Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 12:46:48 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 169
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 206
Total: 206

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Mau Tanya Kepada Orang Muslim

Dimulai oleh biobio, April 16, 2009, 12:36:29 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Pi-One

Mau tanya:

Seorang pria yang menceraikan istrinya, dan anaknya ikut istrinya. bagaimana tanggung jawab dia dalam hal menafkahi mantan istri dan anaknya (gak ada mantan anak)? Kan gak bisa cuma dengan lihat kelakukan sebagian penduduk kita...

Mtk Kerajaan Mataram

Dalam Al-Quran surah al-baqarah ayat 233 :

(2:233) "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian..."

Selanjutnya adalah bagaimana kerja sama antara mantan suami istri tersebut dimusyawarahkan baik2 kalau perlu dengan menghadirkan pihak keluarga masing2.

superstring39

dalam Al Quran sendiri telah jelas disebutkan bahwa semua muslim wajib menaati Allah dan RasulNya. jadi jika kita wajib mengikuti Al Quran sebagai dasar maka kita juga harus mengikuti semua perintah Rasulullah. dalam hal ini hadits2 yang sahih sebagai medianya. belajar tanpa guru berarti gurunya adalah syaitan, dalam hal ini dalam mempelajari ilmu agama khususnya harus didampingi oleh seorang guru yang memang benar menguasai ilmu tersebut. karena jika salah menafsirkan sebuah ayat atau hadits maka bisa fatal akibatnya, salah-salah awalnya berniat belajar tapi malah jadi mudharat. saran saya saat mempelajari Al Quran da hadits tanyakan juga maknanya kepada guru-guru anda.

Mtk Kerajaan Mataram

Kutip dari: superstring39 pada April 20, 2009, 08:16:24 AM
dalam Al Quran sendiri telah jelas disebutkan bahwa semua muslim wajib menaati Allah dan RasulNya. jadi jika kita wajib mengikuti Al Quran sebagai dasar maka kita juga harus mengikuti semua perintah Rasulullah. dalam hal ini hadits2 yang sahih sebagai medianya.
Yang digunakan untuk menshahihkan hadis adalah juga hadis yang menyebutkan perawi anu punya ingatan kuat dan jujur. Menaati Allah dan Rasul jelas dari Quran dari Allah yang keluar dari mulut beliau. Menaati hadis belum tentu berarti menaati rasul tapi yang jelas menaati yang meriwayatkan...yang logis sajalah mas superstring39. Saya dulu sering baca-baca kitab2 berisi hadis. Akhirnya berkesimpulan demikian. Yaa kita lihat buku hadis sedikit ada manfaatnya sebagai catatan yang dibuat orang dulu dengan menelusur perkataan dan perbuatan nabi lewat oral-transmition, tapi bukan berarti terus dipegang bersukukuh, bagaimanapun harus melihat quran dan menalar.

Kutip dari: superstring39 pada April 20, 2009, 08:16:24 AM
belajar tanpa guru berarti gurunya adalah syaitan, dalam hal ini dalam mempelajari ilmu agama khususnya harus didampingi oleh seorang guru yang memang benar menguasai ilmu tersebut. karena jika salah menafsirkan sebuah ayat atau hadits maka bisa fatal akibatnya, salah-salah awalnya berniat belajar tapi malah jadi mudharat. saran saya saat mempelajari Al Quran da hadits tanyakan juga maknanya kepada guru-guru anda.

Inilah sebenarnya yang merupakan paradigma diantara kita umat islam harus perbaiki. Bagaimanapun guru-guru kita (ulama) juga manusia seperti kita yang juga punya keterbatasan. Dalam Islam sebenarnya tidak mengenal adanya posisi struktural keagamaan yang punya hak untuk benar, yang ada adalah masalah yang dihadapi dimusyawarahkan bersama.
Memang ada yang menyimpang dari kebenaran dalam mempelajari, dan ini hanya mereka yang putus asa serta tidak mau membuka wawasan berdialog dengan yang lain.
Kalau misalnya mas superstring39 menilai penafsiran saya menyimpang, maka silahkan ambil argumentasi atau minta keterangan dari orang yang dianggap mumpuni untuk ikut berdialog. Kalau saya memang menyimpang secara tidak saya sadari, maka senang hati dan terima kasih karena mendapat pencerahan.

superstring39

bukankah syarat sahihnya hadits sudah sangat jelas. jadi apakah menurut anda hadits yang sahih itu tidak ada? lalu jika tidak melihat hadits bagaimana kita bisa meneladani Rasulullah SAW? hanya dengan menalar saja kita tidak dapat menentukan suatu hukum yang lebih spesifik yang tercantum dalam Al Quran.

utusan langit

kalau saya pribadi memegang hadis dan Al-Qur'an selama hadist bersifat bernilai sohih,

oiya, untuk hadist yang rowinya berseri, saya hukumnya juga meragukan, dan belum bisa dijadikan pegangan!
jadi misal seperti yang dikatakan mas Mataram, tentang ada sesorang yang pernah bercerita bahwa tetangganya yang punya saudara di arab mengatakan ketika itu bertemu saudagar yang kaya berkata bahwa ,........, saya kira untuk hadist yang semacam ini periwayatannya, akan dihukumi meragukan (belum bisa dijadikan pedoman) anda bisa lihat bahwa hadist yang soheh, paling banter Rowinya di beritahu sama keluarga atau orang terdekat nabi!



Mtk Kerajaan Mataram

The below text was written who paid attention on al-quran and hadith honestly :

I am a believer, I have no doubt in Allah, the teachings of the quran and believe in the prophet Muhammed (saw) as the seal to prophethood.  In my attempt to make my deen stronger I had started reading hadith and came accross contradictions between some hadiths and the facts, and ethos of the Quran.  An example is the description of the sun and how night arises, although the quran proves what modern science shows now the hadith does not.  Further more when Allah talks of creation he says mates were created for each other and not woman was created for man as the arabic term used is not termed by sex . man and were women created from the same nafs.  Yet the hadith says man was created first and women later from a mans crooked rib to my knowledge this is the christian veiw. Further the quran gives women rights and obligations towards practising deen her punishment is equal to man because Allah created both with the capacity to do good or evil, but the hadith say women are naturally rebellious and prone to evil.  I do not doubt that the hadith in general have a lot to teach muslims, but surely only hadith which confirm the message of the quran should be treated as valid.  The hadith were written 2/3 hundrend years after our prophet and Allah has not guranteed us its preservation.  Please comment on the role of Hadith.  Is it permissible as a muslim to accept the hadith that support the message of the quran and reject those which do not.  I have read that the Hadith and quran should not be seperated they are considered one in the same a source of Islam, this disturbs me the Quran is surely seperior as it is the literal word of Allah and the hadith are recorded by men mere moratls, i believe they have been tampered with through the ages and in that way they are much like the torah and Gospel changed by mankind in parts.  Please advise on this veiwpoint. Peace and Blessings

ghostdoors

bukanya sebagian besar hukum hadist adalah sunah...??
jd intinya, Al-quran adl pegangan bagi Islam yg tdk boleh di ganggu gugat. sedangkan Hadist hy sebatas cara melakukan, mengerjakan, hal2 yg ada di Al-quran. begitu jg dg perilaku Rassul. selain itu tergantung juga dg ke sahihan hadist yg diriwayatkanya. :)
"TIDAK ADA SEJARAH YANG TIDAK MENETESKAN DARAH DAN SETIAP PERJUANGAN MEMBUTUHKAN PENGORBANAN"

utusan langit

kalau memang dalam hadist belum bisa dijadikan pegangan, so bagaimana cara kita untuk sholat, sementara dalam Al-Qur'an diperintahkan? apakah sholat bisa sekehendak hati karena dalam Al-Qur'an belum dijelaskan secara detail? saya kira hadist tetep menjadi pegangan dalam menjalakan ibadah, mengenai hadist kan sudah diberi nilai, mana yang bisa dijadikan pegangan dan mana yang tidak!

Mtk Kerajaan Mataram

Ini karena dalam benak kebanyakan muslim sudah terdoktrin bahwa sumber ajaran adalah pertama alquran dan kedua hadis. Padahal masa-masa setelah nabi Muhammad meninggal sampai penulisan hadis ( kurang dari 200 tahun, pada masa Umar bin Abdul Aziz) tentu saja tidak mengenal hadis. Apakah praktik sholat orang pada masa itu mendasarkan pada hadis, tentu saja tidak, padahal islam sudah menyebar jauh waktu itu.
Kita sekarang pun dalam praktek sholat, banyak menganggap bahwa praktek ini dari keterangan hadis, padahal kalau kita teliti hadis, tak satupun hadis yang secara sistematis yang mana Nabi meminta untuk dicatat begini lho urutan dan bacaan sholat dan waktu-waktunya. Dan yang ada adalah hadis2 tentang sholat yang tercerai berai kemudian dikompress sendiri dan ini dilakukan jauh sesudah nabi. Ditambah lagi keterangan yang mengada-ada bahwa sholat diawali dari peristiwa isra' mi'raj, padahal dalam quran diterangkan bahwa sholat sudah ditetapkan jauh sebelum Nabi Muhammad, dan beliau hanya melanjutkan.

Kalau jujur mengakui, bahwa kita mendapat pengajaran praktek sholat pertama bukan dari hadis tapi dari orangtua atau guru ngaji yang mana mereka pun sama demikian. Silahkan tanya orang2 yang pernah mengajar anda sholat apakah memperoleh secara komplit dari buku hadis.

Kita lihat hadis yang dianggap paling sahih dan disaksikan ribuan orang adalah hadis kutbah Nabi Muhammad yang terakhir (Haji Wada'). Hadis ini ada tiga versi yang masing-masingnya berbeda pada bagian akhirnya, berikut aku kutip dari wikipedia ([pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]) :
------------------------------------------------------------------------------------------
Hadiths report at least three different versions of the same sermon. The most notable difference is near the end of the sermon, where Muhammad states that he leaves behind two things. One version, for instance, has the statement: "I leave with you Qur'an and Sunnah." The other version has the statement: "I leave with you Qur'an and Ahl al-bayt" (the family of Muhammad). The third version has the statement: "I leave for you the Qur'an, you shall uphold it."

These differences have theological significance for Sunni and Shi'a Muslims. Sunnis hold themselves as the followers of the sunnah or practice of Muhammad as related by his companions, the Sahaba. Sunnis also maintain that the Islamic community, or ummah, as a whole will always be guided. The Shi'ites hold the second version of the sermon as the correct one. According to Shi'a belief, the only legitimate leadership rested in the lineage of Muhammad's cousin and son-in-law, Ali ibn Abi Talib. The Shi'ites believe that the rest of the Muslim community committed a grave error by electing Abu Bakr and his two successors as leaders. Those who reject the entire hadith as guidance and advocate the Qur'an alone point out the inconsistencies in Hadith by referring to these differences.
-------------------------------------------------------------------------------------------

Hadis kutbah haji wada yang dianggap paling sahih karena banyak saksinya ribuan orang dan itupun mempunyai tiga bentuk, yang manakah yang patut diambil? Silahkan pikirkan..

skuler

bukannya waktu Haji Wada' yg boleh ke t4 rasul muhammad cuman sgelintir orang doang? ali salah satunya kan?
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.

Mtk Kerajaan Mataram

Ini pas kutbah sebelum jatuh sakit bukan di rumah rasul Muhammad.

skuler

#27
ooo000OOOooo

kopi-paste wikipedia:
... With a crowd of over 120000 pilgrims, his voice could not reach out to all those who were present. He therefore asked Rab'ah Ibn Umayya Ibn Khalaf, who was known to have a loud voice, to repeat the sermon after him, sentence by sentence so that everyone could hear.

baru gw baca.... wkwkwkwk...
"Who controls the present now controls the past. Who controls the past now controls the future."-- RATM, 1999.

utusan langit

KutipPadahal masa-masa setelah nabi Muhammad meninggal sampai penulisan hadis ( kurang dari 200 tahun, pada masa Umar bin Abdul Aziz) tentu saja tidak mengenal hadis.
itu karena mereka yang hidup pada masa itu masih memegang sabda nabi! oleh karena itu tidak ada hadist yang ditulis, karena mereka sudah mengerti!

kasusnya sama dengan Pembukuan Al-Qur'an kan?
namun pada Hadist waktu jaman Kalifah awal-awalan, di bakar untuk menghindari pemberlakuan sama pada Al-Qur'an. karena hadist masih dimungkinkan terjadi kesalahan (pada rowinya). Intinya tetap harus berdasar pada Al-Qur'an.
KutipKita sekarang pun dalam praktek sholat, banyak menganggap bahwa praktek ini dari keterangan hadis, padahal kalau kita teliti hadis, tak satupun hadis yang secara sistematis yang mana Nabi meminta untuk dicatat begini lho urutan dan bacaan sholat dan waktu-waktunya. Dan yang ada adalah hadis2 tentang sholat yang tercerai berai kemudian dikompress sendiri dan ini dilakukan jauh sesudah nabi.
kalau saya pribadi mengartikan Hadist tidak dalam bentuk ucapan saja, tetapi sebagai suritauladan Nabi kepada umat Islam!, dan untuk mengenai pembukuan hadist itu sendiri dilakukan untuk menghidari pemalsuan hadist!

KutipDitambah lagi keterangan yang mengada-ada bahwa sholat diawali dari peristiwa isra' mi'raj, padahal dalam quran diterangkan bahwa sholat sudah ditetapkan jauh sebelum Nabi Muhammad, dan beliau hanya melanjutkan.
saya pernah belajar Tarih, disana juga dijelaskan mengenai Isro' Mi'roj, seperti yang lainnya, itu terserah mas Mataram saja, namun bagi saya, jelas tidak sependapat dengan mas Mataram!

saya juga tidak mungkin menyalahkan kisah perang Badar, anak angkat Nabi Muhammad, dll.
bagaimana kita dapat mengambil suritauladan Nabi Muhammad?
padahal nabi Muhammad "diturunkan" untuk memperbaiki Akhlak?

Mtk Kerajaan Mataram

Kutip dari: utusan langit pada April 21, 2009, 02:04:04 PM
itu karena mereka yang hidup pada masa itu masih memegang sabda nabi! oleh karena itu tidak ada hadist yang ditulis, karena mereka sudah mengerti!

Jarak 200-an tahun itu bukan rentang yang dekat untuk ukuran manusia, setidaknya beberapa generasi. Kalau kita membandingkan, adalah seperti masa kini dengan masa Tuanku Imam Bonjol jaman penjajahan Belanda. Apakah mas utusan langit sanggup untuk menelusur data lewat oral-transmition apa yang dikatakan dan diperbuat Imam Bonjol?
Yang bertahan adalah ritual ibadah seperti sholat, puasa, zakat,dan haji. Karena yang sifatnya ritual seperti ini tidak membutuhkan banyak pikiran untuk mengingat dan sudah menjadi kebiasaan, yang inilah yang sampai pada kita.
Dengan munculnya hadis, bisa memunculkan dua kemungkinan, yaitu kalau autentik akan menguatkan, tapi kalau palsu maka akan mengaburkan dan menimbulkan kecemasan apakah yang sudah dilakukan betul2 dari Nabi. Dan perawi-perawi yang sudah meninggal sebenarnya tidak bisa diverifikasi. Jadi kita sebenarnya tidak bisa mendasarkan pada sanad. Paling-paling melalui cross check dengan al-quran.