Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 06:21:38 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 215
Total: 215

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

HIV cause AIDS?

Dimulai oleh Idad, Juli 03, 2010, 07:47:51 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Pi-One

#390
Kutip dari: semut-ireng pada Januari 10, 2011, 09:58:57 PMJurnal yang anda katakan : Jurnal macam apa mereka ?  Bukankah jurnal itu milik perusahaan farmasi Elsevier  ??   :o :o

Sudah pernah baca ngga sih artikel :  Elsevier published 6 fake journals  ( The Scientist,  7 Mei 2009 )  ??   Judul aslinya  Elsevier published 7 fake journals,  kemudian diralat menjadi 6 fake journals.  ::)

Dan itu semua berkaitan dengan tuduhan pelanggaran akademik yang dilakukan oleh Peter Duesberg.  

Bagaimana akhir kasus itu,  tuduhan itu terbukti apa ngga ?? ::) :P
Lalu? Karena edit 7 jadi 6, lantas artinya tuduhannya salah? lantas reputasi mereka otomatis jadi kompeten? Selama sekian tahun, jurnal itu memang diterbitkan tanpa peer review sebagaimana jurnal ilmiah lain, hanya berdasarkan penilaian suka-suka editor, mengutamakan yang sekiranya 'menarik' tanpa peduli validitas, mau dibilang kredibel?

KutipMedical Hypotheses is the only Elsevier journal not to practice peer review.
Jangan lupa, kasus jurnal palsu itu terjadi bukan di Medical Hypotheses. Kalau ini yang dibahas, entah ada berapa banyak 'jurnal' yang ditolak :D

Dan sampai-sampai mereka perlu melakukan perubahan radikal terkait kebijakan tadi, demi mengembalikan reputasi mereka.

Jadi, karena jurnalnya milik perusahaan farmasi, maka pasti kredibel? Tak peduli absennya peer review? tak peduli penilaian pantas tidaknya dimuat tergantung editor, yang menilai berdasarkan sisi 'menarik atau tidak'? itukah standar 'editor kompeten' versi semut-asbun? ::)

*Terakhir yang kutahu, 'jurnal' yang diketahui palsu sudah bertambah jadi 9.  Dan itu adalah rilis resmi dari Elsevier sendiri.

Pi-One

#391
Balik ke kasus Medical Hypotheses, kasus tulisan AIDS denialist dan kasus jurnal palsu adalah dua kasus berbeda. Kasus jurnal palsu adalah kasus jurnal-jurnal yang disponsori perusahaan farmasi Australia dan sejatinya tbukan sebuah jurnal ilmiah, melainkan tulisan yang dibua seakan demikian.

Sementara untuk kasus Medical Hypotheses, mereka adalah jurnal yang menerima tulisan tanpa peer review. Tulisan Duisberg soal AIDS denial ditarik oleh Elsevier, beserta 1 tulisan lain soal pengaruh obat anti-retroviral, karena dianggap membahayakan kesehatan masyarakat. Akibat artikel ini dan reaksi yang terjadi sesudahnya pula, Elsevier memutuskan meningkatkan standar review mereka, yang diikuti pergantian editor mereka yang ngotot menolak peer review.

KutipThis Article-in-Press has been permanently withdrawn. The editorial policy of Medical Hypotheses makes it clear that the journal considers "radical, speculative, and non-mainstream scientific ideas", and articles will only be acceptable if they are "coherent and clearly expressed." However, we received serious expressions of concern about the quality of this article, which contains highly controversial opinions about the causes of AIDS, opinions that could potentially be damaging to global public health. Given these important signals of concern, we commissioned an external expert panel to investigate the circumstances in which this article came to be published online. The panel recommended that the article should be externally peer-reviewed. Following a peer-review process managed by The Lancet editorial team, all five external reviewers recommended rejection, as a result of which the expert panel recommended permanent withdrawal. The Publisher apologizes for any inconvenience this may cause. The full Elsevier Policy on Article Withdrawal can be found at [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.].
Copyright © 2009. Published by Elsevier Ltd.. All rights reserved.

Pi-One

#392
Artikel terkait
KutipIn 2008, the Journal of AIDS (JAIDS) published an article by Pride Chigwedere [1] and colleagues of Harvard University, who estimated that delays in providing antiretroviral drugs in South Africa due to state-supported AIDS denialism had caused over 300,000 deaths. This publication confirmed the results of a previous study by South African professor and [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.] member Nicoli Nattrass. [2] AIDS denialist Peter Duesberg, whose influence on the disastrous South African government policies was mentioned in Chigwedere's article, submitted a response to JAIDS that was co-authored by four others including Rasnick. After this article was rejected because of its poor academic quality, Duesberg et al. submitted it to a different journal, Medical Hypotheses. Two days later, the editor accepted the paper. Medical Hypotheses does not practice peer review, a process in which several scientists check a submitted academic paper for quality and suggest needed improvements over a period of weeks or months. The Duesberg et al. paper was accepted without such a review process, after inspection only by the editor of Medical Hypotheses.

That Duesberg's paper was not properly reviewed by experts is painfully obvious, as neither facts nor logic are allowed to temper the authors' denialist speculations and opinions. For example, they argue that AIDS is not a problem in Africa because the total population of Africa has increased during the AIDS era. One could as easily conclude that cancers are never fatal, since the population of California has increased despite the presence of these diseases. Duesberg et al. also say antiretroviral medicines have not reduced AIDS mortality, an obvious lie since these drugs have drastically lowered mortality. Worse, Duesberg et al. say they derived this idea from a scientific article. [3] In fact, the article they cite states nothing of the sort; it actually shows that a newer combination of antiretroviral drugs is not substantially better than an older combination. Of course, both these combinations are better than Duesberg's favored treatment option – nothing. Doing nothing in the face of HIV infection is, however, very often a death sentence, as it was to over 300,000 South Africans.

Artikel lanjutan silakan ke sini
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Dan semut-asbun suka celoteh soal peran industri farmasi obat anti-retroviral. Tapi lanjutan artikel di atas justru amat menarik
KutipAn additional area of concern is that Duesberg et al. declared in the Medical Hypotheses paper that the authors had no conflict of interests, a statement that is made by the corresponding author, Duesberg, on behalf of all the authors. This statement was inaccurate: Co-author David Rasnick was until recently employed in South Africa by vitamin salesman Matthias Rath, whose company's marketing strategy is based on undermining public confidence in antiretroviral drugs. [9] The attack by Duesberg et al. on the use of anti-retroviral drugs in South Africa could therefore be of considerable commercial value to Rasnick's ex-employer, a conflict of interest that should have been declared in the paper. Complaints about this ethical issue have now been sent to both the University of California, Berkeley (where Duesberg has tenure) and Elsevier.

Nah lho? Industri obat anti-retroviral vs industri vitamin eh? ::)

semut-ireng

Kutip dari: Pi-One pada Januari 11, 2011, 07:19:06 AM
Kutip dari: semut-ireng pada Januari 10, 2011, 09:58:57 PMJurnal yang anda katakan : Jurnal macam apa mereka ?  Bukankah jurnal itu milik perusahaan farmasi Elsevier  ??   :o :o

Sudah pernah baca ngga sih artikel :  Elsevier published 6 fake journals  ( The Scientist,  7 Mei 2009 )  ??   Judul aslinya  Elsevier published 7 fake journals,  kemudian diralat menjadi 6 fake journals.  ::)

Dan itu semua berkaitan dengan tuduhan pelanggaran akademik yang dilakukan oleh Peter Duesberg.  

Bagaimana akhir kasus itu,  tuduhan itu terbukti apa ngga ?? ::) :P
Lalu? Karena edit 7 jadi 6, lantas artinya tuduhannya salah? lantas reputasi mereka otomatis jadi kompeten? Selama sekian tahun, jurnal itu memang diterbitkan tanpa peer review sebagaimana jurnal ilmiah lain, hanya berdasarkan penilaian suka-suka editor, mengutamakan yang sekiranya 'menarik' tanpa peduli validitas, mau dibilang kredibel?

KutipMedical Hypotheses is the only Elsevier journal not to practice peer review.
Jangan lupa, kasus jurnal palsu itu terjadi bukan di Medical Hypotheses. Kalau ini yang dibahas, entah ada berapa banyak 'jurnal' yang ditolak :D

Dan sampai-sampai mereka perlu melakukan perubahan radikal terkait kebijakan tadi, demi mengembalikan reputasi mereka.

Jadi, karena jurnalnya milik perusahaan farmasi, maka pasti kredibel? Tak peduli absennya peer review? tak peduli penilaian pantas tidaknya dimuat tergantung editor, yang menilai berdasarkan sisi 'menarik atau tidak'? itukah standar 'editor kompeten' versi semut-asbun? ::)

*Terakhir yang kutahu, 'jurnal' yang diketahui palsu sudah bertambah jadi 9.  Dan itu adalah rilis resmi dari Elsevier sendiri.

Lha iya itu,  level anda kok makin meningkat aja dengan  menanyakan  :   Jadi, karena jurnalnya milik perusahaan farmasi, maka pasti kredibel? :o :o ??? ???

Eh, eh,  jadi tambah meningkat lagi.  Kasus jurnal palsu adalah kasus jurnal-jurnal yang disponsori perusahaan farmasi Australia  ?? :o :o :o :o :o

Ngerti ngga sih menyangkut jurnal2 palsu yang diungkap oleh Bob Grant,  dari The Scientist,  sampai2 Richard Gallagher editor utama The Scientist dengan beraninya menulis  :  FOR  SHAME,   MERCK  AND ELSEVIER,  Everyone makes mistakes—it's how you handle them that matters.

Sudah saya posting,  silakan anda baca lagi,  dan perlu anda ketahui  setelah menulis itu tidak berapa lama Richard Gallagher juga diganti ! ::) ::)

Kalo anda belum paham soal itu,  bagaimana anda ngerti kasus yang dituduhkan kepada Peter Duesberg berkaitan dengan artikelnya yang dimuat di  Medical Hypotheses ?? :P

 



semut-ireng

Hayo  .......belajar lagi,  ngga usah buru-buru komen .........! :D

Terlalu banyak koar-koar dan klaim kosong entar levelnya makin meningkat lho,  he he he ........ ;D ;D

Headquarter Elsevier itu dimana yah,  asalnya dari mana,  beroperasi dimana saja .... ::)

syx

Hope for an AIDS Vaccine
World AIDS Day 2010 reminds us that prevention and hope can help fight the disease.

Dec 2, 2010
By: Alexis Pellek
Pharmaceutical Technology
Volume 34, Issue 12, pp. 14

The 22nd World AIDS Day, a time for highlighting the importance of awareness, prevention, and support for those living with HIV/AIDS, was held Dec. 1, 2010. According to estimates from the Joint United Nations Program on HIV/AIDS, there are 33.4 million people living with HIV, with 2.7 million new infections in 2008 and 2 million AIDS-related deaths in 2008. The US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) estimates that roughly 1.1 million Americans live with HIV, 56,000 contract HIV each year, and that 1 in 5 infected Americans is unaware of his or her status.

Aids.gov, maintained by the US Department of Health and Human Services, dedicated a page to World AIDS Day that provided educational resources. The website also encouraged visitors to read President Obama's national HIV/AIDS strategy. The plan aims to reduce the annual number of new HIV infections by 25% in the next five years and focuses on preventing new infections, increasing access to care, decreasing HIV-related health disparities, increasing education, and encouraging HIV testing.

Preventing new infections is now achieved through education and awareness, and biotechnology companies are working to develop prophylactic vaccines that will one day halt the spread of the disease. A collaboration between the International AIDS Vaccine Initiative (IAVI), Harvard Medical School's Beth Israel Deaconess Medical Center, the HIV Vaccine Trials Network, the National Institute of Allergy and Infectious Diseases' Division of AIDS (DAIDS), the Ragon Institute of Massachusetts General Hospital, Massachusetts Institute of Technology, Harvard University, and the biopharmaceutical company Crucell (Leiden, Netherlands) began a clinical trial in October.

The study, which was announced in August of this year, will evaluate two preventative AIDS vaccine candidates in a prime-boost regimen, in which the combined vaccines enhance the immune response. Vaccinations were administered at the Brigham and Women's Hospital in Boston, and the trial may be expanded to as many as six research centers in the US and Africa. The trial is expected to take approximately two years to complete.

Another preventative AIDS vaccine clinical trial, now in Phase IIa, is being conducted by the biotechnology company GeoVax Labs. The vaccine is designed to prevent HIV-1 and limit the progression to AIDS if a person becomes infected. The vaccine was developed with help from the CDC, National Institutes of Health (NIH), and Emory University under the direction of Harriet Robinson, GeoVax's chief scientific officer. The company is also using the vaccine candidate in a Phase I therapeutic trial that is studying the ability of the vaccine to boost the immune system of HIV-positive individuals. The therapeutic trial is "directed toward individuals who are positive for HIV, with the intent of being able to wean them off their oral medication and allow their own immune system to fight the HIV virus," Robert T. McNally, president and CEO of GeoVax, said in a company video posted on YouTube.

Two biotechnology companies were awarded grants in early October to support their work on AIDS vaccines. Profectus BioSciences (Baltimore, MD) received a $3.1-million fast-track small business innovative research (SBIR) grant from DAIDS for the development of an HIV vaccine. The company presented data at the 2010 AIDS Vaccine Conference in Atlanta, Georgia, held Sept. 28–Oct. 1, showing that research demonstrated "significant protective responses" in primate models for HIV, according to a company press release. Altravax (Fargo, ND) received two SBIR grants totaling $1.2 million from NIH for research on antibody-inducing vaccines for HIV-1. Altravax will use its proprietary MolecularBreeding technology platform to create vaccine antigens that broadly target the numerous HIV-1 strains.

Pi-One

#396
Kutip dari: semut-ireng pada Januari 11, 2011, 08:20:07 AMLha iya itu,  level anda kok makin meningkat aja dengan  menanyakan  :   Jadi, karena jurnalnya milik perusahaan farmasi, maka pasti kredibel? :o :o ??? ???
Bukannya level anda saja yang mangkrak dari dulu?

Kutip dari: semut-ireng pada Januari 11, 2011, 08:20:07 AMEh, eh,  jadi tambah meningkat lagi.  Kasus jurnal palsu adalah kasus jurnal-jurnal yang disponsori perusahaan farmasi Australia  ?? :o :o :o :o :o
Terkait celoteh anda soal jurnal palsu yang 6 itu, memang terjadi di australia. Untuk medical hypothesis, isinya adalah 'tulisan sampah'

Kutip dari: semut-ireng pada Januari 11, 2011, 08:20:07 AMKalo anda belum paham soal itu,  bagaimana anda ngerti kasus yang dituduhkan kepada Peter Duesberg berkaitan dengan artikelnya yang dimuat di  Medical Hypotheses ?? :P
Mau dikait-kaitkan? Yang ktia tahu, medical hypothesis adalah jurnal yang menerima tulisan dengan standar suka-suka editor. Jurnal itu juga yang mau menerima tulisan sampah Duesberg yang ditolak jurnal ilmiah lain. Jurnal itu kemudian sampai terpaksa ditarik, dan memicu perombakan ekstrim di Medical Hypothesis.

Dan kita bisa bilang Duisberg tak lepas dari faktor kepentingan, karena keterkaitan dengan perusahaan farmasi, yang mengkampanyekan penolakan penggunaan obat anti retroviral dan sebaliknya menyarankan pengobatan dengan vitamin dan nutrisi.

*Dan itu berkaitan dengan klaim semut-asbun bahwa HIV/AIDS bisa ditangani dengan nutrisi doang, atau bahaya obat anti-retroviral, atau kampanye hitam sejenis di afrika (yang paling sukses di afsel di era Thabo Mbeki) :)


Kutip dari: semut-ireng pada Januari 11, 2011, 10:23:15 AM
Hayo  .......belajar lagi,  ngga usah buru-buru komen .........! :D

Terlalu banyak koar-koar dan klaim kosong entar levelnya makin meningkat lho,  he he he ........ ;D ;D
Komentar lucu dari asbuner  ::)

Sudah googling soal matthias rath belum?  :P

Kutip dari: semut-ireng pada Januari 11, 2011, 10:23:15 AMHeadquarter Elsevier itu dimana yah,  asalnya dari mana,  beroperasi dimana saja .... ::)
Elsevier berpusat di amsterdam, Belanda, dan punya cabang di sekitar 24 negara.

semut-ireng

Kutip dari: Pi-One pada Januari 11, 2011, 06:30:46 PM
Kutip dari: semut-ireng pada Januari 11, 2011, 08:20:07 AMLha iya itu,  level anda kok makin meningkat aja dengan  menanyakan  :   Jadi, karena jurnalnya milik perusahaan farmasi, maka pasti kredibel? :o :o ??? ???
Bukannya level anda saja yang mangkrak dari dulu?

Kutip dari: semut-ireng pada Januari 11, 2011, 08:20:07 AMEh, eh,  jadi tambah meningkat lagi.  Kasus jurnal palsu adalah kasus jurnal-jurnal yang disponsori perusahaan farmasi Australia  ?? :o :o :o :o :o
Terkait celoteh anda soal jurnal palsu yang 6 itu, memang terjadi di australia. 

Ou.  terjadi di Australia,  bukan disponsori perusahaan farmasi Australia ..... :D

Yang mangkrak itu kok gak lupa,  selalu dibawa-bawa,  ;D  pemanasan dulu di thread ini  :D


Kutip dari: syx pada Januari 11, 2011, 02:40:48 PM
Hope for an AIDS Vaccine
World AIDS Day 2010 reminds us that prevention and hope can help fight the disease.

Dec 2, 2010
By: Alexis Pellek
Pharmaceutical Technology
Volume 34, Issue 12, pp. 14

The 22nd World AIDS Day, a time for highlighting the importance of awareness, prevention, and support for those living with HIV/AIDS, was held Dec. 1, 2010. According to estimates from the Joint United Nations Program on HIV/AIDS, there are 33.4 million people living with HIV, with 2.7 million new infections in 2008 and 2 million AIDS-related deaths in 2008. The US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) estimates that roughly 1.1 million Americans live with HIV, 56,000 contract HIV each year, and that 1 in 5 infected Americans is unaware of his or her status.

Aids.gov, maintained by the US Department of Health and Human Services, dedicated a page to World AIDS Day that provided educational resources. The website also encouraged visitors to read President Obama's national HIV/AIDS strategy. The plan aims to reduce the annual number of new HIV infections by 25% in the next five years and focuses on preventing new infections, increasing access to care, decreasing HIV-related health disparities, increasing education, and encouraging HIV testing.

Preventing new infections is now achieved through education and awareness, and biotechnology companies are working to develop prophylactic vaccines that will one day halt the spread of the disease. A collaboration between the International AIDS Vaccine Initiative (IAVI), Harvard Medical School's Beth Israel Deaconess Medical Center, the HIV Vaccine Trials Network, the National Institute of Allergy and Infectious Diseases' Division of AIDS (DAIDS), the Ragon Institute of Massachusetts General Hospital, Massachusetts Institute of Technology, Harvard University, and the biopharmaceutical company Crucell (Leiden, Netherlands) began a clinical trial in October.

The study, which was announced in August of this year, will evaluate two preventative AIDS vaccine candidates in a prime-boost regimen, in which the combined vaccines enhance the immune response. Vaccinations were administered at the Brigham and Women's Hospital in Boston, and the trial may be expanded to as many as six research centers in the US and Africa. The trial is expected to take approximately two years to complete.

Another preventative AIDS vaccine clinical trial, now in Phase IIa, is being conducted by the biotechnology company GeoVax Labs. The vaccine is designed to prevent HIV-1 and limit the progression to AIDS if a person becomes infected. The vaccine was developed with help from the CDC, National Institutes of Health (NIH), and Emory University under the direction of Harriet Robinson, GeoVax's chief scientific officer. The company is also using the vaccine candidate in a Phase I therapeutic trial that is studying the ability of the vaccine to boost the immune system of HIV-positive individuals. The therapeutic trial is "directed toward individuals who are positive for HIV, with the intent of being able to wean them off their oral medication and allow their own immune system to fight the HIV virus," Robert T. McNally, president and CEO of GeoVax, said in a company video posted on YouTube.

Two biotechnology companies were awarded grants in early October to support their work on AIDS vaccines. Profectus BioSciences (Baltimore, MD) received a $3.1-million fast-track small business innovative research (SBIR) grant from DAIDS for the development of an HIV vaccine. The company presented data at the 2010 AIDS Vaccine Conference in Atlanta, Georgia, held Sept. 28–Oct. 1, showing that research demonstrated "significant protective responses" in primate models for HIV, according to a company press release. Altravax (Fargo, ND) received two SBIR grants totaling $1.2 million from NIH for research on antibody-inducing vaccines for HIV-1. Altravax will use its proprietary MolecularBreeding technology platform to create vaccine antigens that broadly target the numerous HIV-1 strains.

Itu baru untuk strain HIV-1  .........

Katakanlah beberapa tahun mendatang vaksin HIV berhasil  ditemukan,  dan dijamin keefektifannya.   Dan lalu dilaksanakan vaksinasi HIV  serentak terhadap sejumlah orang,  mungkin jumlahnya ribuan.   Mereka yang sudah mendapat vaksinasi itu dalam beberapa waktu kemudian dijamin otomatis memiliki status HIV positif,  karena dalam tubuhnya sudah ada antibodi untuk mencegah infeksi HIV.

Bagaimana cara membedakan orang-orang status HIV positif hasil vaksinasi dengan orang-orang status HIV positif karena infeksi  hasil dari tes antibodi HIV  ??



syx

HIV positif tuh karena orang ada HIV dalam tubuhnya ato karena orang ada antibodi cegah HIV?

semut-ireng

Tes yang digunakan secara luas untuk menetapkan status HIV positif sekarang ini adalah tes antibodi.   Tes itu tidak mendeteksi adanya HIV dalam tubuh tapi mendeteksi antibodinya .............. :)

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Januari 11, 2011, 10:47:18 PMOu.  terjadi di Australia,  bukan disponsori perusahaan farmasi Australia ..... :D
kasus terjadi pada penerbitan di australia. Pengaduan dilakukan di australia. Dan itu beda kasus dengan Medical hypothesis.

Untuk medical hypothesis, itu memang masalah editorial yang payah. Makanya tulsian 'sampah' yang ditolak jurnal ilmiah lain juga bisa diterima :P

Kutip dari: syx pada Januari 12, 2011, 06:59:28 AM
HIV positif tuh karena orang ada HIV dalam tubuhnya ato karena orang ada antibodi cegah HIV?
Referensi semut-asbun kan tulisan denialis, jadi harap maklumlah. Untung kita bukan hidup di af-sel, dimana presidennya sempat jadi korban tulisan denialis dan kebijaksanaannya berdasar itu, sampai jadi korban kematian akibat AIDS yang parah... :)

semut-ireng

#401
Tidak tahu kalau nantinya vaksin HIV itu ditemukan,  apakah itu kabar baik atau kabar buruk.   Namun akibat vaksinasi HIV sudah dapat dibayangkan,   katakanlah itu dilakukan di Indonesia,  mau tidak mau dan suka tidak suka,   generasi muda Indonesia nantinya akan memiliki status HIV Positif seluruhnya.

Hm.    Masih ada yang tidak puas soal Medical Hypothesis.   Intinya saja,  dalam aksi propagandanya  mereka  berhasil merusak citra Jurnal Medical Hypothesis,  namun tidak berhasil dalam upayanya mencemarkan nama baik Peter Duesberg.

Although last year's campaign by HIV/AIDS vigilantes succeeded in destroying the independence of the highly regarded scientific journal Medical Hypotheses, it has failed in its attempt to defame UC Berkeley's Professor Peter Duesberg. A university investigation has concluded that there is no basis to support the allegations regarding Professor Duesberg.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]


Pi-One

Lha, sejak awal Medical Hypothesis emang gak punya citra baik kok :D

Dan Peter Duesberg emang punya 'nama baik'? Dia adalah salah satu oknum yang bertanggung jawab atas kebijakan Thabo Mbeki, yang menyebabkan tingginya angka penularan HIV/AIDS dan kematian lebih dri 300 ribu jiwa yang tak mendapat perawatan memadai! Oknum lain selain sang presiden edan ya si tukang jual vitamin, yang propagandanya (vitamin/nutrisi bsia mengobati AIDS) ditelan mentah-mentah oleh semut-asbun

riandono

Kutip1.  AIDS penyakit baru ?  Terus anda jelaskan dibawahnya itu ada rekaman medis di beberapa negara Afrika yang tahun 1970 juga tahun 1959  ?   Baru,  tapi yang lama ada juga  ?
Rekaman medis di Indonesia ada ngga kasus AIDS sebelum 1981 ?    Imunisasi sudah dilaksanakan sejak 1956 loh,  tahun 1974 diumumkan berhasil memerangi Cacar  lalu tahun 1977 imunisasi makin diperluas bukan Cacar saja tapi juga TBC, Difteri,  Campak,  Hepatitis B,  Polio.    Angka kematian akibat penyakit infeksi di Indonesia cukup tinggi,  tentunya ada gejalanya mirip AIDS.........?
Batasan anda baru dan lama itu apa? Kalo 1970 dibilang lama, ya manut, berarti itu penyakit lama.

Kutip2.   GRID diubah menjadi AIDS karena tidak hanya terjadi pada gay,  atau karena protes kaum gay disana karna nama GRID itu mendiskriditkan mereka  ?
Ya bisa jadi karena ada protes juga
Kutip3.    Siapa bilang saya ngga suka sama NIAID  ?  Saya paling suka ama A Fauci itu,  beliau paling tahu cara membangunkan HIV,  tentunya tahu juga cara menidurkan HIV agar tidur selamanya ..............
ya sudah gpp kalo ga mau dibaca
Kutip4.   Teori konspirasi lagi  ?  Wah,  saya juga ngga suka itu.   Mungkin bukan konspirasi,  walaupun kemungkinan ke arah situ juga ada.   Berdasarkan sejarah,  ini apa yang sering dikatakan oleh ahli2 sejarah,  para pemimpin negara jika berbuat kesalahan,  paling ngga suka kalo  ada rakyatnya yang menyalahkan .....Itu juga terjadi pada para ilmuwan terkemuka di dunia.   Bila mereka berbuat kesalahan,  mereka paling ngga suka kalau ada ilmuwan lain yang levelnya lebih rendah  -  mungkin kayak Eleni,  Nancy Padian,  Christine M,  Joan Shenton  dll itu  -    terbitkan  paper atau tulisan yang bisa membuat mereka tampak bodoh ............
No comment for conspiration theory. Bukan bidang saya.
Kutip5.   Lha dallah,  tenan.   Tanya soal definisi AIDS itu arahnya mau tanya bagaimana diferensiasi AIDS dengan penyakit imunodefisiensi yang lain ?  Waduuh,  gimana nih jawabnya ?  Sudah saya duga ada pertanyaan seperti itu,  saya jelas agak bingung juga menjawabnya ......

Saya jawab aja yah,  tolong dikoreksi kalo salah  :  Penyebab AIDS harus dipastikan.   Kalau diduga ada keterkaitan dengan HIV,  sejauh mana peran HIV harus diketahui,  sangat menentukan atau sangat tidak menentukan.   Penyakit imunodefisiensi disebabkan oleh 2 faktor,  faktor dari dalam  dan faktor dari luar /lingkungan.   Dua faktor itu,  masing2 juga banyak sebabnya,  misalnya faktor dari dalam bisa karena infeksi virus,  kelainan kromosom,  malnutrisi,  keracunan,  juga faktor genetik .......contohnya,  bahwa orang berkulit hitam lebih mudah terinfeksi HIV dibandingkan orang kulit putih,  itu mungkin karena faktor genetik.
-apa bedanya dengan penyakit2 imunodefisiensi yg lain?
-bagaimana penatalaksanaannya?
KutipTentang perumpamaan shigellosis,  yang saya pahami infeksi shigella itu ngga ada tes antibodinya,  walaupun tes itu juga bisa dilakukan.   Maksud saya,  untuk pencegahan shigellosis ngga ada promosi tes antibodi,  beda dengan AIDS .......

Saya tidak sedang berbicara komparasi tapi saya bicara analogi. Yaitu tentang hubungan kausalitasnya. Sulit dipahami kah?
KutipTidak mungkin ada shigellosis tanpa shigella, yang ada adalah "demam dan diare berdarah" tanpa shigella. Demikian juga dengan AIDS. Tidak ada AIDS tanpa HIV, yang ada adalah Imunodefisiensi tanpa HIV.
Ya tp kalo anda sulit memahami analogi ya sudah lupakan
.



Pi-One

#404
Kutip dari: semut_asbunAlthough last year's campaign by HIV/AIDS vigilantes succeeded in destroying the independence of the highly regarded scientific journal Medical Hypotheses,
'Highly regarded'? ::)
Mengenai Merck, mungkin pusatnya bukan di Ausie, tapijangan lupa mereka punya cabang, Merck, Sharp & Dohme Australia (MSDA). Dan mereka yang bertanggung jawab atas penerbitan tadi, yang terkait dengan obat produk mereka, Fosamax dan Vioxx.