Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 19, 2024, 07:03:49 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 93
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 88
Total: 88

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Kepercayaan

Dimulai oleh ojan, April 21, 2009, 11:01:52 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

ojan

mengapa manusia tidak bisa menghindar dari memiliki kepercayaan?

luth

menghindar?
menghindar bagaimana,,
kepercayaan bagaimana juga nih,,
yg saya tangkap ini terkesan ada paksaan gtu ya dalam memeluk agama?cmiiw
klo dalam hal keyakinan trhdp agama sih ngga ada kata terpaksa kok
wong saya yakin seyakinnya tanpa terpaksa ,,,
ibaratnya kepercayaan saya telah divalidasi oleh otak saya,secara akal dan nurani,(setelah melewati berbagai proses berpikir dalam segala aspek kehidupan)diterima,,,,se x lagi tanpa ada paksan kok, :P,
tapi itu klo saya,, ;D :)
sebodoh-bodohnya sifat adalah sombong[move][/move]

alvin pratama

hallo ojan&all
"mengapa manusia tidak bisa menghindar dari memiliki kepercayaan?"
sebetulnya,tiap2 manusia itu bisa menghindar dari memiliki kepercayaan
tapi,"KEPERCAYAAN" atau yang biasa kita sebut itu "AGAMA" itu adalah suatu ajaran yang sangat kita butuhkan dalam menjalani hidup di Dunia ini.selain itu,Negara kita Indonesia Mewajibkan Tiap2 warga negara memeluk Agamanya menurut kepercayaaan & keyakinan dari tiap2 pribadi.
seperti yang tertuang dalam PANCASILA&UUD 1945. ;)
[move]"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasih

ojan

ini bukan masalah terpaksa atau tidak. jangan buru-buru mengklaim demikian. fahami dulu pertanyaannya.
maksud saya begini:
kepercayaan adalah sesuatu yang inhern dalam diri manusia. setiap orang tidak mungkin tidak memiliki kepercayaan, apa pun bentuknya. mohon maaf, di sini kepercayaan saya serupakan definisan dengan iman, bukan agama.
nah, kalau demikian, maka tidak mungkinlah manusia tidak memiliki bentuk kepercayaan.
tetapi harus diingat, kepercayaan itu bukan wilayah logika meskipun hasil pemikiran (yang berasal dari logika) bisa saja memperkuat kepercayaan. jadi, kepercayaan terhadap 'sesuatu' lebih dulu ada ketimbang pemahaman kita terhadap 'sesuatu' tersebut.
ini saya maksudkan untuk menjelaskan bagaimana harus meletakkan sains sebagai hasil pemikiran manusia, yang tidak bisa dijadikan standar tertinggi kebenaran. saya merasa perlu mendiskusikan ini untuk menjawab beberapa kecenderungan teman-teman yang ingin mengotak-atik dogma dengan pengetahuannya yang masih terbatas.
terimakasih.


skuler

bung ojan, apa yg anda katakan itu seluruhnya berkesuaian dengan sains. proses sintesis dari hipotesa2 yang akhirnya membentuk teori baru adalah analogi yg sama dengan masalah keyakinan. teori baru itu selanjutnya akan disebut sebagai tesis dan akan disintesiskan lagi dengan hipotesa yang lain dan seterusnya sehingga timbul teori baru yang lain dan akhirnya apabila tak terbantahkan akan menjadi yang namanya hukum ato sejenisnya.

mari kita simak bersama kata2 seorang forsa yang bijak dsaat lalu seperti dibawah ini:

Kutip dari: superstring39 pada April 03, 2009, 08:42:17 AM
saya rasa semua ilmu itu memiliki satu kesatuan secara komprehensif, baik ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu kenegaraan. semua ilmu adalah satu paket, seharusnya tidak dikotak-kotakan atau bahkan dipisah-pisahkan. jika ada yang melihat kontradiksi antar ilmu-ilmu tersebut berarti ada yang salah, entah salah satu ilmu yang salah atau manusianya yang salah mengartikan. disemua bidang, pemikiran secara komprehensif sangat bermanfaat dan baik...

adakah yg tidak sependapat dengannya?
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.

utusan langit

ada beberapa (banyak sekali) tentang keyakinan yang belum/tidak bisa dijelaskan oleh sains, karena itu diluar batasan sains! misal m.gaib.

saya sendiri lebih suka pembedaan antara Keyakinan dan sains, atau dengan yang lainnya.
bayangin saja jin yang dalam forum-forum ilmiah masuk Sci-Fi, bisa dijelaskan dengan keyakinan!

superstring39

karena ada yang memunculkan nama saya akhirnya saya dateng juga :P
percaya atau enggak percaya itu sih pilihan yang mau atau enggak mau harus diambil. saya bisa aja bilang kalo saya enggak percaya sama hukum kekekalan energi, misalnya. terus ada yang memaksain bahwa saya harus percaya kalo kenyataannya saya enggak percaya ente mau apa? ini cuma misalnya lho. sedangkan untuk pembuktian, saya tidak mau terjebak dalam pemikiran bahwa semuanya harus bisa dijelaskan oleh sains. karena menurut dosen saya seorang ilmuan sekalipun tidak boleh membatasi pemikiran, apapun mungkin.

skuler

Kutip dari: utusan langit pada April 24, 2009, 01:22:51 PM
ada beberapa (banyak sekali) tentang keyakinan yang belum/tidak bisa dijelaskan oleh sains, karena itu diluar batasan sains! misal m.gaib.

@ UL: bacalah tulisan sang filsuf forsa bijak yg gw quote diatas...

sebaiknya anda menjelaskan dahulu apa yg anda maksudkan dengan gaib... apakah anda memandangnya seperti bilangan riil dan imajiner matematika?
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.

superstring39

setau gw yang namanya ghaib itu artinya tersembunyi atau terselubung oleh sesuatu. jadi apapun yang tersembunyi bukan berati tidak ada melainkan kita tidak mengetahui posisi atau tempat atau bentuk aslinya seperti apa, tetapi dia ada. misalkan janin dalam rahim dahulu orang bisa menyebutnya itu ghaib karena terselubung oleh janin sehingga orang tidak bisa melihatnya. namun sekarang orang bisa mendeteksinya atau bahan melihat bentuknya dengan USG misalnya atau alat yang lebih canggih. nah kalo setan dan jin samapai sekarang orang masih menyebutnya ghaib karena belum bisa dideteksi dengan alat buatan manusia. namun bagi orang yang bisa melihat dengan inderanya yang lain maka bukan lagi hal yang ghaib menurutnya.

skuler

karna ibrahim bisa mengindera tuhan pada saat menerima 10 printah tuhan, maka anda mempercayai bahwa bagi ibrahim tuhan adalah riil? begitu kah?
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.

utusan langit

Kutip dari: skuler pada April 24, 2009, 02:36:52 PM
sebaiknya anda menjelaskan dahulu apa yg anda maksudkan dengan gaib... apakah anda memandangnya seperti bilangan riil dan imajiner matematika?
gaib yang saya maksud adalah originalnya yang tidak terlihat!
bukan seperti bilangan imaginer dan bilangan riil!

luth

Kutip dari: skuler pada April 24, 2009, 04:14:10 PM
karna ibrahim bisa mengindera tuhan pada saat menerima 10 printah tuhan, maka anda mempercayai bahwa bagi ibrahim tuhan adalah riil? begitu kah?
maksudnya mengindera apa nih?indera apa?pengllihatankah maksud anda?ataw apa?

@ojan
nah itu dia,,makanya saya menulis CMIIW(correct me if i'm wrong)
habis pertanyaanya agak abstrak dan terlalu singkat si,,hehe,sori :)

ya,,saya stuju dengan anda, sains tidak bisa dijadikan standar tertinggi kebenaran,, masih ada sesuatu yg diluar kerangka berpikir manusia,,menurut saya.
sebodoh-bodohnya sifat adalah sombong[move][/move]

ojan

#12
keyakinan tidak membutuhkan hipotesa karena keyakinan bukan masalah logika sebagaimana sains.
kebenaran sains adalah kebenaran eksperimen dan logika. karena itu, kebenarannya bersifat relatif dan terus menerus mengalami perubahan dengan munculnya antitesis-sintesis baru.
sedangkan keyakinan tertuju kepada yang absolut. sains dalam hal ini hanya bisa dibutuhkan dalam rangka memperkuat keyakinan, bukan membentuk keyakinan.
kalaupun kita ketahui banyak ilmuan kemudian menjadi orang yang beriman berdasarkan hasil eksperimennya, itu hanya hubungan pengaruh. keyakinan tetaplah memiliki wilayah tersendiri di luar wlayah sains, sebagaimana anthropolgi memiliki lingkup tersendiri di luar ilmu kimia, meski pada kesempatan tertentu, keduanya berhubungan erat.

luth

Kutip dari: skuler pada April 24, 2009, 04:14:10 PM
karna ibrahim bisa mengindera tuhan pada saat menerima 10 printah tuhan, maka anda mempercayai bahwa bagi ibrahim tuhan adalah riil? begitu kah?
eh sori cuma mau koreksi,,setau saya yg menerima 10 printah tuhan ( The Ten Commandments ) itu bukan Ibrahim,,tetapi Musa,,

@Ojan
ya saya pendapt dgn anda,bahwa keyakinan memiliki wilayah sendiri,,
&menurut saya:
namun demikian dalam banyak ayat tuhan memberikan banyak pengetahuan sains kepada manusia dalam beberapa ayat di kitab suci saya(yang tentunya harus berhati2 dlm menafsirkannya,lbih teliti&komprehensif), untuk manusia kemudian membuktikan kebenarannya,,dalam hal ini terkandung isyarat, bahwa jika ingin membuktikan kebenaran adanya tuhan, manusia "dipersilahkan" untuk membuktikan melalui ayat2 suci dan kenyataannya pada makhluk2nya(bumi,langit,dan segala isinya)
sekali lagi HANYA pada makhluk2nya yg nyata,,
bukan pada hal2 ghaib,
dan terutama sekali bukannya membuktikan keberadaan tuhan dengan semua penginderaannya dalam artian yg sebenarnya,(cth membuktikannya dgn berusaha "melacak" & "meneliti" dimana tuhan berada)
NO, it's the wrong method ;D
tapi itulah letak kesalahan para atheis ;D ;D ::)
kabuuuur......
tar atheisnya mencak2 lagi,hehe ;D
peace buat yg ateis ;)
sebodoh-bodohnya sifat adalah sombong[move][/move]

skuler

Kutip dari: luth pada April 24, 2009, 11:05:57 PM
eh sori cuma mau koreksi,,setau saya yg menerima 10 printah tuhan ( The Ten Commandments ) itu bukan Ibrahim,,tetapi Musa,,

ho oh, bro.. sori... saya jadi malu di forum ilmiah saya asal ngomong... iya2... maksud saya musa...

jadi pertanyaan saya ralat: karna musa bisa mengindera tuhan pada saat menerima 10 printah tuhan, maka anda mempercayai bahwa bagi musa tuhan adalah riil? begitu kah?
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.