Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 05:59:10 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 188
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 165
Total: 165

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

kurikulum dan UN

Dimulai oleh Alan adhityo, Oktober 02, 2009, 08:38:41 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Alan adhityo

Pada salah satu alinea Pembukaan UUD-1945 tertulis mencerdaskan kehidupan bangsa. Kalau saya boleh menilai tulisan tersebut maka sangatlah bijak para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia itu dapat menemukan kata "mencerdaskan" tersebut. Bagaimana tidak bijak? Dalam kata "cerdas" sudah mengandung secara implisit arti tidak bodoh. Jadi orang yang cerdas tentunya tidak akan bodoh. Lain dengan kata "pintar". Pintar merupakan kata yang berhubungan dengan ilmu. Orang pintar belum tentu cerdas. Bahkan orang suku Jawa kadang mengatakan bahwa ada orang "pinter yang keblinger". Artinya orang pinter jang tidak bisa memanfaatkan kepinterannya secara baik dan dalam arti positif. Tetapi orang yang cerdas tidak mungkin keblinger dan jelas tidak bodoh. Bahwa ia seorang yang pinter bisa saja, tetapi tidak keblinger. Untuk membuat orang cerdas dibutuhkan usaha standar secara umum, yaitu pendidikan yang dilakukan melalui mengikuti pelajaran di sekolah. Bermula dari Sekolah Dasar (Elementary School), Sekolah Menengah Pertama (Premairy High School) dan Sekolah Menengah Umum (Secondairy High School). Pemerintah Indonesia dalam hal ini diwakili oleh Departemen Pendidikan Nasional bertugas mencerdaskan bangsa Indonesia sesuai apa yang diamanahkan di Pembukaan UUD-1945. Dewasa ini Departemen Pendidikan Nasional bersikeras ingin mengadakan UJIAN NASIONAL yang mempunyai standard minimum yang sama bagi para lulusan pendidikan dasar. Saya pribadi setuju 100%, kalau tiap warga negara Indonesia yang berumur 17 tahun mempunyai standar pengetahuan yang sama dan teruji. Memang inilah cita-cita pendiri republik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Saya setuju 100% itu sebagai tujuan yang akan dicapai, tetapi tidak setuju dengan tindakan memaksakan kehendak seperti pada semester yang lalu. Excess timbul karena ada kebocoran jawaban. Ada kepala sekolah yang memberikan jawabannya dibawah tangan, karena ingin siswanya banyak yang lulus. Protes terjadi dimana-mana. Wibawa Pemerintah menurun, karena UjianNasional seakan-akan dianggap sebagai "proyek" yang menghasilkan tambahan bagi para pelaksana. Izinkan saya menggambarkan keadaan pendidikan yang saya usulkan untuk membedakan pendidikan sekarang yang tidak jelas konsepnya, bahkan aburadul karena tambal sulam. Seyogyanya untuk pendidikan dasar dari SD sampai SMU diprioritaskan mata ajaran dasar sebagai berikut: 1. Penguasaan Bahasa, 2. Berbicara yang baik dan runtun, 3. Membaca buku dan menuliskan intinya. 4. Menulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Baru setelah itu disusul mata ajaran berhitung (arithmatic bukan mathematic) Mathematic baru dimulai di SMP. Di SMP mathematic-nya terdiri dari aljabar dan planimetri. Sedangkan di SMU selain mengembangkan mata ajaran mathematic yang didapat di SMP ditambah goniometri dan stereometri. Mata ajaran yang ke-empat meliputi lingkungan hidup dan kehidupan lingkungan. Diantaranya ilmu alam, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan ditambah ilmu bumi serta sejarah. Dewasa ini banyak para kawula muda bahkan orang dewasa yang tidak tahu letak kota Malino. Meskipun kota Malino pernah menjadi kota pusat Pemerintah Negara Indonesia Timur. Bahkan untuk mempopulerkan kota tersebut Pemerintah NICA membuat bea-siswa bagi para pemuda untuk belajar di Nederland dengan nama MALINO-BEURS atau BEASISWA MALINO. Empat mata ajaran pertama saya anggap penting. Mengapa penguasaan bahasa perlu dipelajari secara cermat dan benar? Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Sampai sekarang kalau saya amati bahasa yang digunakan para kawula muda sudah "aburadul". Menulis skripsi dengan bahasa yang benar dan baik sudah sulit. Dulu di TVRI Prof. Anton Moeliono selalu mengantarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Enak didengar dan mudah dimengerti. Dewasa ini rubrik Bahasa ini sudah ditelan oleh Sinetron yang menggunakan "bahasa Indonesia-nya sendiri". Perhatikan bahasa di senetron yang lain dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan hanya bahasa Indonesia juga bahasa lainnya, seperti bahasa Inggris yang di"rebuild" oleh "orang Indonesia". Maka pelajaran penguasaan bahasa penting diajarkan secara benar dan baik, agar bahasa Indonesia terpelihara baik. Juga bahasa asing perlu diajarkan secara benar dan baik. Mata ajaran kedua adalah belajar berbicara dengan bahasa yang baik dan runtun. Kadang-kadang sulit saya mengartikan apa yang diutarakan oleh seorang kawula muda secara oral. Kata-kata yang digunakan campur aduk antara bahasa Indonesia dan bahasa "prokem". Kalau saya beritahu, jawabnya yang digunakan bahasa "gaul". Inilah disebabkan, karena di SD dan SMP tidak diajarkan mata ajaran "budi pekerti" sehingga berbicara dengan orang tua seenaknya saja, tanpa merasa malu atau salah. Di zaman penjajahan Belanda di Sekolah Rendah (Lagere School) diajaran budi pekerti, tata krama dan kerajinan yang mata ajarannya waktu itu dinamakan "vlijt" dan "gedrag". Sebab tata krama dan budi pekerti merupakan senjata etika dan etiket dalam pergaulan. Dalam pergaulan dibutuhkan etiket dan tatakrama agar tidak menyakiti hati seseorang. Maka cara bicara perlu diajarakan di waktu masih muda. Mata ajaran yang ketiga ialah membaca. Dengan belajar membaca buku yang banyak, maka seorang dapat bicara secara runtun menjelaskan apa yang dimaksud. Banyak membaca akan memperkaya perbendaharaan kata. Banyak kata synonim, tetapi arti harfiahnya kadang lain. Sebagaimana contoh kata "korupsi". Apa arti korupsi sebenarnya? Korupsi adalah menyalahgunakan wewenangnya dan menguntungkan pribadi dan teman-temannya dan merugikan keuangan negara. Apakah korupsi sama dengan "maling'? Tentunya tidak sama, karena sebelum ada korupsi sudah ada maling. Efeknya sama merugikan orang atau instansi. Kalau maling ditangani polisi di negara manapun. Karena maling menguntungkan diri sendiri dan keluarga bukan menguntungkan teman, bahkan bisa merugikan teman. Korupsi di Indonesia ditangani KPK. Tetapi kalau maling meskipun jumlahnya milyaran rupiah seharusnya ditangani polisi. Jadi yang saya maksud meskipun maling merugikan milyaran rupiah ia bukan koruptor. Maka banyak membaca itu perlu, jadi perpustakaan SD, SMP dan SMU perlu dikembangakan. Mata ajaran yang ke-empat adalah menulis. Para kawula muda, bahkan mungkin para pejabat tulisannya tidak bisa dibaca. Seakan-akan tulisannya seperti resep dokter yang hanya bisa dibaca oleh apoteker. Di SD dewasa ini dengan kemajuan teknologi para siswa diizinkan menulis dengan ballpoint. Saya setuju saja, asal tulisnnya dapat dibaca secara baik. Dewasa ini memang sudah tidak dibuat pena tulis dengan tinta. Tetapi para pengasuh atau guru bisa mengajari cara memegang ballpoint agar tulisannya menjadi baik. Nah setelah empat mata ajaran yang primair ini dikuasainya diajarakan berhitung karena dalam kehidupan sehari tidak lepas dari berhitung. Mau beli sesuatu dihitung, mau pergi ke suatu tempat dihitung, maka masak dihitung. Lima mata ajaran inilah yang perlu distandarkan. Kita semua tahu, bahwa jarak dari Sabang sampai Merauke itu jauhnya seperti London sampai Teheran. Diantara jarak sejauh itu di Indonesia tentunya terdapat puluhan bahasa, puluhan budaya, puluhan kebiasaan dan macam-macam yang tidak seragam. Saya kira 99% siswa SD di Papua belum pernah melihat alat trans-portasi yang dinamakan kereta api. Mungkin 15% atau lebih gurunya juga belum pernah naik kereta api. Mereka melihat dari TV atau gambar. Nah bagaimana kita mau menyamakan standar dasar lulusan sekolah dasar Indonesia yang luasnya lebih besar dari Eropa. Negara Eropa yang rakyatnya pinter, pemimpinya pinter, masyarakatnya makmur sejahtera baru bisa menyatukan standar fiskal menjadi EURO. Orang kawula muda Jerman saya kira tidak akan tahu, bahkan mungkin tidak perlu tahu cara hidup para kawula muda di bekas negara Yugoslavia. Padahal jaraknya kurang dari 3000 km. Apa kawula muda Papua harus bisa mengikuti cara hidup para kawla muda Jakarta yang jaraknya 5000 km? Indonesia yang masih diganggu oleh korupsi, pembagian rezeki belum merata mau membuat standar dasar pengetahuan bagi para kawula muda seluruh Indonesia. Seperti saya jelaskan saya pribadi setuju. Kalau memang mau kesana saya usul dilakukan bertahap. Misalnya tahun depan 2008 untuk 3 tahun lamanya dilakukan "ujian kabupaten" bersama. Jadi di Indonesia ada 300 kabupaten lebih maka di adakan 300 macam ujian. Selama 3 tahun dievaluer berhasil atau tidak? Kalau berhasil mungkin dengan beberapa perbaikan dilakukan peningkatan ke "ujian provinsi" bersama selama 3 tahun. Lalu disevaluer lagi. Kalau berhasil, maka dilakukan peningkatan ke "ujian kepulaun" bersama selama 3 tahun. Baru setelah dievuler ujian kepulauan ini baik selama 3 tahun lalu diadakan "ujian nasional" bersama. Kita tidak perlu bernafsu tergesa-tergesa membuat standar pengetahuan bagi para kawula muda. Analogi pemimpin negara kita sudah 62 tahun merdeka dengan banyak hutang dan anggaran APBN dan APBD juga belum bisa membuat standar minimum "basic need" untuk hidup di Indonesa. Itupun hanya menyediakan kecukupan barang yang reel, pangan, sandang, papan, karya, dan aman. Apalagi mau membuat standar dasar pengetahuan yang abstract, mengatasi kebodohan. Ini dibutuhkan waktu lama dan sistem yang dijalankan secara konsisten dan tiap orang yang mengaku pempimpin harus komitet mencerdaskan bangsa. Karena mencerdaskan bangsa ini abstract sekali. Hambatan atau rintangan yang besar akan dihadapinya kalau suatu waktu timbul aturan yang tidak disengaja "membodohkan" bangsa. Karena kebodohan itu sangat berlawanan dengan kecerdasan.

sisca, chemistry

wow...
cukup panjang...
gag ada paragrapnye...
jadi poening pala ne...

pokoke stuju dech...
;D
;D
;D
[move]
~ You are what you eat ~
[/move]

nash

mengenai kurikulum matematika yg alan sarankan, ada baiknya sejak SD ditanamkan kemampuan matematis yg berdasarkan logika (disamping aritmetika). coba buka [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

lucu skali saya membacanya. ini berarti bahwa sejak kecil anak-anak mendapatkan definisi yang salah mengenai matematika.
"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart"

(John Nash, "A Beautiful Mind")

Alan adhityo

Kutip dari: nash pada Oktober 03, 2009, 08:34:39 AM


lucu skali saya membacanya. ini berarti bahwa sejak kecil anak-anak mendapatkan definisi yang salah mengenai matematika.


bukan masalah itu , di atas adalah pernyataan mengenai indonesia .

hha. orang saya jg heran ma negara kita . pendidikan koq di politisir .

menurutku si sd mencakup dasar2 pengetahuan ajja, smp uda d juruskan dan sma masuk k ilmu tehnik dan terapan sama sperti negara maju pd umumnya. :D

faktanya,, s1 di indonesia t sama dengan sma d negara maju. ;)

nash

^
tp kalo dari output per individu indonesia cukup juara lho. liat aja anak2 olimpiade tingkat internasional, bahkan indonesia di ajang tersebut hampir sejajar dgn negara2 semisal jepang, amerika, dan negara2 eropa.
saya pernah dceritain ma dosen saya. orang indo yg kuliah di luarnegeri itu rata2 pendiem. mereka ga pernah ikut debat2 ilmiah, organisasi, dll. kalo di kelas jarang bgt nanya dosen.
tp giliran ujian, wuih nilainya tinggi2.
"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart"

(John Nash, "A Beautiful Mind")

Alan adhityo

Kutip dari: nash pada Oktober 03, 2009, 03:38:23 PM
^
tp kalo dari output per individu indonesia cukup juara lho. liat aja anak2 olimpiade tingkat internasional, bahkan indonesia di ajang tersebut hampir sejajar dgn negara2 semisal jepang, amerika, dan negara2 eropa.
saya pernah dceritain ma dosen saya. orang indo yg kuliah di luarnegeri itu rata2 pendiem. mereka ga pernah ikut debat2 ilmiah, organisasi, dll. kalo di kelas jarang bgt nanya dosen.
tp giliran ujian, wuih nilainya tinggi2.

iya, saya jg setuju . indonesia itu lucu,

kl di liat rata2 indonesia ada d bwh mrk, tp ada jg bbrp yg melebihi mrk.

smua karena faktor dana yg tidak merata untuk pendidikan (ditetapkan 20% yg nympe ga sgtu) dan wajib belajar 9 tahun yg hanya jd label aja.

liat sistem pendidikan kita ky apa . terlalu dipolitisir, ganti mentri ganti pula sistem pend dan kurikulumnya...

r.a.n

KutipMata ajaran yang ke-empat adalah menulis. Para kawula muda, bahkan mungkin para pejabat tulisannya tidak bisa dibaca. Seakan-akan tulisannya seperti resep dokter yang hanya bisa dibaca oleh apoteker. Di SD dewasa ini dengan kemajuan teknologi para siswa diizinkan menulis dengan ballpoint. Saya setuju saja, asal tulisnnya dapat dibaca secara baik.

Jadi inget dulu masih SD belajar menulis pake buku garis...tiga..Kalo ketas..tipis..kalo kebawah..dibikin tebel..

KutipSaya kira 99% siswa SD di Papua belum pernah melihat alat trans-portasi yang dinamakan kereta api. Mungkin 15% atau lebih gurunya juga belum pernah naik kereta api. Mereka melihat dari TV atau gambar

Ya jelas aja mas Alan..disanakahan pegunungan..jadi alat transpotasinya bukan kereta api,..melainkan pesawat terbang...lebih canggih..Just kidding...  ;D ;D

Overall,..saya sependapat...sebaiknya...buttom up bukan top down..
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

Monox D. I-Fly

Kutip dari: Alan adhityo pada Oktober 02, 2009, 08:38:41 PM
Pada salah satu alinea Pembukaan UUD-1945 tertulis mencerdaskan kehidupan bangsa. Kalau saya boleh menilai tulisan tersebut maka sangatlah bijak para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia itu dapat menemukan kata "mencerdaskan" tersebut. Bagaimana tidak bijak? Dalam kata "cerdas" sudah mengandung secara implisit arti tidak bodoh. Jadi orang yang cerdas tentunya tidak akan bodoh. Lain dengan kata "pintar". Pintar merupakan kata yang berhubungan dengan ilmu. Orang pintar belum tentu cerdas. Bahkan orang suku Jawa kadang mengatakan bahwa ada orang "pinter yang keblinger". Artinya orang pinter jang tidak bisa memanfaatkan kepinterannya secara baik dan dalam arti positif. Tetapi orang yang cerdas tidak mungkin keblinger dan jelas tidak bodoh. Bahwa ia seorang yang pinter bisa saja, tetapi tidak keblinger.

Sebentar... Jadi antonim dari kata "bodoh" itu "pintar" atau "cerdas"?
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.