Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 11:41:11 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 142
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 90
Total: 90

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Tyndall efek

Dimulai oleh KagoMe, Oktober 21, 2009, 04:03:41 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

KagoMe

[img][img]Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

Hal serupa dapat terjadi bila kita terjebak di hutan tropis lebat pada pagi hari dimana kabut mengelilingi kita, sinar matahari akan tampak jelas menerobos sela-sela pepohonan.



Asap dan kabut merupakan koloid, partikel terdispersinya memiliki ukuran lebih kecil dari larutan sejati juga tidak sebesar suspensi kasar, kurang lebih 1-100 nm. Istilah koloid ini berasal dari bahasa Yunani, kolla=lem dan oidos=seperti. Pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham (1805-1869) saat dia meneliti zat-zat yang berdifusi lambat seperti getah, kanji dan lem.

Partikel terdispersi pada debu dan kabut atau pada sistem koloid lain mampu menyerap cahaya matahari dan menghamburkan kembali sesuai dengan panjang gelombangnya. Pada tahun 1860-1870, John Tyndall, fisikawan asal Irlandia melakukan observasi mendalam mengenai udara dan atmosfer. Pada kurun waktu tersebut dia menghasilkan beberapa penemuan berkaitan dengan keadaan atmosfir. Salah satu klarifikasi ilmiahnya yang terkenal adalah efek Tyndall. Pada peristiwa efek rumah kaca dan pada fenomena langit berwarna juga dapat ditelaah penyebabnya dari efek tyndall tersebut.

Kita sering mendengar tentang efek rumah kaca. Efek rumah kaca yang menyebabkan bumi makin lama makin panas, hal yang mengerikan bagi seluruh mahluk bumi. Tetapi di satu sisi sebenarnya efek rumah kaca ini yang membuat kita terus hidup. Kenapa demikian? Karena menurut hasil pengukuran spectrophotometer Tyndall, gas-gas yang berada di atmosfer memiliki kemampuan berbeda dalam menyerap panas. Gas-gas yang memiliki daya serap panas yang tinggi disebut gas-gas rumah kaca, karena menyelubungi kita, menyimpan dan menyegel panas sehingga kita tetap hangat pada malam hari.

Efek Tyndall juga dapat menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru, sedangkan ketika matahari terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal tersebut dikarenakan penghamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari dihamburkan dengan intensitas yang sama.

Oleh karena intensitas cahaya berbanding lurus dengan frekuensi, maka ketika matahari melintas di atas kita, frekuensi paling tinggilah yang banyak sampai ke mata kita, sehingga kita melihat langit biru. Ketika matahari hampir terbenam, hamburan cahaya yang frekuensinya rendahlah yang lebih banyak sampai ke kita, sehingga kita menyaksikan langit berwarna jingga atau merah. Coba kita ingat lagi pelajaran waktu SD tentang urutan cahaya dalam spektrum cahaya, merah-jingga-kuning-hijau-biru-ungu. Dari urutan merah sampai ungu, frekuensinya semakin tinggi. Jadi warna-warna yang mendekati merah memiliki frekuensi cahaya tinggi, dan warna-warna yang mendekati ungu memiliki frekuensi cahaya rendah.

Jadi, kesimpulannya Efek Tyndall terjadi karena ukuran partikel koloid. Karena partikel yang kecil itulah yang membuat langit berwarna. Karena partikel kecil itulah yang membuat kita semua hangat saat malam tiba. Ni aQ tau setelah di kasih pertanyaan ma pembimbingku.. Dan sialnya aku gk bisa jawab,hehehehe..... ;D  ;D


phice

Maaf, bukannya harusnya thread ini masuk ke Kimia SMU?
Mau Belajal Yang Pintel Bial Jadi Doktel Hewan Yang Ashoi

Idad

Kutip dari: KagoMe pada Oktober 21, 2009, 04:03:41 PM
[img][img]
Partikel terdispersi pada debu dan kabut atau pada sistem koloid lain mampu menyerap cahaya matahari dan menghamburkan kembali sesuai dengan panjang gelombangnya.

Hm.., baru tau bisa menyerap cahaya. Dulu saya pikir efek tyndall itu terjadi karena partikel hanya sekedar memantulkan cahaya, bukan menyerap cahaya dan memendarkannya. Berarti dapat dianalogikan partikel yang menyerap cahaya itu seperti bahan lilin yang menyerap cahaya. Kalau di 3D rendering namannya sub sufrace scattering.


Kutip dari: KagoMe pada Oktober 21, 2009, 04:03:41 PM
[img][img]

Efek Tyndall juga dapat menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru, sedangkan ketika matahari terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal tersebut dikarenakan penghamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari dihamburkan dengan intensitas yang sama.

Hm.., baru tau juga. Ternyata warna langit itu karena perbedaan pemancaran partikel ya. Dulu saya pikir cuma karena perbedaan pancaran sinar matahari oleh atmosfer kita.
Terima kasih banyak lhoh buat infonya.

Kutip dari: phice pada Oktober 21, 2009, 06:30:14 PM
Maaf, bukannya harusnya thread ini masuk ke Kimia SMU?
Yup, seharusnya memang demikian.