Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 05:36:03 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 134
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 163
Total: 163

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

ilmu Hermeneutika dan pemberlakuannya untuk agama-agama di Indonesia..

Dimulai oleh familycode, Maret 19, 2011, 08:10:19 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

familycode

Saya menemukan adanya penolakan terhadap ilmu Hermeneutika, [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Hermeneutika adalah aliran filsafat yang bisa didefinisikan sebagai teori interpretasi dan penafsiran sebuah naskah melalui percobaan. Biasa dipakai untuk menafsirkan Alkitab, terutama dalam studi kritik mengenai Alkitab.

Dengan hermeneutika, dijelaskan prinsip-prinsip ilmu tafsir. Dalam hermeneutika ilmu tafsir dipertanggung-jawabkan secara ilmiah, khususnya secara teologis.

Di satu sisi mata kuliah tafsir Hermeneutika sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi agama non kristiani tapi disatu sisi ada yang menolaknya.

Apakah ilmu dari 6 agama yang di akui di Indonesia hanya Kristen dan Katolik yang kitabnya dapat di uji dengan ilmu Hermeneutika ? ataukah ada yang lain?

Ada yang ingin memberikan jawabnya atau komentar?

rafek

Saya sangat menyayangkan banyaknya orang2 yg tidak berpikiran terbuka seperti itu. Mengapa kebanyakan (maaf, saya tidak bermaksud menggunakan sinekdoke) orang islam mencurigai konsep2 yg belum mereka pahami, lalu sembarang menuduh orang2 yahudi atau kristen melakukan ini sebagai bentuk propaganda penghancuran aqidah? Ini bentuk spekulasi yg terlampau jauh tanpa kejelasan. Bukankah salah satu ajaran islam adalah huznuzan/berprasangka baik? Lalu kenapa malah terjadi fitnah2 semacam ini?

Soal hermeneutika, saya rasa berkaitan dekat dengan mistisme. Dan saya rasa keduanya merupakan bentuk spiritualitas yg merupakan isi agama itu sendiri. Jika saya analogikan agama sebagai wadah, dan spiritualitas sebagai isinya, maka kita adalah jiwa2 yg kehausan. Wadah tanpa isi tidak dapat menghilangkan dahaga kita, begitu pula jika kita mencoba minum tanpa wadah, maka isi tersebut akan habis sebelum mencapai mulut kita. Spiritualitas adalah inti dari semua agama, tanpa wadah yg mengotak-kotakannya.
There is impossible to escape the reality, except weaving together all of your imagination to make an alternate reality, and expand your own horizon. But people may call you a madman.

familycode

Kutip dari: rafek pada Maret 19, 2011, 01:59:09 PM
Saya sangat menyayangkan banyaknya orang2 yg tidak berpikiran terbuka seperti itu. Mengapa kebanyakan (maaf, saya tidak bermaksud menggunakan sinekdoke) orang islam mencurigai konsep2 yg belum mereka pahami, lalu sembarang menuduh orang2 yahudi atau kristen melakukan ini sebagai bentuk propaganda penghancuran aqidah? Ini bentuk spekulasi yg terlampau jauh tanpa kejelasan. Bukankah salah satu ajaran islam adalah huznuzan/berprasangka baik? Lalu kenapa malah terjadi fitnah2 semacam ini?

Soal hermeneutika, saya rasa berkaitan dekat dengan mistisme. Dan saya rasa keduanya merupakan bentuk spiritualitas yg merupakan isi agama itu sendiri. Jika saya analogikan agama sebagai wadah, dan spiritualitas sebagai isinya, maka kita adalah jiwa2 yg kehausan. Wadah tanpa isi tidak dapat menghilangkan dahaga kita, begitu pula jika kita mencoba minum tanpa wadah, maka isi tersebut akan habis sebelum mencapai mulut kita. Spiritualitas adalah inti dari semua agama, tanpa wadah yg mengotak-kotakannya.
Oke, komentar anda dapat saya pahami, lalu apakah anda tertarik untuk menjawab pertanyaan saya yang substantif diatas?

maula

ilmu Hermeneutika, ilmu fikih, ilmu ushul AQ atau perguruan tinggi teologi, perguruan tinggi ilmu AQ ?, sama mawon alias podowae. cuma akal2 an kaum skolar untuk mencari angpao. Lalu mereka menjadi orang alim pendeta, pastur, ustad, habib, terus ngarang2 buku agama ujung2nya ya angpau, trus khotbah di mimbar minggu, di shalat jum'at teriak sana teriak sini ujung2 nya tetep aja angpao. trus peringatan maulid isra' mi'raj. paskah, peringatan lahirnya yesus .... angpao juga. Pergi ke masjid ke gereja ke kelenteng, ke pura ke kuil ujung2 angpao juga.

kalo di kitab lain pasti kagak ada, krn sama saja ini membuka boroknya sendiri, tapi kalo di AQ ada, nih ayatnya :

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim dan rahib-rahib benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, siksa yang pedih,(QS 9:34)


ayat ini di forsa ini sudah sering saya posting, ayat ini memang membuka kebobrokan orang2 alim dan rahib2 di agama apapun, ada 3 kebobrokan mereka :

1. memakan harta umatnya, dengan jalan yang batil.
2. menghalang2i dari jalan Tuhan, artinya jalan tuhan yang lurus menjadi bengkok,
3. mereka tidak mau membelanjakan hartanya untuk memberi makan orang miskin, membantu orang kesusahan, menyantuni anak yatim.


Padahal kalo anda mau berfikir logis yang namanya kitab suci itu oleh umatnya pastilah untuk dibaca kemudian diikuti, jadi bukan untuk ditafsir2kan sesuai kehendak sendiri. Cobalah anda teliti semua yang dijanjikan orang2 alim ini cuma surga, pokoknya semua yang serba menyenangkan, yang namanya neraka sudah nyaris kagak ada.

Di agama kristen semua yang beriman pada yesus pasti masuk surga, di islam yang membaca syahadat pasti masuk surga, di agama lainpun saya yakin pasti begitu.  BULLSHIT.

Lihat aja kelakuan orang2 alim dari pakaiannya mo ustadz, mo pastur, mo pendeta sama saja sepertinya mo tampil beda. Mereka menganggap diri mereka sebagai gembala sedang umatnya hanya dianggap sebagai domba, kambing, anjing, yang cuma bisa mengembik dan menggonggong.
songgong deh pokoknya.

familycode

Kutip dari: maula pada Maret 20, 2011, 02:03:02 PM
ilmu Hermeneutika, ilmu fikih, ilmu ushul AQ atau perguruan tinggi teologi, perguruan tinggi ilmu AQ ?, sama mawon alias podowae. cuma akal2 an kaum skolar untuk mencari angpao. Lalu mereka menjadi orang alim pendeta, pastur, ustad, habib, terus ngarang2 buku agama ujung2nya ya angpau, trus khotbah di mimbar minggu, di shalat jum'at teriak sana teriak sini ujung2 nya tetep aja angpao. trus peringatan maulid isra' mi'raj. paskah, peringatan lahirnya yesus .... angpao juga. Pergi ke masjid ke gereja ke kelenteng, ke pura ke kuil ujung2 angpao juga.

kalo di kitab lain pasti kagak ada, krn sama saja ini membuka boroknya sendiri, tapi kalo di AQ ada, nih ayatnya :

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim dan rahib-rahib benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, siksa yang pedih,(QS 9:34)


ayat ini di forsa ini sudah sering saya posting, ayat ini memang membuka kebobrokan orang2 alim dan rahib2 di agama apapun, ada 3 kebobrokan mereka :

1. memakan harta umatnya, dengan jalan yang batil.
2. menghalang2i dari jalan Tuhan, artinya jalan tuhan yang lurus menjadi bengkok,
3. mereka tidak mau membelanjakan hartanya untuk memberi makan orang miskin, membantu orang kesusahan, menyantuni anak yatim.


Padahal kalo anda mau berfikir logis yang namanya kitab suci itu oleh umatnya pastilah untuk dibaca kemudian diikuti, jadi bukan untuk ditafsir2kan sesuai kehendak sendiri. Cobalah anda teliti semua yang dijanjikan orang2 alim ini cuma surga, pokoknya semua yang serba menyenangkan, yang namanya neraka sudah nyaris kagak ada.

Di agama kristen semua yang beriman pada yesus pasti masuk surga, di islam yang membaca syahadat pasti masuk surga, di agama lainpun saya yakin pasti begitu.  BULLSHIT.

Lihat aja kelakuan orang2 alim dari pakaiannya mo ustadz, mo pastur, mo pendeta sama saja sepertinya mo tampil beda. Mereka menganggap diri mereka sebagai gembala sedang umatnya hanya dianggap sebagai domba, kambing, anjing, yang cuma bisa mengembik dan menggonggong.
songgong deh pokoknya.
Sampeyan ngomong opo to kok ngalor ngidul wkwkwkwk. bahasannya apa, anda bahas apa, sepertinya sudah jadi tipikal anda dalam diskusi buat OOT hehe, tapi oke lah gpp, saya respon saja.

Manusia tidak ada yang sempurna, saya mencoba melihat dari sisi psikoanalisis freud, memang ego secara umum memang lebih banyak memilih ID dibanding super ego, yang kemudian keinginan ID yang berlebihan dapat mengakibat dosa dengan tolok ukur agama yang dianut (super ego), tapi bukan berarti manusia yang kehidupannya bertolok ukur pada kebenaran itu tidak ada (Tolok ukur utama kehidupan dia bukan pada ID), disini kesalahan fatal anda, anda mengabaikan sisi lain yang tidak seperti itu.

Manusia dengan agamanya mulai taat maka dalam dirinya akan terjadi pertentangan ID dan super ego, karena manusia pasti punya keinginan, dan secara umum keinginan ini tidak selalu diperbolehkan oleh super egonya disini dalam konteksnya adalah agama, keinginan ID dapat bertentangan dengan super ego. Ahkirnya ego bingung ahkirnya disini pointnya dia ingin jadi orang seperti apa.



Anda tidak bisa menyalahkan agama jika manusia yang salah kecuali memang sepakat disetujui bersama melakukannya atas dasar agama, itu beda lagi, disini anda harus peka, sekali PEKA PEKA PEKA PEKA PEKA, untuk melihat mana ajaran yang benar dan mana yang tidak. Mana tafsir yang benar dengan di uji secara ilmiah, khususnya secara teologis dan mana yang tidak. Karena manusia kan punya rasionalitas dalam egonya, kenapa tidak digunakan?

rafek

Seperti saya bilang sebelumnya, hermeneutika saya kira termasuk dalam inti agama, sehingga seharusnya semua teks suci dari berbagai agama dan kepercayaan dapat ditelaah dengan metode hermeneutik
There is impossible to escape the reality, except weaving together all of your imagination to make an alternate reality, and expand your own horizon. But people may call you a madman.

familycode

Kutip dari: rafek pada Maret 20, 2011, 08:16:39 PM
Seperti saya bilang sebelumnya, hermeneutika saya kira termasuk dalam inti agama, sehingga seharusnya semua teks suci dari berbagai agama dan kepercayaan dapat ditelaah dengan metode hermeneutik
Oke, walaupun ada pro dan kontra diluar anda.

maula

Kutip dari: familycode pada Maret 20, 2011, 02:57:30 PM
Sampeyan ngomong opo to kok ngalor ngidul wkwkwkwk. bahasannya apa, anda bahas apa, sepertinya sudah jadi tipikal anda dalam diskusi buat OOT hehe, tapi oke lah gpp, saya respon saja.

Manusia tidak ada yang sempurna, saya mencoba melihat dari sisi psikoanalisis freud, memang ego secara umum memang lebih banyak memilih ID dibanding super ego, yang kemudian keinginan ID yang berlebihan dapat mengakibat dosa dengan tolok ukur agama yang dianut (super ego), tapi bukan berarti manusia yang kehidupannya bertolok ukur pada kebenaran itu tidak ada (Tolok ukur utama kehidupan dia bukan pada ID), disini kesalahan fatal anda, anda mengabaikan sisi lain yang tidak seperti itu.

Manusia dengan agamanya mulai taat maka dalam dirinya akan terjadi pertentangan ID dan super ego, karena manusia pasti punya keinginan, dan secara umum keinginan ini tidak selalu diperbolehkan oleh super egonya disini dalam konteksnya adalah agama, keinginan ID dapat bertentangan dengan super ego. Ahkirnya ego bingung ahkirnya disini pointnya dia ingin jadi orang seperti apa.



Anda tidak bisa menyalahkan agama jika manusia yang salah kecuali memang sepakat disetujui bersama melakukannya atas dasar agama, itu beda lagi, disini anda harus peka, sekali PEKA PEKA PEKA PEKA PEKA, untuk melihat mana ajaran yang benar dan mana yang tidak. Mana tafsir yang benar dengan di uji secara ilmiah, khususnya secara teologis dan mana yang tidak. Karena manusia kan punya rasionalitas dalam egonya, kenapa tidak digunakan?
saya lagi ngebahas ilmu hermeneutika, yang katanya ilmu untuk menafsirkan injil, anda ini selau gak sabaran. Sekarang saya bertanya UNTUK KEPERLUAN APAKAH KITAB SUCI ITU DITAFSIRKAN ?
monggo dijawab ? 

familycode

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 09:57:11 AM
saya lagi ngebahas ilmu hermeneutika, yang katanya ilmu untuk menafsirkan injil, anda ini selau gak sabaran. Sekarang saya bertanya UNTUK KEPERLUAN APAKAH KITAB SUCI ITU DITAFSIRKAN ?
monggo dijawab ?  
Selain dengan pendekatan hermeneutika juga dapat dengan pendekatan teologi. Tujuannya ya untuk mendapatkan pemahaman / pengertian yang benar, di topik sebelumnya dengan judul threadnya Matius sudah jelaskan isi topiknya, yaitu:

Kutip
Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai diatas bumi,Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari mertuanya, dan musuh orang ialah seisi rumahnya (Matius 10: 34-36 )

Apa anda berpikir itu membawa pedang beneran? anda belajar tentang bahasa tidak? bisa membedakan denotasi dan konotasi? Melihat ayat harus dilihat apa konteksnya, penafsiran harus didasarkan pada apa konteksnya, tidak bisa asbun dan suka-suka.

maula

Kutip dari: familycode pada Maret 21, 2011, 10:30:37 AM
Selain dengan pendekatan hermeneutika juga dapat dengan pendekatan teologi. Tujuannya ya untuk mendapatkan pemahaman / pengertian yang benar, di topik sebelumnya dengan judul threadnya Matius sudah jelaskan isi topiknya, yaitu:

oh jadi kitab injil itu tidak mengandung pemahaman / pengertian yang benar ? mosok sih kitab suci kok gitu ? jadi supaya benar dibuatlah ilmu hermeneutika. ooo....ooo... tuhan kayaknya gak nguasai ilmu hermeneutika  ya, maka karangannya  gak benar ?

KutipApa anda berpikir itu membawa pedang beneran? anda belajar tentang bahasa tidak? bisa membedakan denotasi dan konotasi? Melihat ayat harus dilihat apa konteksnya, penafsiran harus didasarkan pada apa konteksnya, tidak bisa asbun dan suka-suka.

- lho itu kan dari pengarang injil, mana kutahu bener atau tidak ? lalu dari mana anda mengambil kesimpulan bahwa itu salah ? lalu yang salah itu kata "membawa" nya atau "pedangnya", lalu kalo bukan pedang, yang benar  apa ?

maula

Kutip dari: familycode pada Maret 21, 2011, 10:30:37 AM
Selain dengan pendekatan hermeneutika juga dapat dengan pendekatan teologi. Tujuannya ya untuk mendapatkan pemahaman / pengertian yang benar, di topik sebelumnya dengan judul threadnya Matius sudah jelaskan isi topiknya, yaitu:

oh jadi kitab injil itu tidak mengandung pemahaman / pengertian yang benar ? mosok sih kitab suci kok gitu ? jadi supaya benar dibuatlah ilmu hermeneutika. ooo....ooo... tuhan kayaknya gak nguasai ilmu hermeneutika  ya, maka karangannya  gak benar ?

KutipApa anda berpikir itu membawa pedang beneran? anda belajar tentang bahasa tidak? bisa membedakan denotasi dan konotasi? Melihat ayat harus dilihat apa konteksnya, penafsiran harus didasarkan pada apa konteksnya, tidak bisa asbun dan suka-suka.

- lho itu kan dari pengarang injil, mana kutahu bener atau tidak ? lalu dari mana anda mengambil kesimpulan bahwa itu salah ? lalu yang salah itu kata "membawa" nya atau "pedangnya", lalu kalo bukan pedang, yang benar  apa ?

familycode

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 11:19:33 AM
oh jadi kitab injil itu tidak mengandung pemahaman / pengertian yang benar ? mosok sih kitab suci kok gitu ?
Jika anda tahu apa yang dipelajari di teologi dan hermeneutika, anda tidak akan menanyakan hal sekacau itu dan tidak bermutu seperti itu.

Referensi untuk anda apa itu teologi
id.wikipedia.org/wiki/Teologi

Referensi untuk anda seperti apa hermeneutika
kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/05/definisi-hermeneutika.html

Dibaca dari atas sampai bawah, baca baik-baik dengan seksama, jangan dengan emosi :)

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 11:19:33 AM
jadi supaya benar dibuatlah ilmu hermeneutika. ooo....ooo... tuhan kayaknya gak nguasai ilmu hermeneutika  ya, maka karangannya  gak benar ?
Anda terlalu sering datang ke dukun buat dapat wangsit? Hari ini dapat wangsit apa?

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 11:19:33 AM
- lho itu kan dari pengarang injil, mana kutahu bener atau tidak ? lalu dari mana anda mengambil kesimpulan bahwa itu salah ? lalu yang salah itu kata "membawa" nya atau "pedangnya", lalu kalo bukan pedang, yang benar  apa ?
Saya menyarankan anda belajar dasar bahasa dan menjadikan bahasa dan lingkupnya menjadi objek pemikiran anda, tentu referensi untuk pemikirannya didasarkan referensi pada sumber yang sesuai dan benar, biar anda sedikit lebih ..

maula

Kutip dari: familycode pada Maret 21, 2011, 11:25:13 AM
Jika anda tahu apa yang dipelajari di teologi dan hermeneutika, anda tidak akan menanyakan hal sekacau itu dan tidak bermutu seperti itu.

Referensi untuk anda apa itu teologi
id.wikipedia.org/wiki/Teologi

Referensi untuk anda seperti apa hermeneutika
kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/05/definisi-hermeneutika.html
Dibaca dari atas sampai bawah, baca baik-baik dengan seksama, jangan dengan emosi :)
Mari anda lihat lagi tulisan anda :

Selain dengan pendekatan hermeneutika juga dapat dengan pendekatan teologi. Tujuannya ya untuk mendapatkan pemahaman / pengertian yang benar,

apa artinya perkataan anda ini, kalo bukan anggapan anda bahwa di dalam injil tidak di dapat pemahaman / pengertian yang benar, lalu dengan ilmu hermeneutika injil menjadi benar. begitukan ?

jadi apa salahnya saya bertanya : oh jadi kitab injil itu tidak mengandung pemahaman / pengertian yang benar ? mosok sih kitab suci kok gitu ?

salahkah saya bertanya seperti itu ? tunjukkan dimana salahnya ?

KutipAnda terlalu sering datang ke dukun buat dapat wangsit? Hari ini dapat wangsit apa?
ha...ha....ha... anda pikir tuhan itu kagak ada ya... kok sampai pergi ke dukun segala.


KutipSaya menyarankan anda belajar dasar bahasa dan menjadikan bahasa dan lingkupnya menjadi objek pemikiran anda, tentu referensi untuk pemikirannya didasarkan referensi pada sumber yang sesuai dan benar, biar anda sedikit lebih ..
pertanyaan saya dijawab donk yang ini :

lho itu kan dari pengarang injil, mana kutahu bener atau tidak ? lalu dari mana anda mengambil kesimpulan bahwa itu salah ? lalu yang salah itu kata "membawa" nya atau "pedang"nya, lalu kalo bukan pedang, yang benar  apa ?

jangan ngomong ke sana kemari gak karuan donk, anda kan sudah belajar ilmu hermeneutika, jadi mestinya anda tahu donk mana ayat matius 10: 34-36 itu yang salah ?

familycode

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 08:32:00 PM
Mari anda lihat lagi tulisan anda :

Selain dengan pendekatan hermeneutika juga dapat dengan pendekatan teologi. Tujuannya ya untuk mendapatkan pemahaman / pengertian yang benar,

apa artinya perkataan anda ini, kalo bukan anggapan anda bahwa di dalam injil tidak di dapat pemahaman / pengertian yang benar, lalu dengan ilmu hermeneutika injil menjadi benar. begitukan ?

jadi apa salahnya saya bertanya : oh jadi kitab injil itu tidak mengandung pemahaman / pengertian yang benar ? mosok sih kitab suci kok gitu ?

salahkah saya bertanya seperti itu ? tunjukkan dimana salahnya ?
Artinya ada berbagai metode pendekatan, bukan asal asbun alias suka-suka, buat apa anda sekolah? buat apa anda belajar ini itu. Bagaimana sih anda itu, baca cuplikan artikel dibawah ini agar pikiran anda lebih terbuka. Kita masuk dengan konteks psikoanalisis Lacan dan Zizek.

Sumber : [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Keterangan biasa anda lebih jelas
*Tidak digaris dan ditebalkan dibaca secara seksama
*Ditebalkan : Di fokuskan
*Ditebalkan dan digarisbawahi : di Fokuskan lebih

Menggunakan konsep Lacan: The Imaginary, The Symbolic dan The Real, Zizek menjelaskan proses terbentuknya subjek. Tentu kita tidak lupa dengan triad Freudian: Id, Ego dan Superego, di mana Lacan juga tidak dapat lepas darinya, meskipun kemudian Lacan menggunakan istilah yang berbeda dan pengertian yang lain sama sekali dari triad itu dalam menjelaskan pembentukan subjek. The Imaginary menunjukkan proses lahirnya ego dalam 'fase cermin', yang dimulai ketika bayi berusia sekitar 6 bulan. Lacan mengingatkan kita bahwa manusia sesungguhnya dilahirkan secara prematur dalam arti tidak dapat mengatur gerakan mereka sampai umur beberapa tahun. Bayi akan melewati masa ini ketika ia dapat mengenali dirinya lewat sebuah cermin. Yang dimaksudkan cermin di sini adalah entah itu cermin kaca sesungguhnya atau cermin pada 'diri orang lain'. Selanjutnya manusia akan selalu berusaha menyesuaikan dirinya dengan gambaran cermin yang ia bayangkan itu dan proses ini akan selalu menyertainya.

The Symbolic adalah tatanan yang meliputi bahasa, hukum, tata sosial, dan sistem tanda. The Symbolic adalah kerangka kerja masyarakat yang bersifat impersonal, arena di mana kita turut ambil bagian sebagai suatu komunitas sesama umat manusia. Seseorang terlahir dalam suatu tatanan simbolis tertentu, dalam sebuah keluarga, ras, suku, budaya, agama, kelompok sosio-ekonomi dsb. Implikasi dari tatanan The Symbolic ini ada dua. Pertama, kita tidak akan pernah mengetahui dunia sebagai realitas sesungguhnya, karena kita hanya mengenalinya melalui rantai simbol dan bahasa yang bersifat tidak tetap dan sewenang-wenang (terberi) itu. Kedua, malah sebaliknya, bahwa simbol yang tak tetap dan kita terima begitu saja sebagai perantara antara tanda dan yang ditandai ini justru menjadi tetap dan niscaya bagi kita.

The Real menjelaskan wilayah hidup manusia yang tak terpahami. Segala pengetahuan kita tentang dunia, tentang realitas dimediasi oleh bahasa, oleh simbol. Kita tidak pernah memahami segala sesuatu secara langsung. The Real adalah dunia atau realitas yang belum terjamah dan terukir oleh bahasa. Lalu mengapa kita harus memperhatikan The Real ini? Padahal kita sudah terkutuk untuk hidup dalam The Symbolic. Hal yang perlu disadari di sini adalah bahwa The Real dan The Symbolic saling terikat erat. Bagi Zizek, The Real adalah arena dialektis di mana The Real ada mendahului The Symbolic sekaligus ia datang setelah The Symbolic. Oleh sebab itu, Zizek menyatakan bahwa subjek itu terbentuk dari interaksi antara The Real dan The Symbolic. Subjek berada pada sela-sela dan pinggir perbatasan antara The Real dan The Symbolic. The Symbolic selalu berusaha mengungkapkan The Real, akan tetapi The Real tidak akan pernah terungkapkan oleh The Symbolic, meskipun demikian ia selalu mendorong untuk segera terungkapkan. Gangguan yang terjadi ketika The Real tidak berjalan mulus ke arah The Symbolic, oleh Zizek disebut sebagai trauma. Subjek selalu ditandai oleh trauma ini selamanya.

Artinya apa, anda belajar ilmu dari kecil sampai sekarang anda tidak akan pernah mengetahui dunia sebagai realitas sesungguhnya, orang-orang yang berpikir ilmiah dia melakukan berbagai pendekatan tergantung apa permasalahannya, tentu anda lebih memilih orang yang dapat berpikir secara normal dan sehat daripada anda memilih orang gila jika anda bertanya sesuatu.

Kesalahan anda adalah anda tidak ada pendekatan sama sekali alias kacau balau, tubruk sana tubruk sini, seperti orang gila, tentu jika saya analogikan, anda sedang ujian, anda jawab berdasarkan pengawuran, tidak ada dasar yang jelas sesuai disiplin ilmunya, ya jelas disalahkan.

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 08:32:00 PM
ha...ha....ha... anda pikir tuhan itu kagak ada ya... kok sampai pergi ke dukun segala.
Anda ditanya sering ke dukun tidak malah jawabnya lain, intinya jika sering anda dapat wangsit apa.

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 08:32:00 PM
pertanyaan saya dijawab donk yang ini :

lho itu kan dari pengarang injil, mana kutahu bener atau tidak ?
Ketidaktahuan anda karena anda tidak menyadari kebenaran itu, apa dasarnya ketidaktahuan anda? silahkan lihat ke atas dengan di lihat dari Psikoanalisis Lacan, keterbatasan anda dan skeptis anda yang tidak berujung adalah ketidakmampuan anda melihat suatu bentuk realita dengan cara berpikir secara ilmiah yang didasarkan pada Alkitab.

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 08:32:00 PM
lalu dari mana anda mengambil kesimpulan bahwa itu salah ? lalu yang salah itu kata "membawa" nya atau "pedang"nya, lalu kalo bukan pedang, yang benar  apa ? [/color]
Yang benar saya sudah sampaikan di topik tersebut, bukannya anda mendebat objeknya secara ilmiah yang mengikuti Alkitab tapi malah subyeknya, jelas disini ada skeptis yang sekali lagi tidak beralasan, kacau dan tidak berujung.

Kutip dari: maula pada Maret 21, 2011, 08:32:00 PM
jangan ngomong ke sana kemari gak karuan donk, anda kan sudah belajar ilmu hermeneutika, jadi mestinya anda tahu donk mana ayat matius 10: 34-36 itu yang salah ?
Bukan kesana kemari anda sendiri yang kesana kemari, kacau balau, topiknya apa anda jawab apa, dari awal saja anda sudah OOT.

Untuk tentang di Matius 10: 34-36 sudah dijawab di topiknya, malah diskusinya jadi kemana-mana, anda bawa loncat sana sini, seharusnya anda sadar bukan malah ngotot tidak jelas.

Bagaimana bisa anda bilang saya sudah belajar ilmu hermeneutika, saya melihat secara definisi dasar bagaimana dan seperti apa metode mereka dari referensi yang ada, lebih baik anda belajar dasar bahasa biar memahami, perlu anda tahu bahwa tidak semua istilah yang ada di Bahasa Ibrani dan Yunani itu maksudnya bisa berikan maksud yang tepat di istilah bahasa lain, karena keterbatasan bahasa lain, keterbatasan istilah yang ada dibahasa lain tidak bisa lalu kita menyalahkan yang ada dibahasa aslinya, karena memang keterbatasan yang ada dibahasa lain, dan ini perlu dilakukan bentuk dialektika, agar mendapatkan pemahaman yang benar sesuai yang dimaksud dalam bahasa asli. Bahasa asli adalah otoritas final.

maula

Kutip dari: familycode pada Maret 22, 2011, 10:17:17 AM
Artinya ada berbagai metode pendekatan, bukan asal asbun alias suka-suka, buat apa anda sekolah? buat apa anda belajar ini itu. Bagaimana sih anda itu, baca cuplikan artikel dibawah ini agar pikiran anda lebih terbuka. Kita masuk dengan konteks psikoanalisis Lacan dan Zizek.

Sumber : [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Keterangan biasa anda lebih jelas
*Tidak digaris dan ditebalkan dibaca secara seksama
*Ditebalkan : Di fokuskan
*Ditebalkan dan digarisbawahi : di Fokuskan lebih

Menggunakan konsep Lacan: The Imaginary, The Symbolic dan The Real, Zizek menjelaskan proses terbentuknya subjek. Tentu kita tidak lupa dengan triad Freudian: Id, Ego dan Superego, di mana Lacan juga tidak dapat lepas darinya, meskipun kemudian Lacan menggunakan istilah yang berbeda dan pengertian yang lain sama sekali dari triad itu dalam menjelaskan pembentukan subjek. The Imaginary menunjukkan proses lahirnya ego dalam 'fase cermin', yang dimulai ketika bayi berusia sekitar 6 bulan. Lacan mengingatkan kita bahwa manusia sesungguhnya dilahirkan secara prematur dalam arti tidak dapat mengatur gerakan mereka sampai umur beberapa tahun. Bayi akan melewati masa ini ketika ia dapat mengenali dirinya lewat sebuah cermin. Yang dimaksudkan cermin di sini adalah entah itu cermin kaca sesungguhnya atau cermin pada 'diri orang lain'. Selanjutnya manusia akan selalu berusaha menyesuaikan dirinya dengan gambaran cermin yang ia bayangkan itu dan proses ini akan selalu menyertainya.

The Symbolic adalah tatanan yang meliputi bahasa, hukum, tata sosial, dan sistem tanda. The Symbolic adalah kerangka kerja masyarakat yang bersifat impersonal, arena di mana kita turut ambil bagian sebagai suatu komunitas sesama umat manusia. Seseorang terlahir dalam suatu tatanan simbolis tertentu, dalam sebuah keluarga, ras, suku, budaya, agama, kelompok sosio-ekonomi dsb. Implikasi dari tatanan The Symbolic ini ada dua. Pertama, kita tidak akan pernah mengetahui dunia sebagai realitas sesungguhnya, karena kita hanya mengenalinya melalui rantai simbol dan bahasa yang bersifat tidak tetap dan sewenang-wenang (terberi) itu. Kedua, malah sebaliknya, bahwa simbol yang tak tetap dan kita terima begitu saja sebagai perantara antara tanda dan yang ditandai ini justru menjadi tetap dan niscaya bagi kita.

The Real menjelaskan wilayah hidup manusia yang tak terpahami. Segala pengetahuan kita tentang dunia, tentang realitas dimediasi oleh bahasa, oleh simbol. Kita tidak pernah memahami segala sesuatu secara langsung. The Real adalah dunia atau realitas yang belum terjamah dan terukir oleh bahasa. Lalu mengapa kita harus memperhatikan The Real ini? Padahal kita sudah terkutuk untuk hidup dalam The Symbolic. Hal yang perlu disadari di sini adalah bahwa The Real dan The Symbolic saling terikat erat. Bagi Zizek, The Real adalah arena dialektis di mana The Real ada mendahului The Symbolic sekaligus ia datang setelah The Symbolic. Oleh sebab itu, Zizek menyatakan bahwa subjek itu terbentuk dari interaksi antara The Real dan The Symbolic. Subjek berada pada sela-sela dan pinggir perbatasan antara The Real dan The Symbolic. The Symbolic selalu berusaha mengungkapkan The Real, akan tetapi The Real tidak akan pernah terungkapkan oleh The Symbolic, meskipun demikian ia selalu mendorong untuk segera terungkapkan. Gangguan yang terjadi ketika The Real tidak berjalan mulus ke arah The Symbolic, oleh Zizek disebut sebagai trauma. Subjek selalu ditandai oleh trauma ini selamanya.

Artinya apa, anda belajar ilmu dari kecil sampai sekarang anda tidak akan pernah mengetahui dunia sebagai realitas sesungguhnya, orang-orang yang berpikir ilmiah dia melakukan berbagai pendekatan tergantung apa permasalahannya, tentu anda lebih memilih orang yang dapat berpikir secara normal dan sehat daripada anda memilih orang gila jika anda bertanya sesuatu.

Kesalahan anda adalah anda tidak ada pendekatan sama sekali alias kacau balau, tubruk sana tubruk sini, seperti orang gila, tentu jika saya analogikan, anda sedang ujian, anda jawab berdasarkan pengawuran, tidak ada dasar yang jelas sesuai disiplin ilmunya, ya jelas disalahkan.
Anda bicara sana sini tetapi sama sekali belum menjawab pertanyaan saya :

APAKAH KITAB INJIL ITU TIDAK MENGANDUNG PEMAHAMAN / PENGERTIAN YANG BENAR ?
sehingga memerlukan ilmu Hermeneutika.

KutipAnda ditanya sering ke dukun tidak malah jawabnya lain, intinya jika sering anda dapat wangsit apa.
pantesan aja percaya ama dukun, kalo tidak mana mungkin tanya.

KutipKetidaktahuan anda karena anda tidak menyadari kebenaran itu, apa dasarnya ketidaktahuan anda? silahkan lihat ke atas dengan di lihat dari Psikoanalisis Lacan, keterbatasan anda dan skeptis anda yang tidak berujung adalah ketidakmampuan anda melihat suatu bentuk realita dengan cara berpikir secara ilmiah yang didasarkan pada Alkitab.
pertanyaan saya langsung saja dijawab : bener apa tidak ? gak usah macam2 deh aku bukan penganut injil.

KutipYang benar saya sudah sampaikan di topik tersebut, bukannya anda mendebat objeknya secara ilmiah yang mengikuti Alkitab tapi malah subyeknya, jelas disini ada skeptis yang sekali lagi tidak beralasan, kacau dan tidak berujung.
Bukan kesana kemari anda sendiri yang kesana kemari, kacau balau, topiknya apa anda jawab apa, dari awal saja anda sudah OOT.
lagi2 keluar alasan klasik : OOT, pertanyaan diulangi :

lalu dari mana anda mengambil kesimpulan bahwa itu salah ? lalu yang salah itu kata "membawa" nya atau "pedang"nya, lalu kalo bukan pedang, yang benar  apa ?

langsung saja jawabannya ya, bro.

KutipUntuk tentang di Matius 10: 34-36 sudah dijawab di topiknya, malah diskusinya jadi kemana-mana, anda bawa loncat sana sini, seharusnya anda sadar bukan malah ngotot tidak jelas.

Bagaimana bisa anda bilang saya sudah belajar ilmu hermeneutika, saya melihat secara definisi dasar bagaimana dan seperti apa metode mereka dari referensi yang ada, lebih baik anda belajar dasar bahasa biar memahami, perlu anda tahu bahwa tidak semua istilah yang ada di Bahasa Ibrani dan Yunani itu maksudnya bisa berikan maksud yang tepat di istilah bahasa lain, karena keterbatasan bahasa lain, keterbatasan istilah yang ada dibahasa lain tidak bisa lalu kita menyalahkan yang ada dibahasa aslinya, karena memang keterbatasan yang ada dibahasa lain, dan ini perlu dilakukan bentuk dialektika, agar mendapatkan pemahaman yang benar sesuai yang dimaksud dalam bahasa asli. Bahasa asli adalah otoritas final.
lalu siapa yang bawa kasusnya disini, apa anda mencoba lari dari tanggung jawab apa ilmu hermeneutika sama sekali tidak berhubungan dengan Matius 10: 34-36

pertanyaannya diulangi lagi :

jangan ngomong ke sana kemari gak karuan donk, anda kan sudah belajar ilmu hermeneutika, jadi mestinya anda tahu donk mana ayat matius 10: 34-36 itu yang salah ?


monggo dijawab langsung saja gak pake muter2.