Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 07:15:56 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 112
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 124
Total: 124

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG

Dimulai oleh pams, November 25, 2009, 03:21:50 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

pams

Hai all
Mudah2an belum diangkat di forum ini.
Sekedar sharing mengenai budaya Jepang yang menghasilkan karakter yg kuat, pribadi yang sukses & mandiri.

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG.

Oleh Romi Satria Wahono

1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.

2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat  (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi
kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30.
Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa
supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui
bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah
pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian
mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core
business) perusahaan.

5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony,patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat
tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang,
bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk  indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup  menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete
Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini

7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran.
Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai
membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai
pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku
asingnya diterbitkan.

8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini
tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu
kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar  berisi pakaian ganti, bento
(bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama
University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan
berikutnya.

10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena "hai" belum
tentu "ya" bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor "non-teknis" yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.

r.a.n

Kutip8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini
tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu
kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

Kalo yang ini..sepakat banget...Sampai-sampai film kartun mereka itu, cenderung untuk mengutamakan kekompakan misal Batousai..Biar Kenshin jago pasti ada temen-temennya..dan temennya memainkan peran dalam membantu..Beda banget sama Amerika, Semuanya cenderung Oneman Show
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

pams

Kutip dari: r.a.n pada Desember 01, 2009, 09:15:10 AM
Kutipmisal Batousai..Biar Kenshin jago pasti ada temen-temennya..dan temennya memainkan peran dalam membantu.. Oneman Show
batousai tuh tokoh anime?

r.a.n

@pams
Denger-denger...dari yang suka anime..katanya batousai..itu emang beneran ada..Cuma nggak se-ekstrim di anime..
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

pams

mmm... gk suka anime neh... jd maap klo kurang update heheheheee

r.a.n

Terus terang saya juga nggak terlalu suka banget sama anime Tapi...kalo dikaji..menarik..

Kepahlawanan amerika itu cenderung mengangkat Amerika banget sebagai super power. Konsepnya sangat individualistik...Jadi satu tokoh...dikatakan memiliki kemampuan yang luar biasa...Dan yang parah..Bajunya itu....Merah, biru atau ada bintang....Khas bendera ..Amerika..(misal, Captain America..Wonder women, Spiderman even Superman)..Kalo Jepang..lebih cenderung menonjolkan kebudayaannya..sebagai bentuk penghargaan atas negaranya..Misal..Samurai X (dalam hal ini Kenshin Himoura sebagai Batousai), Naruto dan Hatori (konsep ninja).

Yang terpenting juga adalah...konsep kerja sama..kebanyakan anime Jepang cenderung untuk menunjukkan bahwa sebuah keberhasilan bisa diraih dengan kerja sama..Walaupun sang pahlawan mengambil peran terbesar..tapi bantuan dari sahabat sang pahwlawan juga tidak bisa diremehkan..Sementara itu, kalo US kebanyakan lebih bersifat ketokohan..dan sangat individualistik...Seandainya pun ada yang bersifat kerja sama (seperti funtastic four atau Justice League) Tapi disitu jelas..ceritanya mengenai kelompok tersebut...Bukan tentang satu orang super hero yang dibantu oleh teman-temannya.....Mungkin itu sebagai pengamatan sekilas saya...
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

gins

Klo d liat2,anime jepang lebih banyak ngasi pelajaran tentang semangat pantang menyerah n kerjasama dari pada punyanya amerika..
Gain creativity..
Gain success..
Gain mass..

oyi

#7
nambahin boleh ya,yang pernah saya baca juga, lupa judul bukunya.
insinyur2 jepang yan lu2san universitas begitu lulus tidak langsung memperoleh jabatan bergaining position dalam suatu perusahaan, misalkan langsung menjadi manajer yang bergaji tinggi, namun fresh graduate ini langsung diterjunkan ke pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel sebagai teknisi atau bekerja langsung di lapangan. beda dengan lulusan berkeley yang begitu lu2s langsung meminta jabatan dan gaji yang tinggi sementara kredibilitas mereka dari segi pengalaman belum teruji, sedangkan jepang, orang-orang yang diangkat jadi pimpinan, direktur atau manajer adalah orang-orang yang memang pernah terjun ke lapangan sehingga tahu betul seluk-beluk produk usaha perusahaan mereka. Jadi, tidak heran bila teknisi-teknisi pabrik atau bengkel2 serta "tukang-tukang" lainya yang mengikat kepala mereka dengan handuk ataupun memakai handuk dileher (khas jepang) adalah lulusan universitas terkemuka jepang.  Dan dari segi penelitian dari 300 orang yang meneliti hanya sekitar 85 orang (kira2) yang ada di laboratorium selebihnya di lapangan. Ditambah loyalitas mereka pada perusahaan, beda dengan lulusan bisnis Amerika yang suka pindah-pindah perusahaan untuk mengejar posisi dan gaji yang prestisius, pekerja di Jepang sebagian besar adalah pekerja yang telah lama bekerja diperusahaan tersebut, dengan begitu stabilitas perusahaan terjaga.
Mengapa demikian?
karena menurut sipenulis buku (kalo tidak salah judulnya belajar dari teknologi jepang terbitan UGM press) yang asli jepang, bangsa Jepang tidak memandang rendah kerja yang berpeluh keringat, karena tradisi kuat dari samurai yang eks petani pekerja keras pada zaman kekaisaran jepang kuno tentu memiliki harga diri dan jati diri kuat. Beda dengan tradisi mandarin, pada masaq dinasti china kalangan aristokrat adalah orang-orang yang terpelajar dan diseleksi ketaT berdasarkan kemampuan kognitif. Ada pepatah yang menyebutkan, tidak akan tahu membuat besi kalau tidak tahu caranya, sehingga tercipta paradigma pekerjaan yang bergengsi adalah kerja bermodalkan otak dan hanya berada dibalik meja. kalau istilah inggrisnya adalah "gentlement" yang duduk2 dengan secangkir teh dan berpakaian bersih serta menyelesaikan pekerjaan.
Nah, kalau orang Inggris katanya terkenal dengan Inventnya, orang Inggris mengerjakan sesuatu secara amateur (sekedar hobi) namun dengan demikian dapat menghasilkan ide2 gila yang liar, seperti James watt gara2 melihat tutup ketel yang bergerak saat air mendidih jadi kepikiran membuat mesin uap, dsb, namun orang Inggris kurang bisa mengoptimalkan hasil penemuannya.
Bandingkan saja mobil keluaran Jepang yang fungsional, hemat bahan bakar dan desain yang kompak sangat disukai konsumen mobil didunia dibandingkan dengan mobil keluaran amerika, italia tau Inggris, begitupula Barang2 elekltronik Jepang lainnya.

Kepala-kepala bagian yang menerima kritikan dari konsumen karena cacat sedikit saja pada produk mereka akan merasa jatuh harga dirinya dan bahkan akan bunuh diri. Ini tidak lain adalah tradisi malu dan sifat bangsa Jepang yang teliti. Etos kerja yang tinggi dan sifat teliti bangsa Jepang tampak pada kebiasaan mereka memelihara tanaman mini (bonsai) yang sangat membutuhkan perawatan ekstra teliti, kemudian kegemaran bangsa Jepang pada ukiran-ukiran yang mini-mini, ini menekankan bahwa bangsa Jepang sangat teliti dalam mengerjakan sesuatu.  Ditambah kecerdasan matematis maka dihasilkan lah produk dengan tingkat kecacatan sangat kecil. Oleh karena itu, produk jepang sangat dipercayai konsumen.

heru.htl

Semangat samurai, itulah salah satu integritas bangsa JEPANG

nandaz

Kutip2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat  (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi
kesepakatan umum.
kayaknya yang ini jangan ditiru deh...ada salah satu komikus jepang yang mengarang "physic detective", bilang seperti ini;
" kematian bukan tempat untuk melarikan diri dari kenyataan, melainkan tempat untuk seseorang yang telah selesai menjalankan kehidupannya"
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

andreanvee

patut di tiru, jika cocok dengan budaya kita

nandaz

Kutip dari: andreanvee pada Maret 20, 2010, 02:43:28 AM
patut di tiru, jika cocok dengan budaya kita
masa' sih...mau mati cuman gagal
bukannya itu tindakkan pengecut....sangat pengecut sekali,
baca aja cerita yang dikarang oleh Retsu keiko, orang jepang dahulu memang kehormatan merupakan tiang dari leluhurnya, sekarang hal bunuh diri sudah ngga lagi populer, seiring perkembangan jepang...tahu ngga nobunaga oda salah seorang ronin jepang melakukan harakiri karena kehilangan bosnya dalam insiden hannoji sedangkan para penduduk desanya bilang tindakkannya itu adalah tindakkkan bodoh yang membuat masyarakatnya menderita.

   Kalo seseorang yang bermasalah itu lari ya masalah tersebut akan datang pada orang sekitarnya, dan itu justru membuat orang lain kecewa pada kita...itu justru tindakan yang lebih bodoh..seharusnya selesaikan dulu masalah baru bunuh diri, tetapi galikuburannya kalo bisa jangan nyusahin orang juuga ;D
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

heru.htl

Bangsa jepang menjunjung tinggi "budaya menghormati orang lain", itulah, mereka sopan santun dan rendah hati, kalaupun mereka tegas, itu demi loyalitas mereka dalam berdedikasi -- salah satu hukum samurai.

deathspeel omega

patut di tiru, jika cocok dengan budaya kita...


-cocok itu tergantung induvidu brad

deathspeel omega

Bangsa jepang menjunjung tinggi "budaya menghormati orang lain", itulah, mereka sopan santun dan rendah hati, kalaupun mereka tegas, itu demi loyalitas mereka dalam berdedikasi -- salah satu hukum samurai.


yang bener ??
dalam sisi pandang apa anda berani bicara ??