Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 18, 2024, 01:29:16 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 51
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 25
Total: 25

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Banyak Konsumsi Buah: Benarkah Menyehatkan?

Dimulai oleh Hendy wijaya, MD, Januari 05, 2010, 05:08:50 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Hendy wijaya, MD


Sebagian besar orang beranggapan bahwa mengkonsumsi buah dalam jumlah besar sangat menguntungkan bagi kesehatan dengan asumsi bahwa buah mengandung nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan bahan makanan yang lainnya. Tentu saja hal tersebut benar jika nilai gizi yang dimaksud adalah kandungan vitamin yang tinggi dalam buah, serat, baik serat larut air (pektin dan gum) yang ada pada kacang-kacangan dan kulit apel, dan serat tidak larut air (selulosa dan hemiselulosa) dan beberapa zat lain yang memang penting bagi kesehatan tubuh kita dalam kadar tertentu dalam buah, misalkan trace element (tembaga, seng, magnesium, mangan, dsb).

Selain kandungan buah di atas, jangan lupa juga bahwa buah juga mengandung kadar karbohidrat yang tinggi dalam bentuk gula buah atau disebut juga sukrosa dalam jumlah besar. Gula buah atau sukrosa merupakan salah satu bentuk karbohidrat disakarida yang jika dikonsumsi, di dalam saluran cerna akan dipecah oleh enzim disakaridase menjadi glukosa dan fruktosa, dua jenis gula yang berbeda dari konfigurasi molekulnya. Glukosa sendiri akan diserap oleh tubuh dan menjadi sumber energi utama dalam tubuh manusia yang sering kita sebut sebagai sumber energi karbohidrat, terutama untuk sel neuron (sel otak) dan sel darah merah, karena kedua jenis sel ini hanya bisa memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi. Saat kita makan (fed state), jumlah glukosa yang diserap tentu saja akan melebihi kadar gula yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Dengan demikian, "kelebihan" ini akan menghambat rantai metabolisme glukosa yang sensitif akan penumpukan energi melalui inhibisi sejumlah enzim pemecah glukosa. Proses tersebut akhirnya menghalangi pemecahan glukosa lebih lanjut untuk menghasilkan energi, dan sebaliknya, glukosa akan disimpan dalam liver dan otot dalam bentuk glikogen. Semua proses ini diregulasi oleh insulin. Hasilnya, gula darah tetap dipertahankan dalam batas-batas normal.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Hendy wijaya, MD

Akan tetapi tidak demikian halnya yang terjadi pada fruktosa. Setelah diserap dari saluran cerna, fruktosa akan memasuki tahapan metabolisme karbohidrat melalui jalur alternatif. Berbeda dengan jalur metabolime glukosa, jalur metabolisme alternatif ini tidak sensitif terhadap penumpukan energi dibelakang proses "mesin" pemecahnya. Progresivitas prosesnya terus berlanjut, dan konsekuensinya, terjadi penumpukan muatan zat pembentuk energi dalam rantai respirasi, yaitu sitrat (merupakan hasil kondensasi antara acetil coA dengan oksaloasetat). Tubuh kita menyikapi penumpukan sitrat dengan membalikkan proses dalam rantai respirasi untuk mengeluarkan acetil coA dari sitrat.

Acetil CoA kemudian akan menjadi substrat pembentukan cadangan energi berupa asam lemak baik jenuh maupun tak jenuh dan kolesterol. Asam lemak dalam bentuk triacilglicerol (dulu disebut trigliserida) dan kolesterol akan diekspor dari liver ke dalam darah untuk disimpan dalam sel-sel lemak di seluruh tubuh. Alat pengangkutnya disebut sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein). VLDL yang sudah kehilangan banyak kandungan triacilglicerol nya karena sudah tersimpan dalam sel lemak, akan menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) dengan hanya mengandung kolesterol.

Penelitian terkini juga menyebutkan pada beberapa orang yang memiliki sindroma malabsorpsi fruktosa (fructose Intolerance) akibat transporternya yang defisit pada dinding usus, konsumsi fruktosa berlebih akan mengakibatkan perut terasa kembung dan diare. Fenomena itu disebabkan oleh tersedianya fruktosa dalam usus untuk difermentasikan oleh bakteri komensal. Akumulasi fruktosa dalam usus dapat juga membentuk kompleks dengan tryptophan, suatu asam amino esensial, dan mengganggu penyerapannya. Defisiensi tyrptophan akan mengurangi kadar zat-zat yang merupakan produk dari metabolisme tryptophan, antara lain serotonin (neurotransmitter dalam otak dan dalam saluran cerna), dan melatonin (sleep hormone). Beberapa gejala akan muncul sebagai akibat kekurangan serotonin, yaitu depresi dan gangguan tidur (berkurangnya melatonin).

Dari keseluruhan proses yang telah dijelaskan di atas mengimplikasikan bahwa konsumsi buah yang berlebih akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Oleh karena itu, konsumsi buah harus tetap dibatasi dan sebaiknya tidak "dicemil" (dimakan diantara jam makan utama) namun dimakan saat sesudah makanan utama, yaitu setelah makan pagi, siang maupun malam (clustering). Dengan demikian penumpukan energi dari fruktosa diharapkan akan menghambat pembentukan energi dari glukosa. Akhirnya tubuh menggunakan fruktosa sebagai sumber energinya saat makan (fed state) dan menyimpan glukosa sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen. Konsumsi buah juga sebaiknya disesuaikan dengan kondisi individu, terutama pada individu dengan intoleransi fruktosa.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Huriah M Putra

O ya..?? Wahh.. Artikel bagus.
Lalu, bukannya glukosa juga dapat disimpan dalam wujud lemak? Jadi bagaimana prioritas antara dibentuk menjadi glikogen dengan disimpan dalam bentuk lemak?
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

Hendy wijaya, MD

Penyimpanan dalam bentuk glikogen merupakan prioritas utama, namun setelah penyimpanan dalam bentuk glikogen ini mencapai titik jenuh, maka penyimpanan selanjutnya adalah penyimpanan dalam bentuk lemak.
Saat makan (fed state), hormon insulin menstimulasi enzim2 pembentukan glikogen. Setelah kadar insulin menurun, maka kelebihan glukosa yang melewati glikolisis akan disimpan dalam bentuk asam lemak.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

syx

tergantung buahnya juga... kebanyakan buah duren udah terbukti ga bagus (padahal doyan banget). juga kalo kebanyakan makan buah manis seperti mangga, rambutan... seperti udah ditulis mas hendy.

Hendy wijaya, MD

Betul mas syx..mangga, rambutan memang banyak sekali mengandung fruktosa. Buah-buah lain seperti coklat dan apokat banyak mengandung triasilgliserol yang tentu saja akan meningkatkan kadar lemak dalam darah.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio