Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 04:02:36 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 207
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 199
Total: 199

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Konfigurasi Elektron dan Diagram Orbital

Dimulai oleh galihutomo, November 14, 2010, 05:18:34 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

galihutomo


Dalam penulisan konfigurasi elektron dan diagram orbital perlu berlandaskan pada tiga prinsip utama yaitu prinsip aufbau, aturan Hund dan aturan penuh setengah penuh.

A. Azas Aufbau

Azas Aufbau menyatakan bahwa :"Pengisian elektron dimulai dari subkulit yang berenergi paling rendah dilanjutkan pada subkulit yang lebih tinggi energinya". Dalam setiap sub kulit mempunyai batasan elektron yang dapat diisikan yakni :

Subkulit s maksimal berisi 2 elektron
Subkulit p maksimal berisi 6 elektron
Subkulit d maksimal berisi 10 elektron
Subkulit f maksimal berisi 14 elektron

Berdasarkan ketentuan tersebut maka urutan pengisian (kofigurasi) elektron mengikuti tanda panah pada gambar berikut!



Berdasarkan diagram di atas dapat disusun urutan konfigurasi elektron sebagai berikut :

1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 .... dan seterusnya

Keterangan :



Jumlah elektron yang ditulis dalam konfigurasi elektron merupakan jumlah elektron maksimal dari subkulit tersebut kecuali pada bagian terakhirnya yang ditulis adalah elektron sisanya. Perhatikan contoh di bawah ini :



Jumlah elektron Sc adalah 21 elekron kemudian elektron-elektron tersebut kita isikan dalam konfigurasi elektron berdasarkan prinsip aufbau di atas. Coba kalian perhatikan, ternyata tidak selalu kulit yang lebih rendah ditulis terlebih dahulu (4s ditulis dahulu dari 3d). Hal ini karena semakin besar nomor kulitnya maka selisih energi dengan kulit di atasnya semakin kecil sementara jumlah sub kulitnya semakin banyak sehingga terjadi tumpang tindih urutan energi sub kulitnya. Untuk mempermudah penilisan tingkatenerginya digunakan prinsip aufbau di atas. Untuk keteraturan penulisan, 3d boleh ditulis terlebih dahulu dari 4s namun pengisian elektronnya tetap mengacu pada prinsip aufbau. hal ini terkesan remeh tapi penting..... jadi bila kalian disuruh menuliskan bilangan kuantum dari elektron terakhir dari Sc maka elektron tersebut terletak pada sub kulit 3d bukan 4s, walau dalam penulisan terakhir sendiri adalah sub kulit 4s.....cirinya pada sub kulit 3d tidak terisi penuh elektron sedangkan sub kulit 4s nya terisi penuh.



Penulisan konfigurasi elektron dapat disingkat dengan penulisan atom dari golongan gas mulia yaitu : He (2 elektron), Ne (10 elektron), Ar (18 elektron), Kr (36 elektron), Xe (54 elektron) dan Rn ( 86 elektron). Hal ini karena pada konfigurasi elektron gas mulia setiap sub kulitnya terisi elektron secara penuh.



Skema yang digunakan untuk memudahkan penyingkatan sebagai berikut :



Contoh penyingkatan konfigurasi elektron :



Konfigurasi elektron dalam atom selain diungkapkan dengan diagram curah hujan, seringkali diungkapkan dalam diagram orbital. Ungkapan yang kedua akan bermanfaat dalam menentukan bentuk molekul dan teori hibridisasi.
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan diagram orbital :
1. Orbital-orbital dilambangkan dengan kotak
2. Elektron dilambangkan sebagai tanda panah dalam kotak
3. Banyaknya kotak ditentukan berdasarkan bilangan kuantum magnetik, yaitu:


4. Untuk orbital-orbital yang berenergi sama dilambangkan dengan sekelompok kotak yang bersisian, sedangkan orbital dengan tingkat energi berbeda digambarkan dengan kotak yang terpisah.
5. Satu kotak orbital berisi 2 elektron, satu tanda panah mengarah ke atas dan satu lagi mengarah ke bawah. Pengisan elektron dalam kotak-kotak orbital menggunakan aturan Hund.

B. Aturan Hund

Friedrich Hund (1927), seorang ahli fisika dari Jerman mengemukakan aturan pengisian elektron pada orbital yaitu :
"orbital-orbital dengan energi yang sama, masing-masing diisi lebih dulu oleh satu elektron arah (spin) yang sama dahulu kemudian elektron akan memasuki orbital-orbital secara urut dengan arah (spin) berlawanan atau dengan kata lain dalam subkulit yang sama semua orbital masing-masing terisi satu elektron terlebih dengan arah panah yang sama kemudian sisa elektronnya baru diisikan sebagai elektron pasangannya dengan arah panah sebaliknya".
Coba perhatikan contoh diagram elektron di bawah ini, khususnya pada bagian akhirnya :



Pada pengisian diagram orbital unsur S pada konfigurasi 3p4, 3 elektron diisikan terlebih dahulu dengan gambar tanda panah ke atas baru sisanya 1 elektron digambar dengan tanda panah ke bawah.

C. Aturan Penuh Setengah Penuh

Sifat ini berhubungan erat dengan hibridisasi elektron. Aturan ini menyatakan bahwa : "suatu elektron mempunyai kecenderungan untuk berpindah orbital apabila dapat membentuk susunan elektron yang lebih stabil.....untuk konfigurasi elektron yang berakhiran pada sub kulit d berlaku aturan penuh setengah penuh. Untuk lebih memahamkan teori ini perhatikan juga contoh di bawah ini :

24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 menjadi 24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5

dari contoh terlihat apabila 4s diisi 2 elektron maka 3d kurang satu elektron untuk menjadi setengah penuh....maka elektron dari 4s akan berpindah ke 3d. hal ini juga berlaku untuk kasus :

29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9 menjadi 29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10

Penentuan Periode dan Golongan Suatu Unsur

Untuk menentukan letak periode suatu unsur relatif mudah. Periode suatu unsur sama dengan nomor kulit terbesarnya dalam konfigurasi elektron. musalnya :

24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5

Nomor kulit terbesarnya adalah 4 (dalam 4s1) maka Cr terletak dalam periode 4
Sedangkan untuk menentukan golongan menggunakan tabel. Bila subkulit terakhirnya pada s atau p maka digolongkan dalam golongan A (utama) sedangkan bila subkulit terakhirnya pada d maka digolongkan dalam golongan B (transisi). Lebih lengkapnya coba perhatikan tabel di bawah ini :


Coba kalian perhatikan tabel di atas. Untuk memudahkan pengingatan golongan A dimulai dari golongan I A sedangkan golongan B dimulai dari III B. selain itu jika subkulit terakhirnya p atau d maka sub kulit s sebelumnya diikutkan. Pada golongan VI B dan I B berlaku aturan penuh setengah penuh.
Sebagai contoh :

24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5

Periode = 4
Golongan = VI B

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

nandaz

siiip, btw gambar pertama itu apa hubungannya sih? ::)
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

galihutomo

Kutip dari: nandaz pada November 25, 2010, 11:19:32 AM
siiip, btw gambar pertama itu apa hubungannya sih? ::)

terus terang gak ada hubungannya kok......

untuk wallpaper aj....

ehh... kmu itu kuliah di jurusan kimia gak sih...

aq mau tanya tentang hibridisasi, yang ada sp, sp2, sp3 dll  :D

nandaz

..aku kul di jurusan FMIPA matematika, cukup dekat dengan kimia, biologi, dan fisika...
soalnya aku punya pengalaman kuliah di dua tempat sekaligus... ;D
yah, iseng2 jadi science guy...silakan ditanya kita disini bisa saling belajar kok

:kribo:
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

^_Andy_^

Kutip dari: galihutomo pada November 14, 2010, 05:18:34 AM
C. Aturan Penuh Setengah Penuh

Sifat ini berhubungan erat dengan hibridisasi elektron. Aturan ini menyatakan bahwa : "suatu elektron mempunyai kecenderungan untuk berpindah orbital apabila dapat membentuk susunan elektron yang lebih stabil.....untuk konfigurasi elektron yang berakhiran pada sub kulit d berlaku aturan penuh setengah penuh. Untuk lebih memahamkan teori ini perhatikan juga contoh di bawah ini :

24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 menjadi 24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5

dari contoh terlihat apabila 4s diisi 2 elektron maka 3d kurang satu elektron untuk menjadi setengah penuh....maka elektron dari 4s akan berpindah ke 3d. hal ini juga berlaku untuk kasus :

29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9 menjadi 29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10

kenapa hanya unsur berakhiran subkulit 'd' yg elektronnya bisa berpindah subkulit? bagaimana hal itu bisa terjadi?
[move]- Hidup adalah pilihan -[/move]

Blue_Rain

Kutip dari: ^_Andy_^ pada Juni 05, 2011, 07:15:48 AM
kenapa hanya unsur berakhiran subkulit 'd' yg elektronnya bisa berpindah subkulit? bagaimana hal itu bisa terjadi?

Sebenarnya tidak hanya subkulit d yang elektronnya bisa berpindah, tetapi subkulit s juga bisa. Contohnya Konfigurasi atom Mg
Mg12 : [Ne] 3s2 (dalam kondisi stabil) dapat berubah menjadi Mg12 : [Ne] 3s1 3p1 . Hal ini disebut keadaan tereksitasi.

Kalo subkulit d , Kata guruku sih itu karena adanya perbedaan tingkat energi antara subkulit 4s dengan 3d dalam hal ini subkulit 3d memiliki tingkat energi yang lebih rendah daripada subkulit 4s (terletak lebih ke dalam, soalnya nomer 3) sehingga elektron cenderung mengisi penuh subkulit d terlebih dahulu
[move]The Rain Always Blue...[/move]

^_Andy_^

nah, kenapa cuma 1 elektron y berpindah, kenapa ga semuanya sekalian?
[move]- Hidup adalah pilihan -[/move]

Blue_Rain

Kutip dari: ^_Andy_^ pada Juni 05, 2011, 09:39:13 PM
nah, kenapa cuma 1 elektron y berpindah, kenapa ga semuanya sekalian?

Ntar ada subkulit yang kosong donk kalo pindah semuanya, padahal dalam atom stabil tidak boleh ada subkulit yang kosong, kecuali dalam keadaan ion..
[move]The Rain Always Blue...[/move]

^_Andy_^

Kutip dari: Blue_Rain pada Juni 05, 2011, 10:00:09 PM
Ntar ada subkulit yang kosong donk kalo pindah semuanya, padahal dalam atom stabil tidak boleh ada subkulit yang kosong, kecuali dalam keadaan ion..

maksudnya subkulit kosong itu gmn? *maaf tanya terus
[move]- Hidup adalah pilihan -[/move]

Blue_Rain

Subkulit yang tidak terisi oleh elektron..
[move]The Rain Always Blue...[/move]

Balya

larangan paulinya belum terposting kayanya,,,
Sekalian mau tanya tentang MK nih..
kalau nilai spin positif itu arah rotasinya berlawanan atau searah jarum jam ga ya? dan bagaimana dengan arah spin yang bernilai negatif atau - 1/2, saya bingung karena ada dua versi berlawanan mengenai ini....

terus apa ada yang tahu ga, kenapa kalau dalam satu kotak  (bilangn magnetik itu) yang ada dua elektron dengan arah yang berbeda rotasinya, jadi bisa tetap stabil??
apa jawabannya sama dengan neutron dan proton yang tidak menghasilkan gaya tolak-menolak karena ada gaya ikat inti yang lebih besar disana? ???

minta bimbingan dan ilmunya....
aku akan mengenalkan pendahulu ku lagi pada dunia dan akan mengikuti mereka.

galihutomo

Kutip dari: Balya pada Juli 23, 2011, 08:23:33 PM
kalau nilai spin positif itu arah rotasinya berlawanan atau searah jarum jam ga ya? dan bagaimana dengan arah spin yang bernilai negatif atau - 1/2, saya bingung karena ada dua versi berlawanan mengenai ini....

terus apa ada yang tahu ga, kenapa kalau dalam satu kotak  (bilangn magnetik itu) yang ada dua elektron dengan arah yang berbeda rotasinya, jadi bisa tetap stabil??

??? sama-sama bingung.....