Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 06:09:56 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 191
Total: 191

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Syekh Siti Jenar

Dimulai oleh ninja_sakti, September 07, 2008, 08:39:24 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

ninja_sakti

Jujur ane masih belum ngerti2 amat tentang beliau ini...  ;D Tapi sebelum kagum atau malah menghujat, gak ada salahnya mengenal siapa dia. Berikut kutipan dari wikipedia-nya...

-----------------------------------------------------------------
Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di pulau Jawa yang sangat kontroversial di Jawa, Indonesia. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya, di masyarakat, terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar.

Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran - ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti.

Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang bertentangan dengan cara hidup Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo.

Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi.

Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian (hukum negara dan lainnnya), tidak termasuk didalamnya hukum syariat peribadatan sebagaimana ketentuan syariah. Dan menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi) tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum agama spt sholat, zakat dll); 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma'rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syech Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syech. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syech Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan 'syariat'. Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap 'hakekat' dan bahkan 'ma'rifat'kepada Allah (kecintaan yang sangat kepada ALLAH). Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata 'SESAT'.

Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing - masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda - beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing - masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar.

Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.

Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Manunggaling Kawula Gusti dianggap bukan berarti bercampurnya Tuhan dengan Makhluknya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk. Dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah menjadi sangat dekat dengan Tuhannya.

Dan dalam ajarannya, 'Manunggaling Kawula Gusti' adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur'an yang menerangkan tentang penciptaan manusia ("Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)"). Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi.

Perbedaan penafsiran ayat Al Qur'an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham 'Manunggaling Kawula Gusti'.

Prinsip ini berarti memakmurkan bumi. Ini mirip dengan pesan utama Islam, yaitu rahmatan lil alamin. Seorang dianggap muslim, salah satunya apabila dia bisa memberikan manfaat bagi lingkungannya dan bukannya menciptakan kerusakan di bumi.

Kontroversi yang lebih hebat terjadi di sekitar kematian Syekh Siti Jenar. Ajarannya yang amat kontroversial itu telah membuat gelisah para pejabat kerajaan Demak Bintoro. Di sisi kekuasaan, Kerajaan Demak khawatir ajaran ini akan berujung pada pemberontakan mengingat salah satu murid Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging atau Ki Kebokenanga adalah keturunan elite Majapahit (sama seperti Raden Patah) dan mengakibatkan konflik di antara keduanya.

Dari sisi agama Islam, Walisongo yang menopang kekuasaan Demak Bintoro, khawatir ajaran ini akan terus berkembang sehingga menyebarkan kesesatan di kalangan umat. Kegelisahan ini membuat mereka merencanakan satu tindakan bagi Syekh Siti Jenar yaitu harus segera menghadap Demak Bintoro. Pengiriman utusan Syekh Dumbo dan Pangeran Bayat ternyata tak cukup untuk dapat membuat Siti Jenar memenuhi panggilan Sri Narendra Raja Demak Bintoro untuk menghadap ke Kerajaan Demak. Hingga konon akhirnya para Walisongo sendiri yang akhirnya datang ke Desa Krendhasawa di mana perguruan Siti Jenar berada.

Para Wali dan pihak kerajaan sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi Syekh Siti Jenar dengan tuduhan telah membangkang kepada raja. Maka berangkatlah lima wali yang diusulkan oleh Syekh Maulana Maghribi ke Desa Krendhasawa. Kelima wali itu adalah Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Pangeran Modang, Sunan Kudus, dan Sunan Geseng.

Sesampainya di sana, terjadi perdebatan dan adu ilmu antara kelima wali tersebut dengan Siti Jenar. Menurut Siti Jenar, kelima wali tersebut tidak usah repot-repot ingin membunuh Siti Jenar. Karena beliau dapat meminum tirtamarta (air kehidupan) sendiri. Ia dapat menjelang kehidupan yang hakiki jika memang ia dan budinya menghendaki.

Tak lama, terbujurlah jenazah Siti Jenar di hadapan kelima wali. Ketika hal ini diketahui oleh para muridnya, serentak keempat muridnya yang benar-benar pandai yaitu Ki Bisono, Ki Donoboyo, Ki Chantulo dan Ki Pringgoboyo pun mengakhiri "kematian"-nya dengan cara yang misterius seperti yang dilakukan oleh gurunya di hadapan para wali.

Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. Di antaranya yang terceritakan adalah Kiai Lonthang dari Semarang, Ki Kebokenanga dan Ki Ageng Tingkir.

--------------------------------------------------
maap kalo salah tempat mohon dipindahin...

alifsuffi

hahaha.
aku padamulah nya adalah harta tersembunyi kemudian aku ingin dikenal melalui aku mereka mengenalku hadis qudshi
siapa mengenal diri pasti akan mengenal tuhannya hadis qudshi
allahhurobul alamin akulah allah tuhan semesta alam al qshash 56

thinknotregular

zaman dulu sama zaman sekarang sama aja.
zaman dulu krn takut lengser tokoh suci harus dikorbankan.
begitu juga zaman sekarang
tp gw melihat syeh siti jenar kaya buya hamka dia tau agama tapi sama politik harus dibungkam...
yah lo tau lah pada waktu itu zamannya siapa.

pk3dot

#3
Kutip dari: thinknotregular pada Desember 12, 2008, 01:24:30 AM
tp gw melihat syeh siti jenar kaya buya hamka dia tau agama tapi sama politik harus dibungkam...
yah lo tau lah pada waktu itu zamannya siapa.

kl sekarang yang membungkam adalah dunia barat. sebenrnya bener jugfa siti jenar tuw. ada kehidupan setelah kematian. sebelum manusia hidup, manusia dalam fase kematian dahulu. kyk gini ya, setelah manusia mati terus masuk ke alam kubur, setelah kiamat akan dibangkitkan untuk dipertanggungjawabakn perbuatannya, jika baik mendapat surga. sebenernya siti jener tu filosofinya bagus sekai, tapi kl memahaminya asal2an yang memahaminya itu bisa tersesat. kl tentang manusia sama dgn tuhan itu memang benar tapi dalam konteks sifat. cz manusia juga mempunyai sifat seperti Allah, tetapi sifat allah yang tidak boleh ada dalam diri manusia adalah sifat sombong.



saya mengingatkan ya, seperti bukan berarti sama low.... jadi masih tetep ada perbedaannya.

utusan langit

Kutipkl tentang manusia sama dgn tuhan itu memang benar tapi dalam konteks sifat.

darimana dasarnya? memang manusia bisa memafkan, tapi Allah adalah MAHA PEMAAF, dll. dll
lalu bagaimana penjelasan tentang Mukhalafatuhu lil hawadits (mencakup aspek umum termasuh sifat)?



pk3dot

Kutip dari: pk3dot pada April 26, 2009, 01:32:34 AM

saya mengingatkan ya, seperti bukan berarti sama low.... jadi masih tetep ada perbedaannya.



udah ada keterangannya di atas low....

manusia bisa saja memaafkan. kl ga bisa memaafkan, lantas mengapa kl setiap 1 syawal ada acara sungkeman segala di jawa??? manusia bisa marah, manusia bisa mencintai, dll. tapi kl Allah itu maha segala2nya.

saya bilang di atas sepertikan??? bukan sama. kalau hanya sebatas seperti, maka masih ada banyak perbedaannya. sudah jelas2 saya tulis dengan tinta merah di atas tu low... seperti bukan berarti sama.


jadi masih ada perbedaan antara Allah dengan manusia.

utusan langit

saya pribadi kurang sependapat dengan kata "seperti" yang anda maksudkan!

superstring39

mungkin maksudnya adalah meneladani "Asma 'ul Husna" bukan mencoba menjadi seperti. meneladani disini maksudnya adalah belajar dan berusaha mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari misalnya sifat Maha Pengasih berarti jika dalam prakteknya kita harus mengasihi sesama makhluk Allah SWT.

heru.htl

#8
ORANG _ ORANG SOK MODERN ITU SUKA BANGET NELADANIN APA _ APA YANG BERLAWANAN DENGAN AGAMA ISLAM, TERMASUK APA YNG DISEBUT "INTELEKTUALISME A'LA SYEKH SITIJENAR" - SEAKAN _ AKAN PARA WALI SONGO ITU KUNO DAN KOLOT.
ORANG _ ORANG MODERN MACAM ITU SEBENARNYA CUMA PARA PENAKUT YANG TAKUT FAKTA BAHWA HUKUM ISLAM ITU ADIL UNTUK SEMUA GOLONGAN -- BUKAN CUMA UNTUK GOLONGAN MODERAT -- MAUNYA PARA MODERAT YANG GILA HORMAT ITU DUDUK DIATAS ANGIN DAN PARA "SUDRA" JADI KESED MEREKA, MAKA ITULAH SEBABNYA MEREKA TIDAK SETUJU DENGAN AJARAN ISLAM YANG UNIVERSAL.
ORANG ORANG YANG MENGAKU ALIRAN ISLAM MODERN YANG BERKIBLAT PADA AJARAN YANG MENYIMPANG DARI ISLAM ITU CUMA PARA PENGGILA HORMAT YANG BAHKAN INGIN MENGGESER KEDUDUKAN TUHAN.
SESUATU HAL YANG LUCU DALAM DIRI PARA KONYOLIS ITU, MEREKA BUKAN INGIN MEMELUK ISLAM TETAPI SEBALIKNYA MEREKA INGIN ISLAM YANG MEMELUK MEREKA -- TANAMAN MAKAN PAGAR, BAYI YANG INGIN MENGGENDONG IBUNYA ATAU MATAHARI YANG INGIN MENGORBIT BUMI ATAU KENDARAAN YANG INGIN DUDUK MENYETIR SANG SOPIR ATAU INVERSI LOGIK BOOLEAN PADA CIRCUIT TTL NOT GATE!
HMMM _ MEREKA ITU PERLAKUKAN ISLAM BAGAIKAN SOFTWARE YANG DAPAT DI "RESERVE ENGINEERING" ... KONYOL!

RoboConac

Dari hidungku kukorek sebuah upil. Upil itu adalah bagian dari keberadaan diriku. Aku meliputi upil itu. Tetapi aku bukanlah upil itu, dan upil itu bukanlah aku. Sampai kapanpun aku tak akan mau dipersamakan dengan upilku. Kemudian aku menaruh upil itu diantara barang-barang propertiku seperti jeruk, apel, mainan dan lain-lain. Kemudian upil itu berkata di tengah-tengah barang propertiku itu bahwa dia adalah kesatuan diriku dan melalui dia akan tergambar diriku. Aku akan merasa sangat malu, karena aku tahu benar kapasitas sebuah upil. Sampai kapanpun dia tak akan mampu menanggung keberadaan diriku dalam dirinya. Dan tentu saja barang2 propertiku bergetar saking takutnya, karena mereka itu tahu benar siapa diriku, dan apa akibatnya jika aku sampai marah. Bisa2 kumakan semua buah2an itu dan kuhancurkan mainan kesayanganku.
Itulah kisah tentang upilku yang asin.

??? ngga nyambung ya?
Saya tidak banyak tahu dan malas belajar.

mbah hardjo

Dikisahkan juga;Siti Jenar itu matinya tanpa meninggalkan jasad alias moksa dengan meninggalkan bau wangi semerbak. Matinyapun juga dikarenakan dia mau memberikan mati kepada wali yang menemuinya.
Dikisahkan juga;Siti Jenar itu tercipta dari cacing yang ada di tanah-merah yang dipakai untuk menambal perahu bocor tatkala Sunan .............(lupa namanya) memberikan pelajaran makrifat kepada Sunan ..............(lupa juga) ditengah danau. Pelajaran itu sengaja dilaksanakan ditengah danau dengan maksud agar tidak ada orang lain yang mendengarkan,mungkin karena pelajaran itu merupakan penyingkapan rahasia-besar. Cacing itu walaupun tidak disengaja, telah mendengarkan/mengetahui rahasia-besar. Maka oleh Sunan ................ cacing itu disabda menjadi manusia yang kemudian diberi nama Siti Jenar (siti=tanah  jenar=merah ; tanah-liat; jawa ngoko=lempung). Siti Jenar juga semula dikisahkan sebagai wali kesepuluh.
Dalam perjalanan hidupnya,Siti Jenar mengajarkan apa yang disebut "Manunggaling Kawulo-Gusti" yang apabila tidak dilengkapi 'bekal-lengkap' dapat menjadi: Aku adalah Tuhan dan Tuhan adalah Aku.
Kalau wali2 lain ada makamnya, maka Siti Jenar tidak.

Bila dipikir dan direnung dalam2,Siti Jenar ini kemungkinan besar memang tidak ada. Dia hanyalah simbol yang diciptakan oleh para wali untuk para pencari Tuhan.

heru.htl

Kutip dari: RoboConac pada Juli 28, 2009, 12:56:30 AM
Dari hidungku kukorek sebuah upil. Upil itu adalah bagian dari keberadaan diriku. Aku meliputi upil itu. Tetapi aku bukanlah upil itu, dan upil itu bukanlah aku. Sampai kapanpun aku tak akan mau dipersamakan dengan upilku. Kemudian aku menaruh upil itu diantara barang-barang propertiku seperti jeruk, apel, mainan dan lain-lain. Kemudian upil itu berkata di tengah-tengah barang propertiku itu bahwa dia adalah kesatuan diriku dan melalui dia akan tergambar diriku. Aku akan merasa sangat malu, karena aku tahu benar kapasitas sebuah upil. Sampai kapanpun dia tak akan mampu menanggung keberadaan diriku dalam dirinya. Dan tentu saja barang2 propertiku bergetar saking takutnya, karena mereka itu tahu benar siapa diriku, dan apa akibatnya jika aku sampai marah. Bisa2 kumakan semua buah2an itu dan kuhancurkan mainan kesayanganku.
Itulah kisah tentang upilku yang asin.

??? ngga nyambung ya?

Ha Ha Ha Ha Ha...
Aku ingin menjilat upilmu yang asin itu, ku campur dengan ikan asin dan sayur lobak biar lebih asin...
Upilmu asin, petanda kamu orang yang banyak makan garam, dan orang yang banyak makan garam itu adalah ORANG YANG BANYAK PENGALAMAN. Dan ternyata, SALAH SATU PENGALAMAN ITU ADALAH MENJILAT UPIL YANG ASIN.
Wakakakakakakaka...

heru.htl

Kutip dari: mbah hardjo pada Agustus 14, 2009, 10:43:59 PM

Bila dipikir dan direnung dalam2,Siti Jenar ini kemungkinan besar memang tidak ada. Dia hanyalah simbol yang diciptakan oleh para wali untuk para pencari Tuhan.

Pengalaman saya bertanya pada salah satu dosen tarbiyah yang ternyata tidak sholat:
(A) Pak, saya boleh bertanya sesuatu kepada bapak?
(Q) Ya, silahkan, asal asay paha apa pak heru pertanyakan, Insya Allah saya bisa menjawab...
(A) Tetapi, apakah bapak tidak akan sakit hati kepada saya setelah ini?
(Q) Tentu tidak, pak heru kan salah satu sahabat saya... jadi silahkan saja pak heru tanya sesuatu, Insya Allah say bersedia menjawabnya
(A) Begini Pak, kelihatanya Bapak kok tidak pernah sholat, bukannya Bapak juga seorang Muslimin seperti saya?
(Q) Ha, Ha, Ha,... justru inilah saat-saat yang saya tunggu pak heru, yakni bilamana pak heru bertanya hal demikian... saya akan dengan senang hati menjawabnya, den sebab itulah, justru pak heru saya anggap sebagai sahabat sejati karena telah memperhatikan tindak-tanduk saya...
Perlu pak heru ketahui, sesungguhnya agama saya bukan Islam, tetapi nama agama saya adalah "agama mencari Tuhan"...
(A) Ha... ha... ha... Pak dozen ini kok jadi bercanda... masa sih pak, masa iya ada "agama mencari Tuhan"... wah saya jadi malah bingung nich pak... ya, ya, sudahlah pak dozen, anggap saja pertanyaan saya juga suatu gurauan seorang sahabat...
...
...

Apa saya lagi ngarang nich... ngak la yaou... Ini benar-benar hal ironis yang pernah dan mungkin masih terjadi, seorang dozen tarbiyah Islam tidak mengerjakan sholat!

mbah hardjo

Pencarian Tuhan memang logis bila bermuara pada Siti Jenar. Umumnya diawali pertanyaan Siapa Tuhan yang kemudian berlanjut pada pertanyaan Siapa Jati-diri Manusia. Pencari Tuhan yang 'berpengalaman' tidak akan berburu di padang ilmu pengetahuan,karena mereka tahu bahwa tuhan-tuhan yang ada disitu adalah bukan Tuhan. Tuhan yang ada di padang ilmu pengetahuan adalah tuhan yang mudah ditelanjangi.
Para pencari Tuhan yang 'berpengalaman' justru mencari tuhan didalam dirinya sendiri (bukankah Tuhan lebih dekat dari urat leher?). Perburuan Tuhan sehingga menemukan Tuhan didalam dirinya bukanlah perkara sepele. Dalam tingkatan ini kepongahan manusia bisa berkata: Aku adalah Tuhan; dan Tuhan adalah Aku. Sholat seperti ritual kebanyakan menjadi tidak perlu karena Tuhan sudah menyatu dengan manusia dan sebaliknya; sholatnya menjadi setiap saat.
Apa kira2 yang bakal terjadi bila sembarangan manusia (yang kebanyakan sombong) merasa 'Aku adalah Tuhan dan Tuhan adalah Aku'? Disebutkan dalam kisah Siti Jenar:desa kacau,aturan tak dipatuhi,orang dengan seenaknya membunuh dirinya sendiri. 
Para wali tampaknya tidak ingin itu terjadi, sehingga diciptakanlah Siti Jenar.
Akan tetapi pandangan Siti Jenar itu tidak sendirian, terpisah oleh waktu dan lautan di benua sana ada Al Hallaj. Alkisah;dia dihukum pancung, tapi bukan karena kalah dalam berargumentasi dengan sufi2 lainnya, semata-mata karena penguasa tidak menghendaki paham demikian.
Salam.

heru.htl

#14
@mbah hardjo:

kalau ada manusia yang ngaku bahwa dia itu Tuhan, coba dia suruh telanjang di tengah pasar (kalau dia Tuhan Maha Penyayang saya akan berdoa padanya :: Ya Tuhan, bukalah celanamu, luar dan dalam)... ya nggak usah telanjang bulat, cukup buka celana (celana luar dan dalam, biar barang antiknya itu kelihatan sama ibu-ibu yang sedang belanja)...

Satu pemikiran yang logis-praktis dari diri seorang programmer:

"Bagaimana orang bisa menemukan Tuhan, sedangkan menemukan duitnya atau dompetnya yang hilang saja kadang tidak ketemu atau kalaupun dompetnya ketemu terkadang butuh bantuan orang lain"
Hanya beberapa kalimat tentang keTuhanan:
Percaya kepada Tuhan, berarti tidak meragukan Tuhan
Jika ada manusia mengaku Tuhan, pasti ia akan mengerti segala pengetahuan, ia juga nggak usah berbuat yang aneh-aneh apalagi pamer atraksi mistik segala.
Jika ada manusia mengaku Tuhan, pasti ia tidak akan mati, sedangkan Syeh Siti Djenar itu ternyata mati (kembali pikir secara logis, kalau Tuhannya saja bisa di-"shutdown" seperti komputer, bagaimana dengan alam ciptaan si Tuhan itu setelah ia "shutdown". Contoh: jika server internet shutdown, maka halaman-halaman internet tidak bisa tampil, maaf ini sekedar perumpamaan: ibarat Tuhan adalah server web dan ciptaannya adalah stream halaman web yang ia transfer lewat port menuju komputer client).