Memang bisa, tapi jadi cibiran kan?
Anak usia 5 tahun belum dewasa dan belum siap punya anak, saya rasa anda harusnya bisa memahami hal itu.
Cibiran? masa, coba dibuktikkan dimana itu? lah wong sama UU boleh kok cewek umur 17 tahun menikah.
Solusi?? Anda bilang membuka tempat pelacuran adalah solusi? Jadi sebaiknya dibuka saja kamp militer untuk pengebom bunuh diri supaya tidak kemana2x seperti sekarang? Ini bukan solusi, ini namanya pelegalan, memangnya apa buktinya kalau melegalkan pelacuran bisa menekan tingkat pelacuran? Jadi agama anda menyetujui untuk berdirinya tempat pelacuran?
Kapan saya bilang membuka tempat pelacuran adalah solusi tapi saya bilang bahwa intinya pembagian kondom gratis itu dapat membantu agar masalah tidak menjadi meluas, misal ada yang kena raja singa, kalau pelanggannya main dengan istrinya dan istrinya kena juga, kan jadi meluas masalahnya, kondom gratis setidaknya dapat membantu untuk menangkal masalah-masalah seperti itu.
Tempat pelacuran yang terpusat memang bukan solusi karena itu dibutuhkan solusi yang benar-benar solusi, disini anda dihadapkan oleh realita bahwa jika tidak ada seperti itu maka banyak pelacuran cari pelanggan di pinggir-pinggir jalan mana saja, anda mau seperti itu? dengan terpusat bisa dikontrol dari kesehatan, penyuluhan, pendidikan dan sebagainya.
Solusi ahkir yang saya maksud setelah terkumpul dapat diberikan pendidikan keterampilan untuk para PSKnya sehingga dia dapat mencari uang dengan keterampilan tersebut. Tapi bagaimana mungkin bisa sampai ketahap itu kalau tidak dikumpulkan dulu.
Solusi bagi pelacuran adalah menikah, kalau tidak bisa maka dihukum, saya rasa manusia harus bisa belajar mengendalikan hasratnya.
Ini bukan masalah menikah atau tidak menikah, para PSK itu begituan setahu saya didominasi oleh masalah ekonomi, masalah klasik, Indonesia itu penduduk miskinnya banyak, saya rasa anda tahu itu, sebagai tambahan terlihat banyak yang sudah menikah juga cari jajan diluar, selingkuh dan sebagainya, jadi menikah menurut saya hanya dapat mengurangi secara keseluruhan tapi tidak dapat 100% menyelesaikan semua masalah.
Saya baru dengar ada agama yang membolehkan pelacuran seperti agama anda. Anda juga pasti bilang kalau film porno sah sah saja. Anda lihat sendiri kan di barat yang mayoritas kristen jadinya seperti apa? Apakah solusi anda yang mengatakan bahwa melegalkan prostitusi adalah ampuh untuk meredam prostitusi.
Anda itu sedikit-sedikit dihubungkan dengan agama, sudah tentu di agama yang namanya pelacuran tidak diperbolehkan, tapi bukan berarti jika ada PSK lalu dihakimi, jika agama anda mengajarkan untuk menghakimi mereka itu masalah lain, disini adalah Indonesia, anda tidak bisa menggunakan atas nama agama untuk menghakimi orang lain, ada hukum Indonesia disini.
Film porno semua orang juga tahu, itu tidak bagus untuk anak-anak, juga orang dewasa yang tidak mampu mengendalikan diri. Bagaimana untuk yang sudah menikah dan ingin lebih baik hubungannya dengan film seperti itu? saya rasa itu kembali ke mereka itu sendiri, toh mereka yang menjalani.
Itu anda sudah melakukan generalisasi, anda perlu melihat sejarah dunia ini, dunia barat sejak perubahan ke Renaissance di abad pertengahan mengubah cara berpikir barat (eropa), pengejaran ilmu pengetahuan mewabah di dunia ini mulai dari eropa, setelah era itu, amerika, asia, australia dan afrika semua terpengaruh oleh perubahan itu. Perubahan itu banyak membawa kebebasan.
Satu hal yang tidak dapat anda bantah, tindakan-tindakan yang anda sebut itu apa ada yang melakukannya atas nama agama ? tentu tidak, mereka melakukannya atas nama diri sendiri, lagi pula disana ketat aturan tentang pornografi hanya umur yang sudah dewasa yang diperbolehkan membeli content seperti itu, kalau di Indonesia ada tabloid khusus dewasa tapi anak-anak bisa membeli, nah loh, itu karena aturan yang tidak jelas.
Terlepas dari pornografi tapi berhubungan dengan atas nama agama atau diri sendiri, di Indonesia ini banyak yang menghakimi orang lain atas nama agama, berbuat anarki atas nama agama, dan sebagainya, tapi banyak yang bilang itu hanya kelompok yang salah, tapi tahu itu salah tapi tidak ada tindakan ke kelompok tersebut, budaya permisif? hanya beretorika?
Disini anda mengalami kekacauan cara berpikir, anda tidak melakukan filter dalam mengeluarkan suatu pendapat, yang dalam pikiran anda hanya generalisir, polarisasi, tanpa melihat konteks. Coba anda belajar memahami apa sih maksud pada suatu kalimat, jangan buru-buru melakukan kesimpulan.