Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 09:44:22 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 188
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 151
Total: 151

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Tentang Jamu dan Fitofarmaka

Dimulai oleh reborn, Juli 12, 2008, 05:52:19 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

syx

#15
Ekstrak hanya bisa didaftarkan di bagian OT dengan 3 katagori :
a. Ekstrak murni tanpa trial yang dilakukan di Indonesia masuk katagori JAMU
b. Ekstrak dengan pihak industri melakukan trial pada hewan yang dilakukan di Indonesia masuk katagori HERBAL TERSTANDART
c. Ekstrak dengan pihak  industri  melakukan trial pada manusia yang dilakukan di Indonesia masuk katagori FITOFARMAKA

... itu peraturan tidak tertulis BPOM yang kabarnya bakal diterapkan pada pendaftaran produk ekstrak. untuk kategori herbal terstandar dan fitofarmaka semuanya harus ada uji yang dilakukan di indonesia. tanpa itu masuk dalam kategori jamu. tapi kalo gini kan definisi jamu sebagai obat tradisional indonesia jadi kabur. jika ada ekstrak dari luar, misalnya yang saat ini mudah ditemui adalah echinaceae extract, yg di indonesia blom ada ujinya maka langsung dikategorikan jamu. padalah echinacea jelas bukan obat tradisional asli indonesia. kenapa ga disebut obat herbal aja?

adinnda

uji klinis dan toksisitas sudah bisa dilakukan di Indonesia
PT yang mempunyai fakultas farmasi biasanya bisa dan punya standart uji klinis san toksisitas untuk produk-produk Herba

@Michelle : untuk industri yang memproduksi obat2 herbal terstandart dan fitofarmaka apakah memakai ijin Obat Tradisional (OT)?

putribumi

KutipEkstrak hanya bisa didaftarkan di bagian OT dengan 3 katagori :
a. Ekstrak murni tanpa trial yang dilakukan di Indonesia masuk katagori JAMU
b. Ekstrak dengan pihak industri melakukan trial pada hewan yang dilakukan di Indonesia masuk katagori HERBAL TERSTANDART
c. Ekstrak dengan pihak  industri  melakukan trial pada manusia yang dilakukan di Indonesia masuk katagori FITOFARMAKA

... itu peraturan tidak tertulis BPOM yang kabarnya bakal diterapkan pada pendaftaran produk ekstrak. untuk kategori herbal terstandar dan fitofarmaka semuanya harus ada uji yang dilakukan di indonesia. tanpa itu masuk dalam kategori jamu. tapi kalo gini kan definisi jamu sebagai obat tradisional indonesia jadi kabur. jika ada ekstrak dari luar, misalnya yang saat ini mudah ditemui adalah echinaceae extract, yg di indonesia blom ada ujinya maka langsung dikategorikan jamu. padalah echinacea jelas bukan obat tradisional asli indonesia. kenapa ga disebut obat herbal aja?

Ada deh tertulis :
KATEGORI OBAT BAHAN ALAM
(sesuai keputusan kepala BPOM RI no: HK.00.05.4.2411)
1. Jamu
2. Obat Herbal Terstandard
3. Fitofarmaka

Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (empirik).

Obat Herbal Terstandard  (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi.

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan bahan jadinya telah distandarisasi.

Iya juga ya.... obat herbal terdengar lebih general, modern, dan international..


syx

definisi jamu itu yang musti diluruskan. yang disebutkan di atas itu bukan definisi jamu, melainkan obat tradisional. jamu sendiri definisinya adalah obat tradisional asli indonesia, berupa bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan. menurut jaya suprana, kelebihan jamu ketimbang obat tradisional cina adalah semuanya berasal dari bahan tumbuhan. obat tradisional cina menggunakan hewan dan mineral juga selain tumbuhan, ini bisa dilihat dalam farmakope mereka.
pemakaian istilah jamu untuk obat herbal dari luar negeri sangat merugikan hasil budaya nenek moyang kita...

syx

Kutip dari: Michelle pada Juli 13, 2008, 02:01:39 PM
Logo jamu:

napa ada logo yang berbeda dengan yang beredar sekarang? saya temui bentuk logonya bukan cuma ranting dengan 6 cabang seperti post tersebut, tapi berdaun 8.

syx

berdasarkan dokumen pendaftaran obat tradisional (cuma ga jelas taonnya), logo yang benar untuk jamu adalah yang pake daun dengan tulisan jamu di bawahnya. untuk obat herbal terstandar dan fitofarmaka udah bener, tapi dengan penambahan tulisan masing-masing 'obat herbal terstandar' dan 'fitofarmaka' (capitalized) warna hitam di bawah logo.
ada informasi juga klaim khasiat keduanya perlu didukung oleh data ilmiah dan uji pra-klinik. di sini mungkin ada kesalahan cetak antara keduanya sama. mungkin fitofarmaka didukung oleh uji klinik. uji klinik yang dilakukan kalo ga salah juga harus dilakukan di indonesia, tidak bisa berdasarkan jurnal ato report dari luar negeri untuk menghindari faktor perbedaan ras. untuk uji pra-klinik dengan hewan coba rasanya masi bisa pake jurnal ato report dari luar negeri, tapi sekali lagi tergantung regulasi yang berlaku saat ini... blom ada informasi lebih lanjut.

syx

Echinacea May Be No More Effective Than Placebo for the Common Cold

December 20, 2010 — Echinacea may be no more effective than placebo for treatment of the common cold, according to the results of a randomized controlled trial reported in the December 21 issue of the Annals of Internal Medicine.

"Echinacea is a popular nonprescription treatment for the common cold," write Bruce Barrett, MD, PhD, from the University of Wisconsin in Madison, and colleagues. "The efficacy of echinacea in this regard continues to be debated after hundreds of studies."

The study goal was to evaluate the potential benefits of echinacea to treat patients with the common cold. In Dane County, Wisconsin, 719 patients, aged 12 to 80 years, with new-onset common cold were randomly assigned to 1 of 4 parallel groups. Patients in these groups received no pills, placebo pills in blinded fashion, echinacea pills in blinded fashion, or echinacea pills in unblinded, open-label fashion. In the echinacea groups, patients were given the equivalent of 10.2 g dried echinacea root during the first 24 hours and 5.1 g daily for the next 4 days, whereas patients in the placebo group received indistinguishable tablets containing only inert ingredients.

The main study endpoint was the area under the curve for global severity, and secondary endpoints were interleukin 8 levels and neutrophil counts from nasal wash, measured at study entry and 2 days later. The Wisconsin Upper Respiratory Symptom Survey, short version, was used twice daily to determine severity based on self-report.

The study protocol was completed by 713 of the 719 patients enrolled, of whom 64% were women and 88% were white. Mean age was 33.7 years. Mean global severity was 236 for the blinded echinacea group, 258 for the unblinded echinacea group, 264 for the blinded placebo group, and 286 for the no-pill group.

There was a nonsignificant, 28-point trend toward benefit for echinacea between the 2 blinded groups (95% confidence interval [CI], −69 to 13 points; P = .089). In the blinded and unblinded echinacea groups, mean illness duration was 6.34 and 6.76 days, respectively, vs 6.87 days in the blinded placebo group and 7.03 days in the no-pill group.

In the blinded groups, there was a nonsignificant benefit of echinacea (0.53 day; 95% CI, −1.25 to 0.19 days; P = .075). There was no statistically significant difference in median change in interleukin 8 levels and neutrophil counts (30 ng/L and 1 cell/high-power field [hpf] in the no-pill group, 39 ng/L and 1 cell/hpf in the blinded placebo group, 58 ng/L and 2 cells/hpf in the blinded echinacea group, and 70 ng/L and 1 cell/hpf in the open-label echinacea group).

Limitations of this study included lack of generalizability to other geographic areas or racial/ethnic groups, lack of diagnostic confirmation of the causal virus, and higher-than-expected variability, resulting in limited power to detect small benefits. In addition, the findings could not be generalized to other echinacea formulations or doses.

"Illness duration and severity were not statistically significant with echinacea compared with placebo," the study authors write. "These results do not support the ability of this dose of the echinacea formulation to substantively change the course of the common cold."

Ann Intern Med. 2010;153:769-777.