Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 08:19:18 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 204
Total: 204

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Dogma digugat, marah?

Dimulai oleh Farabi, Mei 26, 2011, 05:50:55 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Farabi

Heran juga ya? Saya juga waktu dulu kalau tidak bisa jawab masalah agama suka marah. Tapi yang jelas biasanya dulu kalo difitnah yang bikin marah. Tapi saya perhatikan juga orang orang yang tidak bisa menjawab banyak yang marah kalau keimanannya digugat. Menurut anda kenapa bisa begitu?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Pi-One


Farabi

Supaya apa ya? Apa karena rasa takut terhadap neraka?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

familycode

#3
Itu bisa ego, bisa juga super ego, belum tentu pasti selalu ego.

Balik ke topik, jika ada seseorang dirinya diserang maka ego akan melindungi, melindungi siapa? Ya melindungi ID, secara umum semakin manusia pintar maka semakin kreatif perlindungannya.

Bagaimana jika agamanya diserang, kalau diserang agamanya maka lihat lebih jauh tentang agamanya, saya tidak tahu ajaran apa di agamanya, jika hukumnya adalah agamanya wajib dibela kalau diserang dan jika tidak dibela maka akan berdosa, maka wajar jika dia marah karena ada ancaman yaitu jadi berdosa.

Contohnya : Silahkan anda hina-hina saya tapi jangan hina agama saya, saya tidak terima jika agama saya dihina. Pertanyaannya apakah ini ego atau super ego? maka lihat kasusnya lebih dalam, bisa ego yang kreatif yang memanfaatkan agama untuk melindungi dirinya, bisa juga super ego yang melindungi dirinya agar tidak berdosa.

Intinya balik ke dirinya sendiri dan hukum di agamanya yang dapat mempengaruhi dirinya, entah dalam bentuk penafsiran atau apa menurut yang dia pahami.

MonDay

inilah bedanya sains dgn agama (dogma), sains sangat terbuka untuk diperbaharui dikritik dikuatkan atau diruntuhkan jika agama sebaliknya, ya itulah kita manusia dengan segala keegoan dan kebanggaannya :)

familycode

Kutip dari: MonDay pada Mei 27, 2011, 05:07:21 PM
inilah bedanya sains dgn agama (dogma), sains sangat terbuka untuk diperbaharui dikritik dikuatkan atau diruntuhkan jika agama sebaliknya, ya itulah kita manusia dengan segala keegoan dan kebanggaannya :)
Mungkin tidak ada pemahaman jika tidak membela agamanya maka dia dianggap berdosa? Jadi dia bukan karena ego tapi super ego yaitu ada ancaman karena dosa jadi dia melakukan pembelaan, adakah itu?

Pi-One

Pada dasarnya jawaban di ranah ini cukup relatif. Bisa dibilang saat keimanan seseorang diserang, mereka yang marah sedang melindungi diri mereka. Merasa harus membela habis-habisan, karena kalau tidak, mereka merasa bahwa sama saja mengakui apa yang mereka imani salah.

familycode

#7
Kutip dari: Pi-One pada Mei 27, 2011, 09:41:02 PM
Pada dasarnya jawaban di ranah ini cukup relatif. Bisa dibilang saat keimanan seseorang diserang, mereka yang marah sedang melindungi diri mereka. Merasa harus membela habis-habisan, karena kalau tidak, mereka merasa bahwa sama saja mengakui apa yang mereka imani salah.
Klo ego, mmg seperti itu ya bisa, q ada pertanyaan, dalam konteks ego, apakah membela hingga emosi hingga terjadi kekerasan itu berbanding lurus dengan kesadaran dalam merasa apa yang dia yakini itu salah sehingga melakukan pertahanan dengan ego yang berlebih?

hepimental

kalau pendapat saya, ego justru berbanding terbalik dengan kesadaran. Saat seseorang membela apa yang diyakininya sampai emosi, sulit ditemukan celah kesadaran, semakin sering emosi semakin nggak nyadar. Tapi kalau dia merenung meredakan emosi, baru kesadaran pelan2 bisa muncul, mungkin tidak perlu sampai tahap meragukan keyakinannya, tetapi setidaknya tahap menyadari bahwa dogma adalah kebenaran relatif, benar di pihak satu belum benar di pihak lain.

familycode

#9
Kutip dari: hepimental pada Mei 28, 2011, 09:59:11 AM
kalau pendapat saya, ego justru berbanding terbalik dengan kesadaran.
Ego tidak pernah berbanding terbalik dengan kesadaran hahaha
Ego itu adalah bagian diri manusia yang langsung berhubungan dengan kesadaran, yang langsung berhubungan dengan realita
Ego itu juga tempat anda melakukan logika, perhitungan dan sebagainya.

Kutip dari: hepimental link=topic=9569.msg116881#msg116881
Saat seseorang membela apa yang diyakininya sampai emosi, sulit ditemukan celah kesadaran, semakin sering emosi semakin nggak nyadar
Membela sampai emosi adalah usaha pertahanan ego hingga ego sudah tidak lagi dapat membendung keinginan ID yang terpojok.

Semakin emosi yang jelas semakin tidak sadar karena emosi itu ada di ID bukan di ego.

Kutip dari: hepimental link=topic=9569.msg116881#msg116881
Tapi kalau dia merenung meredakan emosi,
Merenung dapat lebih terjadi jika situasi dan kondisi mendukung, merenung itu dimana ID seakan-akan terlihat dikontrol oleh ego padahal sebenarnya secara hakekat tidak.

Ego sendiri ada karena ada ID, ego itu hanya kesemuan identitas, sebenarnya, itu yang membedakan freud dan lacan, lacan dapat dikatakan penyempurna freud. Ego adalah kesemuan.

Kutip dari: hepimental link=topic=9569.msg116881#msg116881
baru kesadaran pelan2 bisa muncul,
Kesadaran muncul karena kita berhubungan langsung dengan realita, jika tidak maka kita tetap dalam ketidaksadaran, jika anda paham fase cermin lacan maka anda akan paham maksud saya.

Kutip dari: hepimental link=topic=9569.msg116881#msg116881
mungkin tidak perlu sampai tahap meragukan keyakinannya, tetapi setidaknya tahap menyadari bahwa dogma adalah kebenaran relatif, benar di pihak satu belum benar di pihak lain.

Tahap meragukan keyakinan itu bisa muncul jika apa yang dia dapat atau pelajari yang sudah menjadi bagian dari dirinya ternyata berbeda dengan realita.

Jika akumulasi realita tidak sesuai dengan apa dia yakini sudah terlalu banyak, maka yang terjadi dapat pindah kepercayaan, tapi pindah kepercayaan dapat menyebabkan konflik ID (keinginan) dan super ego (hukuman dari sekitarnya), ego secara umum akan melihat secara kreatif kemungkinan hukuman dari keluarga, masyarakat dan sebagainya jika pindah agama, yang ahkirnya ego dapat menyarankan kepada ID agar tidak pindah religi atau pindah tapi diam-diam.

Kalau dia sudah siap untuk terus terang dia pindah agama maka dia telah memilih, memilih keinginannya, siap untuk menerima ancaman sekitar, kalau manusia sudah percaya penuh kepada TuhanNya maka dia tidak takut terhadap ancaman seperti itu.

Intinya kalau sudah masuk ke ranah ingin pindah agama tapi dia terancam dengan lingkungan sekitarnya maka itu sudah konflik antar ID dengan super ego, ego hanya menjalankan perintah dari ID atau super ego.

hepimental

wah terima kasih sekali bro familycode menjelaskan dalam sudut pandang neurologi/psikologi, saya suka bidang itu sayangnya bukan bidang saya, mudah2an dari diskusi-diskusi disini saya bisa belajar banyak :)

maksud saya sih mengemukakan pendapat dari pertanyaan bro familycode yang ini:
>> dalam konteks ego, apakah membela hingga emosi hingga terjadi kekerasan itu berbanding lurus dengan kesadaran dalam merasa apa yang dia yakini itu salah <<

dari situ ditanyakan apakah membela hingga emosi berbanding lurus dengan kesadaran dalam merasa apa yang dia yakini benar, berarti apakah semakin emosi sebenarnya semakin sadar bahwa dia salah.

nah maksud saya dengan berbanding terbalik, semakin emosi sebenarnya semakin tidak sadar kalau dia salah. semakin tidak emosi baru semakin sadar dia salah, jadi mungkin kesadaran disini adalah pikiran yang jernih ya? 

hepimental

Kutip dari: hepimental pada Mei 28, 2011, 11:37:31 AM
wah terima kasih sekali bro familycode menjelaskan dalam sudut pandang neurologi/psikologi, saya suka bidang itu sayangnya bukan bidang saya, mudah2an dari diskusi-diskusi disini saya bisa belajar banyak :)

maksud saya sih mengemukakan pendapat dari pertanyaan bro familycode yang ini:
>> dalam konteks ego, apakah membela hingga emosi hingga terjadi kekerasan itu berbanding lurus dengan kesadaran dalam merasa apa yang dia yakini itu salah <<

dari situ ditanyakan apakah membela hingga emosi berbanding lurus dengan kesadaran dalam merasa apa yang dia yakini salah, berarti apakah semakin emosi sebenarnya semakin sadar bahwa dia salah.

nah maksud saya dengan berbanding terbalik, semakin emosi sebenarnya semakin tidak sadar kalau dia salah. semakin tidak emosi baru semakin sadar dia salah, jadi mungkin kesadaran disini adalah pikiran yang jernih ya? 


hepimental

OOT dikit: maaf... gimana caranya edit postingan ya? kok saya tidak bisa menemukan tombol edit postingan saya sendiri.

Pi-One

Kutip dari: hepimental pada Mei 28, 2011, 11:45:37 AM
OOT dikit: maaf... gimana caranya edit postingan ya? kok saya tidak bisa menemukan tombol edit postingan saya sendiri.
Ada batasan tersendiri dalam melakukan edit di forum ini. Mungkin limitasi waktu rentang tertentu sejak post terakhir.

semut-ireng

Kutip dari: MonDay pada Mei 27, 2011, 05:07:21 PM
inilah bedanya sains dgn agama (dogma), sains sangat terbuka untuk diperbaharui dikritik dikuatkan atau diruntuhkan jika agama sebaliknya, ya itulah kita manusia dengan segala keegoan dan kebanggaannya :)

Ou, gitu ya ? berarti ada juga ya sains yang diperlakukan sebagai agama ? :D