Ngeles ? Buat apa ngeles, itu bahasa yang sering anda gunakan, dan justru menunjukan bahwa anda belum paham dengan permasalahan yang didiskusikan. Tempo hari anda bilang saya ngeles, itu kan permasalahannya sudah anda komentari panjang lebar, dan terakhir anda menerjemahkan sendiri suttanya, lalu anda tanyakan lagi bagian mana dari sutta yang menunjukkan Tuhan ? Apa artinya kalau bukan anda belum paham, atau anda mau memaksakan pendapat anda ? Sama kasusnya dengan temen anda yang dulu itu, saya minta sampaikan bait apa adanya, sesimpel itu yang saya minta, masih juga ditambahi penjelasan dalam tanda kurung.
Sekarang terulang lagi. Bukankah yang anda pertanyakan sudah saya sampaikan, dan bahkan sudah anda komentari, lalu saya minta anda baca lagi postingan saya dengan cermat. Sesimpel itu. Dan apa yang saya sampaikan bukan tafsiran saya, melainkan saya kutip dari link yang anda berikan. Coba baca lagi link yang anda sampaikan itu dengan cermat, jika anda belum paham, dan masih minta kepada saya untuk menunjukkan, saya tinggal mengutip lagi dari kutipan yang telah saya sampaikan. Sesimpel itu.
Lalu, apakah sesimpel itu jawaban anda atas pertanyaan saya : dari mana pembuat rumah mendapatkan bahan ? Anda jawab : Bahan jasmani, tentunya didapat dari orang tuanya. Lha tempo hari anda menjelaskan kepada saya, bahwa orang yang sangat memahami hukum karmaphala dan punarbawa itu bisa memilih bila ingin dilahirkan oleh ibu yang permaisyuri raja atau rakyat jelata, di Jawa atau di negara Inggris sana, lalu bahannya dibawa dari mana ??

Jangan2 anda juga belum paham pembahasan dari link yang anda sampaikan itu, misalnya yang saya kutip di bawah ini :
" Dalam hal ini paham Buddhis bertentangan sama sekali dengan paham kaum Cartesian yang berbunyi "cogito ergo sum" yang berarti "aku berpikir, dan karena itu aku ada." ( Kutipan ).
Terus terang saya baru tahu dari link itu bahwa paham Buddhis bertentangan dengan paham Descartes yang mengatakan cogito ergo sum, atau " aku berpikir, dan karena itu aku ada ", atau " I think, therefore I am ". Dan entah mengapa, mungkin karena kebetulan saja, beberapa bulan yang lalu sudah ada postingan saya di forsa ini, saya sampaikan boleh nggak " I think, therefore I am " diganti menjadi : " I feel, therefore I am " ? Silakan anda periksa kembali postingan saya, kalau ngga salah berdekatan dengan postingan anda, bahkan ketika saya membenarkan postingan anda yang singkat : itu persepsi.
