Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 03:35:51 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 188
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 190
Total: 190

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Science Tidak membutuhkan Tuhan.

Dimulai oleh Farabi, September 03, 2011, 03:31:12 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 5 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Pi-Man

Kutip dari: Balya pada Oktober 21, 2011, 05:40:24 PM
kalau begitu sains itu dibawah agama ya?
ga bisa menjawab pertanyaan ini?
Lha, konsep God of the gaps itu konsep yang gak dipandang sebelah mata, karena tak menjelaskan apapun.
Tinggal ganti kata Tuhan dengan kata apapun, tak ada bedanya.
Seperti orang dulu yang cukup nunjuk dewa untuk menjelaskan fenomena petir atau badai.

Kutip dari: Balya pada Oktober 21, 2011, 05:40:24 PMsiapa kira2 yang menciptakan konsep ini ya?
Konsep tentu saja dibuat oleh manusia. Siapa lagi?

Kutip dari: Balya pada Oktober 21, 2011, 05:40:24 PM
:)
itu jawaban saya, bukan klaim
Cuma klaim kok.
Karena anda tak bisa membuktikan jawaban anda, anda hanya percaya karena itu diajarkan agama anda.
oro?

kusmardiyanto

Kutip dari: Farabi pada September 03, 2011, 03:31:12 PM
Kalo dipikir pikir memang benar. Lihat saja proses terbentuknya manusia, semuanya serba otomatis kan? Tidak perlu ada apa apa lagi, tinggal gabungkan, sudah itu terjadi dengan sendirinya. Begitu pula alam semesta, secara otomatis gravitasi akan menarik benda beda yang ada disekitarnya, dan karena ada perbedaan antar elektron, masing masing atom mulai berbenturan satu sama lain, dan terbentulkan matahari. Tidak perlu campur tangan siapa siapa kan? Semuanya sudah otomatis.

Tinggal mungkin, siapa yang membuatnya menjadi otomatis? ;D

Memang kelihatan otomatis, tapi sesungguhnya tidaklah otomatis, itulah yang merupakan "The God's action" (aksi dari Tuhan) artinya Tuhan yang membikin dan menjalankan proses terbentuknya/terciptanya manusia itu, dan tidak berjalan dengan sendirinya...demikian juga benda alamiah lainnya...sehingga dengan demikian kita bisa mempelajari dan memanfaatkan itu semua...

Adapun science itu semacam proses untuk memperoleh pengetahuan yang valid tentang alam...dan science tidak harus berkaitan dengan Tuhan artinya siapapun orangnya bertuhan atau tidak bertuhan, orang baik ataupun orang yang tidak baik, dll bisa melakukan scientific process yang darinya dihasilkan science...tetapi scientific process punya landasan teologisnya dalam Islam (QS 96 ayat 1), itu artinya scientific process masuk ke dalam perbuatan (al-'amal) yang Islami...dan akan menjadi Islam, artinya bermanfaat diakherat kelak (berpahala) tidak semata-mata bermanfaat di dunia saja, kalau proses itu dilakukan karena Alloh semata...


Pi-Man

Lalu, bagaimana jika temuan sains bertentangan dengan penafsiran dalam Islam?
oro?

rizqi_fs

Kutip dari: Pi-Man pada Oktober 23, 2011, 08:06:41 PM
Lalu, bagaimana jika temuan sains bertentangan dengan penafsiran dalam Islam?
apakah itu dah jadi hukum temuannya atau cuman masih duga-dugaan aja,
kayaknya ga ada deh temuan sains yang dah jadi hukum bertentangan dengan Al Quran atau hadist.
Klo temuan sains yang berhubungan dengan rekomendasi atau rekayasa itu mungkin bertentangan, misal: teknologi kecantikan yang memanfaatkan organ manusia. Maka orang islam tidak akan ikuti itu

Fariz Abdullah

Kutip dari: rizqi_fs pada Oktober 24, 2011, 11:37:45 AM
apakah itu dah jadi hukum temuannya atau cuman masih duga-dugaan aja,
kayaknya ga ada deh temuan sains yang dah jadi hukum bertentangan dengan Al Quran atau hadist.
Klo temuan sains yang berhubungan dengan rekomendasi atau rekayasa itu mungkin bertentangan, misal: teknologi kecantikan yang memanfaatkan organ manusia. Maka orang islam tidak akan ikuti itu

Bagaimana dengan Quran yang mengatakan bahwa bumi diciptakan sebelum langit?
Bagaimana dengan Hadis yang mengatakan bahwa matahari mengelilingi bumi?
Bagaimana dengan Quran dan Hadis yang mengatakan bahwa bintang adalah alat pelempar setan agar tidak mendengarkan pembicaraan di langit?

Sepertinya sains tidak pernah mengatakan demikian..Atau Anda akan mengeluarkan jurus cocologi, agar ayat Quran dan Hadis selaras dengan sains? Dengan demikian berarti Anda memakai sains sebagai acuan dalam memahami Agama, yang berarti pula bahwa Anda menganggap sains di atas Agama..
[move]DOUBT EVERYTHING AND FIND YOUR OWN LIGHT[/move]

Pi-One

Kutip dari: rizqi_fs pada Oktober 24, 2011, 11:37:45 AM
apakah itu dah jadi hukum temuannya atau cuman masih duga-dugaan aja,
kayaknya ga ada deh temuan sains yang dah jadi hukum bertentangan dengan Al Quran atau hadist.
Klo temuan sains yang berhubungan dengan rekomendasi atau rekayasa itu mungkin bertentangan, misal: teknologi kecantikan yang memanfaatkan organ manusia. Maka orang islam tidak akan ikuti itu
Saat temuan sains bertentangan dengan tafsiran agama, awalnya agama bakal nentang.
Dan jika makin lama perkembangan sains temuan tadi makin berkembang, maka giliran tafsiran agama yang berubah.

Tafsiran atas astronomi dan kosmologi sudah berubah, tafsiran-tafsiran baru yang cenderung cocologi lahir seiring temuan tersebut. Masih menanti bagaimana 'evolusi tafsiran agama' terkait perkembangan teori evolusi :)

Dan bicara soal temuan sains jadi hukum? Semoga bukan mengira 'teori jadi hukum' atau sejenisnya.

danzJr

masalah ini kaya nya harusnya sudah kelar deh, sains dan agama ga bisa di duetkan....

mau bilang sains di atas agama dsb tetap aja ga bisa di duetkan ;D
[move]sesuatu itu dimulai dari mimpi, diusahakan dan menjadi kenyataan[/move]

rizqi_fs

Kutip dari: danzJr pada Oktober 24, 2011, 05:51:04 PM
masalah ini kaya nya harusnya sudah kelar deh, sains dan agama ga bisa di duetkan....

mau bilang sains di atas agama dsb tetap aja ga bisa di duetkan ;D
mungkin anda yang ga bisa menduetkan. Tapi ilmuwan Islam bisa menduetkan

Pi-Man

Kutip dari: rizqi_fs pada Oktober 24, 2011, 09:07:30 PM
mungkin anda yang ga bisa menduetkan. Tapi ilmuwan Islam bisa menduetkan
Menduetkan di mananya?
Mereka tak mencampuradukkan sains dan agama.
Hanya karena mereka muslim bukan berarti mereka menemukan sains berdasar agama.
oro?

rizqi_fs

Kutip dari: Pi-Man pada Oktober 24, 2011, 10:19:00 PM
Menduetkan di mananya?
Mereka tak mencampuradukkan sains dan agama.
Hanya karena mereka muslim bukan berarti mereka menemukan sains berdasar agama.
he he, jangankan sains,
dari mulai bangun tidur, masuk kamar mandi sampai tertidur lagi
semuanya ada petunjuknya didalam Islam
Giamana ga bisa diduetkan antara sains dan agama oleh orang muslim
di kitab sucinya sendiri, mulai dari tata cara penulisan Al Quran, susunan sampai isinya, semuanya bisa diduetkan dengan sains

?


Pi-One

Kutip dari: rizqi_fs pada Oktober 24, 2011, 10:57:15 PM
he he, jangankan sains,
dari mulai bangun tidur, masuk kamar mandi sampai tertidur lagi
semuanya ada petunjuknya didalam Islam
Giamana ga bisa diduetkan antara sains dan agama oleh orang muslim
di kitab sucinya sendiri, mulai dari tata cara penulisan Al Quran, susunan sampai isinya, semuanya bisa diduetkan dengan sains

Cocologi stadium kronis ::)

kusmardiyanto

Kutip dari: Pi-Man pada Oktober 23, 2011, 08:06:41 PM
Lalu, bagaimana jika temuan sains bertentangan dengan penafsiran dalam Islam?

Perlu diingat yang Islami itu scientific processnya bukan hasil dari scientific process itu (yakni temuan science) ...temuan science tidak seluruhnya bersifat qoth'i (pasti) ada yang sifatnya zhonni  (dugaan, tidak pasti) terbukti temuan science bisa berubah ketika ditemukan fakta-fakta baru....demikian juga penafsiran itu (dalam hal ini Al-Qur'an ) sifatnya adalah zhonni bisa salah dan bisa benar, artinya ada penafsiran memang yang benar tapi ada yang memang salah, jadi tidak semua penafsiran adalah benar...sesuatu yang qoth'i  dalam Al-Qur'an justru seringkali diperoleh bila kita tidak menafsirkannya, membiarkan makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an sebagaimana adanya sebagai makna-makna dalam bahasa Arab...jadi sangat mungkin terjadi pertentangan...tapi tidak mungkin temuan science yang bersifat qoth'i akan bertentangan dengan Al-Qur'an yang bersifat qoth'i pula


Suatu yang qoth'i dari temuan science misalnya "bumi (earth) itu berbentuk bulat"...namun ada sebagian orang islam mengatakan " bentuk bumi (al-ardhu) secara keseluruhan itu datar", pernyataan ini di dapat setelah menelaah dan menafsirkan ayat yang didalam Al-Qur'an " wal-ardho madadnaha wa alqoina fiha rowasiya..." , yang artinya, " dan bumi (al-ardhu) telah Aku hamparkan dan menjadikan padanya gunung-gunung..."(QS 15 ayat 19, QS 50 ayat 7)...al-ardhu maknanya bumi, tanah, lantai yang diinjak telapak kaki...dan dari kata-kata " dan bumi (al-ardhu) telah Aku hamparkan" ini mereka mengambil kesimpulan atau menafsirkan bahwa "bentuk bumi (al-ardhu) secara keseluruhan itu datar"...kalau kita tidak menafsirkan ayat itu dan kita biarkan sebagaimana adanya tidak didapati padanya pengertian bahwa "bentuk bumi (al-ardhu) secara keseluruhan itu datar", ayat hanya menyatakan bahwa "bumi (al-ardhu) telah dihamparkan" sebagaimana yang kita lihat bumi (al-ardhu) itu memang sebagai hamparan yang luas dan padanya ada gunung-gunung dan ayat tidak menunjukkan bentuk bumi (al-ardhu) secara keseluruhan sebagai datar...jika demikian maka kita ambil temuan science yang qoth'i itu dan kita tinggalkan penafsiran itu karena terbukti salah...dan pengertian ayat tidak bertentangan dengan temuan science yang bersifat qoth'i ini...

Maka jika temuan science bertentangan dengan penafsiran dalam islam maka perlu diteliti dulu apakah temuan science itu qoth'i atau zhonni dan apakah penafsiran itu salah atau benar...sebaiknya tidak buru-buru menafsirkan ayat biarkan sebagaimana adanya, walaupun memang ada ayat yang membutuhkan penafsiran...dan jangan lupa temuan science yang qoth'i bisa digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat yang memang butuh tafsir...

Pi-Man

Kutip dari: kusmardiyanto pada Oktober 25, 2011, 11:59:17 AM
Perlu diingat yang Islami itu scientific processnya bukan hasil dari scientific process itu (yakni temuan science) ...
Proses dan metode ilmiah bukan hal yang baru ada setelah islam ada. Aristoteles pun sudah mengajukan metode ilmiah. Dan bicara soal agama, Buddhisme pun sudah menganjurkan pengujian atas pencarian pengetahuan sejak dulu. Entah dengan agama-agama lain.

Kutip dari: kusmardiyanto pada Oktober 25, 2011, 11:59:17 AMtemuan science tidak seluruhnya bersifat qoth'i (pasti) ada yang sifatnya zhonni  (dugaan, tidak pasti) terbukti temuan science bisa berubah ketika ditemukan fakta-fakta baru....demikian juga penafsiran itu (dalam hal ini Al-Qur'an ) sifatnya adalah zhonni bisa salah dan bisa benar, artinya ada penafsiran memang yang benar tapi ada yang memang salah, jadi tidak semua penafsiran adalah benar...sesuatu yang qoth'i  dalam Al-Qur'an justru seringkali diperoleh bila kita tidak menafsirkannya, membiarkan makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an sebagaimana adanya sebagai makna-makna dalam bahasa Arab...jadi sangat mungkin terjadi pertentangan...tapi tidak mungkin temuan science yang bersifat qoth'i akan bertentangan dengan Al-Qur'an yang bersifat qoth'i pula
Jika tafsiran pun fleksibel dan bisa diubah-ubah agar sesuai perkembangan sains, lantas apa nilainya? Atau seperti kata rekan-rekan lain, memang sekedar cocologi
oro?

kusmardiyanto

Kutip dari: Pi-Man pada Oktober 25, 2011, 12:23:51 PM
Proses dan metode ilmiah bukan hal yang baru ada setelah islam ada. Aristoteles pun sudah mengajukan metode ilmiah. Dan bicara soal agama, Buddhisme pun sudah menganjurkan pengujian atas pencarian pengetahuan sejak dulu. Entah dengan agama-agama lain.
Jika tafsiran pun fleksibel dan bisa diubah-ubah agar sesuai perkembangan sains, lantas apa nilainya? Atau seperti kata rekan-rekan lain, memang sekedar cocologi


iya ...itulah science memiliki landasan teologisnya di dalam Islam...boleh jadi di agama lain ada...


bukan fleksibel...hanya bisa salah...tidak semua tafsiran benar...maka jangan buru-buru menafsirkan karena akan didapat yang bersifat zhonni dari situ...kita biarkan makna sebagai mana adanya dalam bahasa Arab...karena akan diperoleh yang qoth'i