Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 11:44:44 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 142
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 86
Total: 86

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Metode Kimia untuk Deteksi Dini Gempa

Dimulai oleh raisuien, Desember 15, 2009, 08:57:34 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

raisuien

Ilmuwan di Stockholm University di Swedia telah mengembangkan sebuah metode baru untuk memprediksi gempa bumi dengan bantuan geokimia. Metode ini melibatkan pengukuran kandungan logam tertentu dalam air tanah, yang berubah sebelum dan setelah terjadinya sebuah gempa.

Tim penelitian yang ada dibalik penemuan ini, seperti diterbitkan dalam isu terakhir jurnal ilmiah Geology, dipimpin oleh Alasdair Skelton, profesor petrologi dan geokimia di Stockholm University. Anggota lain dari kelompok penelitian ini adalah Lillemor Claesson di departemen yang sama.

Gempa bumi menjadi ancaman bagi daerah-daerah dimana lempeng-lempeng benua bertemua seperti Jepang, Turki, Cina, California dan lain-lain. Yang menjadi permasalahan utama adalah sulitnya memprediksi gempa dengan cepat dan risiko-risiko di daerah-daerah yang rentan kena gempa ini. Kini Alasdair Skelton dan tim penelitiannya mengklaim bahwa kita bisa memprediksi getaran gempa dengan mengukur bagaimana kandungan logam dalam air tanah berubah.

Metode ini dikembangkan di Islandia, sebelum dan setelah terjadinya sebuah gempa besar (5,8 Skala Ritcher). Perairan Ice Age diambil sampelnya dari sebuah sumur dengan kedalaman 1,5 km di Islandia Utara dan dipantau selama 10 pekan sebelum dan satu tahun setelah gempa.

Puncak kandungan zat besi dan kromium, mangan, zink dan tembaga dideteksi pada 10, 5, 2, dan 1 pekan sebelum gempa bumi. Setelah getaran gempa, kadar logam-logam ini kembali menjadi normal. Perbandingan dengan penelitian-penelitian eksperimental menandakan bahwa zat-zat kimia ini dilarutkan dari batuan sekitarnya, tetapi pada suhu yang lebih tinggi dan dengan demikian lebih dalam di kerak bumi. Migrasi upward (keatas) dari air yang mengandung zat kimia ini ke stasiun pengambilan sampel penelitian bisa disebabkan oleh perubahan-perubahan permeabilitas kerak bumi, yang disebabkan oleh akumulasi energi sebelum gempa bumi.

Alasdair Skelton menganggap bahwa sekaranglah saatnya untuk menguji apakah pengamatan-pengamatan dari Islandia ini sejalan dengan pengamatan dan pengukuran di daerah-daerah yang rentan gempa lainnya.

"Jadi kimia perairan bisa menjadi sebuah sarana yang dapat membantui kita memprediksi gempa. Beberapa saat setelah gempa, kami mendeteksi peningkatan kadar zat kimia dengan cepat untuk berbagai unsur dan isotop. Kami menginterpretasi perubahan-perubahan ini sebagai tanda cepatnya perubahan permeabilitas zona patahan selama siklus gempa, dengan salah satu reservoir tertutup, sedangkan yang lainnya terbuka," kata Alasdair Skelton.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]