Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 03:46:30 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 87
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 150
Total: 150

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Pengobatan Jerawat

Dimulai oleh peace1234, Februari 04, 2009, 09:57:35 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

peace1234

Kutip dari: syx pada Februari 23, 2009, 07:59:30 AM
itu minyak dari tanaman ato binatang apa sih? susah banget nyebutinnya...

habatusaudda dalam bahasa indonesia berarti jinten hitam

peace1234

#16
Kutip dari: anak-anak pada Februari 22, 2009, 10:20:23 PM
ini pengalaman saya..gini caranya:

1. untuk pengobatan, minum secara teratur minyak habbatussauda. bagus diminum ketika perut kosong

2. minyak habbatussauda nya diolesin sebelum tidur.

3. tidur teratur. usahain jangan lebih dari jam 9 malam. kalau ngga salah hormon melatonin aktif ketika kita tidur dari jam 9 malem.

yups...selamat mencoba

maap nih, saya kurang setuju, kalo jenis minyak baik nabati maupun hewani malah bisa memperparah jerawat

syx

minyak apa dulu? kalo minyak atsiri gimana? minyak jinten ini bukan tergolong minyak atsiri?

peace1234

Kutip dari: syx pada Februari 23, 2009, 01:15:16 PM
minyak apa dulu? kalo minyak atsiri gimana? minyak jinten ini bukan tergolong minyak atsiri?

Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri. minyak atsiri mempunyai bau yg khas, sepemahaman saya minyak jinten hitam itu bukan minyak atsiri..


Ief-Tha

Kutip dari: clarasy pada Februari 16, 2009, 10:48:35 AM
saya jerawatan juga nih, kyknya penyebabnya suhu deh...krn pas lg mau musim panas, jd banyak jerawatnya....merah2 gt deh... hmmmm, udh banyak nyoba obat jerawat, udah jutaan rupaih, gak mulus jg ya....kdg mulus, kdg berduri lg....

Sebel bel deh sama yg namanya jerawat.... :o :kribo:

HmM... kYk'nya gak juga, dech!
Mskipun musin Hujan juga bNyak kok, yg jerawat'an... ;D
MgKin tuch karena kMu'nya gak rJin CM <Cuci Muka>
jdi'nya z jerawat'an gTu...
Yg pLing pEnting tuch, pas abiz brAktifitas ma pas mau tidur musti dicuci tuh muka,
biar kotoran yg nyebab'in jerawat tuh gak nempeL truz, kYk Perangko...
Hwe..he...he...300MHz...  ;D ;D ;D
aQ juga gTu, kok! 'n buktinya, aQ gak pernah Jerawat'an....!  :angel: ^-^ :angel:
"You only live once, but if you do it right, once is enough"

peace1234

Kutip dari: Ief-Tha pada Februari 27, 2009, 01:38:50 PM
HmM... kYk'nya gak juga, dech!
Mskipun musin Hujan juga bNyak kok, yg jerawat'an... ;D
MgKin tuch karena kMu'nya gak rJin CM <Cuci Muka>
jdi'nya z jerawat'an gTu...
Yg pLing pEnting tuch, pas abiz brAktifitas ma pas mau tidur musti dicuci tuh muka,
biar kotoran yg nyebab'in jerawat tuh gak nempeL truz, kYk Perangko...
Hwe..he...he...300MHz...  ;D ;D ;D
aQ juga gTu, kok! 'n buktinya, aQ gak pernah Jerawat'an....!  :angel: ^-^ :angel:

eit bentar dulu, bersihin muka memang hal yg penting buat menghindari jerawat tapi jgn salah, faktor cuaca juga berpengarauh, kalo musim panas di indonesia kan kelembabannya tinggi, hal itu bisa memacu produksi kelenjar minyak lebih banyak dari biasanya sehingga bisa memperparah jerawat,

kalo situ nggak pernah jerawatan, lihat dulu jenis kulitnya apa? ada faktor hormonal gak? jgn lupa genetik juga berpengaruh lho

syx

kadang gw ngerasa beberapa topik ato jawaban di sini mirip dengan yang ada di forum kompas... apa orang yang sama?

jangan lupa sering ganti sarung bantal dan sprei... kotoran yang menempel di situ juga bisa bikin jerawat meski kita udah sering cuci muka.

Muztank

wle...
ada juga penyakit pada orang yang justru ga pernah jrawatan kan?

peace1234

Kutip dari: syx pada Maret 03, 2009, 07:28:22 AM
kadang gw ngerasa beberapa topik ato jawaban di sini mirip dengan yang ada di forum kompas... apa orang yang sama?

jangan lupa sering ganti sarung bantal dan sprei... kotoran yang menempel di situ juga bisa bikin jerawat meski kita udah sering cuci muka.

saia juga ngerasa beberapa nama member di forum ini sama dengan member di forum kompas, apakah orang yg sama??? well ... hanya tuhan yg tahu

peace1234

Kutip dari: syx pada Maret 03, 2009, 07:28:22 AM
jangan lupa sering ganti sarung bantal dan sprei... kotoran yang menempel di situ juga bisa bikin jerawat meski kita udah sering cuci muka.

yup... betul tu, setuju bro

syx

Kutip dari: peace1234 pada Maret 03, 2009, 04:30:25 PM
saia juga ngerasa beberapa nama member di forum ini sama dengan member di forum kompas, apakah orang yg sama??? well ... hanya tuhan yg tahu
kalo gw emang pake nickname yang sama di kedua forum... ;D
sorry OOT.

peace1234

Kutip dari: syx pada Maret 03, 2009, 04:40:23 PM
kalo gw emang pake nickname yang sama di kedua forum... ;D
sorry OOT.

ya ampuunn.....

peace1234

Kode genetik Propionibacterium acnes, bakteri penyebab jerawat terpecahkan. Ini membuka harapan baru untuk pengobatan jerawat yang lebih tepat. Siapa tak pernah memiliki jerawat? Bersyukurlah. Sebab, banyak orang merasa tidak nyaman, merasa terganggu, dan bahkan sampai minder ketika wajah mereka berhiaskan bisul-bisul kecil.

Jerawat merupakan kelainan kulit yang dikenal dengan acne vulgaris. Biasanya jerawat menyerang mereka yang memasuki masa puber, atau remaja. Pada masa itu terjadi perubahan hormonal yang merangsang kelenjar minyak pada kulit. Kelenjar tadi akan membesar dan menghasilkan minyak yang lebih banyak. Minyak ini dialirkan ke folikel rambut, yaitu bangunan yang membentuk kantung mengelilingi akar rambut, lalu dikeluarkan ke permukaan kulit lewat pori-pori kulit.

Pada kondisi tertentu pori-pori kulit ini tertutup sehingga minyak menumpuk di kantung itu. Sumbatan ini bisa terinfeksi kuman yang hidup di sekitar folikel sehingga menimbulkan peradangan, bengkak dan pernanahan. Sebanyak 80 persen permasalahan kulit ini menimpa mereka di usia dewasa muda. Meski begitu, mereka yang berusia lanjut pun tak terhindar dari masalahan ini.

Tak hanya karena persoalan hormonal, masalah jerawat terkait dengan gangguan di sekitar folikel rambut (keratinisasi), dan juga bakteri. Menurut dr I Ketut Sukarata SpKK dari bagian penyakit kulit dan kelamin FKUI/RSUPN-Cipto Mangunkusumo, penyebab jerawat pada tiap orang berbeda-beda. "Hanya saja, yang jelas memang dari tiga faktor penyebab tadi," ujarnya ketika dihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu. Selain itu, lanjut Sukarata, ada faktor pendukung lainnya yang memicu munculnya jerawat. Faktor lainnya adalah stres, makanan, dan pola hidup.

Jerawat, lanjutnya, biasa terjadi pada bagian-bagian kulit yang mengandung kelebihan minyak. Bagian-bagian tubuh yang subur ditumbuhi jerawat antara lain permukaan kulit di wajah, leher, lengan bagian atas, punggung atas, kulit kepala, dan dada atas. Menurut pakar kulit Dr Titi Moertolo, tingkat keparahan jerawat beragam. Itu tergantung pada kondisi kulit penderita dan faktor pendukung lainnya. Skala keparahannya mulai dari ringan, hingga ke parah, dari jaringan epidermis hingga ke dermis.

"Soal jerawat, memang banyak juga dari risiko keturunan. Ini berkaitan erat dengan produksi minyak dari kelenjar minyak di kulitnya. Jadi, bila orang tuanya berjerawat, anak-anaknya pun pada usia puber juga kena," sambungnya.

Gen bakteri
Para peneliti dari Universitas Georg-August di Gottingen, Jerman, seperti dilaporkan [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.], menemukan gen bakteri yang menyerang dan merusak komponen jaringan kulit manusia. Penemuan gen bakteri ini bisa membantu menjawab berbagai pertanyaan seputar penyebab jerawat.

Penelitian tersebut berhasil memecah kode genetik dari bakteri yang terlibat dalam jerawat. Ini membuka pintu gerbang baru untuk pengobatan jerawat dengan lebih tepat. Memang ada banyak faktor penyebab jerawat dan pemicu peradangan pada kulit. Maka, mengetahui bakteri penyebabnya justru memberikan nilai tambah dalam penemuan obatnya.

"Kami berusaha melihat seberapa banyak gen yang terlibat dalam degradasi jaringan kulit," papar pimpinan tim peneliti tersebut, Holger Bruggeman di Jerman, beberapa waktu lalu. Bakteri yang menjadi biang keladi dari jerawat dikenal dengan nama Propionibacterium acnes (P-acnes). Bakteri ini ditemukan pada permukaan kulit orang dewasa yang berkaitan erat dalam masalah jerawat ini. Walaupun ditemukan di permukaan kulit, bakteri ini hidup di dalam kelenjar dan sekresi minyak hingga di dalam folikel rambut.

Tim peneliti Jerman itu mengidentifikasi 2.333 unit gen. Sejumlah gen menjelaskan cara bakteri P-acnes memicu munculnya jerawat. Mereka juga menemukan jejak-jejak enzim dari bakteri itu yang menghancurkan kulit. Bakteri ini, kata Bruggeman, meninggalkan produk-produk enzimnya di kulit sehingga menyebabkan degradasi di jaringan tersebut. Menurutnya, penelitian itu menjadi awal upaya menemukan terapi baru untuk mengatasi sistem enzim yang diproduksi bakteri P-acnes.

Ketika bakteri bergerak menurunkan fungsi kulit manusia, maka peradangan mengintai. "Mungkin itu ada kaitannya dengan penurunan sistem kekebalan tubuh. Di sinilah bedanya bahwa sistem kekebalan tubuh tiap orang berlainan," tutur Bruggeman. Pimpinan Acne Support Group Alison Dudley mengatakan, penemuan ini menjadi langkah maju bagi generasi mendatang. "Kita tahu, jerawat bisa menggiring orang berpikir untuk bunuh diri dan depresi."

Selama ini, menurut Ketut, pengobatan yang dilakukan berlangsung selama beberapa waktu dan tak cukup hanya satu jenis. "Biasanya pengobatan jerawat dilakukan lewat obat topikal (hanya di permukaan kulit -- Red). Tapi, perlu juga dilakukan dengan obat oral Misalnya, antibiotik, vitamin A, anti hormonal bila memang masalahnya dari hormonal, dan lain-lain."

Ketut menambahkan, dalam pengobatan tersebut pasien tak sekadar mengonsumsi berbagai macam obat-obatan, tapi juga harus patuh pada pengaturan makanannya. "Mereka harus memperhatikan makanan hariannya. Jadi, mereka harus diet dengan rendah lemak, kurangi makanan yang merangsang, dan yang paling penting adalah terapi keratinisasi."

Titi juga mengatakan, pola hidup sehat pun perlu dilakukan oleh mereka yang mengalami jerawat yang cukup parah. Selain makanan, kebiasaan menjaga kebersihan kulit perlu dilakukan. Tidur yang cukup pun menjadi salah satu kunci pencegahan timbulnya jerawat. semoga bermanfaat

peace1234

Kalau bisa memilih, siapapun pasti tak ingin mengalami masalah jerawat. Perawatan wajah yang baik dan benar dapat menghindari timbulnya jerawat. Namun banyak faktor lain seperti stress, polusi, pola makan dan hormonal yang juga berperan. Alhasil, jerawat menjadi masalah yang dialami oleh sebagian besar orang terutama para remaja. Bisakah bekas jerawat dihilangkan ?... bisa, tapi membutuhkan kesabaran
Setelah jerawat teratasi, akan timbul dua masalah susulan : hiperpigmentasi post acne (noda/flek hitam) dan acne scar (jaringan parut) . Timbulnya dua masalah ini tergantung pada lamanya proses peradangan yang diakibatkan jerawat. Jika jerawat segera diatasi dan berlangsung sebentar, hanya akan menyisakan noda flek hitam (hiperpigmentasi) pada lapisan kulit yang dangkal, sehingga biasanya akan segera hilang dalam hitungan bulan. Namun bila jerawat berlangsung cukup lama, peradangan yang berlarut larut akan merangsang timbulnya jaringan parut sebagai respon alamiah tubuh memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan jerawat. Akibatnya terjadi perubahan pada permukaan kulit menjadi kasar dan tidak rata. Jika bekas jerawat tidak menghilang setelah 6-12 bulan, berarti masalah yang dihadapi bukan sekedar hiperpigmentasi post acne namun acne scar
Pencegahan terbaik adalah memfasilitasi proses penyembuhan jerawat, agar hanya berlangsung singkat sehingga tidak akan menimbulkan scar yang dalam. Semakin cepat jerawat teratasi, semakin mudah mengatasi bekasnya bahkan mungkin tidak memerlukan perawatan khusus. Hindari sinar matahari secara langsung karena akan menyebabkan kerusakan kulit dan menghambat proses penyembuhan, dan jangan pernah mengutak atik jerawat (memencet, memegang) karena akan menganggu proses penyembuhan yang sedang berlangsung dan menimbulkan infeksi berlanjut.
Noda/flek hitam yang ditimbulkan jerawat biasanya akan menghilang secara alamiah setelah 6-12 bulan. Semakin hitam nodanya semakin lama hilangnya. Proses regenasi/pergantian kulit setiap 28 hari akan menyamarkan warnanya sehingga kembali ke warna semula. Gunakan tabir surya minimal SPF 15 untuk menghindari kerusakan akibat radiasi matahari yang akan mempergelap noda. Proses pengelupasan kulit dapat dipercepat dengan mengunakan krim mengandung AHAs, BHA , atau tretinoid. Produk yang zat aktifnya dapat menghambat produksi melanin seperti Hidroquinon (melanox) atau kojic acid juga dapat membantu mengatasi noda. Namun pengunaanya harus berhati hati. Hentikan pengunaan bila sudah ada perubahan atau jika tidak terjadi perubahan sama sekali. Hidroquinon dapat menyebabkan iritasi kulit yang berat dan dapat juga memperparah kondisi noda menjadi lebih hitam dan sulit dihilangkan.
Chemical peeling; pengelupasan kulit dengan bahan kimia (ex. lactic acid) bisa juga menjadi pilihan untuk mengatasi hiperpigmentasi atau acne scar yang dangkal. Perubahan biasanya terlihat setelah 4-6 kali perawatan dengan jarak 2 minggu. Tindakan ini biasanya dilakukan oleh para ahli dermatologi, maka konsultasi diperlukan, begitu juga untuk mengatasi acne scar. Meskipun saat ini terdapat beberapa produk dan pengobatan yang dapat memperbaiki acne scar yang ringan, sebagian besar acne scar membutuhkan treatment khusus seperti filler atau laser

syx

Redefining Acne Vulgaris as a Chronic Disease: Implications on Improving Therapy

Diane Berson, MD

Acne is indeed a "chronic" disease.[1] These flares can be due to genetic predisposition, hormonal fluctuations (especially in females), or ongoing elevations in sebum production.

Although we are able to get our patients' acne under control, there can be a tendency for further flares when a patient is not given a maintenance regimen.

We usually treat acne with a topical combination regimen, usually including a topical retinoid in conjunction with a topical antimicrobial.[2] For more severe inflammatory acne, an oral antibiotic can be added to the regimen. Women susceptible to hormonal flares, such as those who flare premenstrually, can also be prescribed an oral contraceptive or spironolactone to help reduce sebum production and prevent these outbreaks.[3] For those whose acne is severe, nodulocystic, unresponsive to therapy, or has evidence of scarring, isotretinoin may be indicated. Once the acne is "clear" we prescribe medications to use as a "maintenance" regimen, to help prevent further flares. Most patients are prescribed a topical retinoid (tretinoin, adapalene, or tazarotene), which acts as a comedolytic agent and therefore helps prevent the development of new microcomedones, which are the precursor lesions of acne.[4,5] Topical retinoids may also have anti-inflammatory properties, inhibiting toll-like receptors and the development of inflammation. Patients may also be given a low-dose (sub-antimicrobial) oral antibiotic, either doxycycline or minocycline, especially for those who have inflammatory papules of acne or rosacea.

It is important for patients to understand that acne is an inflammatory condition that can continue to flare and may be characterized by exacerbations and remissions. Therefore, appropriate ongoing skin care may be necessary. Patients should also understand that although antibiotics constitute an integral part of treatment, acne is not an infection (like strep throat) that will clear after a short course of antimicrobials. It is an ongoing condition that may require maintenance treatments. It is also important for insurance carriers to understand this, as adult patients are often denied coverage for treatments, especially topical retinoids, which can also be used for the management of photodamaged skin.

This activity is supported by an independent educational grant from Medicis.

References

   1. Gollnick HP, Finlay AY, Shear N, et al. Can we define acne as a chronic disease? If so, how and when? Am J Clin Dermatol. 2008;9:279-2844.
   2. Thielitz A, Gollnick H. Topical retinoids in acne vulgaris: update on efficacy and safety. Am J Clin Dermatol. 2008;9:369-381. Abstract
   3. Rich P. Hormonal contraceptives for acne management. Cutis. 2008;81(1 Suppl):13-18.
   4. Yan AC, Treat JR. Beyond first-line treatment: management strategies for maintaining acne improvement and compliance. Cutis. 2008;82(2 Suppl 1):18-25.
   5. Tschen E. Addressing patient variability: clinical challenges in the initiation of acne treatment. Cutis. 2008;82(2 Suppl 1):9-17.