Seperti tulisan saya di thread lain:
Apakah begitu tingginya derajat manusia, sehingga Tuhan pun harus tawar menawar menggunakan konsep "reward and punishment", surga dan neraka, untuk menyuruh mereka berbuat baik?
Hampir semua agama dan kepercayaan menerapkan konsep demikian. Jika surga dan neraka tidak pernah diperkenalkan pada manusia, apakah masih ada orang yg dengan tulus menyembah Tuhan? Saya yakin ada, namun sangat sedikit. Jadi, konsep semacam itu terbukti efektif.
Saya akan mencoba melihat secara lebih mendasar dalam sisi manusia, manusia muncul ego saat manusia mengalami fase cermin (Lacan), melihat sebuah realitas yang sebenarnya dimana ahkirnya manusia jadi memiliki ego.
Ego ini melindungi manusia dari berbagai tekanan dan ancaman dari luar dirinya, manusia yang sudah lebih dewasa secara umum egonya tumbuh lebih baik, dari situ ada pengalaman-pengalaman masa lalu, misal saat kecil anak kalau tidak patuh sama ortu maka diberi hukuman maka jadi lebih patuh karena takut akan hukuman.
Mengapa anak bisa menjadi tidak patuh, secara paling mendasar ini semua diawali oleh fase cermin (Lacan), dimana mulai dari situ dia merasa kehilangan yang dalam arti ternyata dia terpisah dengan ibunya (bukan 1 kesatuan), dari situ dia harus mencari jalannya untuk menemukan apa yang hilang.
Contoh untuk anak cowok secara umum nalurinya adalah ingin menguasai, kasar dan sebagainya, seiring waktu, bentuk-bentuk hukuman dari keluarga, masyarakat, teman-teman dan sebagainya itu mengubah anak cowok menjadi lebih terasah egonya, walaupun semua dasarnya semua yaitu untuk keinginan ID.
Manusia punya hati nurani itu terbentuk karena dia membandingkan orang lain dengan dirinya yang pernah tersakiti juga, sehingga muncul empati, sebenarnya melakukan kebaikan dapat untuk kepuasan batin sehingga jangan heran orang atheispun dapat berbuat baik untuk kepuasan batin dia.
Jika manusia dapat mengasihi Tuhannya dengan tulus maka dia sudah sampai tahap dimana keinginan ID adalah untuk memuji nama Tuhan, mengasihi Tuhan secara tulus, mengasihi Tuhan tidak hanya melihat kekuasaan Tuhan yang Maha besar tapi juga ajarannya, seperti Tuhan mengajarkan ke kita untuk tidak membalas jika disakiti dan sebagainya.
Kesimpulannya, manusia jika takut dan ahkirnya patuh karena suatu hukuman itu wajar karena itulah dasarnya ego menjadi lebih terbentuk, hanya saja pertahanan yang terlalu berlebihan pada ego dapat menyakiti yang lainnya, pertahanan yang berlebihan tidak terlepas dari ID yang kurang atau tidak menerima suatu realita.
Dalam agama Kristen, Tuhan Yesus mati salib untuk menebus orang-orang berdosa, dia mau melepas ke-AllahanNya untuk sementara agar dia dapat mati dikayu salib dan kemudian bangkit kembali.
Ini dapat memberikan gambaran kepada manusia bahwa manusia seharusnya dapat melepaskan segala apa yang dia miliki untuk berkorban, dari Tuhan yang Maha Kuasa, Pencipta Alam Semesta, Ajaran KasihNya hingga Dia berkorban, itu seharusnya sudah jauh lebih cukup manusia untuk mengasihi Tuhan tanpa pamrih tapi manusia terlihat secara umum cenderung sulit karena kedagingan manusia yang banyak menguasai.