hehehe...smakin menarik yahh..
sebenarnya sih, karena dasar pertanyaan saya adalah pernyataan dari mas superstring, aku mengharap mas superstring lah yg menjawab pertanyaanku. Tapi karena mas superstring mengamini jawaban u. langit dan Mtk k. Mataram :
@[email protected]
Semoga tambahan dari u. langit dan Mtk K. Mataram bisa lebih menjawab pertanyaan anda.
maka saya anggap jawaban mas superstring sama dengan mereka b2 (walaupun dalam beberapa bagian mereka mengungkapkan hal yg berbeda..)
trimakasih bwt u.langit n Mtk K. Mataram yg mencoba menjawab pertanyaan saya (atau membela superstring??

) saya hargai usaha anda, meski ini jg tidak menjawab tuntas pertanyaan saya. Akan coba saya telaah jawaban anda b2:
1. apakah memang masih ada Al Quran yg asli?jawaban u.langit:
Al-Qur'an masih asli isinya,.. tidak mengalami perubahan isi dari pertama dibukukan oleh sahabat Nabi, sampai sekarang! dan Al-Qur'an tidak ditulis oleh Allah, tapi berasal dari Allah,..
dari kalimat yg saya bold, saya berkesimpulan bahwa kitab Al Quran yg pertama (sekali lagi 'kitab' nya, saya tidak membicarakan konten disini) dibuat oleh sahabat nabi!! bukan oleh Muhammad sendiri, atau bahkan tuhan (betulkan bila kesimpulan saya salah). perhatikan penggunaan kata 'dibuat' dsini, saya akan kembali mengquote pernyataan mas superstring :
Saya tidak pernah mengatakan seperti itu. Saya bilang saya tidak percaya kitab suci yang dibuat oleh manusia.
lalu apakah sahabat nabi yg dimaksud mas u.langit bukan manusia??(ini pertanyaan tentu bwt mas superstring donk), sedangkan anda sangat mendukung pernyataan U.langit?(bukankah ini bertolak belakang??)
selanjutnya saya akan coba memahami analogi yg diberikan mas u.langit tentang 'berasal dari' (u.langit mengganti istilah 'dibuat oleh' nya superstring dengan frasa ini, it's OK, saya terima, menurut saya sama saja bukan, karena sama2 menunjukkan hub. kausal)
untuk pemahaman Al-Qur'an tidak ditulis oleh Allah, tapi berasal dari Allah, mungkin lebih mudah begini,. misal, anda diajar fisika oleh guru anda, lalu anda mencatat apa yang diterangkannya, guru anda tidak mencatat apa yang diterangkannya pada catatan anda, tapi catatan itu "berasal" dari guru anda!!
jelas saya akan sangat mudah menerima analogi anda ini!dan saya akan berkata 100% yakin bahwa
catatan saya itu 'berasal dari' guru saya, karena saya melihat guru tsb(benar2 melihat dengan mata dan berhadapan langsung, posisi saya sebagai pencatat/murid langsung dari guru saya). ini jelas tidak dapat di analogikan dengan pernyataan bahwa
"Al Quran berasal dari tuhan" apakah anda memposisikan 'saya' sebagai pencatat langsung isi Al Quran?kalo begitu tentu saja saya akan 100% percaya kalo Al Quran berasal dari tuhan. Faktanya adalah: 'saya' bukan bagian dari hubungan kausal itu! saya dan kita semua disini adalah pihak ketiga dari hubungan 2 pihak antara "guru-murid" itu. kalo anda memposisikan saya sebagai 'murid' disini sama artinya anda memposisikan saya sebagai Nabi yg memperoleh ajaran langsung dari tuhan bukan. Mungkin akan lebih tepat bila anda menganalogikan seperti ini:
"ada seorang guru fisika (a.k.a tuhan) mengajarkan pada muridnya (a.k.a nabi) tentang suatu hal (a.k.a konten Alquran) dan teman dari murid itu (a.k.a sahabat nabi) yang membuat catatan ttg suatu hal itu, entah sahabat itu terlibat langsung dalam proses pengajaran itu, atau tidak, sahabat hanya sebagai pencatat (a.k.a pembuat) buku/kitab tentang ajaran guru fisika tadi" lalu dimana posisi saya, anda, dan kita semua penghuni alam semesta saat ini? dalam analog ini kita bisa diposisikan sebagai "teman dari teman murid itu", atau "keturunan dari murid/teman murid itu" atau "siapapun yang tidak terlibat langsung dengan proses pengajaran itu" yang tahu tentang adanya buku yg ditulis teman murid tadi. Dari sini apakah kita pasti/harus percaya bahwa buku yg kita baca saat ini adalah berasal dari guru fisika tadi?? tentu tidak karena ada 2 kemungkinan disini, ada yang percaya dan ada yang tidak percaya, yang percaya beralasan karena "di buku itu jelas disebutkan kalau yg mengajarkan adalah guru fisika", sedangkan yang tidak percaya akan berkata: "mana bukti kalau ajaran buku ini dari guru fisika, selain dari klaim di buku itu sendiri yg menyatakan bahwa semua isi buku itu dari guru fisika, saya tidak melihat langsung guru fisika 'menurunkan' ilmunya pada murid, dan murid menceritakan pada temannya u/ dicatat"
inti dari analogi yg saya berikan adalah, posisi 'kita' yang percaya dengan posisi 'kita' yang tidak percaya saat ini adalah setara, keduanya sama2 logis.
analogi ini akan semakin komplek bila ditambah ternyata tidak hanya ada satu buku/kitab saat ini, ada kitab 'yg dari' guru fisika, ada kitab 'yg dari' guru kimia, ada kitab 'yg dari' guru geografi, dll...
(nah looo...kok malah maen analog2ian gini seh...heheh

)
jawaban dari Mtk K. Mataram u/ pertanyaan 1) saya:
Sejarahnya, Al-Quran ditulis di zaman Nabi Muhammad pada kulit binatang, tulang atau yang lain, sedangkan ucapan dan tindakan beliau tidak didokumentasikan. Lalu pada zaman Abu Bakar, atas usul Umar dibukukan, lalu pada zaman Usman dibuat kopian yang disebarkan ke beberapa wilayah. Kopian ini masih ada yang tersisa, yaitu yang tadinya untuk wilayah uzbekistan. Universitas Columbia AS punya salinan dari ini melalui faksimile.
ini mendukung/melengkapi jawaban dari u. langit, tapi kalau mau ditinjau lagi ini mengungkapkan hal yg berbeda. Mataram membahas tentang sejarah (sekali lg sejarah!) dan yg semakin membingungkan disini dinyatakan bahwa al Quran ditulis pada jaman Nabi Muhammad, tanpa menjelaskan siapa yang sebenarnya menulis/membuatnya pertama kali. bahkan posisi sahabat nabi (umar, abubakar,usman) seolah-olah sekarang bergeser, bukan lagi sebagai pembuku(pembuat kitab) pertama kali, tapi cuma pengkopi, penyebar, nah loo...sama posisinya dengan orang yg mengefaks buku itu ke Universitas Columbia bukan?? (perhatikan disini u. langit menggunakan istilah "membukukan" sama seperti bentuk pasif "dibukukan" yang dipake Mataram, tapi kenapa ya kok penangkapan saya bisa berbeda??)
jadi mana "kitab Alquran yg asli" menurut superstring itu?wakaka..sekali lagi tidak menjawab pertanyaan saya.
Memang pada awalnya tulisan Al-Quran tidak ada tasykil maupun i'jam dan juga tidak ada nomor-nomor ayat, itu muncul kemudian untuk menyatukan cara membaca dan mempermudah orang yang bukan berbahasa ibu bahasa Arab untuk membacanya.
Jadi keasliannya adalah, apa bacaan Al-Quran sekarang ini adalah bacaan pada waktu Nabi.
ini semakin lucu...bukankah pernyataan ini bahkan (semakin) menunjukkan kalo kitab Al Quran sudah tidak orisinil/asli lagi??? kalau alasan perubahan itu seperti yg saya bold, kenapa tidak didasari pemikiran yg lebih sederhana seperti pendapat saya misalnya: untuk mempermudah orang yang bukan berbahasa ibu bahasa Arab untuk membaca alQuran ya dengan translate aja ke bahasa bersangkutan, bukan dengan menambah tasykil, atau i'jam,atau nomor ayat, atau apalah?benul toh...itu orang bodohpun akan berpendapat seperti itu
OK lanjut tar bis istirahat siang deh..pegel nih
