Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 02:44:53 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 207
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 164
Total: 164

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Mengapa Saya Bukan Orang Kristen? - Bertrand Russell

Dimulai oleh Mimihitam, Agustus 02, 2011, 07:50:52 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Mimihitam

Mengapa Saya Bukan Orang Kristen (Why Am I Not a Christian?)
oleh Bertrand Russell
diterjemahkan oleh Ignatius Yordan

Seperti yang telah diberitahukan oleh Ketua, subjek yang akan saya bicarakan malam ini adalah "Mengapa Saya Bukan Orang Kristen." Mungkin pertama-tama lebih baik kita mencoba menemukan arti kata Kristen. Banyak sekali orang yang mengartikan istilah ini dengan sangat longgar. Beberapa orang menafsirkannya tidak lebih dari seseorang yang berusaha menggapai kehidupan yang baik. Dengan cara pikir itu saya rasa akan ada banyak "Kristen" di semua sekte dan kepercayaan, tapi saya tidak yakin bahwa itu adalah cara pandang yang tepat, karena akan menunjukkan bahwa semua orang yang bukan Kristen — semua pengikut Buddha, Konfusius, Muhammad, dan lain-lain — tidak mencoba mencapai kehidupan yang baik. Saya tidak mengartikan Kristen sebagai orang yang mencoba hidup dengan baik menurut ajaran-ajarannya. Saya rasa Anda harus meyakini beberapa kepercayaan tertentu sebelum engkau berhak menyebut diri Anda Kristen. Kata ini tidak memiliki arti totok seperti pada masa Santo Augustine dan Thomas Aquinas. Pada hari-hari itu, jika seseorang mengatakan ia adalah orang Kristen, sudahlah diketahui apa yang ia maksud. Anda menerima kepercayaan dan ajaran tertentu yang harus kau yakini dengan segenap keyakinan Anda.
 

Apa itu orang Kristen?



Kita perlu sedikit lebih samar dalam mengartikan Kekristenan, namun saya rasa ada dua hal yang berbeda, yang cukup penting untuk siapapun yang menyebut dirinya Kristen. Yang pertama adalah dogma — misalkan, bahwa engkau harus percaya Tuhan dan keabadian. Jika engkau tak meyakini kedua hal itu, saya rasa Anda tidak bisa menyebut diri Anda sebagai seorang Kristen. Selain itu, seperti namanya, engkau harus percaya kepada Kristus. Pengikut Muhammad juga percaya Tuhan dan keabadian, tetapi mereka tidak menyebut diri mereka sebagai orang Kristen. Saya rasa engkau harus memercayai bahwa Kristus, jika tidak ilahi, paling tidak manusia terbijak dan terbaik. Jika engkau tidak percaya Kristus, maka engkau tak berhak menyebut dirimu Kristen. Tentu saja, ada logika lain, yang dapat ditemui di Whitaker's Almanack dan buku-buku geografi, yang di dalamnya dikatakan bahwa penduduk dunia terbagi menjadi Kristen, Islam, Buddha, penyembah fetish, dan lain-lain, dan dengan logika itu, kita semua adalah orang Kristen. Buku geografi memperhitungkan kita semua, tetapi tentu saja itu murni logika geografis, yang saya rasa bisa kita abaikan. Maka saya berkata bahwa saat memberi tahu Anda mengapa saya bukan orang Kristen, saya harus menyebut dua hal yang berbeda: pertama, kenapa saya tidak percaya Tuhan dan keabadian, dan kedua, mengapa saya merasa Kristus bukan manusia terbaik dan terbijak, meskipun saya memberinya derajat kebaikan moral yang sangat tinggi.



Akan tetapi untuk usaha orang tak percaya yang berhasil di masa lalu, saya tak bisa menggunakan definisi Kekristenan dengan sangat elastis. Seperti yang telah saya utarakan sebelumnya, di masa lalu akal totoklah yang lebih digunakan. Contohnya, kepercayaan terhadap neraka. Kepercayaan mengenai adanya api neraka yang abadi merupakan salah satu hal penting dalam kepercayaan Kristen hingga akhir-akhir ini. Di negara ini, seperti yang sudah Anda ketahui, kepercayaan mengenai adanya neraka tak lagi menjadi hal yang penting karena keputusan Dewan Penasihat, dan atas keputusan itu Kepala Uskup Canterbury dan York tidak sependapat, tetapi di negara ini agama kita ditetapkan oleh Keputusan Parlemen, dan maka Dewan Penasihat mampu melampaui keagungan mereka dan neraka tidak lagi penting bagi orang Kristen. Akibatnya saya tidak akan meyakini bahwa orang Kristen harus percaya mengenai adanya neraka.



Keberadaan Tuhan



Mengenai pertanyaan keberadaan Tuhan: pertanyaan ini adalah pertanyaan yang besar dan serius, dan jika saya mencoba menjawabnya dengan cara yang memadai, saya akan membuat kalian tetap berdiri di sini sampai Kerajaan Surga datang, sehingga engkau harus memperbolehkanku menjawabnya dengan gaya ringkas. Kalian tentu saja tahu, Gereja Katolik telah menetapkan premis "keberadaan Tuhan dapat dibuktikan dengan akal tanpa bantuan" sebagai dogma. Itu adalah dogma yang aneh, tetapi memang merupakan salah satu dogma mereka. Mereka harus memperkenalkannya karena suatu waktu pemikir bebas menetapkan sifat yang menyatakan bahwa akal dapat menentang keberadaan Tuhan, tetapi tentu saja mereka mengimani bahwa Tuhan ada. Argumen dan alasan dikemukakan dengan panjang, dan Gereja Katolik merasa harus menghentikannya. Maka mereka menetapkan bahwa keberadaan Tuhan dapat dibuktikan dengan akal dan mereka harus menetapkan sesuatu yang mereka anggap sebagai argumen untuk membuktikannya. Tentu saja argumen tersebut ada banyak, tetapi saya hanya mengambil sebagian saja.



Argumen Sebab Pertama



Mungkin argumen yang paling sederhana dan mudah dipahami adalah argumen Sebab Pertama. (argumen ini menyatakan bahwa semua yang ada di dunia mempunyai sebab, dan jika ditilik lebih jauh pastilah ada Sebab Pertama, dan Sebab Pertama itulah yang engkau sebut Tuhan.) Argumen itu, saya rasa, tidak lagi kuat sekarang, karena "sebab" tidak lagi seperti dahulu. Sebab tidak lagi penting seperti sebelumnya, tapi, selain dari itu, engkau dapat melihat bahwa argumen keberadaan Sebab Pertama tidaklah absah. Saya dapat mengatakan bahwa ketika saya muda dan mendebat pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sangat serius di pikiran, saya menerima argumen Sebab Pertama untuk waktu yang panjang, hingga suatu hari, pada usia delapan belas tahun, saya membaca otobiografi John Stuart Mill, dan saya menemukan kalimat ini: "Ayahku mengajarkanku bahwa pertanyaan 'Siapa yang membuatku?' tidak bisa dijawab, karena hanya akan memunculkan pertanyaan 'Siapa yang menciptakan Tuhan?'" Kalimat yang sangat sederhana itu menunjukkanku kesesatan argumen Sebab Pertama. Jika semua pasti punya sebab, maka Tuhan juga punya sebab. Jika ada sesuatu yang bisa tanpa sebab, maka begitu pula dunia, sehingga argumen ini tidaklah absah. Argumen ini persis dengan pandangan Hindu, bahwa dunia bersandar di atas gajah, dan gajah bersandar di atas kura-kura, dan ketika mereka berkata, "Bagaimana dengan si kura-kura?", orang India menjawab, "Sebaiknya kita mengganti topik." Argumen Sebab Pertama tidak lebih baik dari itu. Tidak ada alasan mengapa dunia dapat terjadi tanpa sebab, atau, di sisi lain, apakah ada alasan mengapa tidak selalu ada. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa dunia memiliki awal. Gagasan bahwa sesuatu harus mempunyai awal merupakan akibat kemiskinan imajinasi kita. Maka, mungkin, saya tidak perlu menghabiskan lebih banyak waktu pada argumen tentang Sebab Pertama.

Mimihitam



Argumen Hukum Alam



Selanjutnya ada argumen yang paling umum tentang hukum alam. Argumen ini merupakan argumen favorit pada abad kedelapanbelas, terutama atas pengaruh Sir Isaac Newton dan kosmogoninya. Orang mengamati planet-planet mengelilingi matahari menurut hukum gravitasi, dan mereka menduga bahwa Tuhan telah memerintahkan planet-planet tersebut bergerak dengan gaya tertentu, dan itulah mengapa planet-planet itu melakukannya. Tentu saja itu merupakan penjelasan mudah dan sederhana yang mencegah mereka mencari penjelasan lebih lanjut mengenai hukum gravitasi. Kini kita menjelaskan hukum gravitasi dengan gaya rumit yang diperkenalkan Einstein. Saya tidak ingin berceramah tentang hukum gravitasi yang ditafsirkan Einstein, karena itu akan memakan waktu. Bagaimanapun juga, engkau tidak lagi memahami hukum alam seperti pada sistem Newton, yang, karena alasan yang tidak dipahami siapapun, berlaku dengan gaya seragam. Kini kita melihat bahwa banyak hal yang kita kira sebagai hukum alam sebenarnya merupakan kaidah manusia. Engkau tahu bahwa bahkan di kedalaman terjauh ruang bintang masih ada tiga kaki hingga satu yard. Itu, tentu saja, merupakan fakta yang sangat luar biasa, tetapi engkau tidak akan menyebutnya hukum alam, dan banyak hal yang sebelumnya diduga sebagai hukum alam merupakan sesuatu yang semacam itu. Di sisi lain, saat engkau memperoleh pengetahuan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan atom, engkau akan menyaksikan bahwa mereka jauh kurang tunduk terhadap hukum alam dibanding dengan apa yang dikira orang-orang, dan hukum yang kau lihat adalah rata-rata perangkaan dari apa yang muncul dalam kesempatan. Seperti yang kita tahu, ada hukum bahwa jika engkau melempar dadu, peluang engkau mendapat dua angka enam hanyalah satu dari tiga puluh enam kali (1/36), dan kita tidak menganggap itu sebagai bukti bahwa jatuhnya dadu diatur oleh suatu rancangan. Sebaliknya, jika dua angka enam muncul setiap saat barulah kita dapat mengatakan pastilah ada rancangan. Banyak sekali hukum alam yang semacam itu. Hukum-hukum tersebut merupakan rata-rata perangkaan yang muncul dari hukum kesempatan, sehingga hukum alam ini tidak lagi mengagumkan seperti sebelumnya. Selain itu, untuk mewakili keadaan sementara ilmu pengetahuan yang dapat berubah esoknya, seluruh gagasan hukum alam menunjukkan pemberi hukum sebagai kekeliruan antara hukum alam dan manusia. Hukum manusia adalah perintah yang mengharuskan engkau berperilaku dengan cara tertentu, dan engkau dapat memilih untuk melakukannya atau tidak, tetapi hukum alam adalah pemerian bagaimana sesuatu bertindak, dan karena hanya merupakan pemerian apa yang mereka lakukan, engkau tak bisa berargumen bahwa pastilah ada sesuatu yang menyuruh mereka melakukan itu, karena bahkan jika memang ada, engkau akan dihadapi dengan pertanyaan, "Mengapa Tuhan mengeluarkan hanya hukum-hukum alam itu dan tidak yang lain?" Jika engkau mengatakan bahwa ia melakukannya untuk kesenangannya sendiri, dan tanpa alasan apapun, maka engkau akan menemui bahwa ada sesuatu yang bukan subjek hukum, dan argumen hukum alam Anda terganggu. Jika engkau berkata, seperti yang diujarkan teolog-teolog Ortodoks, bahwa dalam semua hukum yang dikeluarkan, Tuhan memiliki alasan — alasan itu, tentu saja, menciptakan alam semesta yang baik, meskipun Anda tidak akan pernah berpikir untuk melihatnya — jika ada alasan mengapa Tuhan mengeluarkan hukum, maka Tuhan juga merupakan subjek hukum, dan karena itu Anda tidak mendapatkan keuntungan apapun dengan memperkenalkan Tuhan sebagai perantara. Anda sungguh menganut hukum yang berlawanan terhadap fatwa ilahi, dan Allah tidak melayani tujuan Anda, karena dia bukan pemberi hukum tertinggi. Singkatnya, seluruh argumen hukum alam tidak lagi kuat seperti sebelumnya.  Saya terus menjelajahi waktu untuk meninjau argumen-argumen saya. Argumen-argumen yang digunakan untuk membela keberadaan Tuhan terus berganti ciri seiring mengalirnya waktu. Argumen tersebut awalnya merupakan argumen intelektual keras yang mengandung beberapa kesesatan tertentu. Seiring dengan masuknya kita ke masa modern, argumen-argumen tersebut kurang dihormati secara intelektual dan lebih dan lebih banyak dipengaruhi oleh sejenis ketidakjelasan yang dimoralkan.


Argumen dari Rancangan



Tahap selanjutnya mengantarkan kita pada argumen dari rancangan. Kalian semua tahu argumen dari rancangan: semua di dunia ini dibuat agar kita dapat tinggal di dunia, dan jika dunia berbeda sedikit, kita tak akan bisa tinggal di dalamnya. Itulah argumen dari rancangan. Argumen ini kadang-kadang ada pada bentuk yang aneh. Contohnya, argumen ini menyatakan bahwa kelinci memiliki ekor putih agar mudah ditembak. Saya tidak tahu bagaimana kelinci akan memandangnya. Itu adalah argumen yang mudah untuk diparodikan. Engkau semua tahu ucapan Voltaire, bahwa hidung dirancang agar sesuai dengan kacamata. Parodi semacam itu berubah menjadi tidak terlalu luas seperti pada abad kedelapanbelas, karena semenjak masa Darwin kita mengetahui mengapa makhluk hidup teradaptasi dengan lingkungan mereka. Sebenarnya bukan lingkungan mereka yang dirancang sesuai untuk makhluk hidup, tetapi bagaimana mereka berkembang agar sesuai dengan alam, dan itulah dasar adaptasi. Dari situ tidak ada bukti keberadaan rancangan.

Saat engkau melihat argumen dari rancangan ini, sangatlah mencengangkan bahwa orang dapat meyakini dunia ini dan seluruh isinya beserta kecacatannya merupakan mahakarya dari proses penciptaan Tuhan yang mahakuasa dan mahatahu selama jutaan tahun. Saya sungguh tidak dapat memercayainya. Apakah engkau berpikir bahwa, jika engkau dianugerahi kemahakuasaan dan kemahatahuan, serta jutaan tahun untuk menyempurnakan duniamu, engkau tak bisa menciptakan sesuatu yang lebih baik dari Ku Klux Klan atau Fasis? Lebih lagi, jika engkau menerima hukum ilmu pengetahuan sederhana, engkau harus memisalkan bahwa kehidupan di planet ini akan mati pada waktunya: dan itu adalah tahap kematian tata surya. Pada tahap kematian tertentu engkau akan mengalami kondisi suhu dan sebagainya yang cocok untuk protoplasma, dan akan ada kehidupan untuk sementara waktu pada kehidupan seluruh tata surya. Bumi cenderung mengarah ke apa yang engkau dapat lihat di bulan, yaitu sesuatu yang mati, dingin, dan tanpa kehidupan.



Saya diberitahu bahwa pandangan semacam ini memuramkan, dan orang kadang-kadang akan memberitahumu bahwa jika mereka memercayainya, mereka tak akan mampu meneruskan hidup. Jangan percaya. Semuanya adalah omong kosong. Tidak ada yang khawatir tentang apa yang akan terjadi jutaan tahun kemudian. Bahkan jika mereka berpikir mereka mengkhawatirkannya, mereka hanya menipu diri mereka sendiri.  Mereka khawatir akan sesuatu yang lebih duniawi, atau mungkin hanya pencernaan buruk, tetapi tidak ada orang yang digambarkan tidak bahagia akibat memikirkan sesuatu yang terjadi jutaan tahun kemudian. Maka, meskipun memuramkan untuk berpikir kehidupan akan mati — paling tidak saya mengandaikan kita dapat mengatakannya, meskipun kadang-kadang ketika saya merenungkan hal-hal yang orang lakukan dengan hidup mereka saya pikir itu hampir merupakan sebuah pelipur lara — pernyataan ini tidak untuk menggambarkan kehidupan sengsara, tetapi hanya untuk mengalihkan perhatianmu pada hal yang lain.

Mimihitam

Argumen Moral untuk Ketuhanan



Kini kita mencapai satu tahap lebih lanjut mengenai apa yang saya sebut keturunan intelektual yang dibawa para teis dalam argumen mereka, dan kita masuk ke argumen moral untuk keberadaan Tuhan. Kalian semua tentu tahu, bahwa dahulu ada tiga argumen intelektual untuk keberadaan Tuhan, yang dihancurkan oleh Immanuel Kant dalam Critique of Pure Reason, tetapi tak lama ia telah mengalahkan argumen-argumen tersebut, ia menciptakan yang baru, yaitu argumen moral, yang cukup meyakinkannya. Kant, seperti banyak orang lain: dalam hal intelektual ia skeptis, tetapi menyangkut masalah moral ia meyakini bidah-bidah yang diturunkan dari lutut ibunya dengan mutlak. Ini menggambarkan apa yang ditekankan oleh psikoanalisis — penangguhan dari pergaulan-pergaulan awal yang lebih kuat daripada mereka yang berasal dari kemudian waktu.



Kant, seperti yang telah saya katakan, menciptakan argumen moral baru untuk keberadaan Tuhan, yang ragamnya sangat populer selama abad ke-19. Argumen ini punya berbagai macam bentuk. Salah satunya menyatakan bahwa tidak akan ada benar atau salah kecuali Tuhan ada. Saya sejenak tidak peduli dengan apakah ada perbedaan antara benar atau salah, atau apakah tidak ada; itu adalah pertanyaan lain. Hal yang saya pedulikan adalah bahwa, jika kau yakin ada perbedaan antara benar dan salah, berarti engkau ada pada keadaan ini: Apakah perbedaan itu karena perintah Tuhan atau bukan? Jika karena perintah Tuhan, maka untuk Tuhan sendiri tidak ada perbedaan antara benar dan salah, dan tidak lagi penting untuk mengatakan bahwa Tuhan itu baik. Jika engkau akan mengatakan, seperti para teolog, bahwa Tuhan itu baik, kamu lalu harus berkata bahwa benar dan salah mempunyai suatu arti yang bebas dari perintah Tuhan, karena baik dan tidak buruknya perintah-perintah Tuhan itu berdiri sendiri dari fakta bahwa Ia yang menciptakannya. Apabila engkau akan mengatakan itu, Anda lalu harus menyatakan bahwa benar dan salah tidak hanya berasal dari Tuhan, tetapi intinya secara logis berlawanan terhadap Tuhan. Engkau dapat, tentu saja, jika kau suka, mengatakan bahwa ada dewa terunggul yang memberi perintah pada Tuhan pencipta dunia, atau dapat mengambil baris yang dipakai oleh gnostik — baris yang yang saya pikir sangat masuk akal — bahwa dunia yang kita tahu diciptakan oleh setan saat Tuhan tidak melihat. Ada hal yang baik yang bisa dikatakan tentang itu, dan saya merasa tidak peduli untuk menentangnya.



Argumen untuk Mengatasi Ketidakadilan



Selanjutnya ada lagi argumen moral yang sangat aneh, yaitu: mereka menyatakan bahwa keberadaan Tuhan dibutuhkan untuk membawa keadilan di atas dunia.  Di bagian alam semesta yang kita tahu ini, ada ketidakadilan yang besar. Seringkali yang baik menderita, dan yang jahat makmur, dan tidak ada seorang pun yang tahu mana di antara argumen-argumen tersebut yang paling menyebalkan, tetapi jika engkau akan membawa keadilan di alam semesta secara keseluruhan, Anda harus memperkirakan kehidupan masa depan untuk memperbaiki keseimbangan kehidupan di bumi. Jadi mereka berkata bahwa harus ada Tuhan, dan harus ada Surga dan Neraka, agar ada keadilan dalam waktu yang lama. Itu adalah argumen yang sangat aneh. Jika kau melihat masalah ini dari sudut pandang ilmiah, engkau akan berkata, "Bagaimanapun juga, saya hanya tahu dunia ini. Saya tidak memahami alam semesta lainnya, tetapi sejauh yang bisa didebatkan seseorang dalam suatu peluang, seseorang akan berkata bahwa kemungkinan dunia ini adalah contoh, dan jika ada ketidakadilan di sini, maka kemungkinan ketidakadilan juga ada di tempat lain." Ibarat engkau mendapat peti berisi jeruk, dan engkau melihat bahwa jeruk-jeruk di atas berkualitas jelek, engkau tidak akan mengatakan, "Pastilah yang di bawah berkualitas baik, untuk memperbaiki keseimbangan." Engkau akan berkata, "Kemungkinan seluruhnya jelek", dan itu adalah apa yang akan dikatakan tokoh ilmiah mengenai alam semesta. Ia akan menyatakan, "Kita melihat di dunia ini banyak sekali ketidakadilan, dan maka itu adalah alasan untuk mengandaikan bahwa keadilan tidak berkuasa di dunia, dan maka argumen tersebut menjadi argumen moral yang menentang keberadaan Tuhan dan bukannya mendukungnya." Tentu saja saya tahu argumen intelektual yang kukatakan ini bukanlah apa yang akan menggerakan orang. Apa yang akan menggerakan orang untuk percaya Tuhan bukanlah argumen intelektual. Kebanyakan orang percaya Tuhan karena mereka telah diajarkan sejak kecil.



Maka saya berpikir bahwa alasan yang paling kuat selanjutnya adalah keinginan agar aman, yaitu perasaan bahwa ada saudara besar yang akan menjagamu. Perasaan itu memainkan peran yang sangat penting dalam mempengaruhi keinginan seseorang untuk percaya akan keberadaan Tuhan. 

Mimihitam

Watak Kristus



Kini saya akan mengutarakan topik yang menurut saya jarang ditelaah orang-orang rasional. Topik itu adalah pertanyaan apakah Kristus adalah manusia terbaik dan terbijak. Pernyataan itu biasanya diterima tanpa pemastian atau pembuktian, sehingga kita semua harus percaya bahwa Kristus memang yang terbaik dan terbijak. Saya sendiri tidak meyakininya. Saya merasa bahwa ada beberapa hal baik dari Kristus yang saya setuju, bahkan lebih setuju dari orang-orang Kristen. Saya tidak tahu apakah saya bisa bersama-Nya selalu, tetapi saya akan berjalan bersama-Nya lebih jauh daripada yang dilakukan orang Kristen. Ingat Ia pernah berkata, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." Itu bukanlah pedoman yang baru. Pedoman tersebut telah digunakan oleh Lao-tse dan Buddha sekitar 500 atau 600 tahun sebelum Kristus, tetapi tentu itu bukanlah pedoman yang diterima orang Kristen. Saya yakin bahwa perdana menteri kita sekarang [Stanley Baldwin] adalah orang Kristen yang sangat taat, tetapi aku tidak menyarankan kalian untuk menampar pipinya. Saya kira kalian akan melihat bahwa ia menganggap ayat tersebut mempunyai arti kiasan.



Ada hal lain yang menurut saya istimewa. Ingat Kristus pernah berkata,  "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." Sekarang lihatlah pengadilan di negara-negara Kristen. Saya mengenal beberapa hakim yang sangat taat akan iman Kristennya, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang merasa bahwa mereka bertindak bertentangan dengan ayat Kristen. Selanjutnya Kristus berkata, " Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu." Itu adalah ayat yang sangat bagus. Ketua kalian telah mengingatkan bahwa kita di sini tidak akan membicarakan politik, tetapi saya tak bisa menahan untuk mengatakan bahwa pemilihan umum terakhir dilangsungkan pada pertanyaan mengenai bagaimana mereka memalingkan diri dari orang-orang yang meminta, sehingga dapat dikatakan bahwa kaum Liberal dan Konservatif di negeri ini terdiri dari orang-orang yang tidak setuju dengan ajaran Kristus, karena mereka sungguh-sungguh memalingkan diri pada peristiwa itu.



Ada lagi pepatah dari Kristus yang menurut saya bagus, tetapi tidak populer di antara teman-teman Kristen kita. Ia berkata, "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Itu adalah pepatah yang sangat bagus, tetapi, seperti yang sudah saya ujarkan, pepatah itu tidak banyak dipraktikkan. Semuanya merupakan pepatah yang bagus, meskipun cukup sulit untuk diwujudkan. Saya tidak menyatakan akan mewujudkannya pada diri saya, tetapi, secara keseluruhan, pepatah itu tidak sesuai dengan kenyataan pada orang-orang Kristen sendiri.


Kecacatan pada Ajaran Kristen



Setelah memperoleh kebaikan dari ayat-ayat tersebut, saya masuk ke titik ketika saya tidak meyakini bahwa seseorang dapat memperoleh kebijaksanaan atau kebaikan terbaik dari Kristus seperti yang digambarkan pada injil, dan di sini saya dapat mengatakan bahwa orang-orang tidak peduli dengan pertanyaan sejarahnya. Dalam sejarah, cukuplah meragukan, apakah Kristus sungguh ada atau tidak, dan jika Ia memang ada kita tidak tahu apa-apa tentang dia, sehingga saya tidak peduli dengan pertanyaan sejarah, yang merupakan pertanyaan yang sulit. Saya memperhatikan Kristus pada Injil, dengan melihat gaya naratif Injil, dan saya menemukan beberapa hal yang tidak bijak. Untuk satu hal, ia pastinya mengira bahwa kedatangan kedua-Nya akan terjadi dalam awan-awan kejayaan sebelum kematian semua orang yang hidup pada masa itu. Ada banyak ayat yang membuktikannya. Ia berkata, "Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang." Lalu Ia mengutarakan, "Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya. "; dan ada banyak yang menyebutkan bahwa Ia meyakini kedatangan keduanya akan terjadi segera setelah kedatangan pertamanya. Itu adalah keyakinan pengikut-pengikut awal-Nya, dan merupakan dasar ajaran moral-Nya. Ketika Ia berkata " Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok," dan sejenisnya, kemungkinan karena Ia mengira kedatangan kedua-Nya akan segera terjadidan bahwa semua semua masalah duniawi awal tidak diperhitungkan. Saya mengenal beberapa orang Kristen yang meyakini kedatangan kedua akan segera terjadi. Saya kenal seseorang yang menakuti jemaahnya dengan memberitahu mereka bahwa kedatangan kedua akan segera berlangsung, tetapi mereka merasa lebih terhibur ketika melihat orang itu sedang menanam pohon di kebunnya. Orang-orang Kristen awal sungguh memercayainya, dan mereka menjauhkan diri dari hal-hal seperti menanam pohon di kebun, karena mendengar dari Kristus bahwa kedatangan kedua akan segera terjadi. Maka dari itu, jelaslah bahwa Ia tidak sungguh bijaksana seperti yang diduga orang lain, dan Ia tentu saja bukan yang terbijak.



Masalah Moral



Selanjutnya kalian masuk pada pertanyaan moral. Ada satu kecacatan besar mengenai karakter moral Kristus, dan itu adalah bahwa Ia percaya akan keberadaan neraka. Saya merasa aneh bahwa orang yang sungguh berperikemanusiaan bisa percaya dengan keberadaan hukuman abadi. Kristus yang digambarkan dalam Injil percaya akan hukuman abadi, dan seseorang akan melihat kemurkaan terhadap orang-orang yang tidak mau mendengarkan ajaran-Nya — sikap yang umum pada pengkhotbah, tetapi agak mengurangi keunggulan. Anda tidak akan, misalnya, melihat sikap semacam itu pada Socrates. Ia cukup lembut dan sopan pada orang yang tidak mau mendengarnya, dan itu menurut saya lebih bijak daripada harus menggunakan cara amarah. Kalian semua mungkin ingat beberapa hal yang diujarkan Socrates ketika ia akan wafat, dan beberapa hal yang biasanya ia katakan pada orang yang tidak setuju padanya.



Anda bisa lihat, Kristus pada Injil berkata, " Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?" Kalimat itu diucapkan pada orang yang tidak menyukai ajaran-Nya. Bagi saya itu bukan gaya yang baik, dan ada banyak pernyataan semacam itu. Tentu saja, terdapat ayat tentang dosa terhadap Roh Kudus: "Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak." Ayat itu mengakibatkan banyak sekali kesengsaraan di dunia, bagi orang-orang yang merasa berdosa terhadap Roh Kudus, dan mengira bahwa ia tidak akan diampuni di dunia ini maupun yang akan datang. Saya tidak yakin bahwa orang yang baik hati akan membawa ketakutan dan teror semacam itu di dunia.

Selanjutnya Kristus berkata, "Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya."; dan selanjutnya Ia berkata tentang ratapan dan kertakan gigi. Hal semacam itu muncul dalam ayat satu demi satu, dan cukup menunjukkan pembaca bahwa ada semacam kesenangan dalam memikirkan ratapan dan kertakan gigi; apabila tidak tentu ayat semacam itu tidak akan banyak muncul. Berikutnya, kalian semua tentu ingat tentang domba dan kambing, tentang bagaimana pada kedatangan keduanya Ia akan memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan berkata pada kambing-kambing, " Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.". Ia meneruskan, " Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal." Lalu Ia berkata lagi, " Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan." Ia terus menerus mengulanginya. Saya harus mengatakan bahwa  saya rasa semua doktrin ini, bahwa api neraka adalah hukuman atas dosa, adalah doktrin kekejaman, yaitu doktrin yang menempatkan kekejaman di dunia dan menyiksa keturunan-keturunan dunia dengan kejam; dan Kristus di Injil, jika engkau dapat meyakini-Nya seperti apa yang ditulis oleh penulis-Nya, tentu saja bertanggung jawab atas hal itu.

Ada hal lain yang kurang penting. Disebutkan tentang babi Gerasa, yang pastinya tidaklah menyenangkan bagi para babi jika mereka harus dirasuki setan dan lalu terjun dari tepi jurang ke dalam danau. Kalian harus ingat bahwa Ia mahakuasa, dan Ia dapat mengusir setan dengan mudah, tetapi Ia memilih untuk merasuki setan-setan tersebut ke dalam raga babi. Berikutnya ada cerita aneh tentang pohon ara, yang seringkali membingungkanku. Ingatlah apa yang terjadi terhadap pohon ara itu. " Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu:  'Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!'... Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: 'Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering..'." Ini adalah cerita yang sangat aneh, karena saat itu bukanlah saat yang tepat bagi pohon ara untuk berbuah, dan engkau tidak bisa menyalahkan pohon itu. Saya merasa bahwa dalam hal kebijaksanaan maupun kebajikan, Kristus  setara dengan beberapa orang dalam sejarah. Saya rasa saya harus menempatkan Buddha dan Socrates di atasnya.

Mimihitam

Faktor Emosional



Seperti yang sudah kuutarakan sebelumnya, saya tidak yakin bahwa alasan utama seseorang menerima agama berkaitan dengan argumentasi. Mereka mengimani suatu agama atas dasar emosional. Tiap orang seringkali diberitahu bahwa sangatlah salah untuk menyerang agama, karena agama menjadikan seseorang baik. Seperti itulah yang diberitahukan pada saya, tapi saya masih belum memperhatikannya. Kalian tentu mengetahui parodi terhadap argumen tersebut dalam buku Samuel Butler, Erewhon Revisited. Ingatlah bahwa dalam Erewhon ada Higgs tertentu yang tiba di pedesaan terpencil, dan setelah menghabiskan waktu di sana, ia melarikan diri dari pedesaan tersebut dengan menggunakan balon. Dua puluh tahun kemudian ia kembali ke tempat itu dan mendirikan agama baru. Pada agama itu ia disembah sebagai "Putra Matahari," dan dikatakan bahwa ia naik ke surga. Ia melihat bahwa Perayaan Kebangkitan akan segera diselenggarakan, dan ia mendengar Professor Hanky dan Panky berbincang bahwa mereka tidak pernah menempatkan mata pada Higgs, dan mereka berharap tidak akan pernah; tetapi mereka adalah pendeta agung agama Putra Matahari. Ia sangat marah, dan lalu mendatangi mereka dan berkata, "Saya akan membongkar semua kebohongan ini dan memberitahu rakyat Erewhon bahwa saya, Higgs, pergi dengan balon." Ia diberitahu, "Jangan lakukan itu, karena semua moral di negeri ini terikat dengan mitos ini, dan begitu mereka tahu bahwa engkau tidak naik ke Surga  mereka semua akan menjadi jahat"; maka ia terbujuk dan pergi diam-diam.



Itulah gagasannya — bahwa kita semua akan menjadi jahat jika tidak memegang teguh agama Kristen. Bagi saya beberapa orang yang menganut agama Kristen malah sangat jahat. Lihatlah fakta aneh ini, bahwa dengan semakin kuatnya agama dan kepercayaan dogma pada suatu masa, kekejaman yang muncul lebih besar. Pada masa kepercayaan, ketika orang sungguh percaya pada agama Kristen seutuhnya, terjadilah Inkuisisi, dengan segala macam penyiksaannya. Jutaan perempuan dibakar karena dituduh sebagai penyihir. Segala macam kekejaman dilancarkan atas nama agama.



Engkau akan melihat di dunia, bahwa setiap kemajuan pada perkembangan rasa kemanusiaan, setiap penyempurnaan pada hukum kriminal, setiap langkah untuk mengurangi perang, setiap upaya untuk meningkatkan hak orang-orang kulit berwarna,  atau setiap penghapusan perbudakan, setiap kemajuan moral yang telah terjadi di dunia, seringkali ditentang oleh gereja-gereja di dunia. Maka dengan sengaja saya katakan bahwa agama Kristen, sebagaimana diatur dalam gereja, telah dan masih menjadi musuh utama perkembangan moral di dunia.



Perkembangan Gereja yang Terbelakang



Kalian mungkin akan berpikir bahwa saya melangkah terlalu jauh ketika saya barkata bahwa gereja masih menjadi musuh. Saya tidak merasa begitu. Ambillah satu fakta. Anda akan memikulnya bersamaku jika aku menyebutkannya. Fakta tersebut bukanlah fakta yang menyenangkan, tetapi gereja memaksa seseorang menyebutkan fakta yang tidak menyenangkan.   Seandainya di dunia ini perempuan tak berpengalaman menikah dengan laki-laki yang terjangkit sifilis, Gereja Katolik akan berkata, "Ini adalah sakramen tak terpisahkan. Engkau harus bertahan untuk tidak berhubungan seks atau tetap bersama. Dan jika engkau tetap bersama, engkau tidak boleh menggunakan pengendali kelahiran untuk mencegah lahirnya anak yang terkena sifilis." Tidak ada seorang pun, yang simpati alaminya belum diserap dogma, atau yang moralnya belum mati, yang akan mengatakan bahwa saran tersebut adalah hal yang benar dan tepat.



Itu hanyalah satu contoh. Ada banyak cara bagi gereja untuk membebankan penderitaan yang tidak perlu terhadap orang yang tidak layak mendapatkannya, melalui desakannya yang mengatasnamakan moralitas. Dan tentu saja, seperti yang sudah kita ketahui, itu adalah musuh besar bagi upaya untuk menghapuskan penderitaan di dunia, karena gereja telah menerapkan aturan-aturan sempit yang tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan manusia sebagai moralitas; dan ketika Anda berkata bahwa ini dan itu seharusnya dilakukan karena akan membawa kebahagiaan bagi manusia, mereka berpikir bahwa itu tidak ada hubungannya dengan masalah ini. "Apa hubungan kebahagiaan manusia dengan moral? Tujuan moral bukanlah untuk membahagiakan seseorang."
 

Ketakutan, Pondasi Agama



Menurutku, agama utamanya didasarkan pada rasa takut. Sebagian merupakan ketakutan pada teror yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak diketahui, dan sebagian lain merupakan angan-angan bahwa mereka mempunyai sejenis saudara tua yang akan selalu menjaga dan menyelesaikan masalah mereka. Ketakutan adalah dasar agama: takut hal-hal misterius, takut kalah, takut mati. Takut merupakan induk dari kekejian, oleh karena itu tidak mengherankan jika kekejian dan agama senantiasa berjalan seiringan. Ini dikarenakan ketakutan didasarkan pada dua hal tersebut. Di dunia ini kita dapat sedikit mulai memahami hal-hal, dan sedikit untuk menguasainya dengan bantuan ilmu pengetahuan, yang telah memaksa jalannya satu per satu melawan agama Kristen, melawan gereja, dan perintah-perintah tua. Ilmu pengetahuan dapat membantu kita mengatasi ketakutan ini, yang telah merajai umat manusia turun-temurun. Ilmu pengetahuan dapat mengajarkan kita, dan saya rasa hati kita sendiri dapat mengajari diri kita, untuk tidak lagi mencari dukungan imajiner, tak lagi menciptakan sekutu di angkasa, tetapi lebih ke melihat usaha kita sendiri untuk menjadikan dunia lebih baik, daripada tempat yang telah dihasilkan gereja di semua abad.


Apa yang Harus Kita Lakukan



Kita hendak berdiri di atas kaki kita sendiri dan memandang dunia apa adanya — baiknya, buruknya, kecantikannya, dan kejelekannya; pandanglah dunia seperti apa adanya dan janganlah takut akan itu. Taklukanlah dunia dengan kecerdasan, jangan semata-mata takluk oleh ketakutan terhadap dunia. Seluruh konsep Tuhan adalah konsep yang berasal dari despotisme Timur kuno. Konsep tersebut adalah konsep yang tidak layak bagi manusia bebas. Ketika engkau mendengar seseorang di gereja merendahkan diri mereka dan berkata bahwa mereka adalah pendosa, itu tampak hina dan tidak layak bagi manusia yang punya harga diri. Kita harus berdiri dan memandang dunia seperti apa adanya. Kita harus terus memperbaiki dunia, dan jika hasilnya tidak seperti yang kita inginkan, paling tidak kita masih lebih baik daripada mereka yang mengupayakannya sebelumnya. Dunia yang baik perlu pengetahuan, kebaikan hati, dan keberanian; dunia tidak perlu penyesalan masa lalu atau pembelengguan kecerdasan bebas oleh kata-kata yang diutarakan oleh seseorang yang bodoh pada masa lalu. Dunia perlu pandangan tanpa rasa takut dan kecerdasan bebas. Dunia butuh harapan untuk masa depan, bukan pandangan terus menerus ke masa lalu yang telah mati, yang kita yakini akan jauh diungguli oleh masa depan yang dapat diciptakan kecerdasan kita.

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

tj_david

Tanda tangan

Pi-One

Mungkin mestinya masuk sub Biografi dan Buku.
Meski yang dibahas adalah pandangan filosofis.

tj_david

kalau boleh beropini,
pandangan ini liberal banget, apalagi bagian "apa yang harus kita lakukan"
kpercayaan itu berasal dari hati nurani manusia dan pengalaman hidup bersama Tuhan,
seringkali konsep dunia bertentangan dengan konsep keTuhanan. dan pikiran manusia yang terbatas tidak dapat memadai Tuhan
Tanda tangan

The Houw Liong

HouwLiong

Eins79

Manusia menulis kebanyakan dilatarbelakangi oleh masa lalunya, perlakuan orang lain kepada dirinya sendiri, dan banyak hal lainnya sehingga tidak dapat dianggap sebagai kebenaran . Tetapi, sebagai sebuah opini saya kira itu merupakan sebuah kebebasan..