begitu mereka nga akan kabur ke luar negeri. dan masyarakat sendiri juga mesti belajar menghargai orang2 cerdas dan ahli.
jangan kalo punya duit banyak yg dilakukan adl koleksi film porno atau memperdaya gadis2 desa yg lugu dan miskin... itu tdk mendidik dng baik namanya. kalo prihatin dng makin banyaknya wanita yg cari nafkah dengan cara menjual diri so ngapain kita menafkahi mereka dan mendukung pekerjaan mereka ?

dan satu lagi... hilangkan propaganda kebencian yg bisa bikin masyarakat mudah membenci orang lain dan mencari-cari alasan melakukan kejahatan! kemajuan kita terhambat gara2 orang2 dng propaganda tsb.  >:(

                |'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''|
       __/""|"|--------nʇǝʌ∀ inc.------|
> (|__|_|!!|__________________|
      (o)!""""""(o)(o)!"""""""""""(o)(o)!

ytridyrevsielixetuls

#7
Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada April 10, 2012, 05:24:31 PM
seingat saya, saya nga pernah bilang kalo pengangguran wajib 0% dan konsumsi diturunkan... jd bukan saya kan member yg dimaksud ? ;D

mungkin yg bilang konsumsi harus diturunkan BERMAKSUD agar masyarakat melakukan "jibaku", jadi bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. mereka menahan diri dulu tidak konsumtif karena uang mereka akan dipakai untuk mendirikan usaha supaya pengangguran bisa dikurangi/dihilangkan. setelah sejahtera baru konsumtif lagi.
jadi mungkin maunya member yg dimaksud Farabi (bukan anda bro ;D) adalah kita "puasa massal" dulu...
mundur satu langkah untuk maju seratus langkah  :)
tapi pertanyaannya sekarang, apa masyarakat bisa kompak ? saya rasa tidak....
saya sendiri sepertinya tdk bisa begitu, krn sy ingin diberi kebebasan dlm memilih jalan hidup  8)

Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada April 10, 2012, 05:24:31 PM
BTW
Tunjangan untuk pengangguran sepertinya kurang cocok di Indonesia karena banyak orang bermental "parasit", anda kasih bantuan mereka malah tambah malas, dan nyusahin....

mungkin bagusnya kalo kita tidak dikenal sebagai orang dermawan di Indonesia. kalo kasih bantuan tu mending diem2 aja. kasih duit sebagai donor misterius kemudian menghilang...  8)

Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada April 10, 2012, 05:24:31 PM
belum terhitung orang yg cari nafkah dengan cara membodohi masyarakat. bikin aja cerita mistis kemudian raih untung sebesar-besarnya, orang akan menghargai cerita sampah kita. so batu kotor biasa pun jadi primadona. pelampiasan nafsu bejad kita pun akan dianggap ibadah >:D

iya benar, alangkah susahnya orang miskin yg sakit dapat bantuan tapi alangkah mudahnya orang dapat duit dengan cara jualan cerita sampah.

Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada April 10, 2012, 05:24:31 PM
bantuan instant tu lebih cocok diberikan dalam kondisi darurat seperti korban bencana alam atau orang miskin yg butuh biaya berobat. sedangkan orang tak mampu yg masih bisa produktif cocoknya dikasih pekerjaan. dengan demikian kita tidak cuma menekan kemiskinan, melainkan juga menekan mental miskin.

plus kalo punya duit banyak so lihat keadaan sekitar, apa orang2 sekitar kita masih banyak yg kelaparan, kurang pendidikan, sakit, dsb. apakah lngkungan sekitar kita masih kotor ? antara kepuasan pribadi dan kepentingan sosial memang harus harmonis.

Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada April 10, 2012, 05:24:31 PM
tapi itu aja nga cukup, pejabat mesti anti korupsi. dan pemerintah serta orang2 kaya harus lebih banyak menggali potensi orang2 cerdas dan ahli. dng begitu mereka nga akan kabur ke luar negeri. dan masyarakat sendiri juga mesti belajar menghargai orang2 cerdas dan ahli.

ya, ini memprihatinkan banyaknya orang2 berkuasa yg kurang menghargai bibit2 berharga tapi orang Indonesia mengklaim kemajuan kita dihambat bangsa asing...

Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada April 10, 2012, 05:24:31 PM
jangan kalo punya duit banyak yg dilakukan adl koleksi film porno atau memperdaya gadis2 desa yg lugu dan miskin... itu tdk mendidik dng baik namanya. kalo prihatin dng makin banyaknya wanita yg cari nafkah dengan cara menjual diri so ngapain kita menafkahi mereka dan mendukung pekerjaan mereka ?

kecuali anda mau ngaku, anda memang mata keranjang dan iman anda sudah rusak dari sononya, ketimbang cuma bisa nyalahin wanita aja... ;D
setahu saya, rata2 yg jadi PSK itu terpaksa, tapi rata2 yg doyan PSK itu karena inisiatifnya sendiri. begitujuga dengan pengusaha prostitusi * . ;D
pertanyaannya sekarang, kalau anda kaya dan berkuasa, sudikah anda menggunakan kekayaan dan kekuasaan anda untuk memberantas prostitusi ?  ;D dan memberikan pekerjaan dan gaji yg layak untuk para pengangguran tsb ?
kalau anda melihat gadis cantik miskin yg ingin sekolah, kira2 apa yg terlintas di pikiran anda ? ;D

*pornografi komersil adalah bagian dr prostitusi

Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada April 10, 2012, 05:24:31 PM
dan satu lagi... hilangkan propaganda kebencian yg bisa bikin masyarakat mudah membenci orang lain dan mencari-cari alasan melakukan kejahatan! kemajuan kita terhambat gara2 orang2 dng propaganda tsb.  >:(

paling tidak, angka pengangguran jadi berkurang karena makin banyak orang yg nekat mati gara2 propaganda itu wkwkwkkk ;D
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

topazo

Kutip dari: Farabi pada April 09, 2012, 05:26:21 PM
Yang menyatakan itu salah seorang anggota di forum ini, dan beberapa orang di forum lain, katanya budaya konsumtif harus dihapuskan. Tentunya jika dikaitkan dengan konteks ekonomi menyeru masyarakat supaya membatasi konsumsi menurut saya sangat berbahaya.
Kalau dipikir2 lebih dalam... Yang namanya konsumsi kan "menghabiskan produksi dari produsen", yang konsumsi bukan hanya orang di dalam negara, tapi juga di luar negara...
Mungkin maksud menghilangkan budaya konsumsi seperti kata beberapa member (termasuk saya), adalah menyeimbangkan konsumsi dan produksi dalam dan luar negeri...
Dan juga, kan kalo konsumsi diperbesar, kan mau gak mau produksi juga diperbesar... Ini nggak masalah, yang jadi masalah adalah produksi dalam negeri gak diperbesar, malah milih impor "konsumsi" dari luar negeri... Ini salah satu yang membuat Indonesia kacau...

Contoh sederhana:
Mestinya; Banyakin konsumsi beras, biar petani di Cianjur atau Solok sejahtera...
Jangan malah; banyakin konsumsi beras, biar petani Jiangxi sejahtera, dan uangnya masuk ke China... Konsumsi dari jenis ini yang mesti dipangkas habis....

Kalau tentang pengangguran 0%, saya sepertinya belum menangkap penuh maksud Boss Farabi... Kalau saya sih, justru pengangguran memang diusahakan 0% (yang kelihatan nganggur, langsung ditarik biar bekerja dan diupah), biar bisa memaksimalkan produksi, yang notabene meningkatkan konsumsi juga ujung2nya...

BSJS...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Farabi

Betul, barang impor membuat harga harga barang diindonesia cenderung tinggi, dengan kata lain, barang impor adalah salah satu dari sumber inflasi. Karena barang impor mempunyai biaya produksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan din indonesia, tapi ini husus hanya untuk elektroni saja yang berasal dari negara barat.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Menurut saya sebaiknya yang harus kita lakukan sekarang dan dijadikan prioritas adalah meningkatkan konsumsi dimasyarakat dan meningkatkan produksi bahan pangan, sehingga harga makanan akan turun yang mengakibatkan biaya tenaga kerja bisa turun sehingga biaya produksi juga ikut turun. Dengan demikian produk indonesia bisa lebih kompetitif. Koreksi jika salah.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

mhyworld

Untuk membuat produk yang kompetitif, proses produksi dan distribusinya harus seefisien mungkin dengan kualitas sesuai keinginan pasar. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain meminimalkan birokrasi, pengembangan teknologi, relokasi proses produksi untuk memperpendek jalur/biaya distribusi, automasi proses produksi, efisiensi sistem manajemen produksi, dll.
Impor barang dan jasa dari luar negeri akan menurunkan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing. Sebenarnya ini merupakan self stabilizing system, sehingga jika impor ditingkatkan terus-menerus, akan tercapai titik keseimbangan baru, di mana harga barang impor menjadi lebih mahal karena nilai tukar rupiah yang turun, dan dengan sendirinya akan membatasi penambahan impor barang tersebut lebih lanjut.
Jadi kalau ingin nilai tukar mata uang kita naik, agar bisa beli barang impor dengan harga murah, terlebih dahulu kita harus memperbanyak produksi barang-barang yang memang dibutuhkan oleh pasar, dengan kata lain barang /jasa yang laku dijual, termasuk untuk ekspor ke luar negeri. Percuma bikin barang banyak-banyak kalau tidak bisa dijual, cuma buang-buang waktu, tenaga dan biaya, yang seharusnya bisa dipakai untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
once we have eternity, everything else can wait

Farabi

Kutip dari: mhyworld pada April 15, 2012, 01:33:27 AM
Untuk membuat produk yang kompetitif, proses produksi dan distribusinya harus seefisien mungkin dengan kualitas sesuai keinginan pasar. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain meminimalkan birokrasi, pengembangan teknologi, relokasi proses produksi untuk memperpendek jalur/biaya distribusi, automasi proses produksi, efisiensi sistem manajemen produksi, dll.
Impor barang dan jasa dari luar negeri akan menurunkan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing. Sebenarnya ini merupakan self stabilizing system, sehingga jika impor ditingkatkan terus-menerus, akan tercapai titik keseimbangan baru, di mana harga barang impor menjadi lebih mahal karena nilai tukar rupiah yang turun, dan dengan sendirinya akan membatasi penambahan impor barang tersebut lebih lanjut.
Jadi kalau ingin nilai tukar mata uang kita naik, agar bisa beli barang impor dengan harga murah, terlebih dahulu kita harus memperbanyak produksi barang-barang yang memang dibutuhkan oleh pasar, dengan kata lain barang /jasa yang laku dijual, termasuk untuk ekspor ke luar negeri. Percuma bikin barang banyak-banyak kalau tidak bisa dijual, cuma buang-buang waktu, tenaga dan biaya, yang seharusnya bisa dipakai untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

Terima kasih atas ilmunya. Ada lagi yang lain? Karena pemerintah kita membutuhkan banyak masukan untuk memajukan bangsa ini.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

__________

pertanyaannya, uang untuk tunjangan para pengangguran itu dari mana?
dan bagaimana meningkatkan konsumsi selama masih belum sejahtera?

Farabi

Kutip dari: __________ pada April 18, 2012, 03:38:54 PM
pertanyaannya, uang untuk tunjangan para pengangguran itu dari mana?
dan bagaimana meningkatkan konsumsi selama masih belum sejahtera?

Tentu saja dari pajak, karena aslinya pajak itu bukan untuk membiayai pemerintah tapi untuk orang orang yang sudah berusaha tapi gagal.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.