Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 03:20:06 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 207
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 194
Total: 194

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Persalinan

Dimulai oleh syx, Maret 09, 2010, 07:41:04 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

syx

C-sections without medical indication increase morbidity and mortality risk

Richard Philip

Women undergoing cesarean sections (C-sections) are at an increased risk of maternal death and serious complications if the operation is not medically indicated, according to findings from a WHO global maternal survey.

Researchers analyzed data from 107,950 deliveries in 122 health facilities from nine Asian countries and found that compared to spontaneous vaginal delivery, C-sections were associated with an increased risk of maternal mortality and morbidity index (defined as the presence of at least one of the following: maternal death, intensive care unit admission, blood transfusion, hysterectomy, or internal iliac artery ligation). The increased risk compared to normal birth was 2.7 times for antepartum C-section without medical indication, 10.6 times for antepartum C-section with indication, 14.2 times for intrapartum without indication and 14.5 times for intrapartum with indication. [Lancet 2010 DOI:10.1016/S0140-6736(09)61870-5]

"The most important finding of the survey is the increased risk of maternal mortality and severe morbidity... in women who undergo cesarean section with no medical indication," wrote Dr. A. Metin Gülmezoglu, of the department of reproductive health and research, WHO, Switzerland, and colleagues who conducted the study.

"C-section should be done only when there is a medical indication to improve the outcome for the mother or the baby. Women and their carers who plan to undertake C-section delivery should discuss the potential risks to make an informed decision if they still wish to have a cesarean delivery," the authors wrote.

In an editorial about the study, Dr. Yap-Seng Chong, of the department of obstetrics and gynecology, Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore, Singapore, and Dr. Kenneth Y.C. Kwek, of the department of maternal fetal medicine and chairman of the medical board at KK Women's and Children's Hospital, Singapore, stated that the risk of ICU admission was 10 times more likely for antepartum C-section without medical indication and 67 times more likely for intrapartum C-section without medical indication compared to spontaneous vaginal deliveries. "Clearly," they wrote, "cesarean deliveries, even in mothers with no underlying medical issues, can be life-threatening." [Lancet 2010 DOI:10.1016/S0140-6736(10)60055-4]

Controversy about the ideal rate of
C-section and the place of maternal choice has been protracted and "many obstetricians have become accustomed to the practice of medical interventions for non-medical reasons," wrote Chong and Kwek.

The survey, which involved health facilities from Cambodia, China, India, Japan, Nepal, the Philippines, Sri Lanka, Thailand and Vietnam, also revealed that 62 percent of the health facilities surveyed received financial incentives for carrying out C-sections.

"Financial incentives for doing these procedures should be removed or kept to a minimum," Chong and Kwek stated.

Dr. Ravindran Jegasothy, senior consultant and head of the department of obstetrics and gynecology at Hospital Kuala Lumpur, Malaysia, stated that the "doctor's duty is to counsel patients and always state the fact that C-sections are four times more risky than vaginal delivery, as shown by the Cochrane database." He added that birth plans and the patient's concerns should be addressed before labor and that counseling should be detailed and recorded in notes. "What should a doctor do if the patient still requests a cesarean? One should be prepared to do it or refer to someone else for a second opinion. Definitely, C-section without indication should not be done in labor," Jegasothy said.

raisuien

Bahayanya Sectio Caesar
Penulis: dr. Hygiena Kumala Suci

Menjadi ibu...tentu ini merupakan hal luar biasa yang dapat terjadi pada seorang wanita dan mungkin menjadi impian bagi setiap wanita yang telah berumah tangga. Akan tetapi, banyak wanita merasa khawatir akan sakit yang timbul pada saat proses melahirkan sehingga banyak yang memilih alternatif lain dalam proses melahirkan yaitu operasi caesar atau sectio caesar. Benarkah sectio caesar adalah pilihan terbaik untuk proses melahirkan??

Sectio caesaria adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi. Operasi ini dilakukan ketika proses persalinan normal melalui 'jalan lahir' tidak memungkinkan karena komplikasi medis. Operasi ini biasanya dilakukan oleh tim yang melibatkan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anestesi, dan bidan.

Dalam Operasi Caesar, ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu per satu, sehingga jahitannya berlapis-lapis. Melihat proses diatas, maka dapat disimpulkan bahwa melahirkan dengan operasi tentu memiliki resiko lebih tinggi dibanding melahirkan secara alamiah. Dengan demikian, akan lebih bijak bila dalam mengambil keputusan untuk tindakan operasi, memang berdasarkan indikasi medis dan sudah tidak dapat dilakukan upaya lain.

Berikut ini beberapa hal yang menjadi indikasi dalam mengambil tindakan sectio caesar :

1. panggul sempit absolut, dimana panggul ibu memiliki ukuran lebih sempit dibanding normalnya (diameter diagonalisnya < 6 cm).
2. adanya hambatan dalam jalan lahir, misalnya : tumor pada jalan lahir, mioma serviks, kista ovarium pada cavum Douglassi, stenosis vagina atau leher rahim, dll.
3. plasenta previa yaitu ari-ari yang menutupi jalan lahir, dimana normalnya terletak di dinding rahim.
4. disporposi sefalo pelvik (cephalo pelvik disporpotion / CPD) yaitu ketidaksesuaian antara ukuran panggul ibu dengan kepala bayi, dimana ukuran panggul ibu lebih kecil dibanding kepala bayi.
5. gawat janin, dimana karena hal-hal tertentu terjadi penurunan kondisi umum bayi hingga ke keadaan darurat janin.
6. ruptura uteri iminen yaitu suatu keadaan dimana terjadi ruptura (pecahnya) dinding rahim secara tiba-tiba.
7. kepala bayi lebih besar dari normalnya, misalnya pada bayi hidrosephalus.
8. ibu hamil dengan penyakit tertentu. misalnya : hipertensi, herpes genital, atau HIV-AIDS.
9. tali pusar bayi terputus atau melilit bayi sehingga terjadi gawat janin.
10. Letak bayi melintang atau sungsang.
11. Proses persalinan normal berlangsung lama sehingga terjadi kelelahan persalinan atau terjadi kegagalan persalinan normal (dystosia).
12. punya riwayat sectio caesar sebelumnya, yang sesuai dengan indikasi medis.

Tindakan sectio caesar ini memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Keuntungannya antara lain adalah proses melahirkan memakan waktu yang lebih singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai "jalan lahir".

Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu maupun bayi yang dikandungnya. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain :

1. Risiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan normal.

2. Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan normal.

3. Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama dibandingkan persalinan normal.

4. Jahitan bekas operasi berisiko terkena infeksi sebab jahitan itu berlapis-lapis dan proses keringnya bisa tidak merata.

5. Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tak bersih.

6. Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.

7. Harus dicaesar lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya.

8. Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau bedah.

9. Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan kematian mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung.

Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :

1. Risiko kematian 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir melalui proses persalinan biasa.

2. Cenderung mengalami sesak napas karena karena cairan dalam paru-parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu keluar saat terjadi tekanan.

3. Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang diberikan kepada sang ibu juga mengenai bayi.

Melihat risiko-risiko diatas, tentu akan lebih bijaksana bagi seorang ibu untuk tidak memilih melakukan tindakan operasi bila dapat melahirkan secara alamiah, hanya karena khawatir akan sakit saat proses melahirkan. Perlu diingat bahwa tindakan sectio caesar harus menjadi pilihan terakhir dalam memutuskan proses melahirkan yang akan dilakukan. Pemeriksaan dini dan teratur dalam masa kehamilan akan sangat membantu dalam mempersiapkan proses melahirkan yang aman dan nyaman bagi sang ibu.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

syx

dalam topik yang bahas probiotik dan normal flora dibahas mengenai keunggulan bayi yang lahir dari persalinan normal punya normal flora yang lebih bagus karena mendapat dari ibunya di saluran lahir.

kenapa orang milih cesar bisa dilihat dari dua sisi. pertama dari sisi pasien yang ogah sakit, milih-milih hari yang pas ato spesial. kedua dari sisi dokter yang juga ogah ribet karena dipanggil sewaktu-waktu, kalo cesar kan dia bisa mudah atur jadwal. apa faktor duit juga?

Astrawinata G

yupe...simbiosis mutualisme kan? ;D
Best Regards,


Astrawinata G

Huriah M Putra

Duit..? Kayaknya gak ngaruh amat..
Ooo... Cesar lebih besar honornya..
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

xSaVioRx

ini ttg persalinan manusia y?
persalinan hewan numpang masuk ye..  ;D
pengen nanya,yg sy tandain ijo itu apaan y?
If someone feels that they had never made a mistake in their life,then it means that they had never tried a new thing in their life ~ Einstein

r.a.n

Iyah kemarin sempat ada kuliah dari...seorang konsulen SpOG...Beliau juga bilang katanya partus pervaginam itu menurunkan kekerapan terjadinya alergi pada bayi...sebab paparan kumannya...berbeda antara bayi dengan partus spontan dan dengan SC...katanya terkait dengan keseimbangan T helper 1 dan 2 ,,,,rada-rada nggak mudeng... ??? ???
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

raisuien

Peran Kekebalan Tubuh dalam Kehamilan

WANITA sehat setelah menikah akan mengalami kehamilan normal. Dalam waktu sembilan bulan, terbukti bahwa untuk menjaga kehamilannya ada suatu sistem kekebalan tubuh yang sangat unik, yang berperan dan mampu melawan paparan-paparan agen-agen infeksi seperti virus, bakteri intraseluler, jamur, protozoa, dan kadang-kadang cacing atau agen-agen bukan infeksi.

Sistem kekebalan tubuh yang berperanan ini disebut sistem imun. Pada sistem imun yang baik, seorang wanita dapat membebaskan paparan-paparan seperti infeksi dan akan melahirkan bayi normal.

Adapun pada sistem imun yang kurang baik sering kali seorang wanita akan mengalami kegagalan dalam kehamilannya, seperti mengalami keguguran, kehamilan dengan berat badan bayi rendah, kehamilan prematur (kurang bulan), keracunan kehamilan (preeklampsia atau eklampsia) ataupun kematian bayi di dalam kandungan.

Penelitian dari Potter (1992) menyebutkan bahwa terjadinya kegagalan awal dari kehamilan ternyata 40% disebabkan karena faktor kekebalan tubuh, 6% karena faktor kromosom, 5% karena abnormalitas fungsi reproduksi, 10% karena penyakit sistemik dari ibu, 29% karena gangguan hormon, sedangkan 10% karena faktor yang tidak diketahui (unexplained).

Imun mempunyai arti tubuh terlindungi dan memiliki daya tahan terhadap paparan-paparan asing, sedangkan sistem imun merupakan komponen-komponen di dalam tubuh.

Menurut Soesatyo M (1999), sistem imun di dalam tubuh merupakan suatu network yang seolah-olah terdiri atas banyak pemain musik seperti halnya suatu orkestra yang satu dengan yang lainnya berbeda tugas namun menghasilkan harmoni yang indah. Sistem kekebalan tubuh dibagi dua, yakni sistem kekebalan tubuh bawaan: merupakan sistem pertahanan tubuh garis depan.

Sistem ini atau innate immunity meliputi barier-barier seperti kulit, mukosa, asam lambung, dan enzim, yang lain adalah protein komplemen, sel-sel fagositik seperti neutrofil, monosit, makrofag jaringan dan sel natural killer (NK).

Sistem kekebalan tubuh bawaan merupakan sistem kekebalan tubuh yang tidak spesifik dan tidak mempunyai memori.

Yang kedua adalah sistem kekebalan tubuh didapat (adaptive immunity), yang terdiri atas sel-sel limfosit sel B dan limposit sel T yang terdiri atas Th-1,Th-2, dan sel T sitotoksik.

Pada keadaan normal, sistem kekebalan tubuh dipegang terutama oleh sel limfosit. Peran sel limfosit sangat spesifik, yang dilakukan oleh 2 tipe sel yaitu sel limfosit B (B lymphocytes) dan sel limfosit T (T lymphocytes).

Sel B bertugas bila tubuh terpapar oleh benda asing dan mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan antibodi spesifik (humoral immunity). Jumlah sel B limfosit adalah 25% dari total keseluruhan limfosit tubuh.

Sel T diproduksi oleh kelenjar timus, jumlahnya mencapai 70% dari seluruh sel limfosit di dalam tubuh. Aktivitas sel T juga dipacu oleh masuknya antigen asing. Sel T berbeda dari sel B karena dapat melakukan transformasi menjadi beberapa macam sel yang spesifik.

Ada tiga bentuk sel T. Pertama: sel T yang bekerja bersama dengan aktivitas antibodi sel B, yang disebut sel T penolong (T-helper cell=Th). Sel ini menaikkan produksi antibodi, sedangkan sel T supresor mempunyai aktivitas kebalikan karena akan menurunkan produksi antibodi.

Kedua: sel T yang bekerja bersama sel limfosit yang lain. Sel ini mempunyai kemampuan mensekresi growth factor seperti IL-2, IL-10 yang dapat menaikkan produksi limfosit. Adapun sel T lain adalah sel T yang mensekresi growth inhybitory factor yang dapat menurunkan produksi limfosit. Adapun yang ketiga: sel T pembunuh (T-cell killer)

Mekanisme

Selama kehamilan, serum darah wanita mengandung anti-HLA antibody yang dipakai untuk melawan sel limfosit dari ayah (paternal lymphocyte). Sayangnya maternal HLA antibody ini tidak dapat membuat anti-HLA antibody terhadap sel tropoblast karena sel-sel tropoblast tidak mengeluarkan HLA kelas 1 atau kelas 2 dan sering sekali maternal HLA antibody munculnya terlambat pada kehamilan pertama dibandingkan pada kehamilan kedua atau ketiga. Keadaan ini menimbulkan akibat di dalam klinik dengan seringnya terjadi gangguan kehamilan seperti keguguran pada primi para.

Dalam mengantisipasi keadaan tersebut maka sistem kekebalan tubuh akan menurunkan mekanisme pertahanannya melalui sistem yang disebut down regulation T-cell.

Wujudnya adalah suatu keseimbangan yang lebih tinggi antara T-h2 dan T-h1, namun di sisi lain penurunan aktivitas T-h1 ini akan menyebabkan kerentanan wanita hamil terhadap masuknya infeksi seperti torch dan lain-lain.

Penjaga kekebalan tubuh yang lain, di samping maternal imun response, diperankan oleh progesteron-induced blocking factor dan fetoplacental tissues.

Insiden kegagalan kehamilan pada waktu embrio dalam memasuki kandungan (implantasi) menunjukkan angka mencapai 20-25%.

Angka kegagalan ini dapat ditepis dengan transfer maternal antibody ke janin ditambah dengan pengaruh yang lain seperti progesterone induced blocking factor dan coloni stimulating factor.

Antibodi ibu mempunyai kemampuan dapat melewati sirkulasi langsung melalui aliran uteroplasenter.

Antibodi ini sangat diperlukan oleh janin sebagai suatu mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi selama di dalam kandungan sampai beberapa bulan sesudah persalinan.

Pembuktian secara penelitian klinik (EBM) menyebutkan bahwa ada hubungan antara sistem kekebalan tubuh, sistem endokrin, dan sistem saraf pusat.

Mengacu hal tersebut, alangkah baiknya seorang wanita selama kehamilan dianjurkan menjaga kesehatan dengan optimal agar sistem kekebalan tubuhnya menjadi baik melalui pola makan dan minum buah-buahan sayur-sayuran yang bergizi, menghindari infeksi, kenyamanan lingkungan, keharmonisan keluarga, senam hamil, melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Akhirnya kedekatan antara pasien dan bidan, dokter, dan tempat persalinan yang nyaman dan aman akan menolong menaikkan sistem kekebalan tubuh secara tidak langsung.

Menjaga sistem kekebalan tubuh yang baik selama kehamilan mempunyai peran penting untuk menghindari salah satu terjadinya komplikasi kehamilan, dan menekan angka kesakitan dan kematian (maternal and morbidity) secara tidak langsung.

Dr dr W Adiyono SpOG(K)


r.a.n

@rai..
Makasih atas infonya....TOP BGT
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

Huriah M Putra

KutipSelama kehamilan, serum darah wanita mengandung anti-HLA antibody yang dipakai untuk melawan sel limfosit dari ayah (paternal lymphocyte). Sayangnya maternal HLA antibody ini tidak dapat membuat anti-HLA antibody terhadap sel tropoblast karena sel-sel tropoblast tidak mengeluarkan HLA kelas 1 atau kelas 2 dan sering sekali maternal HLA antibody munculnya terlambat pada kehamilan pertama dibandingkan pada kehamilan kedua atau ketiga. Keadaan ini menimbulkan akibat di dalam klinik dengan seringnya terjadi gangguan kehamilan seperti keguguran pada primi para.
Gak mudeng nih... Seorang tolong jelaskan.
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]