Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 05:17:58 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 1
Guests: 168
Total: 169

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Top 100 Global Universities

Dimulai oleh pinokio, November 15, 2006, 09:01:02 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 6 Pengunjung sedang melihat topik ini.

nandaz

Kutip dari: constellation pada Februari 28, 2010, 07:57:08 AM
Kutip dari: nandaz pada Februari 22, 2010, 08:14:45 PM
....BTW, cara orang menyeleksi untuk masuk Harvard itu seperti apa sih? apa ada semacam tes tahunan untuk anak2 yang siap lulus High schoolnya? atau memang ditujukan Harvard sebagai pelanjut gelar diatas S1?

sklh aja di instutusi yg kurikulumnya A-level di inggris.. katanya org2 harvard prioritasin lulusan A-level inggris.. ya tapi silakan bayar harga mahal buat ke inggrisnya..

sebenernya sih asal dari sklh bgs, uni2 top US mau terima kok.. misalny di singapur, anak2 raffles JC itu tiap thn ada yg ke harvard, mit, dll..
kalo yang di indonesia kurikulumnya level berapa?
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

Nabih

Tanya:

Apa di USA sana, SNMPTN (atau apapun itu namanya) pendaftarnya sembludak di sini, SM UNY aja yang daftar 15ribu, padahal yang diterima cuma 1200an (1:12), padahal UNY hanya peringkat 100 ASEAN versi Webometrics (saya percaya webo karena indikatornya jelas, walaupun cukup menguntungkann universiatas di AS)

r.a.n

KutipSekadar mengkonfirmasi bung IaZr, berita pencontekan itu benar. Bukan hanya mendengar, saya menyaksikan sendiri tumpukan hasil tesis yang dipajang di perpustakaan pasca universitas tempat saya kuliah jelas2 hanyalah penelitian mengada2, dibuat asal2an dan hanya sedikit memodifikasi komposisinya. Dan anehnya, penelitian seperti itu di acc oleh pembimbing dan penguji sampai jadi tesis. Dan anda tentu tidak jarang mendengar ada pernyataan dosen2nya sendiri yang mengatakan :" Udah, bikin tesis/skripsinya contek penelitian orang, modif dikit variabel atau metodenya, yang penting lulus, dapat gelar"

Jadi inget kata guru saya...pendidikan kita terlalu permisiv.....jadinya lulusannya sulit dipertanggungjawabkan...beliau membandingkan..antara pendidik di kita dan nestle..menurut beliau..nestle jauh lebih...ketat terhadap produk yang dihasilkan dibandingkan...dengan...pendidikan di Indo...Akhirnya..yah kayak gini..deh...S1 tapi kok..nggak kelihatan kalo udah pernah kuliah..ampun..deh.. :( :(
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

laZr

bener...
dosen saya juga pernah bilang sesuatu yang kira-kira seperti itu...
sehabis ujian fisika yang sulit, nilai kebanyakan mahasiswa jelek..
teman saya ngomong ke dosen, "pak, gimana kalau standar nilainya diturunin? biar semuanya bisa dapat nilai bagus (maksudnya dalam nilai huruf), kan hampir semua pada jelek?"
dosen saya menjawab,"itu yang jadi permasalahan dalam pendidikan indonesia, masih kurang disiplin, misalkan kita lagi kuliah kedokteran, misalnya belajar menginjeksikan obat ke pasien, hampir seluruh kelas belum bisa, apa saya harus turunkan standar agar bisa lulus lebih banyak? ntar malah setelah jadi dokter, malah makin banyak masalah jadinya."

yang saya maksud di sini, dalam sistem pendidikan kita banyak sekali penurunan standar, hanya untuk menyesuaikan dengan keadaan...
sehingga, lama-lama, perbedaan standar kita dengan negara lain, makin jauh...
dulunya 'bledug' sekarang udah jadi laZr ya...

Keep Moving Forward!!

Hendy wijaya, MD

Ngomong masalah pendidikan, kemarin saya baru nonton acara di national geography yang judulnya "Air Crash Investigation", kebetulan yang dibahas adalah kecelakaan pesawat Adam Air 574 boeing 737 yang hilang di perairan sulawesi. Coba search di you tube..Kesalahan adalah murni karena human error, bukan karena kerusakan atau cuaca.
Memang saat terjadinya kecelakaan terjadi sedang ada badai, dan kerusakan mesin IRS, mesin yang memberi feedback kepada autpilot kemana seharusnya autopilot mengarahkan pesawatnya. Namun badai dan kerusakan IRS tidak semestinya menyebabkan pesawat jatuh saat itu. Kesalahan terletak pada human error. Setelah penyelidikan dilakukan dari black box, dengan dibantu pihak US, mengingat pesawat yang jatuh adalah buatan US, pihak berwrnang mencoba melakukan penyelidikan terhadap beberapa pilot adam air. Mereka mendapati bahwa pilot-pilot adam air saat itu "poorly trained"..Ibarat dokter tidak tahu harus berbuat apa jika pasiennya mengalami henti jantung mendadak atau cara menolong korban tenggelam. Intinya, kecelekaan terjadi karena si pilot dan ko pilot LUPA memegang kendali (pegang setir) pesawat saat mengubah mode penerbangan dari auto menjadi manual, sebab mereka sibuk memperbaiki kerusakan IRS dan malah melupakan hal yang vital. Kelalaian mempertahankan pesawat terbang lurus secara manual saat pergantian mode menyebabkan kecenderungan alamiah pesawat untuk rolling ke kanan, dan mereka tetap tidak tahu sampai rolling pesawat lebih dari batas yang aman (lebih dari 35 derajat). Keadaan ini berakibat pada hilangnya daya angkat pesawat dan mulai jatuh, saat itu mereka baru nyadar, dan langkah antisipasi yang dilakukan juga keliru lagi. Alih-alih memperbaiki posisi kemiringan pesawat dulu baru mengankat moncong mereka malah berusaha menarik setir ke atas (Bermaksud mengangkat pesawat). Dengan posisi pesawat kehilangan daya angkat, posisi miring dan moncong mengacu ke bawah, mereka malah mengarahkan moncong makin ke bawah sampai posisi hampir terbalik. Gaya gravitasi plus gaya dorong ke bawah menyebabkan pesawat jatuh dengan kecepatan mendekati kecepatan suara, pesawat hancur berantakan pada kecepatan seperti itu sebelum menyentuh permukaan laut, sebab memang ga dirancang untuk terbang dengan kecepatan seperti itu. Beberapa bulan sejak kecelakaan itu, uni eropa mengeluarkan pernyataan untuk melarang penerbangan indonesia menuju negara2nya.

Ambilah contoh pendidikan pilot sebagai sampel, ibarat fenomena gunung es, itulah wajah pendidikan di Indonesia. Sampai-sampai negara lain MELARANG, bukan lagi sekadar tidak menganjurkan, produk pendidikan bangsa Indonesia ambil bagian berkarya di negara2nya. Berita mengenai hal itu sekarang bisa disaksikan seluruh dunia, dengan ulasan yang mendalam di National Geography. Terus terang, sebagai warga negara indonesia, saya malu. Sampai menyentuh titik itukah rendahnya kualitas pendidikan bangsa kita?
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

nandaz

...habisnya di indonesia warganya pengen terkenal dengan jalan jadi bintang artis aja sih :'(, ngga ada yang mau terkenal akan kecerdasan otaknya, lihat tuh tiap hari televisi kita menayangkan berita si artis A sampe artis Z....dan lagi bila kita sudah ketinggalan kemajuan kita malah bukan mengejarnya melainkan bergantung pada negara lain yang sudah maju.
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

Bernando

Jadi ingat TPI...dulu TPI dirancang untuk televisi pendidikan indonesia...kepanjangan TPI aja Televisi "Pendidikan" Indonesia...tapi yang saya lihat minim dengan pendidikan...:D

Di indonesia sendiri saya lihat dukungan pemerintah terhadap pendidikan gak terlalu menonjol..bahkan lebih mementingkan politik dari pada pendidikan...
Be the sustainable learner, because life is learning...

Hendy wijaya, MD

#97
Semua negara yang dulunya berada dibalakang kita sekarang satu persatu mulai mendahlui kita, ambil contoh India, skrg aja udah buka pabrik motor bajaj di negara kita (produk motor yang jd bahan candaan dulunya), China yang produknya sering berkualitas rendah, sekarang membanjiri pasaran dengan berbagai macam produk mulai dari indutri kerajinan kecil sampai manufaktur, Gabon, Fiji, Tonga, pernah denger atau ada yang tahu di mana letak negara2 itu?negara yang letak dan namanya baru kita denger aja lebih maju daripada kita berdasarkan nilai HDI.

Indikator kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari nilai HDI (Human Development Index) nya yang diasarkan pada tiga parameter, yaitu dalam bidang kesehatan dinilai dari angka harapan hidup (life expectancy), dalam bidang pendidikan dinilai dari angka melek huruf, dan terakhir di bidang ekonomi dilihat dari pendapatan perkapitanya..ternyata negara-negara yang saya sebutkan tadi semuanya berada di atas indonesia. Coba search di internet peringkat ke berapa indonesia?negara apa aja yang berada beberapa tingkat di atas indo?

Memang lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Lebih baik kita melakukan sesuatu daripada hanya koar-koar di forum. Kita semua megutarakan kejenuhan untuk menggugah yang lain agar mau maju bersama.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

laZr

okay, lalu langkah terbaik menurut anda seperti apa?
dulunya 'bledug' sekarang udah jadi laZr ya...

Keep Moving Forward!!

Hendy wijaya, MD

Seperti yang saya bilang di atas.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Dhantez

Kutip dari: Bernando pada April 26, 2010, 11:49:49 AM
Jadi ingat TPI...dulu TPI dirancang untuk televisi pendidikan indonesia...kepanjangan TPI aja Televisi "Pendidikan" Indonesia...tapi yang saya lihat minim dengan pendidikan...:D


Karena memang konsep TPI sudah diubah total.. dosen saya kebetulan konsultan branding TPI, dia pernah ditanya apakah TPI perlu diubah namanya.. menurut dosen saya tidak perlu, pertama krn sayang dgn brand TPI yg scr awareness sudah tersebar luas, alasan kedua adl ingatan masyarakat terhadap kepanjangan TPI di masa lalu pelan2 pasti akan tergerus..

Yg dilakukan cukup hilangkan kepanjangan TPI itu di setiap kemunculan logo.. Anda pasti tdk bisa menemukan kepanjangan itu lagi kan?
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

Dhantez

Kalo dihubung2in dengan acara TV... Seorang penulis di era Adam Smith pernah menyatakan jika manusia suatu negara dibiasakan untuk mengerjakan hal2 yg simpel, maka ekonomi di sana akan stagnan. Mungkin ini bisa diartikan jika tidak dibiasakan berpikir kreatif, maka otak kita tidak akan terlatih untuk menghadapi tantangan - cenderung pasrah dgn keadaan.

Lihat acara2 TV kita: ada tidak yg menantang kreativitas atau daya tangkap?? Lihat juga arah perkembangan musik indonesia... Inilah wajah daya pikir mayoritas masyarakat kita ;)

Masih untung kita punya Trans dan MetroTV yg sudi mendobrak keyakinan umum ttg acara TV yg laris..

Kutip dari: Mat Dillom pada November 28, 2009, 10:54:09 AM
Saya mah sudah tidak percaya sama peringkat-peringkat yang dibuat barat. Semua dipengaruhi Kepentingan bisnis dan politik. Bahkan Nobel sekali pun.

Indonesia tidak kalah kok pendidikannya dengan negara mana pun.

Hmm.. meskipun kalimat mat dillom berbau optimisme, entah knp saya tdk bisa ikut berbangga hati..
Saya mengambil kuliah master di UGM dan saya punya cukup byk teman yg beruntung memiliki kesempatan utk mengambil double degree ke universitas luar - ke malaysia, singapura, jepang hingga eropa dan amerika.. dan semua teman saya setuju - secara kualitas pendidikan di Indonesia is nowhere better (tentunya dgn negara2 maju)..

Kalau ukurannya per item, misal kecerdasan pengajar, mungkin bisa mengimbangi bahkan melebihi - ga perlu dipertanyakanlah, perwakilan negara kita sering memenangi olimpiade pendidikan di berbagai bidang - tapi kalau secara kualitas pendidikan? Di universitas sekelas UGM saja.. Fasilitas internet kembang kempis, kelengkapan literatur - termasuk akses ke jurnal2 internasional - kembang kempis, dana penelitian - yg penting untuk peningkatan pemahaman dan pengembangan keilmuan - lebih kembang kempis lagi... Lebih tragisnya lagi UGM mengklaim dirinya: world class RESEARCH university
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

muhsatrio


laZr

Kutip dari: muhsatrio pada Juni 17, 2010, 11:28:58 AM
ITB mana ?
:D
ITB masih di bandung mas... :D

Kutip dari: Dhantez pada Juni 01, 2010, 04:01:04 PM
Kalo dihubung2in dengan acara TV... Seorang penulis di era Adam Smith pernah menyatakan jika manusia suatu negara dibiasakan untuk mengerjakan hal2 yg simpel, maka ekonomi di sana akan stagnan. Mungkin ini bisa diartikan jika tidak dibiasakan berpikir kreatif, maka otak kita tidak akan terlatih untuk menghadapi tantangan - cenderung pasrah dgn keadaan.

Lihat acara2 TV kita: ada tidak yg menantang kreativitas atau daya tangkap?? Lihat juga arah perkembangan musik indonesia... Inilah wajah daya pikir mayoritas masyarakat kita ;)

Masih untung kita punya Trans dan MetroTV yg sudi mendobrak keyakinan umum ttg acara TV yg laris..

Kutip dari: Mat Dillom pada November 28, 2009, 10:54:09 AM
Saya mah sudah tidak percaya sama peringkat-peringkat yang dibuat barat. Semua dipengaruhi Kepentingan bisnis dan politik. Bahkan Nobel sekali pun.

Indonesia tidak kalah kok pendidikannya dengan negara mana pun.

Hmm.. meskipun kalimat mat dillom berbau optimisme, entah knp saya tdk bisa ikut berbangga hati..
Saya mengambil kuliah master di UGM dan saya punya cukup byk teman yg beruntung memiliki kesempatan utk mengambil double degree ke universitas luar - ke malaysia, singapura, jepang hingga eropa dan amerika.. dan semua teman saya setuju - secara kualitas pendidikan di Indonesia is nowhere better (tentunya dgn negara2 maju)..

Kalau ukurannya per item, misal kecerdasan pengajar, mungkin bisa mengimbangi bahkan melebihi - ga perlu dipertanyakanlah, perwakilan negara kita sering memenangi olimpiade pendidikan di berbagai bidang - tapi kalau secara kualitas pendidikan? Di universitas sekelas UGM saja.. Fasilitas internet kembang kempis, kelengkapan literatur - termasuk akses ke jurnal2 internasional - kembang kempis, dana penelitian - yg penting untuk peningkatan pemahaman dan pengembangan keilmuan - lebih kembang kempis lagi... Lebih tragisnya lagi UGM mengklaim dirinya: world class RESEARCH university
hmm.. bener juga...
mungkin karena sumber daya alam kita berlimpah, sehingga untuk bertahan hidup 'lebih gampang' relatif sama negara yang bukan iklim tropis... jadi gak mau susah-susah...
setahu saya (kalau ada info lain beritahu saya) negara-negara yang berada di kawasan ekuator hampir semua bisa dihitung negara berkembang...

world class research university ya? kembali lagi ke masalah klasik, dana...
dulunya 'bledug' sekarang udah jadi laZr ya...

Keep Moving Forward!!

Hendy wijaya, MD

Dana?
no comment... money is the root of all evil..
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio