Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 04:31:05 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 181
Total: 181

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Filosofi Barat dan Filosofi Timur

Dimulai oleh reborn, Januari 18, 2011, 01:46:17 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

reborn

Halo Forsa,

Kita sering mendengar dan membaca filosofi barat dan filosofi timur tapi terus terang gw gak begitu mengerti dengan jelas mengenai kedua hal ini.

Yang gw pengen tau apa sih sebenernya filosofi barat?
Dan apa itu filosofi timur?
Apa pembagian ini semata-mata karena alasan geografis (barat dan timur)? Atau memang keduanya berbeda?
Apa persamaan dan perbedaannya?

Ayaz

Tema ini agaknya menarik untuk disimak namun sayang 'materi' yang disuguhkan sedikit kurang fokus.
sekalipun kita bisa meraba-raba kira-kira apa yang diinginkan oleh bung reborn, tapi mungkin ada baiknya kalau bung reborn bisa memetakkan diskusi menarik ini dengan lebih tajam lagi. Misalnya karakter budaya atau pemaknaan terhadap budaya dan agama antara timur-barat, walaupun menurut saya diagnosa dimarkasi ini sekarang tidak begitu nyata dalam kehidupan baik warga timur maupun barat sekalipun.

Irisan ini (timur dan barat) sedikit menemukan potretnya jika kita beranjak menilik 'ilmu' dan sumber ilmu didalamnya. Mungkin ini yang anda maksudkan...-bersambung- ^-^

rizqi_fs

Wah menarik ini
Mungkin Timur Tengah y, yang dimaksud dengan Irisan Timur dan Barat itu?

The Houw Liong

Broadly, speaking, Western society strives to find and prove "the truth", while Eastern society accepts the truth as given and is more interested in finding the balance.

Westerners put more stock in individual rights; Easterners in social responsibly

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
HouwLiong

reborn

@Ayaz
Saya termasuk orang awam dalam bidang filsafat dan saya memang tidak tahu apa itu filosofi barat dan timur kecuali yang sering terdengar bahwa keduanya berbeda bahkan bertentangan. Nah, dari posting bung Ayaz malahan batas-batasnya sekarang sudah tidak terlalu penting lagi untuk dibahas, benar begitu? Saya juga tidak tahu seerat apa hubungan filosofi dan agama dan budaya; mengapa seperti itu.

Karena itu saya sebenernya ingin mulai dari awal : apa yang dimaksud filosofi barat dan timur, bagaimana sejarah dan perkembangannya, bagaimana konsep keduanya sekarang. Tentunya saya terbuka kalau ada ide yang lebih baik agar diskusi ini lebih terfokus dan lebih menarik.

@risqi_fs
Saya bisa saja salah, tapi rasanya bukan ini yang dimaksud bung Ayaz. Lagian filosofi Timur Tengah bukan irisannya, setidaknya kalo kita melihat bahwa mereka awalnya banyak menyerap karya-karya Yunani mereka harusnya lebih dekat ke barat.

@The Houw Liong
Menarik, makasih buat bacaannya.

Ayaz

@Bung Reborn dan Temen-temen

Bukan melulu salah jika dikatakan bahwa dunia timur memiliki sebuah cara pandang, filosofi dan pandangan dunia yang relatif berbeda dengan saudara-saudara mereka yang mendiami wilayah barat. Barat mengalami proses divisiasi dan 'perkembangan' yang mengarah pada nilai-nilai mekanis dan hampir sepenuhnya bercorak marialistik.

Kenyataan ini lahir bukan begitu saja tapi dibidani oleh perkembangan ilmu pengetahuan pada masa renaisance yang secara signifikan merubah cara pandang hampir keseluruhan masyarakat barat, keruntuhan filsafat Ketuhanan berujung pada lahirnya pandangan dan 'gugatan' besar terhadap pilar dan nilai-nilai intrinsik keagamaan.

Perkembangan filsafat dibarat mengambil rupa yang sedikit berbeda dengan induk semangnya ketika filsafat membidangi sebuah ranah dan tema filosofis yang lebih genuine, masa-masa kehidupan Yunani kuno adalah representasi dari kekayaan arah dan pemikiran filosofis yang bertumpu pada keunggulan manusia sebagai mikrokosmos sentral yang berdetak dan seiring dengan tujuan makrokosmos dan tujuan penciptaan.

Namun era modern kemudian mengganti peran sentral manusia menjadi sangat rigid dan memperlakukan alam sebagai penyembah dan sesembahan buat manusia, alam dipaksa untuk sepenuhnya tunduk atas seluruh keinginan dan hasrat kelam manusia. kehidupan kemudian ditengarai sebagai ini, hari ini saat ini, dan lusa. kehidupan nanti layaknya sebuah episode yang getas untuk dibicirakan, maka jadilah ia sebuah pandangan dunia yang sangat materialistik dan kebendaan semata

Lalu bagaimana dengan timur?? dan dimana letak luntur dan pudarnya batas-batas antara timur dan barat?? pada wilayah apa irisan ini kian menjadi tipis dan bisa jadi malahan berputar arah...??
BERSAMBUNG.

Ayaz


reborn

Halo bung Ayaz,
Wah iya nih, sibuk liat2 topik lain soalnya jadi belum bales yang ini.

Oke kita lanjut...

Jadi apa yang dimaksud filosofi barat? Apa bener kalo saya katakan filosofi barat adalah filosofi yang berkembang di dunia barat; berkembang dari ajaran dan kebudayaan Yunani. Lalu apa ciri-cirinya?

Apa itu filosofi timur, apa saja yang termasuk, dan apa ciri-cirinya?
Hasil baca2 sekilas, sepertinya filosofi timur itu Buddhisme, Kong Hu Cu, dll. Tapi Islam tidak termasuk di dalamnya. Jadi, misalnya Indonesia yang banyak pemeluk Islamnya, termasuk kategori yang mana?

KutipIrisan ini (timur dan barat) sedikit menemukan potretnya jika kita beranjak menilik 'ilmu' dan sumber ilmu didalamnya.
Saya sebenernya tertarik mendengar (membaca dalam kasus ini hehe..) tapi rasanya belum siap sebelum tahu jawaban pertanyaan2 sebelumnya.

Ayaz

Bung Reborn...
Hehe...iya-iya, saya sendiri lagi disergap hawa dingin yang bikin kaki jadi ngilu. Belum lagi diluar kamar ini muntahan salju gak ada abis-abisnya lengkap sudah potret malam ini.

Filosofi barat pada dasarnya bermuara pada pandangan dunia yang bertumpu pada sistem alam yang mekanistik, sehingga melahirkan sistem budaya yang meterialism. ( lebih lanjut akan saya tuliskan setelah kaki gak lagi ngilu, hehe )

Sementara kekayaan timur meliputi seluruh budaya besar asia secara umum, yang boleh jadi domain agama masuk didalamnya dan salah satunya adalah agama Islam. kemudian disusul agama-agama timur lainnya.

Sejatinya 'timur' telah melahirkan sebuah peradaban budaya yang sangat mengagumkan. Saya akan awali dengan Budaya Islam yang telah memberikan pengaruh yang luas terhadap seni, sastra, puisi, gazal, arsitektur, dan tentu saja budaya intelektual yang sangat berpengaruh.-- sengaja saya gunakan kata tambahan 'budaya' untuk menyebut Islam sebagai Agama--

Begitu halnya dengan semangat asketisme pada ruang budaya Budha dan Hindu yang lahir dan besar diwilayah Hindustan yang luas. Pengaruh budaya dan seni yang ditampilkan setidaknya telah melampaui wilayah 'baca' yang cukup luas termasuk pengaruhnya terhadap pertalian dengan budaya setempat seperti yang terjadi di tanah ari kita.

(( Bersambung ))---  :)

semut-ireng

#9
Bung Reborn,  ikut nimbrung ya,  he he he ............... :)

Ini soal Barat dan Timur kan,  mungkin ada benarnya salah satu faktornya alasan geografi.   Itu bukti evolusi.   Eh,  engga ding,  adaptasi lah itu.   Seperti crita @Ayas yang sedang disergap hawa dingin sehingga bikin kaki ngilu.  Hati-hati lho bung,  telinga ditutup rapat,  entar kalo ada teman usil nyenggol itu rasanya seperti ditusuk seribu jarum,  he he he...............Kalo jalan kaki mesti tiru mereka,  setengah berlari karena kedinginan.   Dan hal itu pula yang sering membuat para bule heran ketika jadi turis datang ke Bali,  cara berjalannya orang Indonesia kok santai seperti bebek .............. ;D

Meski begitu,  sudah jutaan tahun mereka berjalan setengah berlari,  belum ada kan diantara mereka lalu tumbuh sayap .............    :D :D :D

Yang di atas itu jangan ditanggapi loh,  itu baru pendahuluan aja ............. ;D

Poin yang ingin saya sampaikan di bawah ini  :

Diantara Barat dan Timur,  lantas yang bukan Barat dan bukan Timur itu mana  ?  Teka-teki itu menggoda para sejarawan Rusia,  antara lain Aleksander Yanov dalam bukunya  The Origin of Autocracy.   Yanov mulai dengan suatu pertanyaan ontologis yang bersifat mendasar dan eksistensial  :

"   Apakah Rusia  ?   Asiakah atau Eropa  ?   Pemimpin dunia belahan Timur atau orang luar bagi Eropa ? .......... "  (  A.Yanov,  1981,  27  ).

Sebuah pertanyaan lain ditulis oleh sejarawan Marc Raeff dalam  Russian Intellectual History ; An Antology,  menanyakan sudba Rusia  ( nasip Rusia  )  :

"   Darimana kita berasal ?   Bagaimana kita ditemukan  ?   Mengapa kita seperti ini  ?   Haruskah kita mengajari Eropa atau belajar darinya  ?     .........................(  M.Raeff,  1966,  8  ).

Itu dulu Bung,  silakan lanjut ..................... ;)

Ayaz

Hehe...Yupz Bung semut kangkrang eh!! Ireng, kayak judul lagu godbless ya semut ireng hehehe...

Ya betul apa yang telah 'disrempet' ma bung semut, dan kini diskusi kita makin kaya karena tiba2 warga rusia mendadak menanyakan 'lalu gimana dgn kita..?' kita ini diutara lho....hehehe...

Ya sebenarnya pembagian timur dan barat juga bisa berarti sebuah ras putih dan ras berwarna. Timur vs barat juga bisa difahami sebagai dua kutub wilayah yang berbeda, atau bisa juga bermakna barat yang beragama Kristern dan Protestan dan timur yang Islam, Hindu dan Budha sekalipun kategori semacam ini lemah dari segi metodologi kasus mengingat Agama Kristen juga lahir di Asia yang berarti wilayah Timur.

Agaknya kategori timur dan barat lebih kepada anomali yang membangun sebuah struktur pangunan pandangan dunia, dimana Barat-seperti yang saya tuliskan sebelum ini- melambari pandangannya terhadap batas-batas mekanis materialism, dan ini hampir menyita banyak tempat bagi perkembangan pemikiran dan pola hidup dan bertindak. sementara timur bermuara pada pandangan semesta yang hidup dan senantiasa bergerak.

Benar bahwa saat ini trand timur mulai pula meninggalkan induk semangnya dengan mengadopsi cara pandang barat pada segenap laku dan pandangan dunianya. Hal yang sama terjadi pula pada tatanan sebagian masyarakat barat yang mulai jengah dengan sistem materialism yang rigid dan mencari katub pembebas dengan melirik dan meminjam idiom-idiom timur untuk memberikan pemaknaan yang lebih holistik terhadap pandangan dunia mereka.

----- ;)

reborn

Monggo bung semut-ireng, malahan seneng tambah rame.

Kutip dari: semut-ireng pada Januari 21, 2011, 08:17:55 AM
"   Apakah Rusia  ?   Asiakah atau Eropa  ?   Pemimpin dunia belahan Timur atau orang luar bagi Eropa ? .......... "  (  A.Yanov,  1981,  27  ).

"   Darimana kita berasal ?   Bagaimana kita ditemukan  ?   Mengapa kita seperti ini  ?   Haruskah kita mengajari Eropa atau belajar darinya  ?     .........................(  M.Raeff,  1966,  8  ).

Menarik ini. Bisa ditulis juga ga jawaban untuk semua pertanyaan di atas hehe...
Tentunya bukan hanya Rusia yang bisa mempertanyakan ini kan? Cina yang berbatasan langsung dengan Rusia gimana?
Ditambah penjelasan bung Ayaz, nampaknya terlalu sulit membuat batas-batas antara keduanya.

Kutip dari: Ayaz pada Januari 22, 2011, 12:56:58 AM
Agaknya kategori timur dan barat lebih kepada anomali yang membangun sebuah struktur pangunan pandangan dunia, dimana Barat-seperti yang saya tuliskan sebelum ini- melambari pandangannya terhadap batas-batas mekanis materialism, dan ini hampir menyita banyak tempat bagi perkembangan pemikiran dan pola hidup dan bertindak. sementara timur bermuara pada pandangan semesta yang hidup dan senantiasa bergerak.

Benar bahwa saat ini trand timur mulai pula meninggalkan induk semangnya dengan mengadopsi cara pandang barat pada segenap laku dan pandangan dunianya. Hal yang sama terjadi pula pada tatanan sebagian masyarakat barat yang mulai jengah dengan sistem materialism yang rigid dan mencari katub pembebas dengan melirik dan meminjam idiom-idiom timur untuk memberikan pemaknaan yang lebih holistik terhadap pandangan dunia mereka.

Jadi pada awalnya barat dan timur fokus pada dua hal yang berbeda. Lalu apakah saat ini masih valid memandang keduanya dua hal yang berbeda?

Ayaz

Ya Bung Reborn betul sekali. Namun demikian pada tataran ilmiah demarkasi itu setidaknya nampak pada cara dan pola timur dalam mengambil dan memaknai sebuah kesimpulan yang didapat, begitu juga halnya dengan bumi barat yang mencirikan sebuah matrix berfikir yang melahirkan sebuah rekayasa pandangan yang boleh jadi berbeda.

Perbedaan mulai nampak kehilangan batas-batasnya pada wilayah domain budaya praktis,  yang suka ataupun tak suka mulai mengikis tanah belahan timur karena arus deras pemikiran Pop barat begitu sangat berambisi melebarkan sayap pengaruh budayanya.

--Mungkin ada baiknya diskusi kita mengarah pada sebuah lokus budaya yang jumawa, dengan asumsi seperti ini; Apa dan faktor apakah yang menjadikan sebagian budaya timur tetap saja eksis ditengah kepungan budaya barat (pemikiran) yang begitu deras menyapu?? Dan dimana letak keunggulan timur ditengah usia bumi yang makin tua?? hayo...monggo dimulai...

semut-ireng

Kutip dari: Ayaz pada Januari 23, 2011, 04:07:57 AM
--Mungkin ada baiknya diskusi kita mengarah pada sebuah lokus budaya yang jumawa, dengan asumsi seperti ini; Apa dan faktor apakah yang menjadikan sebagian budaya timur tetap saja eksis ditengah kepungan budaya barat (pemikiran) yang begitu deras menyapu?? Dan dimana letak keunggulan timur ditengah usia bumi yang makin tua?? hayo...monggo dimulai...


Setuju bung,  ngga usah sungkan,  monggo dilanjut saja.......................

Selain keunggulan budaya Timur,  tentu ada juga kelemahan-kelemahannya.   Demikian juga budaya / pemikiran Barat yang jumawa,  harus diakui bahwa memang ada beberapa keunggulannya,  dan beberapa kelemahannya.   Paling tidak,  keunggulan kedua budaya / pemikiran itu telah menoreh dengan tajam perkembangan budaya / pemikiran bangsa-bangsa di dunia,  tidak terkecuali Cina.   Tapi soal Cina yang ditanyakan oleh bung Reborn saya kurang paham,  cuma sedikit tahu bagaimana gusarnya para pemikir sebuah bangsa besar tetangga dekat Cina,  setelah mengenali jati dirinya seperti anak yatim piatu,  atau  '  sirota  '.

Pemikir besar Rusia pada abad XIX,  Peter Chadayev,  dengan nada putus asa mengatakan  "   ......kita bukan Barat dan bukan pula Timur.   Kita tidak memiliki tradisi.   Kita adalah bangsa yang terpisahkan  dari ruang dan waktu ............. ".    Mungkin kegusaran Chadayev merupakan bagian dari hiruk-pikuk Rusia pada masa itu,  ketika dengan beraninya Tsar Peter mencanangkan gerakan  '  zapadniki  '  atau  '  Baratisasi  '.   Tsar Peter pada abad XVIII gusar dan prihatin terhadap bangsanya yang semi barbar,  dan ia bertekad menstranformasikan Rusia ke budaya / pemikiran Barat melalui modernisasi.   Tsar mengabaikan protes golongan nasionalis Rusia,  bahkan dengan tidak tanggung-tanggung dia membangun kota baru  :  Peterburg sebagai ibu kota Rusia pada tahun 1703,  dimaksudkan agar Rusia menguburkan masa lampaunya .............................

Bagaimana di Indonesia  ?   Kalau ngga salah soal  '  Baratisasi '  di Indonesia sudah menjadi perbincangan yang hangat sebelum kemerdekaan,  mungkin sekitar tahun 1930-an ...........

Ayaz

Bung Semut dan Temen-temen.

Ya! Anda benar tidak semua yang berasal dari budaya Barat melulu keliru atau tak berharga. Pengetahuan dan medan pengkajian di eropa telah melewati masa-masa kekanakannya yang pada akhirnya mampu  memberikan sebuah pelayanan besar bagi umat manusia. kemajuan sains modern dan pemberlakuan sebuah metodologi ilmiah menjadikan raihan yang diperoleh benar-benar memberikan sebuah jawaban kemenangan umat manusia atas seluruh jagad raya. kemampuan manusia dalam menundukkan dunia sepertinya menjadi penanda utama bahwa selangkah kehidupan manusia telah terlaksana.

Namun juga harus diakui bahwa sistem berfikir yang mengacu pada tatanan materialism tanpa sadar telah menggerus dan melemparkan manusia pada keterasingan. Manusia kemudian menjadi sebuah model yang digambarkan oleh karikaturis sebuah kepala yang berukuran lebih besar dari badannya dengan kedua kaki kecil yang menginjak bumi

Alegori seperti itu lahir dari sebuah penampakan pengetahuan yang parsial dan cenderung terbelah pada banyak sisinya. Manusia teralienasi dan tercerabut dari akar kehidupannya yang asli dan asasi, kehidupan menjadi sarat dengan kegersangan apatisme dan tak kalah serunya berujung pada kesia-siaan.

Pandangan materialism memaknai dunia adalah ini dan hari ini, kekayaan jiwa manusia tergadai dan leyap diujung pisau pengetahuan yang hanya mengacu pada capaian observasi laboratorium semata,. Semua temuan manusia haruslah bisa diajukan dan didedah dengan pisau ilmiah yang disebut dengan pengalaman materialsme dan sistem catu diduksi ilmiah.

Seluruh pengalaman sepanjang tak pernah tunduk dengan metode induktif dan penelitian labioratoris maka dipastikan akan kehilangan kewibawaannya bahkan cenderung absurd dan tak akan pernah disebut dengan ilmiah dan pengetahuan.

Benar hahwa tidak semua filosof barat berpendirian seperti itu banyak dari mereka yang kemudian menilasi sebuah sistem berfikir yang berbeda dengan mainstream diatas namun demikian agaknya poengikut relativism dan meterialisme selalu memenangkan babak bertama hingga bell dibunyikan.

((( untuk pemikiran timur......??  BERSAMBUNG))