Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 05:00:48 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 234
Total: 234

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Kebanyakan PR malah bakal menurunkan prestasi siswa

Dimulai oleh krigjsman, Desember 18, 2006, 01:45:50 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 2 Pengunjung sedang melihat topik ini.

krigjsman

Selama ini banyak pendidik yang berpikir bahwa memberikan pekerjaan rumah yang banyak akan memaksa siswa untuk lebih giat belajar hingga prestasi mereka akan meningkat.  Hasil penelitian terakhir justru menunjukkan bukti yang bertentangan dengan anggapan ini.

Survey yang dilakukan di 41 negara di dunia ini dipublikasikan dalam buku "National Differences, Global Similarities: World Culture and the Future of Schooling" yang diterbitkan oleh Stanford University Press

Survey ini dilakukan dengan mengujikan sejumlah soal yang sama kepada sejumlah siswa di setiap negara.Hasilnya sangat menakjubkan.

Murid di Jepang, Republik Ceko dan Denmark yang hanya menerima PR yang jumlahnya relatif sedikit, memperoleh nilai yang tertinggi.  Sebaliknya paa siswa dari Thailand, Yunani dan Iran yang mendapat PR yang banyak jumlahnya memperoleh nilai yang paling rendah.  Fakta ini diungkapkan oleh David Baker peneliti dari Penn State University.

Jumlah PR yang banyak biasanya akan menjadi problem yang besar bagi para siswa yang kemampuan ekonominya rendah.  Hal ini disebabkan karena orang tua mereka tidak mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.  PR juga biasanya dirancang untuk sekedar mengingat langkah-langkah pengerjaan soal, dan hal ini tidak cocok untuk kebanyakan siswa.  Begitulah kesimpulan yang ditarik oleh para peneliti melalui survey ini.

PR biasanya diambil sebagai jalan pintas bagi peningkatan mutu pendidikan, bukannya meningkatkan kesempatan dan akses memperoleh pengetahuan.  Hal ini justru akan memboroskan energi, waktu dan biaya.  Begitulah pendapat yang diajukan oleh LeTendre peneliti dari Penn State University.

Hasil penelitian ini hendaknya menjadi renungan bagi para pendidik di Indonesia yang kebanyakan penduduknya miskin.  Selain memperkirakan jumlah PR, bentuk PR tersebut juga harus diperbaiki.  PR harus menjadi media untuk memperluas akses informasi siswa dan bukan sekedar media menghafal langkah-langkah pengerjaan soal.

advisor

wedehhh.... yang dapet PR banyak malah nilainya di bawah yang sedikit dapet PR? Penelitian ini baru2 aja atau gimana?

Yahh.. kalo bicara pengalaman pribadi hanya sedikit siswa (bahkan mahasiswa  :P) yang memanfaatkan PR utk belajar... ayo yang ngerjain PR di sekolah siapa? Gw termasuk juga  :-X

Buat gw sih yahh, semakin banyak PR semakin malas (sebagian) siswa ngerjain. Mungkin memakan waktu terlalu lama, daya konsentrasinya tiap2 siswa juga berbeda, tidak semua soal bagus (dalam arti bobot, tingkat kesulitan yang tepat, dll). Efeknya ya itu, males... entah abis ngerjain PR yang dia tidak minati tapi harus buat pas mo ngerjain yang dia suka keburu ngantuk.


Nah, kalo PR nya lebih sedikit, mungkin siswa ini malah dapat belajar lebih banyak dari satu soal tertentu. Ga terburu2 karena kepikiran harus ngerjain PR yang satu lagi....


Fiuhh.... untung dah lewat masa sekolah  ;D Buat yang masih sekolah, kasih tau gurunya soal penelitian ini aja hehe....

may

ehmm...gitu ya?! nah, gimana kalau mengacu pada ' semakin banyak latihan semakin mengerti'. menurut may bukan permasalahan ada dan tidaknya PR, tetapi lebih mengarah ke konsep PR itu sendiri disamping harus dipikirkan porsi idealnya. sama kayak kado misalnya, meskipun isinya sama tapi bisa dikemas berbeda dan lebih menarik.. lho kok jadi ngomongin kado sih?!

duh...kakak yang di atas, nggak punya adik yang masih sekolah po?!

white_tiger

hmm klo PR sih berguna buat gw
yakni melatih kecepatan mengopy manual....
buntutnya waktu tes klerikal di skul dulu, skor gw perfect  ;D

krigjsman

Kalau soal tes dari guru, serupa dengan PR tentu saja.  Tapi mampukah kita sungguh2 memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya?  Pada penelitian ini siswa dari berbagai negara diuji dengan soal yang serupa, dan soal ini bisa saja tidak serupa dengan soal dari guru mereka.  Nilai yang buruk dalam penelitian ini bukan berarti nilai mereka di sekolah pasti jelek.  Tapi dapat berarti mereka tidak mampu mengatasi variasi soal yang berbeda dengan soal di sekolah.  Maka dapat menjadi salah satu kesimpulan " Dengan banyaknya PR, siswa bisa saja hafal cara mengerjakan soal yang biasa diberikan disekolah / disuatu negara, alias fotokopi jalannya doank (memorise), namun bukan berarti mereka paham akan suatu persoalan dan memecahkan problem (problem solve) yang mungkin terjadi."

Kholil


Idad

Sebetulnya kalau menurut saya, asal muasal diberikannya PR kepada siswa adalah untuk latihan siswa di rumah.
Dengan pemberian PR ini, para pengajar yang ada berharap nanti anak didiknya juga blajar dirumah.
Selain itu, di dalam PR juga dapat diberikan beberapa soal yang kiranya sedikit leibh kompleks dari materi standar yang diajarkan. Hal ini untuk mendorong keraetivitas siswa.

Fungsi PR yang lain pada dasarnya juga dijadikan sebagai alat latihan siswa di rumah. Tetapi, dalam perjalanannya, saya rasa konsep ini agak berubah sedikit. Hal ini dikarenakan kondisi pelajar kita yang akhir-akhir ini sering tidak stabil (pulang sekolah kebanyakan dari mereka malah keluar rumah dan waktunya dibuat main), maka sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan akhirnya memundurkan jam pelajaran dan memberikan banyak PR agar dapat diselesaikan di rumah.

Nah, dampak dari hal ini adalah tingkat kejenuhan siswa yang meningkat. Hal ini wajar saja mengingat dengan banyaknya jumlah PR yang dibebankan kepada siswa, belum tentu semua siswa dapat mengerjakannya dengan baik mengingat setiap siswa tidak mungkin ada yang punya kemampuan yang identik dan penempatan pengelolaan waktu yang sama. Salah satu efek yang sering ktia lihat yaitu masiha adanya siswa yang mengerjakan PR di sekolah. Lebih jauh lagi, hal seperti ini dapat mendorong siswa untuk melakukan perbuatan curang yang tidak baik, yaitu menyontek. Dengan demikian, PR yang tadinya ditujukan untuk mendongkrak kemampuan siswa pada umumnya malah menjadikan banyak siswa menjadi malas. Ini yang kita sayangkan.

PR yang proporsional dalam sebutir mata pelajaran merupakan PR yang pemberiannya jgua mempertimbangkan PR dan mata pelajaran lain yang ada serta kondisi murid yang bersangkutan. Misal, sorang pengajar yang ingin memberikan PR sebaiknya ia menerawang kedepan tentang kemungkinan pemberian PR oleh guru lain. Atau, pengajar itu juga harus melihat kondisi anak didiknya, bagaimana kesiapan mereka nutuk menghadapai PR dengan tingkat soal dan jumlah soal tertentu. Nah, untuk memudahkan pelaksanaan hal ini, saya rasa di setiap sekolah perlu dibentuk sebuauh tim PR (Tim Evaluasi PR), tugasnya adalah meninjau aspek-aspek seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Jadi, dengan adanya tim sperti ini, saya rasa maslah overgiven PR dapat diatasi.

Walapun demikian, saya rasa ada juga manfaat aygn dapat kita ambil dari pemberian banyak PR ini. Yaitu terbiasanya siswa mendapat tugas dan tantangan yang berat, walaupun kalu ktia katakan mereka merasa malas utnuk menghadapinya. Tetapi, manfaat ini menurut saya hanya akan berjaland engan satu syarat, yaitu mereka harus memunyai mental yang kuat. Dan, hal ini lah yang harus ktia persiapkan nutuk emreka dari sekarang.

Kholil

Stuju, PR kebanyakan, pulang kesorean

jadi males belajar

luth

klo saya mah dulu jadinya PS(pekerjaan sekolah, hehe ,,pas pagi br dateng skolah langsung ngerjain :p)

sbsnrny klo guru(dosen) itu udah maksimal ngajarnya dan berkualitas di sekolah(kmpus) pr ga terlalu perlu kali ya...
sebodoh-bodohnya sifat adalah sombong[move][/move]

sith lord

setuju!!kebanyakan tugas malah bikin waktu belajar berkurang!!

sisca, chemistry

stuju,,
untungnya klas aq skrng jarang ada PRnya,,,
hnya IPA 2 yg byk,,,

lbh bguz kita byk2 kerjain latihan2 di skolah, diskusi kelompok, dll,,,
bisa lbh cpt ngerti toh...
[move]
~ You are what you eat ~
[/move]

ytridyrevsielixetuls

setuju! dikiranya semua hidup siswa hanya seputar sekolah aja? yg penting kan siswa merasa nyaman belajar kalo dah gitu mereka akan termotivasi untuk berprestasi.
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

nʇǝʌ∀

setuju juga!!
PR ga usah byk2 ntar malah mengganggu kegiatan siswa di luar sekolah. guru2 juga bakal kerepotan menilainya.

                |'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''|
       __/""|"|--------nʇǝʌ∀ inc.------|
> (|__|_|!!|__________________|
      (o)!""""""(o)(o)!"""""""""""(o)(o)!

sisca, chemistry

Kutip dari: sisca, chemistry pada Juli 31, 2009, 07:45:50 PM
stuju,,
untungnya klas aq skrng jarang ada PRnya,,,
hnya IPA 2 yg byk,,,

lbh bguz kita byk2 kerjain latihan2 di skolah, diskusi kelompok, dll,,,
bisa lbh cpt ngerti toh...
wahahhahaha.. XDD
Tulisan zaman alay sayaaaa..
XD
Jadi malu..
*abaikan.. XDDD*

iya..
PR gak perlu banyak. Yang penting aplikasi.. Banyak kerjain soal di sekolah jauh lebih berharga dibanding banyak dikasi PR.
Karena PR orang pada males buatnya, terakhir pinjem punya temen doank.
Akhirnya malah cuma nyatat, ga ada yang tinggal di otak.
Percuma..
ckckck..
Bisa aja ada yang lebih senang sama banyak PR. Dia banyak belajar dari PR. Tapi ada juga yang gak bisa kayak begitu.
Bukan hanya "ada", tapi "banyak".. hahaha..
[move]
~ You are what you eat ~
[/move]

exile_rstd

banyak PR ya..
kalau ada waktu luang kenapa ga?
lagipula kalau nilai raport jatoh bisa ditambah nilai tugas dan assessment.
saya ga bisa meyakinkan, apakah saya dapat banyak tugas atau ga karena biasanya kalau lg mood saya kerjakan dgn senang hati yang berakhir dengan kelegaan dan kepusingan. he
tapi kembali lagi, tiap orang berbeda..
i adore your intelligence