Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 05:29:16 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 87
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 112
Total: 112

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Buddha Vagga 8-9

Dimulai oleh semut-ireng, Juni 20, 2010, 05:06:23 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

semut-ireng

"   Tidak dalam hujan uang emas dapat ditemukan kepuasan nafsu indria.   Nafsu indera hanya merupakan kesenangan sekejab yang membuahkan penderitaan.   Orang bijaksana yang dapat memahami hal itu tidak membuatnya bergembira bila mendapat kesenangan surgawi sekalipun.   Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna bergembira dalam penghancuran nafsu-nafsu keinginan  "  (  Buddha Vagga 8-9  ).


Sutta di atas sempat disinggung dalam diskusi di :
www.forumsains.com/agama-dan-filosofi/tiga-nabi-manusia/75/

Mungkin ada manfaatnya untuk dijadikan semacam pegangan hidup.   Kita perlu mencontoh ketauladaan Siddhatha Gotama.   Beliau bergembira dalam menghadapi cobaan hidup.

Silakan kalau ada ide2 dan pendapat lain  ...........

Pi-One

#1
Yang bergembira dalam penghancuran nasu keinginan bukan cuma Buddha Gautama, tapi juga semua siswanya yang mengikuti ajarannya.

*Jangan-jangan anda lagi-lagi mau mengarahkan kalau Buddha Gautama itu siswa Tuhan? :)

KutipNa kahàpaõavassena Þ
            titti kàmesu vijjati
Appassàdà dukhà kàmà Þ
            iti vi¤¤àya paõóito. 186.
9. Api dibbesu kàmesu Þ
            rati§ so n' ƒdhigacchati.
Taõhakkhayarato hoti Þ
            sammàsambuddhasàvako.

Translasi
Not by a shower of gold coins does contentment arise in sensual pleasures. Of little sweetness, and painful, are sensual pleasures. Knowing thus, the wise man finds no delight even in heavenly pleasures. The disciple of the Fully Enlightened One delights in the destruction of craving

Sumber:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

semut-ireng

Karena saya belum paham,  mau tanya  :   apakah ada sutta atau apapun istilahnya di Tipitaka,  yang menyuruh membuat Patung Sang Buddha dan kemudian dijadikan semacam alat atau apapun istilahnya untuk ritual peribadatan dalam agama Buddha  ?

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 22, 2010, 11:11:15 AM
Karena saya belum paham,  mau tanya  :   apakah ada sutta atau apapun istilahnya di Tipitaka,  yang menyuruh membuat Patung Sang Buddha dan kemudian dijadikan semacam alat atau apapun istilahnya untuk ritual peribadatan dalam agama Buddha  ?
Jika anda bertanya, apa ada sutta yang menyuruh membaut Budha rupang, setahuku jawabannya tidak. Tapi jika anda tanya apa Buddha melarang pembuatan Buddha rupang, jawabnya juga tidak. Singkat kata, beliau tidak menganjurkan dan tidak melarang. Pembuatan Buddha rupang dibuat pengikutnya untuk mengenang beliau dan untuk membantu mendapat inspirasi dari sosok beliau, dan itu terjadi mungkin ratusan tahun setelah Sang Buddha parinibbana.

Beliau mengizinkan untuk membuat pagoda yang menyimpan reliknya setelah beliau tiada, dan ini tradisi yang umum di India masa itu.

*Kok pertanyaannya jadi jauh sekali dari topik awal?

semut-ireng

Kutip dari: Pi-One pada Juni 22, 2010, 08:02:06 PM
Jika anda bertanya, apa ada sutta yang menyuruh membaut Budha rupang, setahuku jawabannya tidak. Tapi jika anda tanya apa Buddha melarang pembuatan Buddha rupang, jawabnya juga tidak. Singkat kata, beliau tidak menganjurkan dan tidak melarang. Pembuatan Buddha rupang dibuat pengikutnya untuk mengenang beliau dan untuk membantu mendapat inspirasi dari sosok beliau, dan itu terjadi mungkin ratusan tahun setelah Sang Buddha parinibbana.

Beliau mengizinkan untuk membuat pagoda yang menyimpan reliknya setelah beliau tiada, dan ini tradisi yang umum di India masa itu.

*Kok pertanyaannya jadi jauh sekali dari topik awal?

Ah ngga jauh sekali kok,  soalnya masih ada pertanyaan lagi.   Mungkin Buddha tidak menganjurkan dan tidak melarang,  dan pembuatan Buddha rupang bisa membantu mendapat inspirasi dari beliau sebagai panutan.  Tetapi bagi penganut Buddha yang masih awam,  katakanlah masyarakat klas bawah yang tingkat pendidikannya relatif rendah,  mungkin akan kesulitan untuk mengingatkan mereka agar jangan menyembah dan meminta-minta ke Buddha rupang.   Bukankah hal semacam itu justru bertentangan dengan Dhamma yang mengajarkan agar jangan mencari perlindungan ke tempat2 pemujaan yang dianggap keramat  ?

Selanjutnya,  tentang Sang Tiratana,  bagaimana pendapat anda sendiri  -  bukan pendapat umat Buddha umumnya  -   apakah  Sang Tiratana itu memiliki daya supranatural sehingga bisa merespon / mengabulkan atau tidak mengabulkan doa seorang penganut Buddha  ?
Contoh kongkritnya begini,  dalam suatu pertemuan teman saya yang beragama Buddha menjelaskan sedikit tentang agamanya kepada kita para non-Buddhis,  dia mengakhiri penjelasannya itu dengan kata2 semacam doa untuk semuanya  :  Semoga Sang Tiratana melindungi kita semua .................

Sekali lagi,  bagaimana menurut pendapat anda sendiri sebagai Buddhis yang agnostis  tentang doa di atas itu,  benar atau salah  ?
 

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 22, 2010, 11:27:24 PMAh ngga jauh sekali kok,  soalnya masih ada pertanyaan lagi.   Mungkin Buddha tidak menganjurkan dan tidak melarang,  dan pembuatan Buddha rupang bisa membantu mendapat inspirasi dari beliau sebagai panutan.  Tetapi bagi penganut Buddha yang masih awam,  katakanlah masyarakat klas bawah yang tingkat pendidikannya relatif rendah,  mungkin akan kesulitan untuk mengingatkan mereka agar jangan menyembah dan meminta-minta ke Buddha rupang.   Bukankah hal semacam itu justru bertentangan dengan Dhamma yang mengajarkan agar jangan mencari perlindungan ke tempat2 pemujaan yang dianggap keramat  ?
Dan tugas mereka yang lebih pahamlah untuk memberi tahu mereka.

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 22, 2010, 11:27:24 PMSelanjutnya,  tentang Sang Tiratana,  bagaimana pendapat anda sendiri  -  bukan pendapat umat Buddha umumnya  -   apakah  Sang Tiratana itu memiliki daya supranatural sehingga bisa merespon / mengabulkan atau tidak mengabulkan doa seorang penganut Buddha  ?
Secara langsugn tentu tidak. Bahkan Buddha sejak awal mengajarkan bahwa usaha harus dilakukan oleh diri sendiri, beliau hanyalah guru. Beliau tidak bisa mengabulkan permohonan duniawi seseorang.

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 22, 2010, 11:27:24 PMContoh kongkritnya begini,  dalam suatu pertemuan teman saya yang beragama Buddha menjelaskan sedikit tentang agamanya kepada kita para non-Buddhis,  dia mengakhiri penjelasannya itu dengan kata2 semacam doa untuk semuanya  :  Semoga Sang Tiratana melindungi kita semua .................

Sekali lagi,  bagaimana menurut pendapat anda sendiri sebagai Buddhis yang agnostis  tentang doa di atas itu,  benar atau salah  ?
Itu adalah satu bentuk harapan, bukan permohonan. Sama dengan umat Buddha umum bilang: Semoga semua makhluk berbahagia. Tidak ada satu kuasa pun yang mampu membuat semua makhluk berbahagia, kebahagaiaan itu harus diraih dengan usaha sendiri.

Sekali lagi, perlindungan Tiratana bukan perlindungan dalam bentuk kekutan supranatural.

semut-ireng

#6
Terima kasih bung @Pi-One,  semua penjelasannya sudah jelas banget. :D

Cuma sedikit heran saja  -  mungkin saya salah  - apa yang seperti itu bukan berarti mengharapkan perlindungan dari sesuatu yang tidak bisa diharapkan  ?

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 23, 2010, 02:07:53 PM
Terima kasih bung @Pi-One,  semua penjelasannya sudah jelas banget. :D

Cuma sedikit heran saja  -  mungkin saya salah  - apa yang seperti itu bukan berarti mengharapkan perlindungan dari sesuatu yang tidak bisa diharapkan  ?
Makanya, aku selalu bilang, Buddhisme itu berbeda dengan agama samawi. meski anda selalu komplain saat aku mulai menyinggung agama samawi dan non samawi.

Saat bicara perlindungan, anda mungkin akan berpikir mengenai kekuatan supranatural yang melindungi seseorang. Seorang Buddhis berlindung pada Sang Buddha dengan menghormati beliau sebagai seorang guru dan berusaha meneladani beliau. Seorang Buddhis berlindung pada Dhamma dengan mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari. Seorang Buddhis berlindung pada Sangha dengan menyokong mereka yang menjadi penjaga Dhamma dan belajar dari mereka.

semut-ireng

Jadi, mengacu kepada penjelasan anda   - intinya Sang Tiratana tidak punya daya supranatural  - ,  teman saya Buddhis yang  " mengharap " dengan kata2nya :  semoga Sang Tiratana melindungi kita semua  ............,  itu sama saja dengan mengharapkan perlindungan dari sesuatu yang tidak bisa diharapkan ?

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 24, 2010, 09:28:25 AM
Jadi, mengacu kepada penjelasan anda   - intinya Sang Tiratana tidak punya daya supranatural  - ,  teman saya Buddhis yang  " mengharap " dengan kata2nya :  semoga Sang Tiratana melindungi kita semua  ............,  itu sama saja dengan mengharapkan perlindungan dari sesuatu yang tidak bisa diharapkan ?
Jika mengharap perlindungan supranatural, tentu saja tidak. Kan aku sudah jelaskan maksud berlindung pada Tiratana tadi.

semut-ireng

Ya,  anda sudah jelaskan maksud berlindung pada Tiratana  :

Kutip dari: Pi-One pada Juni 24, 2010, 08:45:29 AM
Saat bicara perlindungan, anda mungkin akan berpikir mengenai kekuatan supranatural yang melindungi seseorang. Seorang Buddhis berlindung pada Sang Buddha dengan menghormati beliau sebagai seorang guru dan berusaha meneladani beliau. Seorang Buddhis berlindung pada Dhamma dengan mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari. Seorang Buddhis berlindung pada Sangha dengan menyokong mereka yang menjadi penjaga Dhamma dan belajar dari mereka.


Dan penjelasan anda itu ngga pas bila dipandang sebagai  "   satu bentuk harapan " dalam kalimat :  semoga Sang Tiratana melindungi kita semua ......Menghormati guru dan berusaha meneladaninya....dstnya tidak bisa diartikan sebagai suatu bentuk harapan ........

Jadi apa yang dikatakan oleh teman saya itu kurang tepat atau keliru ?   Apa kata-kata atau kalimat yang tepat atau ngga keliru,  yang lazim digunakan di kalangan khusus Buddhis ?

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 24, 2010, 10:07:34 PMDan penjelasan anda itu ngga pas bila dipandang sebagai  "   satu bentuk harapan " dalam kalimat :  semoga Sang Tiratana melindungi kita semua ......Menghormati guru dan berusaha meneladaninya....dstnya tidak bisa diartikan sebagai suatu bentuk harapan ........
Harapan dalam hal ini adalah agar kita bisa menerapkan 3 perlindungan di atas.

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 24, 2010, 10:07:34 PMJadi apa yang dikatakan oleh teman saya itu kurang tepat atau keliru ?   Apa kata-kata atau kalimat yang tepat atau ngga keliru,  yang lazim digunakan di kalangan khusus Buddhis ?
Jika teman anda mengharap perlindungan supranatural, kemungkinan teman anda terpengaruh oleh tradisi, utamanya jika aia adalah 'warga keturunan'.