Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 11:54:27 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 142
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 97
Total: 97

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Meningitis Bakterialis

Dimulai oleh raisuien, Februari 04, 2010, 10:42:38 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

raisuien

DEFINISI

Meningitis Bakterialis adalah peradangan pada meningen (selaput otak) yang disebabkan oleh bakteri.

Meningitis paling sering menyerang anak-anak usia 1 bulan- 2 tahun.
Lebih jarang terjadi pada dewasa, kecuali mereka yang memiliki faktor resiko khusus.
Wabah meningitis meningokokus bisa terjadi dalam suatu lingkungan, misalnya perkemahan militer, asrama mahasiswa atau sekumpulan orang yang berhubungan dekat.

PENYEBAB

# Bakteri yang menjadi penyebab dari lebih 80% kasus meningitis adalah: Neisseria meningitidis
# Hemophilus influenzae
# Streptococcus pneumoniae.
Ketiga jenis bakteri tersebut, dalam keadaan normal terdapat di lingkungan sekitar dan bahkan bisa hidup di dalam hidung dan sistem pernafasan manusia tanpa menyebabkan keluhan.Kadang ketiga organisme tersebut menginfeksi otak tanpa alasan tertentu.
Pada kasus lainnya, infeksi terjadi setelah suatu cedera kepala atau akibat kelainan sistem kekebalan.
# Bakteri H. influenzae

Resiko terjadinya meningitis bakterialis meningkat pada:
- penyalahguna alkohol
- telah menjalani splenektomi (pengangkatan limpa)
- penderita infeksi telinga dan hidung menahun, pneumonia pneumokokus atau penyakit sel sabit.

Bakteri lainnya yang juga bisa menyebabkan meningitis adalah Escherichia coli (dalam keadaan normal ditemukan di dalam usus dan tinja) dan Klebsiella.
Infeksi karena bakteri ini biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala, pembedahan otak atau medula spinalis, infeksi darah atau infeksi yang didapat di rumah sakit; infeksi ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan.

Penderita gagal ginjal atau pemakai kortikosteroid jangka panjang memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderit meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria.

GEJALA

Demam, sakit kepala, kaku kuduk, sakit tenggorokan dan muntah (yang seringkali terjadi setelah kelainan sistem pernafasan), merupakan gejala awal yang utama dari meningitis.
Kaku kuduk bukan hanya terasa sakit, tetapi penderita tidak dapat atau merasakan nyeri ketika dagunya ditekuk/disentuhkan ke dadanya.

Penderita dewasa menjadi sangat sakit dalam waktu 24 jam, sedangkan anak-anak lebih cepat.
Anak yang lebh tua dan dewasa dapat menjadi mudah tersinggung, linglung dan sangat mengantuk. Bisa berkembang menjadi stupro, koma dan akhirnya meninggal.

Infeksi menyebabkan pembengkakan jaringan otak dan menghalangi aliran darah, sehingga timbul gejala-gejala stroke (termasuk kelumpuhan).
Beberapa penderita mengalami kejang.

Sindroma Waterhouse-Friderichsen merupakan infeksi oleh Neisseria meningitidis yang berkembang dengan cepat, dengan gejala berupa diare hebat, muntah, kejang, perdarahan internal, tekanan darah rendah, syok, yang seringkali berakhir dengan kematian.

Pada anak- anak yang berusia sampai 2 tahun, meningitis biasanya menyebabkan demam, gangguan makan, muntah, rewel, kejang dan menangis dengan nada tinggi (high pitch cry).
Kulit diatas ubun-ubun menjadi tegang dan ubun-ubun bisa menonjol.
Aliran cairan di sekeliling otak bisa mengalami penyumbatan, menyebabkan pelebaran tengkorak (keadaan yang disebut hidrosefalus).
Bayi yang berusia dibawah 1 tahun tidak mengalami kaku kuduk.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk menentukan penyebabnya, dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal.
Sebuah jarum kecil dimasukkan diantara 2 tulang pada kolumna spinalis bagian bawah dan diambil contoh cairan serebrospinal.
Cairan diperiksa dibawah mikroskop dan dibiakkan. Untuk membantu menentukan jenis infeksi, juga dilakukan pemeriksaan kadar gula, protein serta jumlah dan jenis sel darah putih di dalam cairan serebrospinal.

Untuk memperkuat diagnosis, juga dilakukan pembiakan dari contoh darah, air kemih, lendir hidung dan tenggorokan serta nanah dari infeksi kulit.

KOMPLIKASI

Meningitis bakterialis (terutama yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis) bisa menyebabkan tekanan darah yang sangat rendah, sehingga penderita memerlukan cairan tambahan dan obat-obatan untuk mengatasi keadaan tersebut.

PENGOBATAN

Segera diberikan antibiotik intravena dan kortikosteroid intravena untuk menekan peradangan.

Cairan diberikan untuk menggantikan kehilangan cairan karena demam, berkeringat, muntah dan nafsu makan yang buruk.

PROGNOSIS

Jika segera diberikan pengobatan, maka jumlah penderita yang meninggal mencapai kurang dari 10%.
Tetapi jika diagnosis maupun pengobatannya tertunda, maka bisa terjadi kerusakan otak yang menetap atau kematian, terutama pada anak yang sangat kecil dan pada usia lanjut.

Sebagian besar penderita bisa sembuh sempurna, tetapi beberapa penderita sering mengalami kejang.
Gejala sisa lainnya adalah kelainan mental yang menetap serta kelumpuhan.

PENCEGAHAN

Suatu vaksin dapat membantu mencegah meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis.
Vaksin ini terutama digunakan jika terjadi wabah, pada populasi yang terancam wabah dan pada orang-orang yang mengalami pemaparan bakteri yang berulang.

Kepada anggota keluarga, petugas kesehatan dan orang lainnya yang berhubungan dengan penderita meningitis karena Neisseria meningitidis, juga diberikan antibiotik (misalnya rifampin atau minosiklin).

Anak-anak harus mendapatkan imunisasi rutin dengan vaksin Hemophilus influenzae tipe B, yang membantu mencegah terjadinya meningitis yang paling sering terjadi pada anak-anak.

r.a.n

INi ada kisah lucu soal kasus meningitis...
Kebetulan dosen senior kita pernah cerita..katanya sewaktu beliau menjalani pendidikan sebagai spesialis anak. Di kampus kami ada seorang PRof...yang sangat sakti,..ibarat kalo orang jalan udah nggak nyentuh tanah..Salah satu kisahnya adalah soal meningitis ini...

Seperti yang dibilang rai...penegakkan diagnosis meningitis..secara pasti biasanya dengan pungsi lumbal..yaitu mengambil cairan serebro spinal..Biasanya kalo purulen..itu mengingitis bakterialis..kalo dia jernih dan xantokrom biasanya mengitis TB..NAh pasien ini udah di lumbal pungsi untuk ambil CSSnya dan ternyata purulen..akhirnya diterapi sebagai meningitis bakterialis...dikasih macam-macam antibiotik dosis tinggi (mkalum di otak khan ada blood brain barriernya)..ternyata nggak sembuh sembuh.

Pas ronde..dosen saya itu melaporkan bahwa sudah diterapi selama satu minggu tidak ada perbaikan..TRus denga entengnya prof itu mencubit tangan anak itu...Setelah dicubit..beliau mengatakan..."Hmm..ini diagnosisnya bukan meningitis bakterial tapi meningitis..TB"..Trus dosen saya kembali bertanya.."Tau darimana prof.." dengan entengnya profnya menjawab.."Oh...itu ..tangisannya khas.."..Akhirnya terapi diganti sebagai meningitis TB dan tenryata sembuh....Gila..

Apa kaitannya antara tangisan bayi dengan meningitis..??? Kayaknya bisa dijadikan kajian tuh Huria...
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

raisuien

Pada bayi, umumnya menjadi sangat rewel dan terjadi gangguan kesadaran. Gejala lainnya adalah warna kulit menguning (jaudice), tubuh dan leher terasa kaku, demam ringan, tidak mau makan atau minum ASI. Tangisannya pun menjadi lebih keras dan bernada tinggi, serta ubun-ubunnya terdapat benjolan atau bagian itu terasa kencang.

Astrawinata G

gimana sang Prof bisa tahu anak itu memang susara tangisannya tinggi atau memang khas? :) mungkin jam terbang memang berpengaruh :)
Best Regards,


Astrawinata G

r.a.n

Ada yang lebih sakti lagi..ini Prof di Bedah Digestif...waktu itu dosen saya juga sedang mengambil spesialisasi bedah digestif. TRus tiba-tiba datang pasien dengan keadaan kuning dan lemas disertai demam...Ngak pake USG (mungkin tahun segitu USG nggak ada kali..) Profnya bilang.."Ini Abses hepar nih..naik deh ke atas ( Maksudnya ke ruang operasi). Dosen saya udah ketar-ketir aja..gila kuning demam lemes..kenapa nggak hepatitis dulu kek..dipikirin Eh malah abses hepar..mau nggak mau terpaksa "buka perut" untuk evakuasi pus..Soalnya Prof yang minta...Eh ternyata bener..deng.. abses hepar...

Trus Prof yang sama bisa mendiagnosis Ca klorektal..cuima dari jalannya aja... Ajiiib...Pantesan namanya jadi nama auditorium kuliah...bedah..
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

Astrawinata G

hehehehe, emang born to be a doctor :D
Best Regards,


Astrawinata G

Huriah M Putra

Wooow... Kereeen....
Tapi kalo kayak gitu bukannya rentan misdiagnosis? Maldiagnosis (ada istilah gini? Ngarang...) malah...
Seharusnya semua prosedur harus dijalankan, untuk memastikan dan juga untuk menghindari terjadinya malpraktek (terutama yang sampe bedah perut itu kan..)
Sorry but you are not allowed to view spoiler contents.


Yang TB itu bisa kan dibuat pewarnaan BTA di CSFnya.. Tapi kalo cuma terapi obat2an gak separah (serusak) yang sampe tindakan besar..

Sorry but you are not allowed to view spoiler contents.
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

Astrawinata G

mungkin sang Prof emang uda bosen liat penyakit yang kayak gituan, sekejap aja uda bisa beda. kayak kalo di pedalaman mah kita uda dianggap dewa sama penduduk asli :p
Best Regards,


Astrawinata G