Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 03:05:18 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 207
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 185
Total: 185

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

cara berpikir

Dimulai oleh ojan, Agustus 10, 2009, 04:24:58 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

ojan

setelah saya memperhatikan wacana-wacana yang berkembang di forum sains, saya menjadi tidak begitu berminat untuk intensif mengikutinya. kenapa demikian?
saya melihat masih ada kerancuan tentang cara berpikir para member dalam forum agama dan filosofi ini. kerap muncul persoalan-persoalan yang menuntut pendekatan kognitif padahal yang disajikan itu berada diluar jangkauan kognitif.
dalam hal tersebut, kita seperti memaksakan sebuah timbangan untuk mengukur jarak. padahal timbangan itu untuk mengukur berat. immanuel Kant menyebutkan bahwa ada wilayah fenomena dan ada wilayah nomena. pada ranah fenomena, kita menggunakan panca indera dan kognisi. jadi, panca indera bisa menyerap informasi dan diolah dalam kognisi, kemudian menjadi ilmu pengetahuan.
sedangkan ranah 'nomenal' itu berada di luar ruang-waktu, tidak terjangkau oleh indera dan kognisi. karena itulah kita membutuhkan wahyu Tuhan sebagai sumber informasi. maka, dalam hal ini kita cukup meyakininya. contohnya: Tuhan, Surga, dan hal-hal semacam itu. termasuk di dalamnya adalah hukum halal-haram yang diturunkan oleh Tuhan. jika kita meyakini ke-Maha Benar-an Tuhan, maka tidak perlu kita pertanyakan semua itu.
ilmu pengetahuan memang bisa menjamah sisi kimiawi dan fisika dari jagad raya ini, tetapi itu adalah sebatas keilmuan hasil produk kognitif. tidak bisa menggugurkan dogma yang berasal dari Tuhan. jika kita akan berdebat tentang sesuatu yang berada di ranah 'nomena' dengan menggunakan kognitif (instrumen yang hanya bisa menjangkau fenomena), maka pasti akan timbul antinomi.
antinomi itu adalah suatu pertentangan yang timbul dari suatu pendapat. misalkan, ada yang mengatakan bahwa 'surga itu tidak ada', dengan argumentasi yang kuat dan bisa diterima akal, maka akan timbul pendapat sebaliknya yaitu 'surga itu ada', juga dengan argumentasi yang kuat.
akahkah kita habiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting tersebut?
mohon maaf, dan terima kasih

sisca, chemistry

hm.,.,
gpp jg sich,,,
silahkan b'pendapat,,,

klo menurut aq klo soal agama susah buat di jelaskan,,,
krna beda2 pandangan...
jdi, y....
bgtu lah,.
he...
[move]
~ You are what you eat ~
[/move]

Pi-One

Sains atau ilmu pengethuan tidak menolak atau mendukung eksistensi Tuhan, sains tidak membicarakan Tuhan.

Mestinya tidak ada masalah, kecali agama memasuki ranah rans dan memaksakan pandangan versi agama tadi.

biobio

Memang sains tidak berbciara soal Tuhan, namun harusnya Tuhan dalam agama tidak boleh bertentangan pula dengan konsep sains.
"The pen is mightier than the sword"

Pi-One

#4
Kutip dari: biobio pada Agustus 13, 2009, 07:58:54 AM
Memang sains tidak berbciara soal Tuhan, namun harusnya Tuhan dalam agama tidak boleh bertentangan pula dengan konsep sains.
Biasa pertentangan terjadi justru saat agama mencoba masuk dalam ranah sains kan? Misal pada asal-usul manusia, agama bentrok dengan sains saat 'kisah penciptaan' bertentangan dengan teori evolusi.

KutipYou've got your phenomenon on one hand. Concrete and knowable. On the other hand you've got the incomprehensible. You call it God, but to me, God or no, it remains just that, the unknowable.
    Robin Green and Mitchell Burgess

biobio

Kutip dari: Pi-One pada Agustus 13, 2009, 11:57:50 AM
Biasa pertentangan terjadi justru saat agama mencoba masuk dalam ranah sains kan? Misal pada asal-usul manusia, agama bentrok dengan sains saat 'kisah penciptaan' bertentangan dengan teori evolusi.
dalam agama saya tidak tuh...
"The pen is mightier than the sword"

ojan

nah, seperti itulah. walaupun masing-masing kita mengaku tidak emosi, tapi jawaban-jawaban yang diposting seringkali tidak menunjukkan intelektualitas ataupun nuansa sopan santun yang diajarkan agama masing-masing.
mohon maaf, diskusi yang carut-marut seperti ini tidak bermanfaat.
terimakasih.

Monox D. I-Fly

Kutip dari: biobio pada Agustus 14, 2009, 01:36:51 PM
dalam agama saya tidak tuh...

Jadi pengen tau, biobio agamanya apa?  :)
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.

Sandy_dkk

saya tidak tahu apa agama TS. tapi jika saya boleh berasumsi, maka jelas TS tidak beragama Buddha dan tidak beragama Islam.

dalam Buddha terdapat ajakan ehipassika, yaitu datang lihat dan buktikan. sementara dalam Islam semua umatnya dituntut untuk menyaksikan ke-Esa-an Allah yang kemudian diikrarkan dalam kalimat syahadah.

jika indera dan kognisi tidak dilibatkan dalam agama, maka jelas ini bukan ajaran Buddha dan Islam. karena dengan alat apa lagi kita dapat menyaksikan? apakah kita akan membuat kesaksian/syahadat palsu?

apakah kita dapat menyaksikan dengan alat iman? hey! bahkan iman sejatinya tidak pernah ada di hati orang2 yang tidak menyaksikan!


agama2 lain yang juga menuntut adanya indera dan atau akal sebagai alat untuk menyaksikan dan beriman, silahkan ngacung!

Nugraha Saputra

Selama masih dapat dikaitkan dan dapat diterima oleh akal pikiran, nggak masalah kan?

Sandy_dkk

Kutip dari: Nugraha Saputra pada Mei 08, 2014, 07:24:37 PM
Selama masih dapat dikaitkan dan dapat diterima oleh akal pikiran, nggak masalah kan?

ya, selama masih dapat diterima oleh pikiran, berarti tak ada masalah dengan suatu ajaran. tapi bila sudah tidak dapat diterima oleh pikiran, berarti ada masalah dalam suatu ajaran. singkatnya, ajaran yang tidak bisa diterima oleh pikiran adalah ajaran sesat.

__________

manusia memiliki standar yang berbeda beda dalam menilai apa yang masuk akal dan apa yang tidak. standar siapa yg dipakai? alih2 menyatukan manusia, kita malah jadi terpecah-belah.
itulah, kaum-kaum saling mengkritik betapa tidak masuk akalnya keyakinan satu sama lain.... padahal sama2 nga bisa dibuktikan.

Sandy_dkk

standar kelurusan pikiran adalah logika.
sayangnya standar logika ini banyak ditolak oleh para penganut agama. jika logika ditinggalkan, pikiran tak akan mampu membedakan mana yang lurus mana yang menyimpang.