Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 24, 2024, 04:37:12 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 107
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 1
Guests: 99
Total: 100

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Puppa Vagga ( 16 )

Dimulai oleh semut-ireng, Juni 20, 2010, 04:38:34 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 22, 2010, 05:13:04 PM
1.   Anda tidak sependapat dengan pernyataan saya :   yang selalu sadar pastilah bukan manusia,  manusia banyak tidak sadarnya  ?   Berarti anda menganggap manusia itu boleh dibilang selalu sadar,  atau mungkin manusia yang telah memiliki pengetahuan sempurna / telah tercerahkan,  itu selalu sadar ??
Kebanyakan manusia lebih banyak tidak sadarnya. Tapi mereka yang telah selesai melatih diri, pikiran mereka selalu sadar. Dan apa anda menyebut mereka bukan manusia, karena mereka selalu sadar?

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 22, 2010, 05:13:04 PM2.  Anda dari Theravada,  namun apakah anda sependapat dengan keputusan Samaya Dewan Sangha WALUBI dalam kutipan di atas :   memantapkan kualitas kesadaran bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa  ?  Apakah Tuhan Yang Maha Esa yang dimaksud  di sini adalah Nibbana,  "  obyek  " yang tidak dimintai permohonan / perlindungan  ??
Jika anda tanya pada Buddhis apa itu konsep Ketuhanan, maka mereka akan merujuk pada Udana VIII, dan apa yang diuangkap dalam udana (lagu kemenangan) adalah Nibbana.

Jadi aku tidak menolak konsep ketuhanan, yang aku tolak adalah jika anda mengarahkan konsep ketuhanan tadi ke Tuhan versi theis yang merupakan sosok pencipta, pengatur takdir manusia, sosok yang disembah dan dimintai permohonan.

semut-ireng

1.  Mereka yang telah selesai melatih diri,  katakanlah sudah mendapat pengetahuan sempurna /  sudah tercerahkan atau sudah mencapai nibbana semasa masih hidup,  tidak bisa dikatakan selalu sadar / yang selalu sadar.  Bagaimanapun juga sebagai manusia mereka masih perlu tidur / istirahat pikirannya.   Hal itu yang saya maksud bahwa yang selalu sadar  -  tidak pernah tidur  -  pastilah bukan manusia.

2.   Anda menolak konsep ketuhanan yang merupakan sosok yang disembah dan dimintai pertolongan.   Bagaimana pendapat anda sendiri terhadap pernyataan Samaya Dewan Sangha  :...bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ....di atas tadi,  apakah itu bukan konsep ketuhanan sosok yang disembah dan dimintai pertolongan ?

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 23, 2010, 12:35:07 AM
1.  Mereka yang telah selesai melatih diri,  katakanlah sudah mendapat pengetahuan sempurna /  sudah tercerahkan atau sudah mencapai nibbana semasa masih hidup,  tidak bisa dikatakan selalu sadar / yang selalu sadar.  Bagaimanapun juga sebagai manusia mereka masih perlu tidur / istirahat pikirannya.   Hal itu yang saya maksud bahwa yang selalu sadar  -  tidak pernah tidur  -  pastilah bukan manusia.
Nah, ini adalah pola pikir anda berdasar kepercayaan anda. Saat kita bicara pikiran selalu sadar, bukan berarti seseorang yang tak pernah tidur. Tapi bahkan saat tidur pun, pikiran mereka yang sudah tecerahkan selalu terjaga, sehingga mereka tidurnya tenang, tidak memimpikan hal-hal buruk. yang dimaksud pikiran selalu sadar adalah pikiran yang selalu terjaga, tidak lari ke mana-mana seperti kita yang umumnya sulit berkonsentrasi. Karena itu pula mereka yang pikirannya selalu sadar tadi tidak akan terpengaruh batinnya meski dihina atau dilukai.

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 23, 2010, 12:35:07 AM2.   Anda menolak konsep ketuhanan yang merupakan sosok yang disembah dan dimintai pertolongan.   Bagaimana pendapat anda sendiri terhadap pernyataan Samaya Dewan Sangha  :...bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ....di atas tadi,  apakah itu bukan konsep ketuhanan sosok yang disembah dan dimintai pertolongan ?
Singkat saja; Bukan :)

Tidak percaya? Kenapa tidak anda tanyakan langsung pada mereka, jangan menyimpulkan seenak udel :)

semut-ireng

Ngga perlu tanya ke sana langsung,  entar pasti balik ditanya  :  belum tahu arti kata taqwa  ??

Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 23, 2010, 11:57:30 AM
Ngga perlu tanya ke sana langsung,  entar pasti balik ditanya  :  belum tahu arti kata taqwa  ??
Jika dijawab begitu, kurasa yang jawab bukan Buddhis. Dalam Budhisme, keyakinan didapat dari pemahaman. Bukannya diwajibkan percaya sejak awal. Ehipassiko itu sudah diungkap dalam Kalama Sutta. :)

semut-ireng

Kutip dari: Pi-One pada Juni 23, 2010, 02:05:54 PM
Kutip dari: semut-ireng pada Juni 23, 2010, 11:57:30 AM
Ngga perlu tanya ke sana langsung,  entar pasti balik ditanya  :  belum tahu arti kata taqwa  ??
Jika dijawab begitu, kurasa yang jawab bukan Buddhis.

Anda tahu jika dijawab begitu  "   yang jawab bukan Buddhis ",   berarti anda tahu pula bahwa kata taqwa bisa diartikan lain oleh  Buddhis.   Apa arti kata taqwa menurut Buddhis  ? :)

Pi-One

Pada dasarnya, taqwa itu kata dalam bahasa arab, dan umum digunakan oleh umat Islam. Jadi kurasa itu bukan kata yang dikenal agama lain. Jadi kurasa tak sulit menyebut yang jawab bukan Buddhis, jika mereka menjawab seperti apa yang kamu bilang tadi :)


semut-ireng

Jadi,  bukan karena tahu kata taqwa bisa diartikan lain oleh Buddhis,  tapi karena tahu kata itu umum digunakan oleh umat Islam. 

Anda bilang :  bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa itu bukan konsep ketuhanan sosok yang disembah dan dimintai pertolongan,  dan dengan pemahaman seperti itu anda setuju dengan keputusan Samaya Dewan Sangha,  berarti anda bernaung di bawah WALUBI juga kan ?

Pi-One

#23
Sekali lagi, masalahnya adalah definisi Tuhan itu sendiri. Definisi bertaqwa di sini apakah menjalankan perintah dan menjauhi larangan? Dalam hal ini, Buddhisme tak kenal sosok penguasa, yang memberikan perintah dan larangan, atau memberi hadiah/pahala dan hukuman.

Bentuk Buddhisme adalah latihan diri. Bahkan Buddha sendiri memilih menggunakan bentuk kalimat 'adalah benar untuk melakukan ini', atau 'adalah benar untuk tidak melakukan ini'. Kenapa? Karena Buddha bukan pembuat hukum, dan bukan sosok yang menghukum atau memberi pahala. Buddha hanya mengajarkan, dan menjelaskan kenapa satu perbuatan baik untuk dilakukan dan kenapa perbuatan lain tidak baik untuk dilakukan.

Ini menyangkut tanggang jawab pribadi. Saat seseorang melakukan perbuatan baik atau buruk, ia sendiri yang nantinya akan menerima buah dari perbuatannya. Karena perbuatan baik mendatangkan akibat yang baik, maka baik untuk dilakukan. Karena perbuatan buruk mendatangkan buah yang buruk pula, maka tidak baik untuk dilakukan.

semut-ireng

Salah satu contoh perbuatan baik,  misalnya,  melaksanakan keputusan Samaya Dewan Sangha di atas tadi dengan tulus,  bukankah begitu  ?







Pi-One

Kutip dari: semut-ireng pada Juni 25, 2010, 12:14:45 AM
Salah satu contoh perbuatan baik,  misalnya,  melaksanakan keputusan Samaya Dewan Sangha di atas tadi dengan tulus,  bukankah begitu  ?
Jika tidak paham maksudnya, apa bisa melaksanakan dengan baik? Salah-salah hasilnya adalah pengertian salah, dan pengertian salah tidak menghasilkan akibat yang baik kan?

semut-ireng

Jika tidak paham maksudnya,  berarti bukan Buddhis Theravada yang ada di Indonesia.

Pi-One

Dalam hal ini, anda sudah paham belum maksud dari Ketuhanan dalam Buddhisme?

semut-ireng

Maksud Ketuhanan dalam Buddhisme bisa berbeda-beda di kalangan orang yang mengaku Buddhis.   Orang yang mengaku Buddhis,  mengaku pula agnostis,  dan berpaham naturalis,  konsep Ketuhanannya jelas berbeda dengan umat Buddha di Indonesia umumnya.   Dilihat dari sisi ini,  apa yang dimaksud dengan Ketuhanan dalam Buddhisme  -  dalam kaitan dengan diskusi ini  -  tidak bisa digunakan sebagai patokan untuk membenarkan atau tidak membenarkan pernyataan  "  bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa  "  sebagai konsep Ketuhanan sosok yang disembah dan dimintai pertolongan.

Ada cara lain yang bisa digunakan,  yaitu berdasarkan Asas2 Pemikiran dalam filsafat  -  khususnya Asas Persamaan /  Principium identitatis  -.   Dan bila ada orang yang mengartikan  "  bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa  " itu bukan konsep Ketuhanan sosok yang disembah dan dimintai pertolongan,  berarti orang yang mengatakan itu belum paham asas2 pemikiran.

Pi-One

Nah kan? Kamu menggunakan konsep agama samawi, dan mau coba memasukkannya dalam Buddhisme? Bukankah bahkan dari sumber yang sering kamu comot pun, biasa dikatakan bahwa konsep ketuhanan umat Buddha itu tercantum dalam Udana VIII? Dan Udana VIII itu sutta tentang apa? Tentang pembebasan, tentang tujuan terakhir umat Buddha, yakni Nibbana.

Justru jika ada yang ngaku umat Buddha, tapi konsep ketuhanannya adalah satu sosok yang disembah, dimintai permohonan dsb, maka dia bukan Buddhis :)