Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 11:44:20 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 134
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 128
Total: 128

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

[Environmental Engineering] Risk Assessment

Dimulai oleh arie_ds, Desember 19, 2006, 10:35:10 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

arie_ds

Risk Assessment dalam bahasa indonesianya adalah audit resiko. Dalam hal ini saya tekankan pada audit resiko lingkungan. Misal, asbestos. Asbestos dikenal sebagai salah satu toksikan (substansi toksik/racun) sebagai salah satu penyebab kanker. Masalahnya adalah kita sering terpapar oleh asbestos ini di lingkungan. Audit resiko atau risk assessment berperan dalam menetapkan peraturan keselamatan, pada dosis (mg/kg.day) kita layak terpapar oleh asbestos. Seperti kita ketahui, asbestos sering merupakan bagian dari konstruksi rumah kita.

Bagian dari risk assessment adalah risk characterization. Oke, kenapa bisa risk characterization? Risk characterization adalah hal paling penting di audit resiko (risk assessment) karena disinilah kita bisa menilai apakah sebuah bahan kimia, atau kontaminan atau polutan akan menimbulkan resiko terhadap manusia.

Bagaimana cara mendapatkan risk characterization?

Kita harus tahu dulu, skema secara jelasnya. Klik Risk quotient supaya anda bisa melihat skemanya. Saya akan langsung ke contoh. Sebagai contoh adalah carbamazepine. Bahan kimia ini sering digunakan sebagai obat antiepilepsi. Sekarang kita akan mengukur risk quotientnya. Ingat, kita hanya butuh dua parameter, Exposure assessment (PEC) dan effects assessment (PNEC).

Cara penghitungan PEC ada berbagai macam, yang saya cantumkan disini adalah PEC based on effluent. Yup, artinya perhitungan PEC berdasarkan persen removal carbamazepine dari wastewater treatment plant (pengolahan air limbah). Formula PEC dapat anda lihat di dokumen PNEC. Kita akan belajar menghitungan PEC:

A: jumlah carbamazepine (kg/tahun) adalah 39.940 kg/tahun (contoh di Perancis)
R: persen removal carbamazepin di pengolahan air limbah, kita asumsikan 30% (carbamazepine lumayan tahan terhadap pengolahan air limbah)
P: populasi daerah tertentu, misal daerah A, ada 20.000.000 orang
V: volume pemakaian carbamazepine (100 mL/org.hari)

Kita masukkan, maka kita dapatkan PEC = 3,4 mg/L

PNEC, kita harus mendapatkan PNEC dari uji akut dan kronis. Otomatis tesnya adalah bioassay, bisa menggunakan bakteri, crustaceans, atau alga. Uji ini bertujuan untuk mengambilkan dosis konsentrasi (mg/L) yang mana 50% nya populasi uji menunjukkan kematian, atau perubahan struktur sel secara signifikan. Saya ambil contoh data, carbamazepine terhadap c. dubia uji kronis selama 7 hari, konsentrasi 0,025 mg/L menunjukkan adanya perubahan jaringan sel. Kita ambil nilai 0,025 mg/L ini.

Oke, skr kita bagi, PEC/PNEC adalah 136 >1 sangat jauh diatas 1. Artinya apa, carbamazepine memberikan resiko terhadap lingkugan, dan terhadap biota, dan keberadaannya sekarang pada kondisi yang unaceptable. Sehingga, produksi maupun penggunaan carbamazepine harus dikurangi. Namun demikian, perlu uji lebih lanjut pengaruhnya terhadap manusia.

Data diatas sebagian adalah berdasarkan asumsi, yang penting point untuk mendapatkan risk characterizationnya tercapai. Data2 tersebut harus dicari melalui penelitian. Saya rasa Indonesia belum sampai ke arah sana 

Referensi:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.] (google, keyword: kegunaan carbamazepine)

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

advisor

Nah, kalimat terakhir itu yang bikin nyesek  :'(

KutipSaya rasa Indonesia belum sampai ke arah sana

Soal menentukan bahan kimia mana yang akan diuji itu gmn yah? Maksudnya, carbamazepine itu kan tadinya obat, kok bisa2nya masuk kandidat sebagai polutan? Kalau semua zat diuji, agaknya ga mungkin kan, boros skali itu.

arie_ds

carbamazepine memang bahan untuk obat. Tapi penggunaannya kalau berlebihan, bisa menjadi racun buat tubuh. Sama saja seperti air putih. Dalam dosis tertentu sehat bagi tubuh, tapi kalau kebanyakan atau kekurangan, maka buruk bagi tubuh.

Uji carbamazepine adalah, kita tahu, carbamazepine dipakai orang sebagai obat, sehingga pasti ada dalam air sungai sebagai bahan baku air minum atau pada pengolahan air limbah. Nah, kita mempelajari bagaimana konsentrasi carbamazepine pada air sungai tersebut, bagaimana kemungkinannya kita terpapar, dan pada dosis berapa setiap harinya kita bisa terpapar, apakah akan menimbulkan efek bagi kesehatan. Disini tujuannya risk assessment.

Memang boros, makanya perlu banyak dana. Itu maksud kalimat saya yang nyesek itu... :)

advisor

hhmm... jadi ada prosedur2 tertentu yah sebelum mulai assest suatu bahan.... alasannya yg paling kuat................. MAHAL!!!

hikss... dunia kapitalis :'(

arie_ds

#4
One way to determine risk is already given in here, but it is still a bit picture of overall process of risk management. From figure above, the interesting thing I would point out is how far away the journey of how environmental risk management should undergoes and work.

Initial step that must be considered is pre-research. This kind of research, scientific research, is to obtain contaminant information which is considered to be hazardous. One of the steps is by conducting epidemiology test or observation.
             

The research of this chemical or a substance, is to find out the dose in which the dose can cause lethal effect to the organisms. If we use 50% population death as an indicator, then we usually use EC50 or LD50. LD50 is a dose of a certain chemical that cause 50% of animal test are dead (lethal dose), another one EC50, is a dose in which 50% of observed animal are experiencing either physiological or structural organ changes. I am not still quite well understood regarding the basic differences between EC50 and LD50, including another study such as clinical study, SAR and modelling. I am personally not well aware of person or community who are their expertise in this area.

Second step is risk assessment. These are when scientists do their job, because the data have to as objective as possible based on real experiment.

At this stage, few things need to done are hazard identification, dose-response curve and exposure assessment. Dose-response activities are similar to how to determine EC50 and LD50, there are also another additional terms such as LOAEC (Lowest Observable Adverse Effect Concentration), or NOEC (No Observable Effect Concentration), etc.

Exposure is a possibility that the target contaminant is present in a certain area or region, dan with certain population either. We can determine the mass of the chemical in the environmental in term of kg/ca perday. The most importance is, how it is likely, us, public community, get exposed or contacted with this chemical. Usually this quite difficult to do, but it's doable. The problem is, again, how big our spirit and government support (political will) to do these activities.

As soon as we get quantitative data, the result should be whether that particular contaminant present any dangerous to the environment or not, then we enter to the third step. On this stage, outside factor may play a bigger role such as politics, economy and especially social. Why, it's because the final output of these researches, these risk assessment would be a regulation, a rule. And this rule must be implemented toward all elements in the society for social safety.

The problem is, it is not easy to issue new decision, new rule. Politic and power may play inside the process. Well, as both you and I can see, politics may change the right thing become wrong and the wrong thing become right. From the objective value, clear picture, that this chemical is hazardous, for example, thus it is obvious need to forbidden its use, but since it will affect, say worker discharge, or another social-control reasosn, this could make the implementation of environmental risk management meet a huge barrier.

But, oh well, the more important thing is at least you already know risk management elements and what involved in it, and the importance to have public authority whom know environmental risk in our surroundings. We are all aware, that only small part of government attention are directed to our environment. This can be seen from our environmental nation budget. Even if, there are some fund directed for environment, this coud only emphasize to end-of-pipe treatment, not to act as a prevention of environmental deterioration.

I still have a hope to my country.. :)

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

arie_ds

Oke, inti dari post ini adalah, sejauh-jauhnya permukiman anda dari industri, tetap.. anda tidak terbebas dari kemungkinan terekspos dari bahan-bahan kimia yang dikeluarkan dari industri.

Simple, ingat... industri punya banyak jalan keluar limbahnya. Udara yang lewat melalui cerobong asapnya. Air melalui pengolahan air limbahnya, serta lumpur hasil pengolahan air limbahnya. Perlu diperhatikan pula, besar kemungkinan pula industri punya pipa "bayangan", karena.. kita semua tahu... pengolahan itu mahal, memelihara lingkungan mahal, dan yang paling penting, pengawasan kita lemah.. Indonesia jadi surga bagi para pendosa lingkungan.

Udara, walau ada kemungkinan terjadi pengenceran lewat proses yang rumit, anda harus berhati2, siapa tahu, partikulatnya bisa mencapai rumah anda, dalam konsentrasi kecil, tapi terus menerus. Kalau terhirup dan terakumulasi, anda akan tetap merasakan dampaknya. Ini tidak akan terjadi, kalau perusahaan sudah membuang emisinya sesuai peraturan yang ada.

Lumpur, bisa jadi digunakan sebagai alas, lapangan, sebagai bahan urugan sampah, dll. Atau kemungkinan, lumpur tersebut memadat jadi tanah, tumbuh tanaman, dimakan sapi, kambing, akhirnya anda memakan sapi dan kambing tersebut.

Air, bisa turun ke sungai (bahan baku air bersih anda), atau ke air bawah tanah (sumur). Pada akhirnya, tidak ada yang bisa selamat 100% dari exposure bahan kimia manapun yang berasal dari industri. Namun demikian, resiko bisa diminimisasi, jika industri melakukan usaha green production atau membuang emisi dan limbahnya di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]